Teori dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori struktural fungsional. Berdasarkan pendekatan struktural fungsional, maka struktur keluarga dengan orang tua tunggal merupakan struktur yang tidak lengkap dan dapat menyebabkan ketidakseimbangan di dalam keluarga. Ketidakseimbangan yang terjadi dalam keluarga dapat memicu stress. Stress pada keluarga orang tua tunggal dipengaruhi oleh karakteristik anggota keluarga dan karakteristik keluarga itu sendiri. Karakteristik anggota keluarga sebagai individu akan berbeda dalam hal mempersepsikan stress, karena stress bagi seseorang belum tentu menjadi stress bagi individu lain. Selain itu, usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi stress. Semakin tinggi usia maka semakin banyak tugas yang harus dilakukan sehingga dapat memicu stress. Wanita juga cenderung memiliki stress lebih tinggi dibanding pria. Pendapatan yang diperoleh orang tua tunggal ayah atau ibu tunggal juga berpengaruh terhadap stress, apabila pendapatan yang diperoleh tinggi, maka stress untuk aspek finansial rendah, begitu pula sebaliknya. Karakteristik keluarga seperti jumlah anggota keluarga juga dapat mempengaruhi stress. Apabila orang tua tunggal memiliki banyak anak dan tanggungan anggota keluarga lain maka banyak yang harus diurus dan diperhatikan, hal tersebut dapat memicu stress.
Adanya stress membutuhkan strategi koping bagi setiap individu. Strategi koping yang diukur dalam penelitian ini yaitu strategi koping berfokus pada masalah (problem-focused coping) dan strategi koping berfokus pada emosi (emotion-focused coping). Karakteristik individu dan karakteristik keluarga seperti lama pendidikan diduga akan mempengaruhi jenis strategi koping apa yang akan digunakan ketika menghadapi stress. Selain itu, penggunaan strategi koping berfokus masalah cenderung akan mengurangi efek dari stress dibanding penggunaan strategi koping berfokus emosi.
Faktor demografi seperti usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi kesejahteraan subjektif. Pendapatan juga berhubungan dengan kesejahteraan subjektif, semakin tinggi pendapatan, maka kesejahteraan subjektif akan semakin baik pula. Selain itu, strategi koping dan stress memiliki dampak yang signifikan terhadap kepuasan hidup dan kesejahteraan subjektif.
11
Gambar 1 Kerangka berfikir pengaruh stress, strategi koping, terhadap kesejahteraan subjektif
METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul ―Tekanan Ekonomi, Dukungan Sosial, Ketahanan, Stress, Strategi Koping, serta Kesejahteraan Subjektif pada Keluarga Orang Tua Tunggal‖. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study, yaitu melakukan penelitian pada satu waktu tertentu.Lokasi penelitian dipilih secara
purposive, yaitu di Kota Bogor. Alasan pemilihan lokasi penelitian di Kota
Bogor yaitu dengan pertimbangan bahwa Kota Bogor merupakan salah satu Karakteristik Individu dan
Keluarga
- Usia responden
- Lama pendidikan responden - Pendapatan per kapita - Jumlah anggota keluarga - Lama menikah
- Lama bercerai
Stress
- Tanda-tanda stress mental - Tanda-tanda stress fisik
Strategi koping
- Problem focused coping - Emotional focused coping
Kesejahteraan Subjektif
- Fisik-ekonomi - Sosial
- Psikologis
12
kota yang tinggi tingkat perceraiannya di Jawa Barat dengan jumlah sebesar 34 399 atau 3.95 persen dari jumlah total penduduk di Kota Bogor. Selanjutnya, Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal dipilih sebagai kecamatan penelitian karena berdasarkan penelitian terdahulu, kedua kecamatan tersebut tinggi angka perceraiannya (Asilah dan Hastuti 2014; Sukaidawati 2015). Waktu penelitian terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data yang dilakukan mulai bulan Maret 2016 hingga Juni 2016.
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
Populasi pada penelitian ini adalah keluarga orang tua tunggal (single
parent). Responden pada penelitian ini adalah ibu tunggal karena cerai
hidup, serta bersedia untuk dijadikan sampel. Teknik penarikan contoh menggunakan metode purposive sampling. Jumlah contoh pada penelitian ini yaitu 40 ibu tunggal. Berikut adalah kerangka pengambilan contoh penelitian (Gambar 2). Kota Bogor dipilih secara purposive dengan alasan karena salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang tinggi tingkat perceraiannya. Selanjutnya Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Tanah Sareal dipilih secara purposive dengan alasan bahwa Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Tanah Sareal merupakan kecamatan yang memiliki jumlah perceraian tertinggi di Kota Bogor berdasarkan penelitian Asilah dan Hastuti (2014) serta Sukaidawati (2015). Setelah melakukan diskusi dengan pihak Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal, penulis disarankan untuk melakukan penelitian di Kelurahan Cilendek Barat dan Kelurahan Sindang Barang untuk Kecamatan Bogor Barat serta Kelurahan Kebon Pedes dan Tanah Sareal karena di kelurahan-kelurahan tersebut tinggi jumlah penduduknya sehingga diasumsikan tinggi pula jumlah penduduk yang bercerai. Kemudian penulis meminta data jumlah orang tua tunggal yang bercerai kepada para ketua rukun warga (RW) dan rukun tetangga (RT) di masing-masing kelurahan sehingga didapatlah 40 ibu tunggal.
