BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
E. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Sejumlah penelitian telah dilakukan tentang pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance kesimpulannya yang sangat meyakinkan. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Sartori (2010); Friese, Link dan Mayer (2006); Chen dan Chu (2010); Bovi (2005); Chai dan Liu; Kim, Li dan Li* (2010); Crocker dan Slemrod (2003); Khurana dan Moser (2009); Ralf dan Chatelain(2010); dll. Beberapa diantaranya menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara corporate governance dan tax avoidance. Sesekali lain menyimpulkan bahwa hubungan yang ada antara corporate governance
commit to user
dan tax avoidance adalah positif jika dan hanya jika diikuti dengan rendahnya biaya agensi dan biaya transaksi (Sartori, 2010). Sejumlah penelitian yang dilakukan di luar negeri telah menunjukkan bahwa dampak corporate governance yang efektif negatif pada aktivitas tax avoidance.
Tindakan penghematan pajak yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan di Indonesia dimaksudkan bukan untuk menggelapkan pajak, tapi lebih pada tujuan penghematan besarnya beban pajak yang dibayar oleh perusahaan dengan cara memanfaatkan celah pada peraturan perpajakan yang ada di Indonesia (Suandy 2008). Beberapa negara termasuk Indonesia, celah antara legal dan ilegalnya suatu tindakan penghematan pajak ini masih ambigu, sehingga tidak disarankan bagi Wajib Pajak untuk menarik kesimpulan sendiri terkait dengan undang-undang perpajakan. Lebih baik jika Wajib Pajak melakukan crossceck terkait pemahaman undang-undang dengan otoritas perpajakan (Khurana dan Moser, 2009). Sehingga meminimalkan kemungkinan Wajib Pajak terjerumus dalam lingkaran ambiguitas yang merugikan di masa yang akan datang.
Corporate governance secara komperhensif (bersama-sama) biasanya diukur menggunakan proksi Corporate GovernanceIndeks (CGI) seperti yang dilakukan oleh Arifin (2003) dan Khomsiyah (2003). Menurut Shen dkk (2006) dalam Kurniasih dan Siregar (2007) menyebutkan bahwa corporate governance dibagi dalam tiga area, yaitu : struktur kepemilikan, transparansi informasi dan struktur dewan. Banyak penelitian terkait corporate governance
commit to user
(2006), variabel yang digunakan sebagai proksi corporate governance secara
partial (terpisah) untuk struktur kepemilikan yaitu kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial untuk struktur dewan digunakan jumlah dewan komisaris. Fala, (2007) juga menggunakan proksi yang sama terkait struktur dewan. Jumlah komite audit juga digunakan sebagai proksi corporate governance mengacu pada penelitian yang dilakukan Mayangsari (2003). Transparansi informasi dapat diukur dengan kualitas audit. Dalam penelitiannya Mayangsari (2003) mengungkapkan bahwa pengukuran kualitas audit dapat dilakukan dengan menggunakan proksi spesialisasi industri dan ukuran KAP. Tax avoidance diukur dengan menyimpulkan perbedaan terkait laba yang dilaporkan ke pasar modal atau laba komersial dengan laba yang dilaporkan dalam otoritas perpajakan atau laba fiskal atau book tax gap
(Desai dan Dharmapala, 2007; Bovi 2005; Chai dan Liu, 2010; Kim, Li dan Li*, 2010).
Pengukuran ini menjadi hal yang sulit ketika data-data terkait proksi
corporate governance dan tax avoidance tidak disediakan oleh perusahaan. Data-data yang dibutuhkan untuk mengukur corporate governance diperoleh dari laporan tahunan perusahaan (annual report) yang terdaftar di BEI tahun 2008, apabila datanya tidak terdapat dalam website resmi BEI (www.idx.co.id) maka dapat mencarinya di website resmi perusahaan terkait. Data laba fiskal perusahaan diperoleh dari informasi yang terdapat pada laporan keuangannya, sehingga seharusnya tidak ditemui kesulitan yang berarti terkait dengan laba fiskal. Data yang harus dikumpulkan antara lain laporan keuangan (financial
commit to user
report) perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008 yang dapat di download
melalui website resmi BEI (www.idx.co.id) atau website resmi perusahaan terkait, jika keduanya tidak menyajikan data tersebut maka dapat mencari data tersebut di Indonesian Captial Market Directory (ICMD) untuk tahun 2008.
Penelitian terkait corporate governance telah banyak dilakukan di Indonesia, antara lain dilakukan oleh Arifin (2003); Khomsiyah (2003); Midiastuty dan Machfoedz (2003); Boediono (2006), menunjukkan betapa pentingnya aktivitas ini dalam suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya ketertarikan terhadap pemahaman terkait corporate governance sudah mulai berkembang. Dalam artikelnya Sulistyanto dan Wibisono (2003) tentang mekanisme corporate governance di Indonesia, mengkaji tentang berhasilkah mekanisme good corporate governance ini apabila diterapkan di Indonesia dan secara signifikan apakah akan mengurangi upaya rekayasa keuangan yang dilakukan manajemen. Dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan dugaan tersebut, karena dari hasil uji beda terbukti tidak adanya perbedaan tingkat rekayasa antara sebelum dan sesudah kewajiban penerapan prinsip tersebut, sehingga bisa disimpulkan bahwa corporate governance yang baik belum berhasil diterapkan di Indonesia. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Haruman (2008) yang mengkaji terkait pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan keuangan dan nilai perusahaan, tetapi analisis keterkaitan antara mekanisme corporate governance terhadap kebijakan strategi perpajakan agresif melalui tax avoidance belum banyak dikaji. Dibuktikan dengan sulitnya mencari referensi dari Indonesia terkait interaksi dua variabel
commit to user
tersebut. Sehingga peneliti merasa tertarik untuk mengkaji interaksi antara kedua variabel tersebut melalui penelitian ini.
