• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi ini memaparkan tentang perubahan pandangan masyarakat terhadap ikan sidat di wilayah Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta sejak tahun 1987 hingga 2014. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perubahan dapat di artikan sebagai keadaan yang berubah. Jadi bisa kita definisikan bahwa perubahan adalah peralihan keadaan yang sebelumnya, perubahan tersebut tidak hanya berupa keadaan saja melainkan bisa berupa perubahan pola pikir, dan perilaku suatu masyarakat. Perubahan itu dapat mengenai lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi, mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan, struktur-struktur, organisasi, lembaga-lembaga, lapisan-lapisan masyarakat, relasi-relasi sosial, sistem-sistem komunikasi itu sendiri. Juga perihal kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, kemajuan teknologi dan seterusnya.18

Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa tentang kekuatannya maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna. Terjadinya perubahan tersebut disebabkan oleh 2 (dua) faktor yaitu :

18Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 384.

17

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor penyebab perubahan yang terjadi dari dalam diri manusia yang timbul karena adanya dorongan dari diri manusia tersebut untuk melakukan perubahan pada dirinya dan lingkungannya. Faktor internal dapat terjadi jika adanya dorongan atau motivasi untuk melakukan suatu perubahan, perubahan yang terjadi dapat berupa bentuk, sikap maupun situasi.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor penyebab perubahan yang terjadi dari luar diri manusia. Faktor tersebut dapat disebabkan karena faktor keluarga, masyarakat dan lingkungan. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan merupakan satu wujud nyata dari kehidupan yang mampu mendorong atau memotivasi sesorang untuk mengubah Sesuatu menjadi bebeda dari sebelumnya melalui sebuah proses yang dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Perubahan dapat membuat sesorang mampu menciptakan atau merubah sesuatu sesuai dengan tututan situasi dan kondisi keluarga, lingkungan dan masyarakat setempat.

Sedangkan pengertian pandangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu konsep yang dimiliki seseorang atau golongan dalam masyarakat.

Dalam hal ini pandangan yang dimaksud adalah suatu konsep hasil pemikiran baik individu maupun kelompok tentang suatu hal, dalam skripsi ini adalah pandangan masyarakat tentang ikan sidat. Jadi, perubahan pandangan adalah berubah, beralihnya atau bergantinya sudut pandang individu maupun kelompok terhadap sesuatu hal. Dalam skripsi ini, beralihnya pandangan suatu masyarakat (nelayan) sebagai pelaku penangkapan sidat yang awalnya menganggap sidat sebagai ikan keramat menjadi ikan ekonomis.

18

Pengertian penangkapan adalah adalah proses, cara, perbuatan menangkap.19 Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang dilakukan manusia neanderthal (neanderthal man) sejak 100.000 tahun yang lalu menggunakan tangan yang kemudian profesi ini secara perlahan-lahan terus berkembang dengan menggunakan berbagai alat yang masih sangat tradisional yang terbuat dari berbagai jenis bahan seperti batu, kayu, tulang dan tanduk.20

Perikanan tangkap di Indonesia dikelompokkan dalam 3 kelompok, yakni perikanan lepas pantai, perikanan pantai, dan perikanan darat.21 Perikanan pantai ialah kegiatan menangkap populasi hewan air (ikan, udang, kerang-kerangan) dan memanen tumbuhan air (ganggang, rumput laut) yang hidup liar di perairan sekitar pantai. Masalah yang dihadapi perikanan tangkap pada umunya adalah menurunnya hasil tangkap yang disebabkan oleh eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya perikanan dan degradasi kualitas fisik, kimia dan biologi lingkungan perairan. Kualitas dan kuantitas sumber daya perikanan sebagai sasaran dari kegiatan perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan sebagai tempat hidupnya. Oleh karena itu, pengelolaan wilayah perairan pesisir menjadi faktor cukup penting demi keberlanjutan kegiatan perikanan tangkap. Selain itu, pencegahan penggunaan bahan racun dan peledak (dinamit) untuk menangkap ikan demi keberlanjutan ekosistem perairan tangkap. Teknik menangkap glass ell dibedakan menjadi dua, yakni:22

19Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 1607.

20Sudirman dan Mallawa, Teknik Penangkapan Ikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 1.

21Rokhmin Dahuri, dkk, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1996), hlm. 210.

22Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, “Mengenal Sidat” (http://dislautkan.jogjaprov.go.id/web/detail/191/mengenal sidat, diakses pada tanggal 22 Maret pukul 14:40).

