• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Teoritis Wirakoperasi

Menurut Hendar dan Kusnadi (1999) pada Fajrian (2013) kewirausahaan koperasi (wirakoperasi atau cooperative entrepreneur) merupakan suatu sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif dengan mengambil sikap inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama. Wirakoperasi berkaitan erat dengan jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh seseorang, karena pada dasarnya wirakoperasi merupakan sikap kepemimpinan yang menjunjung tinggi nilai-nilai perkoperasian dalam menjalankan suatu kegiatan usaha.

Menurut Baga (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Profil dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis yang dimuat dalam Prosiding Makalah Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis IPB, wirakoperasi merupakan suatu konsep baru dalam pengembangan koperasi. Wirakoperasi seharusnya lahir dari kalangan insan koperasi, yaitu orang yang memahami dan menghayati benar hakekat dan prinsip-prinsip koperasi dan berupaya untuk mengembangkannya secara konsisten. Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya petani. Wirakoperasi juga yakin bahwa meningkatkan kesejahteraan anggota melalui gerakan koperasi merupakan suatu hal yang achieveable.

Peran wirakoperasi sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu kegiatan usaha karena jiwa kewirausahaan yang koperatif pada seorang pemimpin akan menunjukkan sikap yang bertanggungjawab dalam meningkatkan kesejahteraan para anggota dan para petani. Orientasi peningkatan kesejahteraan tersebut dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan pendapatan petani atau anggota dan perubahan skala usaha kecil menjadi skala usaha yang lebih besar bagi para petani, sehingga dengan terwujudnya hal-hal tersebut seorang pemimpin telah berhasil melakukan peran wirakoperasi dalam pembangunan agribisnis. Peran seorang wirakoperasi adalah menemukan peluang berkoperasi dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan para anggotanya (Baga 2011). Konsep wirakoperasi ini dapat diterapkan pada suatu rancangan bisnis yang akan dijalankan dengan melakukan kerjasama bersama petani yang berperan sebagai pemasok bahan baku atau input usaha yang nantinya rencana bisnis tersebut akan didirikan oleh sorang wirakoperasi. Petani akan mendapatkan kepercayaan dengan memberikan kepastian pasokan bahan baku yang berkelanjutan pada pelaku usaha. Disisi lain, pelaku usaha akan melakukan pembelian bahan baku dengan menetapkan harga yang menguntungkan petani sebagai pemasok utama.

Seorang wirakoperasi harus mampu melakukan hal yang inovatif dalam kegiatan usahanya yang berguna untuk meningkatkan nilai tambah bagi produk yang dihasilkannya. Tugas seorang wirakoperasi yang utama adalah menciptakan inovasi yang dapat memberikan perubahan yang positif dalam organisasi usaha. Keberhasilan inovasi akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan seorang wirakoperasi (Fajrian 2013). Adanya peran wirakoperasi akan meningkatkan skala usahanya serta kesuksesan usaha yang dijalankan wirakoperasi akan membawa kesuksesan pula pada usaha petani.

Rencana Bisnis

Bisnis ialah sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa, dan pemerintahan yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa ke konsumen. Apabila kebutuhan masyarakat meningkat maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut sambil memperoleh laba (Alma 2008). Kegiatan bisnis ditujukan untuk menciptakan keuntungan atau laba dan bisnis yang baik akan tetap memperhitungkan dampak bagi kesejahteraan sosial selama bisnis tersebut

berjalan. Perlu disusun sebuah perencanaan yang matang sebelum mulai menjalankan suatu kegiatan bisnis.

Perencanaan bisnis merupakan pembahasan tertulis yang menguraikan hal-hal yang mendasari pertimbangan pendirian bisnis/usaha dan yang berkaitan dengan pendirian bisnis tersebut. Sehingga inti dari suatu perencanaan bisnis adalah penghubung antara ide dan kenyataan artinya bagaimana ide diwujudkan menjadi kenyataan dengan mengetahui faktor-faktor yang menjadi pemicu keberhasilan dan kegagalan suatu bisnis (Sirait 2010). Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang mendeskripsikan semua elemen internal dan eksternal yang relevan dan strategi-strategi untuk memulai sebuah perusahaan baru. Secara ringkas, berikut ini adalah 5 alasan business plan harus dibuat dengan baik menurut Rangkuti (2005), yaitu:

1. Business Plan adalah blueprint usaha yang terkait mengenai pihak-pihak yang bekerja sama dalam kegiatan organisasi dan operasional. Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang akan membantu agar tetap fokus pada tujuan yang telah ditetapkan.

