• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.5. Kerangka Pemikiran

2.5.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Analisis perekonomian wilayah mempunyai tujuan untuk melihat kondisi perekonomian pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Kerangka pemikiran teoritis analisis potensi sektor-sektor ekonomi dalam menunjang pembangunan daerah Kabupaten Lahat mencakup model analisis Shift Share, kegunaan analisis Shift Share, kelebihan dan kelemahan analisis Shift Share, analisis komponen pertumbuhan wilayah, indeks rasio pertumbuhan wilayah (analisis PDRB) serta profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian.

A. Model Analisis Shift Share

Model analisis shift share digunakan untuk melihat pertumbuhan masing- masing sektor perekonomian di suatu wilayah terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah yang lebih luas. Selain itu, model ini juga dapat menunjukkan perkembangan perekonomian suatu wilayah terhadap wilayah lainnya sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor dalam suatu wilayah dan perbandingan pertumbuhan antar wilayah. Dengan analisis Shift Share dapat diketahui perkembangan suatu sektor jika dibandingkan dengan sektor lainnya dalam suatu wilayah tertentu. Pendekatan analisis Shift Share menganalisis perubahan-perubahan tersebut dengan menggunakan indikator-indikator seperti produksi, penduduk dan tenaga kerja selama periode waktu tertentu menjadi komponen Shift dan Share (Glasson, 1977).

Menurut Budiharsono (2001) analisis Shift Share menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja, pada dua titik waktu di suatu wilayah tertentu. Analisis Shift Share memiliki kemampuan untuk menunjukkan; (1) perkembangan sektor perekonomian di suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas, (2) perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, (3) perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah, (4) perbandingan laju sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya.

Gambar 2.1. Model Analisis Shift Share Sumber: Budiharsono, 2001

Pada Gambar 2.1. analisis Shift Share menunjukkan bahwa perubahan sektor i pada wilayah j dipengaruhi oleh tiga komponen pertumbuhan wilayah, yaitu komponen pertumbuhan nasional (PN), komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu wilayah. Apabila PP + PPW ≥ 0, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke i di wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu, PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i pada wilayah ke j tergolong pertumbuhannya lambat.

B. Kegunaan-kegunaan Analisis Shift Share

Menurut Soepono (1993), kegunaan-kegunaan dari analisis Shift Share

antara lain; (1) analisis Shift Share dapat melihat perkembangan produksi atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya pada dua titik tertentu dimana satu titik waktu dijadikan sebagai tahun akhir analisis, sedangkan satu titik waktu lainnya dijadikan sebagai tahun akhir analisis, (2) perubahan PDRB disuatu wilayah antara tahun dasar analisis dengan tahun akhir analisis dapat dilihat melalui tiga komponen pertumbuhan wilayah, yaitu pertumbuhan nasional (PN), pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW), (3) melalui komponen PN, dapat diketahui laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dibandingkan dengan laju pertumbuhan nasional, (4) komponen PP dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah, ini berarti bahwa suatu wilayah dapat mengadakan spesialisasi di sektor- sektor yang berkembang secara nasional dan bahwa sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat daripada rata-rata nasional untuk sektor-sektor itu, (5) komponen PPW dapat digunakan untuk melihat daya saing sektor-sektor ekonomi dibandingkan dengan sektor ekonomi pada wilayah lainnya, (6) jika persentase PP dan PPW dijumlahkan, maka dapat ditunjukkan adanya Shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah.

C. Kelebihan-kelebihan Analisis Shift Share

Analisis Shift Share memiliki kelebihan-kelebihan dalam proses pengumpulan data. Data yang dipergunakan dalam menganalisis pertumbuhan dengan metode analisis Shift Share dapat berupa data produksi, kesempatan kerja,

Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan atas harga konstan.

Pada penelitian ini, analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis pertumbuhan perekonomian Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah dibandingkan dengan daerah atasnya yaitu Propinsi Sumatera Selatan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tambah masing-masing sektor perekonomian Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan pada masa otonomi daerah dengan menggunakan data PDRB tahun 2001-2004 berdasarkan harga konstan tahun 2000.

D. Kelemahan-kelemahan Analisis Shift Share

Kemampuan teknik analisa Shift Share tidaklah lepas dari kelemahan- kelemahan. Beberapa kelemahan dengan menggunakan analisis Shift Share ini antara lain; (1) rentang waktu yang digunakan dalam analisis ini sangat tergantung pada keberadaan data yang akan dianalisis, sehingga analisis ini bersifat statis dan kurang dapat memproyeksikan fenomena yang akan terjadi setelah tahun analisis, (2) dalam menganalisis keadaan perekonomian suatu wilayah, hanya satu indikator yang dapat dipergunakan dan tidak dapat dipergunakan berbagai indikator ekonomi secara bersamaan, misalnya berdasarkan data PDRB dengan mengkombinasikannya dengan indikator lain, seperti tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja.

Selain itu, kelemahan-kelemahan analisis Shift Share menurut Soepono (1993) adalah:

(1) Analisis Shift Share tidak lebih daripada suatu teknik pengukuran atau prosedur baku untuk mengurangi pertumbuhan suatu variabel wilayah

menjadi komponen-komponen. Persamaan Shift Share hanyalah identity equation dan tidak mempunyai implikasi-implikasi keprilakuan. Metode

Shift Share tidak untuk menjelaskan mengapa, misalnya pengaruh keunggulan kompetitif adalah positif di beberapa wilayah, tetapi negatif di daerah-daerah lain. Metode Shift Share juga merupakan teknik pengukuran yang mencerminkan suatu sistem perhitungan semata dan tidak dianalisis. (2) Komponen pertumbuhan nasional secara implisit mengemukakan bahwa laju

pertumbuhan suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju nasional tanpa memperhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan wilayah.

