• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Moehar, 2001). Usahatani dapat diartikan juga sebagai kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga, 1992).

Menurut Mubyarto (1986) dan Soekartawi (1987), biaya usaha tani dibedakan menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit seperti sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi (tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan bibit).

Menurut Soekartawi, et all (1986), Pada dasarnya unsur-unsur pokok usahatani terdiri atas lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen. Keempat unsur tersebut mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan usahatani umumnya ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia antara lain memiliki lahan sempit, modal relatif kecil, tingkat pengetahuan terbatas dan kurang dinamik sehinggga berakibat pada rendahnya pendapatan usahatani (Soekartawai, et all, 1986). Tujuan dari setiap petani dalam menjalankan usahataninya berbeda-beda. Apabila menjalankan usahatani ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik dengan melalui atau tanpa melalui peredaran uang, maka usahatani yang dernikian disebut pencukup kebutuhan keluarga (subsistence farm). Bila motif berusaha tani didorong oleh keinginan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, maka usahatani yang demikian disebut usahatani komersial (commercial farm). Usaha tani yang baik adalah usaha tani yang bersifat produktif dan efisien

26

yaitu mempunyai produktivitas yang tinggi dan bersifat kontiniu (Mubyarto, 2000).

3.1.2 Fungsi Cobb-Douglas Konsep Fungsi Cobb-Douglas

Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas atau independent variable dan variabel tak bebas atau dependent variable) (Soekartawi, 2002). MenurutSoekartawi (2002) menyatakan bahwa keunggulan fungsi Cobb-Douglasyaitu:

a. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, karena fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linear dengan cara melogaritmakan

b. Hasil pendugaan melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas

c. Jumlah besaran elastisitas sekaligus menunjukkan tingkat besaran skala usaha(return of scale)yang berguna untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha tersebut mengikuti kaidah skala usaha menaik, skala usaha tetap ataukah skala usaha yang menurun

d. Koefisien intersep dari fungsi Cobb-Douglas merupakan indeks efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang sedang dikaji itu

e. Koefisien-koefisien fungsi Cobb-Douglas secara langsung menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang dipergunakan dan dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglas itu.

Fungsi Cobb-Douglas ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan, antara lain : a. Spesifikasi variabel yang keliru, hal ini menyebabkan nilai elastisitas produksi

yang diperoleh negatif atau nilainya terlalu besar atau kecil. Spesifikasi ini akan menimbulkan terjadinya multikolinearitas pada variabel bebas

b. Kesalahan pengukuran variabel, hal ini terjadi bila data kurang valid sehingga menyebabkan besaran elastisitas produksi yang terlalu besar atau kecil

c. Bias terhadap variabel manajemen. Faktor manajemen merupakan faktor penting untuk meningkatkan produksi karena berhubungan langsung dengan

27 variabel terikat seperti manajemen penggunaan faktor produksi yang akan mendorong besaran elastisitas tehnik dari fungsi produksi ke arah atas. Manajemen ini berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam pengalokasian variabel input dan kadang sulit diukur dalam pendugaan fungsi cob douglas

d. Multikolinearitas, dalam fungsi ini sulit dihindarkan meskipun telah diusahakan agar besaran korelasi antara variabel indipenden tidak terlalu tinggi seperti memperbaiki spesifikasi variabel yang dipakai.

Penyelesaian fungsi Cobb-Douglass harus diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, maka persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan persamaan tersebut:

a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui

b. Dalam fungsi produksi,perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan tehnologi dalam setiap pengamatan, ini artinya kalau fungsi produksi yang dipakai dalam pengamatan memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan tersebut terletak pada intersep dan bukan pada kemiringan (slope) model tersebut c. Tiap variabel x adalah perfect competition

d. Perbedaan lokasi seperti iklim adalah tercakup pada faktor kesalahan u (disturbance term).

AnalisisPendekatan Cobb-Douglas

1. Mentransformasi Persamaan Regresi Linier

Sebelum data dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut, data-data yang diperoleh harus terlebih dulu ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural (Ln). Kemudian data-data dalam bentuk Logaritma Natural tersebut diolah kembali untuk mendapatkan persamaan regresi Y = a + bX, atau dikembalikan pada variabel aslinya dengan Y = Ln Q dan X = Ln I. Maka persamaan regresi menjadi Ln Q = a + b(Ln I). Selanjutnya regresi linier tersebut ditransformasikan ke dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan langkah:

Ln Q = a + b(Ln I) Ln Q = a + Ln Ib Ln Q – Ln Ib = a

28

Q = eaIb...(3.1) Keterangan:

Q : Output (Kg) I : Jenis input(Kg, ml, hok, m³)

e : 2,71828 b : Koefisien regresi

a : Intercept/konstanta

Dengan demikian persamaan Cobb-Douglas telah didapat dengan ea merupakan indeks efisiensi dari proses transformasi, serta a dan b merupakan elastisitas produksi dari input yang digunakan

