• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga memiliki peran yang besar dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi seorang individu, karena keluarga adalah lingkungan eksternal pertama yang dikenal begitu individu baru dilahirkan di dunia. Seluruh kebutuhan primer bagi seseorang untuk hidup dan bertahan hidup ditentukan oleh kemampuan keluarga untuk memenuhi hidupnya. Oleh karena itu, karakteristik keluarga, yang meliputi besar keluarga, pendidikan orangtua, pendapatan keluarga dan pekerjaan orangtua, menentukan bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak, disamping karakteristik anak itu sendiri seperti umur, jenis kelamin dan urutan kelahiran.

Pada teori bioekologi Bronfrenbenner (1974), anak merupakan salah sebuah unsur dalam suatu lingkungan. Berbagai proses saling berinteraksi dan mempengaruhi perkembangan anak, proses tersebut dimulai dari lingkungan terdekat anak yang menjadi tempat anak tumbuh berkembang membentuk pola dan kebiasaan hidup sehari-hari atau tempat dimana anak saling berinteraksi di rumah, sekolah dan dalam kehidupan bertetangga (mikrosistem). Antara dua atau lebih lingkungan mikrosistem tersebut akan saling berhubungan dan didalamnya terdapat keterlibatan anak (mesosistem). Selanjutnya anak secara tidak langsung akan berinteraksi dengan lingkungan lembaga atau institusi yang akan mempengaruhinya (eksosistem) juga berinteraksi dengan lingkungan yang secara tidak langsung akan mempengaruhinya (makrosistem). Perubahan dan keberlanlanjutan yang berlangsung sepanjang waktu juga akan turut mempengaruhi kehidupan anak, seperti masuknya anak ke sekolah formal, pubertas, pernikahan, dan lain-lain (kronosistem).

Karakteristik keluarga dan individu akan menentukan gaya pengasuhan di lingkungan keluarga. Selanjutnya pengasuhan yang diterapkan keluarga akan membentuk perilaku dan juga pengalaman-pengalaman dari interaksi orang tua anak selanjutnya dipelajari oleh anak dan akan membentuk konsep diri anak. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain terutama dengan lingkungan terdekatnya (Fitts 1971). Perlakuan-perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak akan membekas hingga anak menjelang

dewasa dan membawa pengaruh terhadap konsep diri, baik konsep diri ke arah positif atau ke arah negatif.

Konsep diri yang diperoleh dari hasil suatu pembelajaran atau pengalaman merupakan faktor psikologis yang dapat mendorong motivasi belajar untuk mencapai prestasi. Apabila konsep diri yang dimiliki siswa merupakan konsep diri positif, maka akan timbul keyakinan bahwa dirinya bisa dan mampu sehingga memungkinkan dirinya untuk termotivasi belajar dan meraih prestasi. Sebaliknya, jika konsep diri negatif yang dimiliki, maka siswa akan memandang negatif dirinya dan akan merasa bahwa dirinya tidak mampu sehingga kurang memiliki motivasi untuk belajar dan meraih prestasi.

Motivasi belajar berhubungan dengan prestasi belajar, karena dengan memiliki motivasi dalam belajar siswa akan percaya pada kemampuannya, cenderung untuk berjuang mencapai prestasi yang lebih tinggi. Dengan adanya motivasi belajar untuk meraih prestasi yang tinggi maka siswa akan mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Menurut Winkel (1991) diacu dalam Slameto (2003) menyatakan bahwa prestasi belajar berhubungan dan dipengaruhi oleh faktor internal (intelegensi, motivasi belajar, minat, bakat, sikap, konsep diri, dan kondisi fisik) dan faktor eksternal (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat). Kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan karakteristik keluarga, karakteristik individu, gaya pengasuhan, konsep diri, motivasi belajar dan prestasi belajar disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan karakteristik individu, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, konsep diri, motivasi belajar, dan prestasi belajar

27 Lingkungan Sekolah: - Model pembelajaran (akselerasi, SBI, reguler) Prestasi belajar: - Kognitif - Psikomotorik - Afektif Gaya pengasuhan: - Otoriter - Permisif - Otoritatif Motivasi belajar: - Intrinsik - Ekstrinsik Konsep diri: - Positif - Negatif Karakteristik keluarga: - Besar keluarga - Pendidikan orangtua - Pendapatan keluarga Karakteristik individu: - Umur - Jenis kelamin - Urutan kelahiran

