BAB I PENDAHULUAN
1.2. Kerangka Pemikiran
Emisi gas rumah kaca (GRK) telah meningkat sejak pertengahan abad ke-19, yang menyebabkan perubahan signifikan dan berbahaya dalam iklim global. Tingkat emisi yang lebih tinggi akan menimbulkan masalah pemansan global, perubahan iklim serta meningkatnya kejadian iklim ekstrim seperti
kekeringan, banjir, badai dan kenaikan muka air laut. Diperkirakan kondisi ini akan mempengaruhi milyaran penduduk pantai, kualitas lingkungan global dan kemampuan negara untuk mempertahankan dan keberlanjutan pembangunan ekonomi di masa depan.
Salah satu GRK yang paling signifikan peningkatannya adalah karbon dioksida (CO2) yang saat ini telah meningkat sekitar 35%, dan diperkirakan 2/3 merupakan akibat langsung dari penggunaan bahan bakar fosil untuk produksi energi. Sementara menurut laporan Stern, (2006), perubahan iklim akibat dari deforestasi dan degradasi hutan diperkirakan lebih dari 18% memiliki konsentrasi di atmosfer.
Untuk mencegah meningkatnya emisi dari sektor kehutanan akibat perubahan penggunaaan lahan kehutanan maka perlu adanya tindakan pengurangan emisi deforestasi dan degradasi hutan (REDD). Pengertian REDD adalah sebuah mekanisme pembayaran kompensasi atas penghindaran pemanfaatan lahan yang menyebabkan deforestasi dan degradasi hutan, sehingga mampu menahan emisi karbon (Ministry of Forestry, 2008).
Berdasarkan BAP paragraf 1b (iii), REDD+ merupakan pendekatan kebijakan dan insentif positif pada isu-isu yang berkenaan dengan pengurangan emisi yang berasal dari penurunan kerusakan hutan dan tutupan hutan di negara berkembang, peran konservasi, pengelolaan hutan secara lestari serta peningkatan stok karbon hutan di negara berkembang (Bappenas, Departemen Kehutanan, Departemen Kehutanan dan UN-REDD, 2010). Kegiatan REDD+ ini akan berjalan efektif jika kondisi aksi terhadap perbaikan sosial ekonomi masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan terpenuhi.
Salah satu kegiatan untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi adalah dengan melaksanakan pengelolaan hutan dalam bentuk konservasi melalui Sistem Silvikutur Intensif pada Tegakan Meranti atau TPTII. Kegiatan TPTII yang dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan pembangunan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan akan berkontribusi secara secara nyata terhadap REDD+.
Model konservasi karbon melalui TPTII Pada Tegakan Meranti dapat digunakan sebagai salah satu adaptasi dalam mendukung skema perdagangan karbon . Sistem TPTII diterapkan di dalam areal hutan alam diduga memiliki peran untuk mengurangi degradasi hutan. Kegiatan TPTII dibangun sebagai suatu aktivitas mencegah degradasi dan deforestasi hutan melalui kegiatan pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan pengembangan sistem silvikultur terbaik, pemberian benefit (manfaat) kepada masyarakat dan sektor kehutanan melalui kegiatan social forestryatau pengelolaan hutan berbasis masyarakat.
Aplikasi TPTII sebagai sistem silvikultur terbaik, karena memperhatikan kepentingan konservasi, kelestarian keanekaragaman hayati, keberlanjutan kehidupan masyarakat sekitar dan ke dalam hutan, dan kelangsungan industri. Salah satu kegiatan yang termasuk kedalam kegiatan sistem silvikultur Intensif adalah adanya usaha nyata untuk mengurangi emisi GRK dan degradasi hutan.
Selain itu, kegiatan TPTII juga akan bermanfaat dalam mengurangi terjadinya deforestasi kawasan hutan, dengan cara melibatkan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan kawasan hutan agar alih fungsi kawasan berkurang melalui kegiatan penanaman jenis-jenis pohon dengan kombinasi usahatani masyarakat dikenal dengan istilah social forestry. Namun pengembangan program social forestry ini harus didukung oleh adanya sistem pembinaan intensif dan mekanisme insentif dan diinsentif kepada masyarakat di sekitar kawasan hutan.