2. Analisa Efisiensi Proses Produksi

Efisiensi merupakan penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan jumlah produksi sebesar-besarnya tanpa melupakan kualitas dari produk yang dihasilkan. Efisiensi proses produksi dapat dilihat dari koefisien intersep fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu:

Indeks efisiensi = ea...(3.2) Keterangan:

e : 2,71828

a : Intercept/konstanta

Indeks efisiensi akan didapat dari perhitungan, dengan semakin tinggi indeks efisiensi produksi berarti proses transformasi input menjadi output menjadi semakin efisien. Selain indeks efisiensi, rasio efisiensi juga akan didapat dariperhitungan. Rasio efisiensi menunjukkan perbandingan kemampuanmenghasilkan output dengan memakai input yang tersedia.

3. Return to Scale

Berdasarkan persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas, terdapat tiga situasi yang mungkin dalam tingkat pengembalian terhadap skala (Browning dan Browning, 1989).

a. Jika kenaikan yang proporsional dalam semua input sama dengan kenaikan yang proporsional dalam output ( p = 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala konstan (constant returns to scale)

b. Jika kenaikan yang proporsional dalam output kemungkinan lebih besar daripada kenaikan dalam input ( p > 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala meningkat (increasing returns to scale)

29 c. Jika kenaikan output lebih kecil dari proporsi kenaikan input ( p < 1), maka

tingkat pengembalian terhadap skala menurun (decreasing returns to scale) 4. Elastisitas Produksi Parsial

Elastisitas produksi parsial berkenaan dengan input tertentu merupakan ukuran perubahan proporsional pada input-nya ketika input lainnya konstan. Sebelum elastisitas produksi parsial dapat dihitung, terlebih dahulu dicari nilai Total Physical Product, Average Physical Product, dan Marginal Physical Product.

Total Physical Product (TPP) dianggap sebagai hubungan teknis antara satu variabel faktor produksi (input) dan output, Average Physical Product (APP) dari suatu fungsi produksi adalah total produksi dibagi dengan jumlah faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut. APP adalah perbandingan output faktor produksi untuk setiap tingkat output dan faktor produksi yang bersangkutan dan Marginal Physical Productivity (MPP) dari suatu faktor produksi adalah bertambahnya total produksi yang disebabkan oleh bertambahnya satu unit faktor produksi variabel ke dalam proses produksi di mana faktor produksi yang lain tetap tidak berubah jumlahnya. Elastisitas produksi parsial berkenaan dengan input tertentu merupakan ukuran perubahan proporsional output-nya disebabkan oleh perubahan proporsional pada input-nya ketika input-input yang lain konstan (Sudarman, 1989).

3.1.3 Pendapatan Konsep Pendapatan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (Soekartawi, 1995).

Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan dari nilai penjualan hasil ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk, pestisida dan alat-alat) pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga, pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993).

30

Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu keadaan usahatani dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani, analisis pendapatan membantu untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973).

Faktor Pendapatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan terdiri dari faktor produksii (input) dan jumlah produksi (output). Faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal, yaitu ketersediaan dan harga. Apabila ketersediaan input langka maka akan mempengaruhi produktivitas. Demikian pula dengan harga yang tinggi akan menentukan besar atau kecilnya biaya dan pendapatan usahatani. Jumlah produksi (output) terdiri dari permintaan dan harga. Jika permintaan akan produksi tinggi maka harga di tingkat petani tinggi sehingga dengan biaya yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang tinggi. Sebaliknya, jika petani telah berhasil meningkatkan produksi, tetapi harga turun maka pendapatan petani akan turun. Oleh karena itu faktor produksi (input) dan jumlah produksi (output) akan berpengaruh terhadap biaya dan pendapatan usahatani (Suratiyah, 2009).

3.1.4 Model Regresi Berganda

Model regresi berganda merupakan salah satu model yang terdapat dalam ekonometrika. Model ini membahas asumsi bahwa peubah tak bebas (respons)Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas X1, X2, ..., Xn, dan komponen sisaan u (error)(Juanda, 2009). Model akan diuji berdasarkan hipotesis yang diajukan. Menurut Gujarati (2006), tujuan analisis regresi adalah untuk menaksir nilai rata-rata tak bebas berdasarkan nilai-nilai variabel yang ada, untuk menguji hipotesis tentang sifat ketergantungan antar variabel, dan untuk memprediksi nilai rata-rata tak bebas berdasarkan nilai variabel bebas yang berada diluar rentang sampel.

Metode analisis berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS). Sifat-sifat OLS adalah penaksiran OLS tidak bias, penaksiran OLS mempunyai varian minimum, konsisten, efisien, dan

Dokumen terkait