• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setiap perusahaan membutuhkan modal guna menjalankan aktivitas dan kegiatan operasionalnya. Dalam berinvestasi para investor maupun calon investor perlu mengumpulkan informasi sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Pada pasar modal yang efisien, harga saham mencerminkan semua informasi baru. Sumber informasi tersebut

dapat diperoleh dengan menganalisis laporan keuangan. Maka dari itu setiap tahun perusahaan publik yang terdaftar di BEI berkewajiban untuk menyimpan dan menyampaikan laporan keuangan kepada BAPEPAM, para investor dan publik. Indikator yang biasanya digunakan para investor adalah dengan memperhatikan profitabilitasnya terhadap nilai perusahaan.

Semakin tinggi laba, semakin tinggi pula nilai suatu perusahaan. Pengambilan variabel ROA dan ROE sebagai indikator profitabilitas dikarenakan atas dasar ROA dan ROE mempunyai keterkaitan yang paling kuat untuk dihubungkan dengan variabel PBV yang merupakan sebagai sampel dari indikator nilai perusahaan.

Menurut Brigham (2010) ROA dan ROE adalah sebagai berikut : Return on Total Assets (ROA)

Rasio yang diperoleh dari pendapatan bersih dibagi dengan jumlah aktiva. (rumus 2.2)

Return on Equity (ROE)

Rasio dari pendapatan bersih dibagi dengan modal; menggambarkan tentang tingkat pengembalian dari investasi para pemegang saham.

(rumus 2.4)

Analisis ROA dalam analisis laporan keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Semakin tinggi ROA ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA, kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat kembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Return On Equity (ROE)

merupakan suatu cara untuk mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Salah satu indikator yang digunakan investor untuk mengukur kinerja perusahaan adalah profitabilitas yang diukur dengan ROE, karena semakin tinggi laba, semakin tinggi pula nilai suatu perusahaan.

Indikator lain yang diperhatikan oleh investor selain dari kinerja keuangan adalah pengungkapan CSR yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Resposibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004). Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat, serta komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara stakeholders. Hal ini didukung oleh definisi Suharto (2006) yang menyatakan bahwa CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk membangun sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Dari definisi tersebut, dapat kita lihat bahwa salah satu aspek dalam pelaksanaan CSR adalah komitmen berkelanjutan dalam mensejahterakan komunitas lokal masyarakat sekitar.

Penilaian para investor atas saham di sebuah perusahaan, salah satunya dipengaruhi oleh return yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Kenaikan harga saham dipicu oleh semakin tingginya penilaian investor atas saham tersebut. Disisi lain, kenaikan harga saham secara otomatis akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham tersebut. Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pasar saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat. Nilai perusahaan itu sendiri, menurut Husnan dan Pudjiastuti (2012:6) merupakan nilai harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.

Dalam penelitian ini, nilai perusahan diukur dengan Price to Book Value (PBV), yang merupakan perbandingan harga pasar dari suatu saham dengan nilai bukunya. Adapun yang dimaksud dengan nilai buku adalah perbandingan antara modal dengan jumlah saham yang beredar. Berdasarkan nilai bukunya, PBV menunjukkan seberapa besar suatu perusahaan mampu menciptakan nilai yang relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Berdasarkan rasio PBV, dapat dilihat bahwa nilai perusahaan yang baik ketika nilai PBV diatas satu yaitu nilai pasar lebih besar daripada nilai buku perusahaan. Semakin tinggi nilai PBV menunjukan nilai perusahaan semakin baik. Sebaliknya, apabila PBV dibawah nilai satu mencerminkan nilai perusahaan tidak baik. Sehingga persepsi investor terhadap perusahaan juga tidak baik, karena dengan nilai PBV dibawah satu menggambarkan harga jual perusahaan lebih rendah dibandingkan nilai buku perusahaan.

2.3.1 Pengaruh Return On Assets dan Return On Equity Terhadap Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan persepsi atau penilaian investor terhadap suatu perusahaan, dimana sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang disebut dengan nilai pasar perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan atau juga disebut dengan nilai pasar perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.

Fakta menunjukan bahwa nilai kekayaan yang ditunjukan pada neraca tidak memiliki hubungan dengan nilai pasar dari perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan memiliki kekayaan yang tidak bisa laporkan dalam neraca seperti manajemen yang baik, reputasi yang baik dan prospek yang cerah. Nilai perusahaan juga didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Sehingga dari pengertian tersebut nilai perusahaan diukur dengan menggunakan harga saham.

Kinerja keuangan yang baik dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi investor sebagai dasar analisis investasinya. Salah satunya adalah melalui

analisis rasio profitabilitas yang dapat menunjukan efisensi dan efektifitas pengelolaan investasi oleh perusahaan dan kemampuannya untuk menghasilkan laba.

Semakin baik nilai profitabilitas maka secara teoritis kinerja keuangan perusahaan dikatakan baik, yang berakibat pula naiknya harga saham perusahaan. Dimana, harga saham dan jumlah saham yang beredar akan mempengaruhi nilai PBV sebagai proksi dari nilai perusahaan. Jika harga saham dan jumlah saham yang beredar naik maka nilai PBV juga akan naik (Kusumadilaga : 2010).

Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Gitman (2012:218) mengemukakan bahwa rasio profitabilitas diperlukan untuk mengetahui berapa tingkat keuntungan yang ditawarkan oleh setiap saham yang terdapat di bursa.