Kegiatan pembinaan dan insentif yang dapat dilakukan antara lain dengan mengembangkan sistem pendanaan untuk membangun tanaman-tanaman unggulan diantaranya adalah gaharu (Aquilaria mallaccensis), Karet (Hevea braziliensis), Jarak (Jatrophacucas), dan Meranti (Shorea spp.). Pemberian benefit bagi masyarakat dibangun dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu efek dari peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah terjaminya kelestarian ekosistem hutan.
Jika tidak dapat memberikan benefit maka jelas kelestarian hutan akan terancam dan laju deforestasi akan meningkat. Menurut Elias (2008) tingkat laju deforestasi mengalami peningkatan sejak tahun 1990-1997 sebesar 1,8 juta
ha/thn, 1997-2000 sebesar 2,8 juta ha/thn dan 2000-2005 sebesar 1,08 juta ha/tahun. Jika dapat memberikan benefit maka kelestarian hutan akan terjamin Kelestarian ekosisitem hutan akan memberikan dampak positif dalam mempertahankan fungsi ekologis hutan, fungsi ekonomis hutan, dan fungsi sosial. Salah satu fungsi hutan yang terjamin adalah fungsi hutan untuk memitigasi karbon emiter. Hal ini disebabkan karena ekosistem hutan mempunyai kemampuan dalam menyimpan dan menyerap karbon. Kemampuan tanaman dalam menyerap karbon akan berdampak pada pengurangan pencemaran karbon, yang pada akhirnya dapat berdampak pada pengurangan efek rumah kaca.
Untuk itu perlu dilakukan kajian sistem pengelolaan kawasan hutan yang mampu mengurangi terjadinya degradasi dan deforestasi. Dalam kaitan ini ialah dengan mengkaji penerapan sistem TPTII pada tegakan meranti yang telah dilakukan di areal hutan PT Sari Bumi Kusuma (PT. SBK) Kalimantan Tengah, dengan sistem silivikultur lainnya. Aspek yang dikaji meliputi; (a) dinamika karbon, (b) manfaat ekonomi karbon, (c) pola keterlibatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat serta kebutuhan lahan masyarakat yang berada di dalam dan sekitar areal PT. SBK, dalam upaya mengurangi terjadi deforestasi dan degradasi hutan.
Kerangka pemikiran kegiatan penelitian potensi karbon tegakan meranti dalam kaitannya dengan pengurangan degradasi dan deforestasi hutan disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Potensi Pemanfaatan Sistem TPTII Untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD)
Degradasi & Deforestasi Potensi pencemar karbon Konservasi TPTII Membangun model pengelolaan Hutan Taman Nasional Manfaat Ekonomi Hutan Hutan hujan Dipterocarpaceae adalah vegetasi Kontribusi Penurunan Emisi Konsep ingrowth, up growth, growth stage Karbon Model Dinamika pertumbuhan Model biomassa Model karbon Model Ekonomi Karbon Potensi Nilai Manfaat C Nilai Biaya Karbon Cash Flow Analisis Dan Sensitivitas Dinamika Sosial Ekonomi Pengakuan Adat Kepastian Usaha Penyerapan Tenaga Kerja Kebutuhan Hidup Minimal Pemilihan Komoditas Unggulan Destruktif dan alometrik data fit
Model Pertumbuhan Logistik Data Fit
Analisis Ekonomi dan Biaya Real AHP, Analisis Deskriptif, Wilcoxon, Regresi KONT RIBUSI Meranti (Shorea spp) Benefit (manfaat) Mengurangi Degradasi & Deforestasi Bagi Masyarakat Bagi Ekosistem Hutan Bagi sistem pengelolaan Bagi Pengusaha KONT RIBUSI Kelestarian Hutan Terjamin Pembangunan Hutan Berkelanjutan
Degradasi & Deforestasi Menurun GRK Menurun Fungsi Ekologi, Ekologi dan Sosial Terjaga tidak ya tidak ya SKEMA PERDAGANGAN KARBON (REDD+) Masyarak at Sekitar Kawasan