2. Business Plan merupakan alat untuk mencari dana, sehingga berhasil dalam bisnis.

3. Business Plan adalah sarana komunikasi untuk menarik orang lain, pemasok, konsumen, dan penyandang dana. Business plan akan membuat berbagai pihak yang bermitra mengerti tujuan dan cara operasional bisnis tersebut.

4. Rencana bisnis membantu mempermudah dalam menjalankan usaha dengan mengetahui langkah-langkah praktis menghadapi persaingan dan membuat promosi sehingga lebih efektif.

5. Membuat pengawasan lebih mudah dalam kegiatan operasional agar sesuai dengan rencana.

Rencana Pemasaran

Kegiatan bisnis tidak dapat terlepas dari kegiatan pemasaran. Antara kemajuan perusahaan dan pemasaran terdapat hubungan yang saling menunjang, artinya semakin maju perusahaan maka semakin canggih strategi pemasaran yang digunakan. Sebaliknya, semakin canggih strategi pemasaran yang digunakan akan semakin menunjang kemajuan perusahaan (Alma 2008). Target pasar yang akan dituju sangat menentukan apakah bisnis akan mendapatkan keuntungan atau kerugian dari penjualan. Target pasar di dalam maupun di luar negeri sebaiknya dipertimbangkan terlebih dahulu secara matang dengan mengkaji peluang pasar yang ada. Tingginya permintaan disuatu wilayah dapat dijadikan target pasar dalam menjual produk.

Perencanaan pemasaran sangat diperlukan untuk mengikuti perkembangan dan menghadapi persaingan yang semakin ketat di masa yang akan datang. Kegiatan pemasaran suatu barang cenderung memiliki hubungan antara permintaan dan penawaran, permintaan dan penawaran barang-barang pertanian bersifat tidak elastis. Faktor yang menyebabkan penawaran barang-barang pertanian tidak elastis ialah barang pertanian sangat tergantung oleh keadaan alam dan faktor cuaca. Hal tersebut menunjukkan bahwa, sangatlah penting menyusun rencana pemasaran secara matang. Rencana pada kegiatan pasar meliputi kegiatan

keputusan pada pasar secara menyeluruh. Keputusan ini berkisar pada analisis yang lengkap atas target dan sasaran serta kebutuhan konsumen maupun pelanggan dan lingkungan pasar yang bersaing dengan ketat. Sebelum melakukan bisnis, hendaknya dilakukan kegiatan perencanaan yang mencakup pembahasan terhadap analisis pasar dan bauran pemasaran (marketing mix development). A. Analisis Pasar

Analisis terhadap aspek pasar ini terlebih dahulu harus dilakukan agar dapat mengetahui kondisi pasar potensial yang akan dimasuki oleh produk perusahaan. Analisis aspek pasar yang dilakukan hendaknya dapat menentukan jenis pasar yang akan dipilih apakah berupa pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, maupun pasar monopolistik agar dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat. Agribisnis modern melengkapi diri dengan beberapa alat bantu yang canggih dalam pengambilan keputusan pasar termasuk riset pemasaran dan segmentasi pasar. Riset atau analisis pasar merupakan proses pengumpulan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan serta bermanfaat untuk mengetahui kebutuhan dan daya beli pelanggan (Umar 2003). Dalam analisis pasar ini dikaji lebih dalam mengenai strategi pemasaran yang meliputi Segmenting, Targeting, dan Positioning.

