• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.3. Kerangka Pemikiran

2.3.1 Pengaruh Penghar gaan Finansial terhadap pemilihan pr ofesi sebagai akuntan pemerintah

Penghasilan atau penghargaan finansial yang diperoleh sebagai kontraprestasi dari pekerjaan yang telah dilakukan diyakini sebagian besar perusahaan sebagai daya tarik untuk memuaskan karyawannya (Wijayanti, 2001 dalam Widyasari 2005).

Semua akuntan menganggap gaji awal dalam karir menentukan sebagai daya tarik utama untuk memberikan kepuasan kepada karyawannya. Gaji merupakan penghargaan yang berjudul finansial (Reha dan Lu, 1985, Wijayanti, 2001 dalam Rochmatullah, 2007 ) gaji dipertimbangkan dalam keinginan berkarir karena memang tujuan utama seseorang bekerja adalah memperoleh penghargaan (gaji), ditambah lagi akhir-akhir ini pemerintah mulai mencanangkan kebijakan remunerasi bagi pegawai serta pejabat pemerintah, remunerasi menurut kamus Bahasa Indonesia adalah pembelian hadiah (penghargaan atas jasa dsb). Para aparatur negara adalah bagian dari Pemerintahan. Maka dalam konteks Reformasi birokrasi di lingkungan tersebut, upaya untuk menata dan meningkatkan kesejahteraan para pegawai adalah merupakan kebutuhan yang sangat elementer, mengingat kaitannya yang sangat erat dengan misi perubahan kultur pegawai (Reformasi bidang kultural). Sehingga dengan struktur gaji yang baru (nanti), setiap pegawai diharapkan akan mempunyai daya tangkal (imunitas) yang maksimal terhadap rayuan atau iming-iming materi (kolusi).

Saat ini penghargaan finansial atau gaji masih dipandang sebagai alat ukur untuk menilai pertimbangan jasa yang telah diberikan karyawan sebagai imbalan yang telah diperolehnya. Seseorang yang bekerja tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan ekonomi saja, akan tetapi alasan kuat yang mendasar sampai sekarang mengapa sesorang bekerja hanya untuk alasan faktor ekonomi. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisiologi dalam kata lain karyawan harus memenuhi kebutuhan hidupnya melalui pendapatan yang ia peroleh karena dari situlah semua kebutuhan hidupnya bisa di bayar.

2.3.2 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap pemilihan profesi sebagai akuntan pemerintah

Lingkungan dalam suatu perusahaan termasuk salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksankan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi karyawanya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tiidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja karyawan. Menurut Lewa dan Subowo (2005) Lingkungan kerja didisain sedemikian rupa agar dapat tercipta hubungan kerja yang mengikat pekerja dengan lingkungannya. Lingkungan kerja merupakan suasana kerja yang meliputi sifat kerja (rutin, atraktif, dan sering lembur), tingkat persaingan antar karyawan dan tekanan kerja merupakan faktor dari lingkungan pekerjaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Rahayu (2003) dalam Widyasari (2010) menunjukkan bahwa karir sebagai akuntan pendidik pekerjaanya lebih rutin dibanding karir yang lain. Rahayu juga mengungkapkan bahwa mahasiswa yang memilih profesi akuntan publik dan akuntan perusahaan menganggap bahwa profesi yang mereka pilih akan memberikan banyak kesempatan untuk berkembang. Karir sebagai akuntan pemerintah pekerjaannya lebih rutin yang rutinitasnya sedikit lebih tinggi dibanding akuntan perusahaan, tidak mempunyai banyak tantangan dan dapat dengan cepat terselesainya (Setiawan Chan, Andi 2012).

Lingkungan kerja merupakan suasana kerja yang meliputi sifat kerja (rutin, atraktif dan sering lembur), tingkat persaingan antar karyawan dan tekanan kerja merupakan faktor dari lingkungan pekerjaan. Karakter yang keras dan komit dibutuhkan oleh seorang akuntan dalam menghadapi lingkungan pekerjaan. Deadline waku yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan mendorong akuntan untuk dapat menguasai lingkungan kerjanya agar nyaman dan tenang dalam bekerja.

Lingkungan kerja mendorong seseorang untuk menjadi pribadi yang berbeda dari lingkungan sebelum memperoleh pekerjaan. Seorang pekerja dituntut untuk dapat beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan kerja, agar dapat mencapai target kerja yang diwajibkan.(William Andersen, 2012).

2.3.3 Pengaruh Indeks Pr estasi (IPK) terhadap Pemilihan Pr ofesi Sebagai Akuntan Pemerintah

IPK telah lama menjadi syarat untuk melamar pekerjaan. Seseorang dari lulusan perguruaan tinggi misalnya hanya boleh melamar bila IPK nya 3,0.

Rupanya persyaratan IPK saja belum cukup karena disinyalir belum menjamin kualitas seorang alumni. IPK boleh tinggi tetapi prestasi kerja belum tentu. Lagi pula IPK alumni dari suatu erguruan tinggi merupakan prestasi relatif yang belum tentu sama kualitasnya dengan alumni perguruan tinggin lainnya. Barangkali ini merupakan salah satu “kiat” perusahaan untuk memperoleh calon pegawai yang memenuhi kriteria mereka. Sehigga IPK turut berpengaruh terhadap kesempatan kerja. Kebanyakan mahasiswa ingin cepat lulus dengan IPK tinggi. Bahkan sebagian besar mahasiswa yang memiliki IPK tinggi adalah motovasi utama untuk kuliah. Ada orang yang menganggap IPK tinggi sangat penting sangat penting didalam mencari pekerjaan. Hampir lowongan kerja sekarang ini mensyaratkan bagi pelamar kerja harus mempunyai IPK minimal 3,00. Coba lihatlah lowongan kerja di media masa atau internet. Walaupun seorang itu punya kemampuan bagus kalau IPK tidak sampai 3 jelas surat lamaran kerjanya langsung dibuang ke kotak sampah. Ibarat masuk rumah, sarjana yang memiliki IPK 3 sudah bisa masuk dulu. (Nurman dkk, 1994 dalam Siregar, 2006) menyatakan bahwa Indeks Prestasi Kumulatif berguna membantu meramalkan keberhasilan mahasiswa dimasa yang akan datang. Nilai yang diperolehnya dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menetapkan suatu keputusan tentang diperkenankan atau tidak mahasiswa tersebut melanjutkan pelajaran pada semester atau tingkat yang lebih tinggi. Indeks prestasi juga dapat dimanfaatkan untuk menilai keberhasilan mahasiswa dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang menjadi tujuan mata kuiah yang diambilnya. Lebih jauh lagi bahwa prestasi mahasiswa di perguruan tinggi dapat

turut menentukan kesempatan kerja yang lebih baik sekaligus menentukan masa depannya.

Memang saat ini persaingan dunia kerja sangatlah ketat, banyak perusahaan mencari pekerja yang benar-benar memenuhi kualifikasinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah salah satu faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk memilih profesi apa yang di inginkan di masa depan karena IPK bisa dijadikan tolak ukur kecerdasan seorang mahasiswa yang dari IPK itulah para perusahaan atau organisasi menilai apakah para mahasiswa tersebut layak untuk berada di perusahaan atau organisasinya.

2.3.4 Gambar Diagram Kerangka Pikir :

Analisis Regresi Linier Berganda Gambar 2.1. Diagr am Kerangka Pikir

Penghargaan Finansial (X1) Lingkungan Kerja (X2) IPK (X3) Pemilihan Profesi Sebagai Akuntan Pemerintah

Dokumen terkait