METODE

Desain, Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bogor, terdiri dari tiga kelas yaitu kelas akselerasi, SBI dan reguler. Penentuan tempat sekolah yang dijadikan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan sekolah pertama yang menerapkan program akselerasi di Kota Bogor dan kelas SBI, sedangkan sekolah kedua, memiliki karakteristik sekolah yang berbeda sehingga dapat dijadikan sebagai pembanding. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan mulai April hingga Mei 2011.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah siswa SMA di dua sekolah Kota Bogor. Contoh dari penelitian ini adalah siswa kelas XI di dua sekolah tersebut dengan pertimbangan siswa kelas XI telah memiliki pengalaman belajar di SMA relatif lama dibanding kelas X, tetapi tidak disibukkan dengan persiapan Ujian Akhir Nasional seperti kelas XII. Penentuan kelas akselerasi (hanya terdapat 1 kelas), SBI (dipilih 1 kelas dari 7 kelas) dan reguler (dipilih 1 kelas dari 5 kelas) dilakukan secara purposive. Dalam satu kelas yang dipilih memiliki jumlah siswa sebanyak 26 siswa pada kelas akselerasi, 32 siswa kelas SBI, dan 39 siswa kelas reguler, kemudian dilakukan pemilihan kembali untuk menjadi contoh. Total jumlah contoh untuk penelitian ini sebanyak 86 contoh, yang terdiri atas 26 contoh dari kelas akselerasi, 30 contoh kelas SBI dan 30 contoh dari kelas reguler yang dipilih secara purposive pula. Cara pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui teknik self report dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh contoh setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Data primer meliputi karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga), karakteristik contoh (umur, urutan kelahiran dan jenis kelamin), gaya pengasuhan, konsep diri, dan motivasi belajar. Data sekunder

meliputi prestasi belajar dan keadaan umum sekolah yang diperoleh dari pihak sekolah. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1.

Gambar 2 Bagan cara pengambilan contoh

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

Jenis Data Variabel Alat Bantu Skala Data

Primer Karakteristik keluarga: - Besar keluarga - Pendidikan orangtua - Pekerjaan orangtua - Pendapatan orangtua Kuesioner Rasio Ordinal Nominal Rasio Primer Karakteristik individu - Umur - Jenis kelamin - Urutan kelahiran Kuesioner Rasio Nominal Ordinal

Primer Gaya Pengasuhan Kuesioner Ordinal

Primer Konsep diri Kuesioner Ordinal

Primer Motivasi belajar Kuesioner Ordinal

Sekunder

Prestasi belajar Jumlah siswa

Keadaan umum sekolah

Rapor siswa Rasio

Purposive Purposive Purposive Purposive Purposive n=30 Kelas IPA (1 kelas) Kelas IPA (1 kelas) n=26 n=30 Kelas IPA (1 kelas) Kelas Akselerasi (26 siswa)

Kelas SBI (7 kelas = 224 siswa) Kelas Reguler (5 kelas = 195 siswa) Kota Bogor SMA Y Bogor SMA X Bogor

Sebelum digunakan untuk pengumpulan data penelitian, kuesioner yang sudah disusun diuji coba pada 10 siswa kelas XI. Hasil uji coba tersebut akan menentukan reliabilitas dari kuesioner yang digunakan. Uji coba kuesioner sebelum pengumpulan data dilakukan, untuk mengetahui pilihan bentuk kuesioner (pertanyaan dan pernyataan), kedalaman pertanyaan, ketepatan pemilihan kata, dapat tidaknya suatu pertanyaan ditanyakan, dapat tidaknya suatu pertanyaan dijawab, pilihan jawaban yang dimungkinkan, serta lama maksimal pengisian kuesioner.

Persepsi gaya pengasuhan orangtua diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Latifah (2009), mengenai persepsi gaya pengasuhan orangtua yang terbagi menjadi tiga tipe, yaitu: otoriter, permisif, dan otoritatif. Ketiga persepsi gaya pengasuhan orangtua ini terdiri dari dimensi demandingness (kontrol) dan responsiveness (kehangatan). Variabel ini terdiri atas 27 pertanyaan dengan skala Likert 1-4 dengan keterangan 1=tidak pernah; 2=hampir tidak pernah; 3=sering; 4=sangat sering/selalu. Reliabilitas kuesioner persepsi gaya pengasuhan memiliki nilai cronbach alpha 0,704.

Konsep diri diukur menggunakan kuesioner berbentuk skala yang mengacu pada alat skala konsep diri yaitu Tennessee Self-Concept Scale (TSCS) yang disusun oleh Fitts (1971) dan dimodifikasi oleh Hapsari (2001), mengenai konsep diri remaja yang terdiri dari 15 dimensi, yaitu: identitas diri fisik, tingkah laku fisik, kepuasan diri fisik, identitas diri etik moral, tingkah laku etik moral, kepuasan etik moral, identitas diri personal, tingkah laku diri personal, kepuasan diri personal, identitas diri keluarga, tingkah laku diri keluarga, kepuasan diri keluarga, identitas diri sosial, tingkah laku diri sosial, dan kepuasan diri sosial. Setiap dimensi yang diukur terdapat dua sifat item yaitu pernyataan yang bersifat positif (favorable) dan pernyataan bersifat negatif (unfavorable).Variabel konsep diri ini terdiri atas 50 pertanyaan dengan keterangan 1=sangat tidak sesuai dengan diri saya; 2=tidak sesuai dengan diri saya; 3=sesuai dengan diri saya; 4=sangat sesuai dengan diri saya. Reliabilitas kuesioner konsep diri memiliki nilai cronbach alpha 0,845.