1. Segmenting

Segmentasi pasar merupakan proses memilah-milah atau kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari satu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen (Firdaus 2007). Analisis segmentasi pasar memberikan hasil yang menunjukkan bahwa perilaku konsumen atau pasar yang beragam dan masing-masing dapat dikelompokan ke dalam karakteristik yang relatif homogen menjadi beberapa segmen-segmen pasar. Menurut Kotler dan Susanto (2000) dalam Winandi (2012) pengelompokan segmen pasar dibagi berdasarkan beberapa kelompok, yaitu:

a. Segmentasi berdasarkan kelompok geografi (wilayah, ukuran kota, perkotaan, daerah pinggiran, dan pedesaan).

b. Segmentasi berdasarkan kelompok demografi (usia, jenis kelamin, siklus hidup keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, dan suku)

c. Segmentasi berdasarkan kelompok psikografi (kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian).

d. Segmentasi berdasarkan kelompok perilaku (peristiwa, manfaat, status pemakai, dan sikap terhadap produk).

2. Targeting

Targeting atau target pemasaran ialah kelompok dari pelanggan masyarakat atau organisasi yang akan langsung dituju dalam program pemasaran produk. Targeting ditujukan agar dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas pemasaran produk dari sekian banyak segmen pasar, sehingga perusahaan harus memilih segmen yang akan dituju oleh perusahaan dalam memasarkan produknya.

3. Positioning

Positioning merupakan tahap menganalisis posisi pasar dari suatu produk tertentu dan membandingkannya dengan merek produk lain melalui

tanggapan konsumen atau pelanggan. Analisis posisi produk dapat dilakukan dengan analisis preferensi konsumen. Penentuan utama posisi pasar (positioning) dari suatu produk ialah bahwa konsumen memilih suatu merek produk yang memiliki karakteristik yang lebih dibutuhkan, diinginkan, dan dirasakan konsumen dibandingkan dengan merek lain. Maka dari itu, posisi pasar suatu produk biasanya menggunakan perbandingan antar merek produk yang lainnya.

B. Marketing Mix Development

Munculnya perubahan pasar dan pergeseran selera konsumen saat ini, menjadi tantangan dalam kegiatan marketing maka strategi pemasaran harus mampu menjawab tantangan ini sebagai sebuah usaha dalam mencapai target pemasaran produk yang maksimal. Buchari Alma (2008), menjelaskan bahwa ruang lingkup pemasaran ialah membangun kepuasan pelanggan melalui penekanan terhadap mutu produk dan pelayanan, menganalisa konsumen, dan perilaku pembeli serta memunculkan loyalitas pelanggan. Sistem informasi pasar dengan menggunakan hasil riset pemasaran merupakan salah satu tindakan dalam rencana pemasaran.

Kegiatan pemasaran pada bisnis diharapkan beroperasi secara sehat dan jika produk yang dihasilkan mampu memasuki pasar yang potensial dan memiliki tempat di pasaran diharapkan dapat menghasilkan jumlah hasil penjualan yang menguntungkan. Salah satu cara mempertahankan konsumen dalam strategi pemasaran ialah melalui marketing mix dan marketing selection. Marketing mix atau bauran pemasaran merupakan suatu kombinasi yang memberikan hasil maksimal dari unsur-unsur product, price, place, promotion, people, process, dan physical evidence. Unsur-unsur marketing mix yang diterapkan pada rencana bisnis dengan hasil produk barang ialah product, price, place, dan promotion.

1. Produk (Product)

Hasil yang didapatkan dari suatu kegiatan operasional bisnis dan produk dapat berupa barang maupun jasa. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai produk yang akan dipasarkan dan mengenai selera konsumen terhadap produk tersebut. Produk yang dihasilkan harus memiliki product features atau tampilan produk dan atribut-atribut produk yang sesuai kebutuhan serta keinginan konsumen.

2. Harga (Price)

Kebijaksanaan harga yang dilakukan oleh suatu perusahaan pada strategi pemasarannya akan menentukan keberhasilan pemasaran produk tersebut, sejauh mana harga yang ditetapkan perusahan dapat diterima oleh seluruh kalangan masyarakat, sebagian masyarakat, atau bahkan tidak dapat diterima sama sekali.