13
Gambar 2 Metode penarikan contoh
Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Pengukuran Variabel
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara langsung dengan orang tua tunggal serta menggunakan alat bantu berupa kuesioner. Data sekunder didapatkan dari kantor kecamatan dan kantor kelurahan yaitu data mengenai jumlah penduduk dan data jumlah orang tua tunggal, data dari ketua rukun warga (RW) dan ketua rukun tetangga (RT) mengenai data penduduk orang tua tunggal yang bercerai. Data primer yang dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, meliputi:
1. Karakteristik keluarga contoh (usia responden, lama pendidikan responden, pekerjaan responden, pendapatan responden, jumlah anggota keluarga, lama menikah, dan lama bercerai).
2. Kuesioner stress pada ibu tunggal dikembangkan dari Family
Inventory of Life Events and Changes (FILE) oleh McCubin dan
Thompson (1991) dalam Fischer dan Corcoran (2000), Puspitawati (2013), dan Koswara (2009). Kuesioner stress berjumlah 46 pertanyaan dengan pilihan jawaban ―0=tidak pernah, 1=jarang,
Kota Bogor
Kecamatan Bogor Barat
Kecamatan Tanah Sareal
Kelurahan Cilendek Barat Kelurahan Sindang Barang Kelurahan Kebon Pedes Kelurahan Tanah Sareal 6 RW 1 RW 7 RW 2 RW n= 19 n= 2 n= 15 n= 4 purposive purposive purposive purposive purposive
14
2=sering, 3=kadang-kadang, dan 4=selalu‖ serta memiliki nilai
Cronbach’s alpha sebesar 0.925.
3. Kuesioner strategi koping dikembangkan dari Family Coping
Inventory (FCI) oleh McCubin dan Thompson (1991) dalam Fischer
dan Corcoran (2000) dan Ways of Coping Questionnaire oleh Lazarus dan Folkman (1985). Kuesioner strategi koping berjumlah 40 pertanyaan dengan pilihan jawaban ―0=tidak pernah, 1=jarang, 2=kadang-kadang, 3=sering, dan 4=selalu‖ serta memiliki nilai
Cronbach’s alpha sebesar 0.777.
4. Kuesioner kesejahteraan subjektif dimodifikasi dari kuesioner Kesejahteraan Keluarga Subjektif oleh Puspitawati (2012). Kuesioner kesejahteraan subjektif berjumlah 36 pertanyaan dengan pilihan jawaban ―0=tidak puas hingga 2=puas sekali‖ serta memiliki nilai Cronbach’s alpha sebesar 0.921.
Tabel 1 Variabel, skala, kategori, dan instrumen Variabel Skala Pengolahan data Karakteristik individu
dan keluarga
Usia responden Rasio Rataan data
Lama menikah Rasio Rataan data
Lama bercerai Rasio Rataan data
Jumlah anggota keluarga Rasio BKKBN 2005
[1] Keluarga kecil (0-4 orang) [2] Keluarga sedang (5-7 orang) [3] Keluarga besar (≥ 8 orang) Lama pendidikan responden
Rasio Rataan data
Pekerjaan responden Nominal [0] Tidak bekerja
[1] Petani [2] Buruh tani [3] Buruh non tani [4] PNS/ ABRI/ Polisi
[5] Jasa (tukang ojek, tukang cukur, dll)
[6] Ibu rumah tangga [7] Pedagang/ wirausaha [8] Lainnya (sebutkan)
Pendapatan per kapita Rasio Rataan data
Stress
Penyebab stress
Tanda-tanda stress mental Tanda-tanda stress fisik
Ordinal [1] Rendah: 0.00-33.33
[2] Sedang: 33.33-66.67 [3] Tinggi: 66.68-100.00
Strategi Koping
Strategi koping berfokus masalah
Strategi koping berfokus emosi
Ordinal [1] Rendah: <60
[2] Sedang: 60-80 [3] Tinggi: >80
15 Variabel Skala Pengolahan data Kesejahteraan subjektif Fisik-ekonomi Sosial Psikologis Ordinal [1] Rendah: <60 [2] Sedang: 60-80 [3] Tinggi: >80
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui wawancara kemudian diolah dan dianalisis melalui Microsoft Excel dan SPSS 16.0. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, scoring, dan analyzing. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga (usia responden, jumlah anggota keluarga, lama pendidikan responden, pekerjaan responden, lama menikah, dan lama bercerai), stress, strategi koping, dan kesejahteraan subjektif. Adapun analisis statistik dalam penelitian ini lebih detail dilakukan dengan cara:
1. Analisis deskriptif (rata-rata, nilai minimum dan maksimum, dan persentase) untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga orang tua tunggal, stress, strategi koping, dan kesejahteraan subjektif.