19

1. Menggunakan jaring sorong.

Biasanya dilakukan di sungai pada malam hari. Penangkapan menggunakan bantuan lampu untuk menarik perhatian glass eel. Ukuran mata jaring sorong yang digunakan 0,7 mm-1 cm.

2. Memasang jaring secara melintang di sungai.

Teknik ini berguna untuk menangkap glass ell yang dating bersama arus pasang. Ukuran mata jaring yang digunakan 0,7 mm-1 cm.

Nelayan dapat didefinisikan sebagai orang atau komunitas orang yang secara keseluruhan atau sebagian dari hidupnya tergantung dari kegiatan menangkap ikan.23

Masyarakat nelayan berdasarkan pemilikan modal dapat dibagi menjadi dua.24

1. Nelayan juragan, yaitu pemilik perahu dan alat tangkap ikan yang mampu mengubah para nelayan pekerja sebagai pembantu dalam usahanya untuk menangkap ikan di laut. Mereka itu mempunyai tanah yang digarap pada musim paceklik. Nelayan juragan dibagi menjadi tiga, yaitu nelayan juragan laut, nelayan juragan darat, dan orang yang mempunyai modal tetapi bukan nelayan asli.

2. Nelayan pekerja, yaitu nelayan yang tidak memiliki alat produksi atau modal tetapi memiliki tenaga yang dijual pada nelayan juragan untuk membantu menjalankan usahanya.

Sementara itu, ikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah binatang yang hidup di air, umumnya bernafas dengan insang, tubuhnya bersisik, bergerak dan menjaga keseimbangan badannya dengan menggunakan sirip.25 Ikan Sidat memiliki bentuk bulat panjang menyerupai ular atau seperti belut namun

23Johanes Widodo dan Suadi, Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), hlm. 29.

24Wahyuningsih, BA, Budaya Kerja Nelayan Indonesia Daerah Jawa Tengah Kasus Masyarakat Desa Wonokerto Kulon Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan (Jakarta: CV. Bupara Nugraha, 1997), hlm. 2.

25Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, hlm. 418.

20

memliki sirip, mempunyai rasa daging yang enak sehingga disukai dan banyak dicari oleh konsumen dari luar negeri, terutama Jepang. Ikan Sidat yang dikenal dengan nama Unagi di Jepang banyak dijadikan sebagai bahan makanan khas Jepang, sedangkan di Indonesia sendiri terdapat tidak kurang dari 7 jenis ikan sidat dari 18 jenis sidat yang ada di dunia. Ikan yang mempunyai nama latin Angguilla Sp ini merupakan ikan yang dulu mudah didapat di sungai-sungai atau rawa-rawa yang tersambung dengan sungai, namun sekarang mulai sulit didapat.

Ikan sidat bersifat katadromus, yaitu melakukan migrasi ke arah laut pada saat akan melakukan perkawinan dan memijah di laut dalam, sedangkan benih sidat akan menuju ke muara sungai mencari air tawar untuk melakukan migrasi ke hulu sampai mereka tumbuh dewasa.26

Sidat merupakan hewan yang termasuk ke dalam family Anguillidae.

Hewan ini memiliki banyak nama daerah, seperti ikan uling, ikan moa, ikan lubang, ikan lumbon, ikan larak, dan ikan pelus. Tubuh sidat memanjang dan terlihat seperti tidak bersisik, namun sebenarnya bersisik kecil berbentuk memanjang dan dilapisi lendir yang tebal. Susunan sisiknya tegak lurus terhadap panjang tubuhnya. Punggung sidat berwarna coklat kehitaman, perutnya berwarna kuning hingga perak. Hewan ini memiliki kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu bernafas menggunakan seluruh bagian kulitnya.

Sidat mengalami empat fase pertumbuhan, larva sidat disebut glass ell. Tubuhnya lebar seperti daun dan transparan. Setelah berukuran sekitar 12 cm disebut elver.

Selanjutnya, menjadi fingerling dengan panjang tubuh sekitar 40 cm. Fingerling kemudian menjadi sidat ukuran konsumsi dengan panjang tubuh 80 cm hingga 1 m lebih. Sidat termasuk genus Anguilla. Wilayah penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik, Atlantik dan Hindia. Sidat bersifat nocturnal yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas sidat pada malam hari sehingga jumlah sidat yang

26Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, “Restocking Ikan Sidat di DIY” (http://dislautkan.jogjaprov.go.id/web/detail/136, diakses pada tanggal 10 Januari 2016 pukul 16:52).