3. Tempat (Place)

Perencanaan tempat dalam strategi pemasaran membahas tentang pola distribusi barang yang akan disalurkan dan dijual serta ketersediaan fasilitas yang dapat memberikan nilai tambah bagi konsumen dari sisi tempat. Hal tersebut sangat penting dalam melakukan strategi pemasaran.

4. Promosi (Promotion)

Promosi merupakan teknik penjualan produk dengan memakai berbagai media maupun taktik promosi lainnya. Ruang lingkup promosi mencakup

kegiatan-kegiatan periklanan, personal selling, public relations, sales promotion, events, dan direct marketing.

Rencana Produk

Tanaman ini dapat digunakan dalam berbagai bentuk, yaitu bentuk segar, simplisia, ekstrak kental dan kering, serbuk, kapsul, hingga teh. Beberapa bentuk olahan dari daun pegagan inilah yang kini banyak dibutuhkan dan dihasilkan oleh industri. Bentuk fresh product atau daun pegagan segar yang dihasilkan oleh petani nyatanya belum mampu meningkatkan pengembangan komoditas pegagan untuk masuk kedalam industri yang lebih luas. Kebanyakan petani hanya mampu mengolah tanaman pegagan ini dalam bentuk pegagan segar tetapi belum mampu melakukan proses pengolahan yang akan menghasilkan produk setengah jadi (intermediate product) maupun produk jadi. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan petani dalam mengadopsi teknologi, sehingga petani atau pelaku usaha lainnya belum mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi dari proses kegiatan budidaya yang mereka lakukan. Kondisi inilah yang memunculkan peluang dan mendorong untuk melakukan pengembangan tanaman pegagan melalui sebuah rencana bisnis. Rencana produk akan dilakukan dengan melakukan proses pengolahan lanjutan yaitu pengeringan dan daun pegagan. Bisnis pengeringan daun pegagan ini akan menghasilkan intermediate product atau produk setengah jadi.

Menurut Sembiring (2007), kegiatan pasca panen mencakup dua hal yaitu penanganan (handling) dan pengolahan (processing) bahan mentah menjadi bahan setengah jadi dan bahan jadi. Kegiatan pengolahan ini berupa pengeringan daun pegagan segar dengan menggunakan teknologi gabungan antara pengeringan alami dan pengeringan buatan. Tujuan dari pengeringan yaitu untuk memperpanjang umur simpan produk. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran pegagan dengan menggunakan sinar matahari, oven, vacuum cabinet dryer, frezee dryer, maupun kombinasi matahari dengan alat blower (Sembiring 2007). Pengeringan pegagan dengan menggunakan mesin akan menghasilkan mutu simplisia yang lebih baik. Produk simplisia dari bahan baku tanaman pegagan inilah yang nantinya diharapkan akan meningkatkan keuntungan pelaku usaha ketika melakukan kegiatan bisnis karena produk tersebut telah memiliki nilai tambah dengan dilakukannya proses pengolahan produk segar (fresh product) pegagan menjadi produk setengah jadi (intermediate product).

Rencana Operasional (Produksi)

Teknis operasional atau produksi merupakan salah satu bagian penting dalam ruang lingkup perencanaan bisnis. Rencana operasional merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2009). Rencana operasional dilakukan agar dapat mengetahui serta memperkirakan rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Rencana operasional atau proses produksi membahas hal utama yaitu rencana jumlah produksi, teknologi yang digunakan, tenaga kerja atau tenaga teknis, perencanaan bahan baku, perencanaan lokasi dan tata letak, serta proses

produksinya. Rencana operasional dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan operasi dan produksi perusahaan pada kegiatan perencanaan bisnis menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik maka akan berakibat fatal bagi pelaksanaan bisnis kedepan. Aspek ini juga menilai penentuan luas produksi yaitu jumlah produksi yang akan dihasilkan dalam waktu tertentu dengan biaya yang paling efisien, sehingga dapat diperoleh profit margin yang tinggi (Kasmir et al. 2010).