Penelitian terkait corporate governance dan tax avoidance telah banyak dilakukan di luar negeri. Penelitian yang dilakukan oleh Sartori (2010) tentang
Effects of Strategic Tax Behaviors on Corporate Governance menunjukkan hasil yang signifikan bahwa strategi pajak strategis memiliki dampak yang negatif terhadap corporate governance, karena cenderung meningkatkan biaya agensi, biaya transaksi dan memiliki dampak negatif terhadap transparansi, oleh karena itu tindakan anti tax avoidance memiliki dampak yang positif terhadap corporate governance itu sendiri. Penelitian lain dilakukan oleh Friese, Link dan Mayer (2006) mengenai Taxation and Corporate Governace. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa corporate governance berinteraksi dengan perpajakan melalui bebagai cara. Hukum perpajakan mempengaruhi struktur corporate governance suatu perusahaan dengan menawarkan hak istimewa atas pajak. Di sisi lain struktur corporate governance memiliki dampak pada cara suatu perusahaan mengelola urusan pajak mereka (Khurana dan Moser, 2009). Hingga saat ini tidak ada analisis yang komprehensif dilakukan terkait hal ini. Hasil dari penelitian ini yaitu peraturan pajak cenderung untuk mendorong kompleksitas dan mengurangi transparansi.
Penelitian di Indonesia terkait pengaruh corporate governance terhadap
tax avoidance dilakukan oleh Pohan (2008). Dalam penelitiannya, variabel
tobin’s q dan perataan laba juga ikut disertakan. Penelitian ini mengkaji pengaruh komponen corporate governance, tobin’s q dan perataan laba
commit to user
terhadap tax avoidance secara partial (terpisah) dan komperhensif (bersama-sama).
Penelitian terkait tax avoidance masih sangat minim dilakukan di Indonesia. Di luar negeri beberapa penelitian terkait tax avoidance adalah terkait dengan etika tax avoidance dari sisi hukum, agama, ataupun akuntansinya telah dilakukan. Penelitian terkait tax avoidance yang dilakukan di luar negeri antara lain dilakukan Mc. Gee (2006 dan 2009). Dalam beberapa jurnalnya Mc. Gee memaparkan tentang etika tax avoidance dari beberapa sudut pandang, misalnya praktisi, perusahaan, mahasiswa hukum dan ekonomi. Penelitian terkait pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Desai dan Dharmapala (2007). Dalam penelitiannya mereka mengkaji sejauh mana pengaruh tax avoidance mempengaruhi tidakan dan nilai dari investor dan pemegang saham. Hasilnya menunjukkan tidak ditemukannya transfer nilai dari kegiatan tersebut terhadap para pemegang saham. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada respons yang baik dari para pemegang saham terkait dengan kegiatan tersebut, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan tax avoidance tersebut tidak disukai oleh para pemegang saham.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa corporate governance
adalah proses di mana pelaksanaan perusahaan dikendalikan dan diawasi. Ketika diskusi pelaksanaan usaha, maka perlu untuk memiliki sebuah gagasan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan utama perusahaan. Dalam diskusi umum tentang corporate governance beberapa pertanyaan akan
commit to user
muncul terkait apakah pemegang saham hanya harus menjadi patokan utama dalam melakukan usaha atau apakah kepentingan stockholder harus diperhitungkan juga.
Sebuah aspek khusus dari pertanyaan adalah apakah Wajib Pajak ini tahu bahwa telah melanggar hukum pajak adalah salah satu pendapat yang sering dikemukakan oleh para profesional pajak (Sartori, 2010). Chen dan Chu (2010) juga menjelaskan bahwa tindakan tax avoidance akan membawa resiko tersendiri bagi perusahaan yang mengakibatkan manajer harus bertanggung jawab terhadap resiko tersebut, sehingga untuk meminimalkan resiko yang ditimbukan oleh ketidaktahuan Wajib Pajak terkait tindakan tax avoidance
yang dilakukan maka analisis ini dilakukan. Menganalisis mekanisme struktur
corporate governance terkait tax avoidance dilakukan untuk meminimalisasi ketidaktahuan tersebut, yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip corporate governance yang sesuai. Secara khusus, corporate governance menjadi faktor denominator penting dalam penilaian yang mengharapkan adanya penghematan pajak (Desai dan Dharmapala, 2007).
Sesuai dengan telaah literatur yang telah dikemukakan di atas dan dengan melihat hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance, maka penulis mengembangkan kerangka teoritis terkait penelitian tentang pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance sebagai dasar penentuan hipotesis, dalam bentuk diagram sistematik melalui bagan yang digambarkan sebagai berikut ini :
commit to user
Gambar II. 1 Kerangka Teoritis Hubungan antar Variabel
Variable Independen Variabel Dependen
Berdasarkan kerangka teoritis hubungan antar variabel di atas, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari konsentrasi kepemilikan institusional terhadap aktivitas tax avoidance;
H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari prosentase dewan komisaris independen terhadap tax avoidance;
Corporate Governance :
1. Kepemilikan Institusional
2. Dewan Komisaris
· Prosentase Dewan Komisaris Independen
· Jumlah Dewan Komisaris 3. Kualitas Audit
4. Komite Audit
Tax Avoidance (Book Tax Gap)
commit to user
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari jumlah dewan komisaris terhadap tax avoidance;
H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari jumlah komite audit terhadap tax avoidance;
H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas audit terhadap aktivitas tax avoidance.
BAB III
METODE PENELITIAN