Dalam jurnalnya Wijaya dan Hadianto (2008) menyatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas, memungkinkan perusahaan memperoleh peringkat yang semakin tinggi pula (nilai perusahaan). Penelitian yang dilakukan Martikarini (2012) dalam jurnal Universitas Gunadarma, menyatakan bahwa Profitabilitas yang diukur dengan ROE secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV.

Penelitian yang dilakukan Welley dan Untu (2015) dalam Jurnal EMBAVol.3 No.1 Maret 2015ISSN 2303-1174, menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Yuliana, Alfian dan Aprilia (2012) dalam Jurnal STIE MDP, menyatakan bahwa Return on Equity (ROE) mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Mardiyati (2012) dalam Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) |Vol. 3, No. 1, menyatakan bahwa Profitabilitas memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Ulya (2014) dalam jurnal Universitas Dian Nuswantoro Semarang, menyatakan bahwa Variabel profitabilitas (ROE) menunjukan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.3.2 Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Desakan lingkungan perusahaan menurut perusahaan agar menerapkan strategi untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan strategi seperti ini diharapkan dapat memberikan image perusahaan yang baik kepada pihak eksternal. Keberlanjutan kinerja keuangan yang positif akan mudah dicapai dan diterima oleh pihak eksternal dengan melakukan pengungkapan CSR. Telah disebutkan dalam UU bahwa perusahaan yang aktivitasnya berhubungan dengan lingkungan alam wajib menerapkan CSR. Hal ini sejalan dengan stakeholder theory yang menjelaskan bahwa Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan, tetapi ada tujuan lain yaitu bentuk tanggung jawabnya kepada pihak stakeholder, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibandingkan hanya mencari laba untuk mencari laba untuk pemegang saham ( Gray et. AL, :1987 dalam Rahayu : 2010).

Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk kontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan adanya praktik Corporate Social Responsibility maka diharapkan nilai perusahaan akan baik dimata masyarakat. Perusahaan besar dan memiliki biaya keagenan yang lebih besar tentu akan mengungkapkan informasi yang lebih luas hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan (Martina, 2012).

Pelaksanaan CSR akan meningkatkan nilai perusahaan dilihat dari harga saham dan laba perusahaan (earning) sebagai akibat dari para investor yang menanamkan saham di perusahaan. Nurlela dan Islahuddin (2008) menyatakan bahwa dengan adanya praktik CSR yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor.

Penelitian Laras dan Basuki (2012) menyatakan bahwa pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan yang go public telah terbukti berpengaruh terhadap volume perdagangan saham bagi perusahaan yang masuk kategori high profile. Artinya bahwa investor sudah mulai merespon dengan baik informasi - informasi sosial yang disajikan perusahaan dalam laporan tahunan.

Semakin luas pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan ternyata memberikan pengaruh terhadap volume perdagangan saham perusahaan dimana terjadi lonjakan perdagangan pada seputar publikasi laporan tahunan sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

2.3.3 Pengaruh Return On Assets, Return On Equity dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan

Profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi. Profitabilitas dapat menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya, karena semakin besar dividen (dividend payout) akan semakin menghemat biaya modal, di sisi lain para manajer (insider) menjadi meningkat powernya bahkan bisa meningkatkan kepemilikannya akibat penerimaan deviden sebagai hasil keuntungan yang tinggi. Dengan tawaran mendapatkan hasil keuntungan yang tinggi, diharapkan dapat menarik minat investor didalam berinvestasi.

Pengungkapan sosial perusahaan diwujudkan melalui kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Semakin baik kinerja yang dilakukan perusahaan didalam memperbaiki lingkungannya, maka nilai perusahaan semakin meningkat sebagai akibat dari para investor yang menanamkan sahamnya pada perusahaan. Hal tersebut dikarenakan para investor lebih tertarik untuk menginvestasikan modalnya pada korporasi yang ramah lingkungan. Menurut Bowman & Haire dalam Anggraini (2006) semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Corporate Social Responsibility akan meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan meningkat. Hasil penelitian Dahli dan Siregar (2008) juga mengindikasikan bahwa perilaku etis perusahaan berupa tanggungjawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya memberikan dampak positif, yang dalam jangka panjang akan tercermin pada keuntungan perusahaan (profit) dan peningkatan kinerja keuangan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keterangan:

Yang diteliti Yang tidak diteliti Manajemen Keuangan Perusahaan Rasio Likuiditas Rasio Solvabilitas Rasio Aktivitas Keputusan Pendanaaan Keputusan Deviden Keputusan Investasi Rasio Profitabilitas Laporan Keuangan Return On Assets (ROA) Corporate social Responsibility (CSR) Nilai Perusahaan Kinerja Keuangan Return On Equity (ROE)

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara, yaitu suatu pernyataan yang kedudukannya belum sekuat proporsi atau dalil. Menurut Zulganef (2008:46) pengertian hipotesis yaitu:

“Hipotesis adalah kesimpulan atau jawaban terhadap masalah penelitian yang dibuat berdasarkan kerangka pemikiran sementara dari suatu permasalahan yang harus dibuktikan kebenarannya”. Berdasarkan uraian di atas maka hubungan antara variabel ditunjukkan pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Return On Assets berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan H2: Return On Equity berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan

H3: Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan H4: Return On Assets, Return On Equity, dan Corporate Social Responsibility

berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan Return On Assets (ROA) (X1) Corporate Social Responsibility (CSR) (X3) Return On Equity

Dokumen terkait