Rencana Jumlah Produksi

Rencana jumlah produksi dilakukan agar pelaku bisnis dapat mengestimasi perkiraan mengenai jumlah bahan baku yang akan dipasok dari petani, tingkat permintaan pasar terhadap produk, serta alokasi seberapa besar modal dan biaya yang perlu dikeluarkan. Jumlah produksi berhubungan dengan beberapa hal dalam kegatan produksi, yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat permintaan terhadap produk 2. Kapasitas mesin

3. Pasokan bahan baku 4. Modal kerja

5. Peraturan pemerintah dan ketentuan teknis lainnya Teknologi

Setelah merancang rencana jumlah produksi, sebagai pelaku bisnis juga harus mempertimbangkan mengenai teknologi yang digunakan. Pemilihan teknologi untuk berproduksi dalam menghasilkan produk barang maupun jasa saat ini telah berkembang pesat. Hendaknya, kemajuan teknologi membawa efisiensi yang tinggi pada proses produksi sekaligus menghasilkan produktivitas yang tinggi pula. Menurut Umar (2007) dalam melalukan pemilihan teknologi harus mengetahui seberapa besar manfaat ekonomi yang dapat dihasilkan, selain itu terdapat beberapa kriteria lainnya ialah kesesuaian dengan bahan mentah yang dipakai, keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain, kemampuan tenaga kerja dalam pengoperasian teknologi, dan kemampuan antisipasi terhadap teknologi lanjutan. Beberapa teknologi yang dapat digunakan dalam kegiatan bisnis pengolahan dan pengeringan daun pegagan ini seperti vacum cabinet dryer, oven, frezee dryer, blower, dan teknologi mesin vacum packaging sebagai alat pengemasan produk (Yusron 2004).

Perencanaan Bahan Baku

Menurut Yusron (2004) pada kegiatan proses produksi untuk mendapatkan hasil olahan pegagan yang berkualitas serta dapat digunakan sebagai bahan baku obat fitofarmaka maka diperlukan usaha untuk menghasilkan simplisia, ekstrak, maupun serbuk pegagan yang terstandar sesuai dengan standar operasional yang baku. Standar operasional tersebut diharapkan dapat menyediakan sumber bahan baku dalam jumlah yang memadai dan mutu yang baik. Kelangsungan ketersediaan bahan baku dapat dijamin agar dapat terus dipasok ke industri-industri biofarmaka maupun fitofarmaka. Perencanaan bahan baku meliputi: jenis

bahan baku, kuantitas bahan baku, kualitas bahan baku, persediaan bahan baku, dan kemungkinan penggunaan jenis bahan baku lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasokan bahan baku meliputi:

a. Ketersediaan bahan baku b. Kualitas bahan baku c. Harga bahan baku d. Transportasi bahan baku e. Jalur pengadaan bahan baku

f. Faktor-faktor non ekonomis (kondisi alam, cuaca, dan lingkungan) Perencanaan Lokasi dan Tata Letak

Penentuan lokasi dan tata letak menjadi hal yang perlu direncanakan lebih awal. Pemilihan lokasi bisnis dan tata letak bangunan dapat menentukan tingkat efisiensi dan efektifitas kegiatan bisnis yang akan dijalankan. Semakin strategis lokasi yang dipilih maka akan berdampak pula pada peningkatan keuntungan. Perencanaan ruang kerja, ruang produksi, maupun ruang penyimpanan produk ditentukan dengan memperhatikan kebutuhan luasnya dari masing-masing tempat kegiatan tersebut. Rencana tata letak dan lokasi ini sangat berpengaruh terutama dalam aspek kegiatan produksi dan pemasaran produk nantinya.

Tenaga Kerja (Tenaga Teknis)

Tenaga kerja atau tenaga teknis perlu direncanakan kualitas dan kuantitasnya. Kualitas tenaga kerja yang dipakai menentukan seberapa baik keahlilan yang dimiliki pekerja dalam menjalankan proses produksi maupun kegiatan manajemen dan organisasi, sedangkan penentuan kuantitas tenaga kerja mencakup berapa banyak pekerja yang dibutuhkan dalam kegiatan bisnis ini. Bisnis yang baik tentu harus memenuhi kedua kriteria tersebut, baik kuantitas maupun kualitas tenaga kerja perlu diperhitungkan. Pemenuhan tenaga kerja teknis atau produksi sebagai sumberdaya manusia yang terstruktur dan terorganisir dengan baik dapat menciptakan bisnis yang memiliki peluang keuntungan tinggi.