2. Uji hubungan menggunakan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga, stress, strategi koping, dan kesejahteraan subjektif.
3. Uji pengaruh dilakukan dengan uji regresi linear berganda. Uji tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel karakteristik keluarga orang tua tunggal, stress, strategi koping, terhadap variabel kesejahteraan keluarga subjektif.
Variabel penelitian selanjutnya diberikan skor penilaian pada setiap pertanyaan kuesioner. Setelah itu, skor total dari masing-masing variabel ditransformasikan menjadi skor indeks. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 100. Selain itu, bertujuan untuk menyamakan satuan agar perbandingan pengkategorian data setiap variabel seragam (Puspitawati dan Herawati 2013). Indeks dihitung dengan rumus:
Indeks = Skor aktual – nilai minimum x 100 Nilai maksimum – nilai minimum Keterangan:
Indeks = skala nilai 0-100
Nilai aktual = nilai yang diperoleh responden
Nilai maksimal = nilai tertinggi yang seharusnya dapat diperoleh responden
Nilai minimal = nilai terendah yang seharusnya dapat diperoleh responden
Skor indeks yang telah didapat dimasukkan ke dalam pengkategorian. Skor indeks dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Pengkategorian rendah, sedang, dan tinggi dikategorikan berdasarkan
16
Bloom’s cut off (Yimer et al. 2014) yaitu <60 dikategorikan rendah, 60-80 dikategorikan sedang, dan >80 dikategorikan tinggi.
Analisis hubungan digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik keluarga, stress, strategi koping, dan kesejahteraan subjektif. Sementara itu, uji regresi linier berganda merupakan teknik statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh beberapa buah variabel independen dan sebuah variabel dependen. Analisis regresi linier digunakan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, stress, dan strategi koping terhadap kesejahteraan keluarga subjektif.
Persamaan linier yang digunakan untuk uji regresi, yaitu: Y1 = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7 X7 + € Keterangan: Y = kesejahteraan subjektif α = konstanta regresi β1… β7 = koefisien regresi X1 = stress (skor)
X2 = strategi koping (skor) X3 = usia suami dan istri (tahun) X4 = lama pendidikan (tahun) X5 = pendapatan per bulan (rupiah) X6 = lama menikah (tahun)
X7 = lama bercerai (tahun) € = galat
Definisi Operasional
Karakteristik individu dan keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh
individu sebagai anggota keluarga berupa karakteristik keluarga responden dalam hal ini yaitu usia responden, lama pendidikan responden, pekerjaan responden, pendapatan responden, jumlah anggota keluarga, lama menikah, dan lama bercerai.
Keluarga orang tua tunggal yaitu keluarga dengan ibu tunggal sebagai
kepala keluarga, baik mempunyai anak ataupun tidak dengan penyebab menjadi orang tua tunggal yaitu cerai hidup.
Usia responden adalah jumlah tahun lengkap sejak lahir sampai usia ulang
tahun responden.
Lama pendidikan responden adalah lama pendidikan formal yang
ditempuh atau diperoleh responden dalam tahun.
Pekerjaan responden adalah pekerjaan atau mata pencaharian utama
maupun sampingan baik secara formal maupun informal yang menambah pendapatan keluarga.
Pendapatan responden adalah pendapatan yang diperoleh responden
setelah perceraian yang dimasukkan ke dalam pendapatan keluarga.
Jumlah anggota keluarga adalah jumlah anggota dalam keluarga yang
dikelompokkan berdasarkan BKKBN (2005) menjadi tiga kategori yaitu kecil (= 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥ 8 orang).
17
Lama menikah adalah lama menikah dimulai dari tahun pertama sampai
ulang tahun pernikahan yang terakhir sebelum bercerai.
Lama bercerai adalah lamanya perceraian sejak disahkan oleh pengadilan
maupun agama bahwa secara resmi sudah tidak lagi menjadi suami dan istri.
Stress adalah tanda-tanda stress baik secara mental maupun fisik yang dialami ibu tunggal.
Strategi koping adalah upaya orang tua tunggal ayah atau ibu dalam
mengurangi atau mengelola stress.
Strategi koping berfokus masalah adalah upaya yang dilakukan orang tua
ibu tunggal dalam mengurangi atau mengelola stress dengan berusaha mengubah keadaan atau lingkungan.
Strategi koping berfokus emosi adalah upaya yang dilakukan orang tua
tunggal ibu dalam mengurangi atau mengelola stress dengan cara mengelola emosi tanpa mengubah lingkungan secara langsung.
Kesejahteraan keluarga subjektif adalah tingkat kepuasan hidup dan
penerimaan keluarga terhadap apa yang dialami dalam keluarganya saat ini berdasarkan perspektif orang tua tunggal ibu.