21

tertangkap pada malam hari lebih banyak dibandingkan yang tertangkap siang hari.27

Kondisi suatu wilayah pesisir erat kaitannya dengan sistem sungai yang bermuara di wilayah itu. Perubahan sifat sungai yang mungkin terjadi, baik yang disebabkan karena proses alami maupun sebagai akibat kegiatan manusia, baik yang terjadi di hulu maupun di daerah hilir, akan mempengaruhi wilayah pesisir yang bersangkutan. Oleh karenanya, secara alami wilayah pesisir merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu system wilayah sungai.28 Ikan sidat merupakan salah satu jenis ikan yang tumbuh dan berkembang di perairan tawar seperti sungai, waduk, telaga, danau, situ, dan genangan air tawar lainnya, namun untuk pemijahannya dilakukan dilaut dalam dan untuk selanjutnya benih yang menetas beruaya kembali ke perairan tawar. Migrasi benih sidat dari laut ke perairan tawar banyak mengalami kendala, terutama kondisi jalur imigrasinya.

Terkait dengan hal tersebut maka ikan ini sangat rawan mengalami kepunahan.29 Melihat permasalahan tersebut, adanya peranan pemerintah dalam hal ini DKP Provinsi Yogyakarta dalam melakukan berbagai upaya mulai dari pembinaan terhadap nelayan ikan sidat hingga pemberian fasilitas alat tangkap ikan sidat diharapkan dapat merubah pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan menjadi penangkapan yang tetap menjaga kelestarian ekosistem ikan sidat itu sendiri.

Budidaya perikanan adalah usaha pemeliharaan dan pengembang biakan ikan atau organisme air lainnya. Budidaya perikanan disebut juga sebagai budidaya perairan atau akuakultur mengingat organisme air yang dibudidayakan bukan hanya dari jenis ikan saja tetapi juga organisme air lain seperti kerang, udang maupun tumbuhan air. Berdasarkan kata penyusunnya budidaya perikanan tentunya tersusun dari dua kata yakni budidaya dan perikanan. Menurut Kamus Besar

27Poster Sidat (Yogyakarta: Dinas Kelautan dan Perikanan DIY).

28Supriharyono, Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 15.

29Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Tahun 2013 (Yogyakarta: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY, 2013).

22

Bahasa Indonesia Budaya adalah usaha yang bermanfaat dan memberikan hasil, Sedangkan Perikanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemeliharaan dan pembudidayaan ikan.30 Dalam skripsi ini yang dimaksud dengan budidaya merupakan budidaya pembesaran dalam kolam penampungan/pemeliharaan. Hal ini dikarenakan upaya budidaya pemijahan dalam kolam masih belum dapat terealisasikan. Siklus hidup sidat yang katadromus menjadi salah satu faktor utama kendala budidaya tersebut.

Untuk mengkaji masalah mengenai perubahan pandangan masyarakat terhadap ikan sidat di wilayah Kabupaten Gunungkidul ini penulis menggunakan pendekatan fenomenologi. Hegel mendefinisikan fenomenologi sebagai

“pengetahuan sebagaimana pengetahuan tersebut tampil atau hadir terhadap kesadaran” (“knowledge as it appears to consciousness”). Selain itu fenomenologi juga dapat diartikan sebagai “ilmu pengetahuan tentang penggambaran apa yang dilihat oleh seseorang, apa yang dirasakan dan diketahuinya dalam immediate awareness and experience-nya. Penekanan pada proses penggambaran ini yakni upaya mengungkapkan “phenomenal consciousness” (kesadaran fenomenal, kesadaran mengenai fenomena) melalui ilmu pengetahuan dan filsafat, menuju ke

“the absolute knowledge of the absolute.”31 Pendekatan Fenomenologi merupakan pendekatan yang berakar pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada pengalaman hidup manusia (sosiologi). Pendekatan fenomenologi menggunakan pengalaman hidup sebagai alat untuk memahami secara lebih baik tentang sosial budaya, politik atau konteks sejarah dimana pengalaman itu terjadi. Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek kajian dangan memahami inti pengalaman dari suatu fenomena.

30Dinas Perikanan Pemerintah Kabupaten Buleleng, “Pengertian Budidaya

Perikanan/Budidaya Perikanan/Akuakultur”

(https://diskan.bulelengkab.go.id/artikel/pengertian-budidaya-perikananbudidaya-perairanakuakultur-81, pada tanggal 3 Juni pukul 21:58).

31Heddy Shri Ahimsa Putra, “Fenomenologi Agama: Pendekatan Fenomenologi untuk Memahami Agama”, Jurnal Penelitian UIN Sunan Kalijaga Vol 20 No 2 (Yogyakarta: UGM, 2012).

23

Dokumen terkait