Rencana Organisasi dan Sumberdaya Manusia

Aspek manajemen secara garis besar menyangkut masalah pengelolaan sumber daya manusia (SDM) maupun rencana perusahaan secara keseluruhan yang disusun sesuai dengan tujuan perusahaan. Pada perencanaan bisnis yang akan dijalankan, hal-hal yang perlu dianalisis adalah bagaiamana fungsi-fungsi manajemen sebagai perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controling) diterapkan secara benar. Seorang pelaku usaha harus mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, tim manajemen mempelajari mengenai bagaimana bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, bagaimana aspek legalitas dan perizinan perusahaan yang akan dibangun, bagaimana struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, penentuan anggota dan tenaga kerja inti, dan sistem gaji.

Perencanaan bisnis dengan tim manajemen akan membentuk badan usaha yang nantinya akan dijalankan dan dikaitkan dengan kekuatan hukum. Disamping hal tersebut, aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis ketika menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al. 2009). Aspek hukum meliputi analisis mengenai penetapan jenis badan hukum atau bentuk kepemilikan yang akan digunakan dalam perencanaan bisnis, dalam praktiknya digolongkan menjadi badan hukum perseorangan, firma, perseroan komanditer (CV), perseroan terbatas (PT), perusahaan negara, perusahaan daerah, yayasan, dan koperasi. Analisis terhadap aspek ini sangat penting mengingat sebelum usaha dijalankan maka dalam kegiatan perencanaan bisnis segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah terpenuhi (Kasmir et al. 2010).

Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha Koperasi

Pembentukan sebuah usaha diawali dengan proses pemilihan aspek legalitas. Aspek legalitas sebuah badan usaha dipilih agar usaha tersebut memiliki bentuk hukum secara formal, sehingga badan usaha dapat dilindungi oleh pemerintah. Pendirian bisnis pengolahan pegagan ini diawali dengan adanya ide pembentukan bisnis pengolahan komoditas biofarmaka dengan basis wirakoperasi. Kemudian proses selanjutnya ialah melakukan sosialisasi. Sosialisasi mengenai program kegiatan pengolahan pasca panen ini dilakukan oleh wirakoperasi serta fasilitator lainnya kepada gapoktan di beberapa desa daerah Kecamatan Bogor. Setelah sosialisasi tercapai, maka selanjutnya ialah proses pembentukan badan usaha Koperasi Sejahtera Tani. Skema pembentukan badan usaha dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1 Skema pembentukan badan usaha

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau kelompok dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi (UU No 12 Tahun 2012). Sebuah badan hukum yang disebut sebagai koperasi harus menjalankan prinsip-prinsip dasar koperasi. Menurut UU No 25 Tahun 1992 pasal 5 disebutkan tujuh prinsip koperasi sebagai berikut :

Ide pembentukan bisnis pengolahan daun pegagan dengan basis wirakoperasi Terbentuknya badan usaha koperasi Sosialisasi oleh wira koperasi Gapoktan

1. Bersifat sukarela dan terbuka

Koperasi adalah organisasi yang keaggotannya bersifat sukarela bagi semua orang yang bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan tanpa membedakan gender, latar belakang sosial, ras, politik atau agama.

2. Pengawasan oleh anggota secara demokratis

Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh anggotanya, yang secara aktif membuat kebijakan membuat keputusan. Laki-laki dan perempuan yang dipilih menjadi pengurus atau penanggung jawab bertanggung jawab kepada rapat anggota.

3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi

Anggota menyetorkan modal mereka secara adil dan mengawasinya secara demokratis. Sebagian dari modal tersebut adalah milik bersama. Balas jasa terhadap modal diberikan secara terbatas.

Dokumen terkait