Motivasi belajar diukur menggunakan kuesioner yang mengacu pada Rahmaisya (2011) yang merujuk pada (Pelletier,et al.1995) dan dimodifikasi

peneliti, mengenai motivasi belajar yang terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Variabel motivasi belajar ini terdiri atas 30 pertanyaan dengan skala Likert dengan keterangan: STS=sangat tidak setuju; TS=tidak setuju; S=setuju; SS=sangat setuju. Reliabilitas kuesioner persepsi motivasi belajar memiliki nilai cronbach alpha 0,805.

Tabel 2 Jenis data dan pengkategorian data

Jenis Data Kategori Pengukuran

Karakteristik Contoh

Urutan anak Sulung

Tengah Bungsu

Karakteristik Keluarga

Usia orangtua Dewasa muda (18-40 tahun)

Dewasa madya (41-60 tahun) Dewasa lanjut (>60 tahun)

Tingkat pendidikan Tidak tamat SD

SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat D1/D2/D3 S1/S2/S3

Pekerjaan orangtua - Tidak bekerja

- Wiraswasta - PNS - Swasta - ABRI - Buruh - Pensiunan - Dokter - Supir

Besar keluarga Keluarga besar (≥ 8 orang)

Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga kecil (< 4 orang)

Tingkat pendapatan ≤Rp 1.000.000,00 Rp 1.000.001,00 – Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.001,00 – Rp 3.000.000,00 Rp 3.000.001,00 – Rp 4.000.000,00 Rp 4.000.001,00 – Rp 5.000.000,00 >Rp 5.000.000,00

Konsep diri Positif

Negatif

Gaya pengasuhan Otoriter Permissif Otoritatif

Motivasi belajar (intrinsik dan ekstrinsik) Rendah (<60) Sedang (60-80) Tinggi (>80) Prestasi belajar Kognitif Psikomotorik Afektif Rendah (<60) Sedang (60-80) Tinggi (>80)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entryng, scoring, dan cleaning data. Pengontrolan kualitas data dilakukan melalui uji reliabilitas instrumen gaya pengasuhan, konsep diri, motivasi belajar dengan metode Cronbach’s Alpha.

Data persepsi gaya pengasuhan mengacu kepada standar baku yang telah dimodifikasi sesuai dengan penelitian. Standar baku yang dijadikan acuan adalah gaya pengasuhan dimensi arahan Baumrind. Penilaian terhadap data persepsi gaya pengasuhan, yaitu semakin tinggi persentase dari skor yang diperoleh pada suatu gaya pengasuhan tertentu maka semakin orangtua menerapkan gaya pengasuhan tersebut. Penentuan gaya pengasuhan paling dominan yang diterapkan ini didasarkan pada jawaban dari masing pertanyaan yang kemudian masing dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah skor maksimal pada masing-masing jenis pengasuhan dimensi arahan (ototiter, permissif, dan otoritatif), kemudian dipersentasekan dan dikategorikan.

Sistem skoring dibuat konsisten untuk variabel motivasi belajar, yaitu semakin tinggi skor maka semakin positif nilai variabelnya. Penentuannya didasarkan pada jawaban dari masing pertanyaan yang kemudian masing dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah skor maksimal pada masing-masing variabel, kemudian dipersentasekan dan dikategorikan. Pengkategorian terdiri dari tiga kategori yaitu: rendah (<60), sedang (60-80), dan tinggi (≥80).

Sistem skoring dibuat konsisten untuk variabel konsep diri, yaitu semakin tinggi skor maka semakin positif nilai variabelnya. Setelah itu dijumlahkan dan dipersentasekan, selanjutnya dikategorikan dengan teknik skoring menggunakan interval kelas.

Interval Kelas (A)=

Keterangan:

A = Interval Kelas NR = Skor Minimal NT = Skor Maksimal

Skor Maks (NT) – Skor Min (NR) Jumlah Kategori

Kategori:

Negatif : NR sampai NR+A

Positif : (NR+A)+ 1 sampai NR+2A

Prestasi belajar dilihat dari rata-rata nilai rapor mata pelajaran B.Indonesia, B.inggris, IPA, IPS, Matematika, Pendidikan Agama, Jasmani, TIK dan PKN dari semester satu kelas sepuluh sampai semester 1 kelas sebelas. Nilai rapor dilihat dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Nilai kognitif dan psikomotorik berupa angka sedangkan nilai afektif berupa predikat. Dalam pengolahannya, penilaian kognitif dan psikomotorik dikategorikan menjadi tiga kategori, rendah (<60), sedang (60-80), tinggi (≥80). Nilai afektif diberi skor sebagai berikut: yaitu A=4, B=3, C=2, D=1. Selanjutnya skor afektif dijumlahkan dan dirata-rata kemudian dikategorikan menjadi tinggi (≥3,1), sedang (2,1-3,0), rendah (1,0-2,0).

Analisis hubungan antar variabel secara statistik deskriptif digunakan tabulasi silang (Crosstab). Analisis secara statistik inferensial yang digunakan sebagai berikut:

1. Uji Beda

a. Uji One Way Anova untuk membandingkan karakterikstik keluarga dan karakteristik contoh (yang memiliki skala data rasio), konsep diri, motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas akselerasi, SBI dan reguler.

b. Uji Kruskal Wallis untuk membandingkan karakteristik keluarga dan contoh (yang memiliki skala data ordinal) serta gaya pengasuhan siswa kelas akselerasi, SBI dan reguler.

2. Uji korelasi

a. Uji korelasi Spearman untuk menganalisis hubungan karakteristik keluarga yang memiliki jenis skala data ordinal dengan gaya pengasuhan.

b. Uji korelasi Chi-Square untuk menganalisis hubungan jenis kelamin contoh dengan gaya pengasuhan.

c. Uji ini Pearson untuk mengetahui hubungan antar variabel (gaya pengasuhan, konsep diri, motivasi belajar dan prestasi belajar).

Definisi Operasional

Model Pembelajaran adalah program sekolah yang diikuti contoh, meliputi kelas akselerasi, SBI dan reguler.

Pendidikan Orangtua adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh orangtua contoh (ayah dan ibu).

Pekerjaan Orangtua adalah aktivitas fisik yang dilakukan orangtua contoh (ayah dan ibu) sebagai sumber mata pencaharian keluarga, meliputi buruh, wiraswasta, swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pensiunan, ibu rumah tangga, dokter, supir dan ABRI.

Pendapatan Keluarga adalah penghasilan per bulan yang diperoleh ayah dan ibu serta anggota keluarga lain dalam keluarga yang dinilai dengan rupiah. Besar Keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak

dan anggota keluarga lainnya, dinyatakan dalam jumlah orang.

Gaya Pengasuhan Orangtua adalah persepsi contoh tentang bagaimana orangtua melakukan interaksi dengan contoh, meliputi otoriter, permissif, dan otoritatif yang diukur berdasarkan persepsi remaja.

Gaya Pengasuhan Otoriter adalah orangtua bersikap kaku terhadap anak, mengharapkan ketaatan tingkah laku tanpa memberi penjelasan, banyak dan menetapkan batasan bagi anak.

Gaya Pengasuhan Permisif adalah bersikap hangat dan komunikatif terhadap anak tetapi memberikan pembatasan yang sedikit pada tingkah laku. Gaya Pengasuhan Otoritatif adalah orangtua yang memberi kehangatan, lebih

luwes dalam menetapkan batasan dan disertai penjelasan pada anak. Konsep Diri adalah evaluasi terhadap domain diri yang spesifik serta berkaitan

dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya.

Konsep Diri Positif adalah jika siswa penuh percaya diri, terlihat optimis dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya.

Konsep Diri Negatif adalah jika siswa meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup.

Motivasi belajar adalah hal yang mendorong contoh untuk melakuan kegiatan belajar, dinyatakan dalam skor.

Motivasi Intrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang muncul dari dalam diri contoh tanpa adanya rangsangan atau pengaruh dari luar diri contoh.

Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang muncul karena pengaruh dari luar diri, misal karena ada imbaan atau hukuman. Prestasi belajar adalah rata-rata nilai rapor untuk 15 mata pelajaran dari semester

satu kelas sepuluh sampai semester 1 kelas sebelas.

Prestasi kognitif adalah nilai rapor untuk mata pelajaran yang bersifat akademis dan dinyatakan dengan angka.

Prestasi psikomotoik adalah nilai rapor yang diperoleh dari hasil praktikum mata pelajaran tertentu dan dinyatakan dengan angka.

Prestasi afektif adalah nilai rapor yang diperoleh berdasarkan sikap atau minat siswa terhadap mata pelajaran dan dinyatakan dalam huruf mutu.

Dokumen terkait