(3) Arti ekonomi dari kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) tidak dikembangkan dengan baik. Kedua komponen pertumbuhan wilayah tersebut berkaitan dengan hal-hal yang sama seperti perubahan penawaran dan permintaan, perubahan teknologi dan perubahan lokasi sehingga tidak dapat berkembang dengan baik.

(4) Teknik analisis Shift Share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua barang dijual secara nasional, padahal tidak semua demikian. Bila pasar suatu wilayah bersifat lokal, maka barang itu tidak dapat bersaing dengan wilayah-wilayah lain yang menghasilkan barang yang sama, sehingga tidak mempengaruhi permintaan agregat.

(5) Analisis Shift Share tidak mampu menganalisis keterkaitan ke depan dan ke belakang antar sektor yang disebabkan oleh adanya pergeseran pertumbuhan seperti yang dilakukan pada analisis Input Output.

E. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

Analisis Shift Share menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik tertentu. Menurut Budiharsono (2001), pada analisis Shift Share diasumsikan bahwa perubahan tingkat PDRB pada suatu tahun dasar dengan tahun akhir dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan antara lain sebagai berikut:

a) Komponen Pertumbuhan Nasional (National Growth Component),

merupakan perubahan PDRB suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan PDRB nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Analisis pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini difokuskan pada pembahasan daerah kabupaten. Maka istilah komponen pertumbuhan nasional dianalogikan menjadi komponen pertumbuhan regional (PR). Hal ini dilakukan untuk menghindari salah penafsiran dalam pengertian nasional (Indonesia) dengan regional (propinsi atau kabupaten).

b) Komponen Pertumbuhan Proporsional (Proportional or Industrial Mix

Growth Component), tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan

produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Regional Share Growth

Component), timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB dalam suatu

pertumbuhan suatu daerah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional wilayah tersebut.

F. Indeks Rasio Pertumbuhan Daerah (Analisis PDRB)

Indeks rasio pertumbuhan daerah didasarkan pada perbandingan antara PDRB tahun akhir analisis dengan PDRB tahun dasar analisis, sehingga akan diperoleh nilai Ra, Ri dan ri. Nilai-nilai tersebut dipergunakan untuk mengetahui perkembangan sektor perekonomian pada daerah analisis (Kabupaten Lahat) dengan daerah atasnya (Propinsi Sumatera Selatan).

a. Indeks rasio Ri

Rasio Ri diperoleh dengan membandingkan jumlah total PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis dan juga pada tahun dasar analisis. Rasio ini memperlihatkan besarnya perubahan PDRB yang terjadi berdasarkan harga konstan. b. Indeks Rasio Ra

Rasio Ra menunjukkan perubahan suatu sektor i dalam PDRB Propinsi Sumatera Selatan berdasarkan harga konstan. Rasio Ri merupakan perbandingan antara jumlah total sumbangan sektor i terhadap PDRB pada tahun akhir analisis dan jumlah total PDRB pada tahun dasar analisis.

c. Indeks Rasio ri

Rasio ri merupakan rasio nilai tambah sektor i di wilayah j atau daerah analisis (Kabupaten Lahat) pada tahun akhir analisis dengan nilai tambah sektor yang sama di daerah tersebut pada tahun dasar analisis. Nilai ini menunjukkan besarnya perubahan setiap sektor perekonomian Kabupaten Lahat pada periode waktu tertentu.

G. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian

Profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu yang telah ditentukan dengan cara memplotkan data-data komponen pertumbuhan proporsional (Ppij) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij) ke

dalam sumbu vertikal dan horizontal dimana komponen pertumbuhan nasional diletakkan pada sumbu horizontal sebagai absis sedangkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah pada sumbu vertikal sebagai ordinat.

Gambar 2.2. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian Sumber: Budiharsono, 2001

1. Kuadran I, menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki pertumbuhan yang cepat dan mampu bersaing dengan wilayah lain untuk sektor-sektor yang sama, karena PP dan PPW pada kuadran ini bernilai positif, maka nilai pergeseran bersihnya juga positif (PB > 0), sehingga sektor dalam kuadran ini termasuk dalam kelompok sektor yang pertumbuhannya progresif (maju). Kuadran IV Kuadran PPW Kuadran II Kuadran I PP PBj=0

2. Kuadran II, menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki pertumbuhan yang cepat, tetapi pertumbuhan sektor tersebut tidak didukung oleh daya dukung wilayah, karena sektor tersebut kurang mampu bersaing dengan wilayah lain. Pada kuadran ini, nilai PB sektor dapat bernilai positif (PB > 0) ataupun negatif (PB < 0), sehingga pengelompokkan sektor pada kuadran ini sangat ditentukan oleh selisih antara nilai PP dan PPW.

3. Kuadran III, menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki pertumbuhan yang lamban dan tidak mampu bersaing dengan wilayah lain pada sektor yang sama, sehingga nilai PB pada kuadran ini selalu bernilai negatif, yang memperlihatkan bahwa sektor-sektor tersebut termasuk dalam kelompok yang pertumbuhannya lamban.

4. Kuadran IV, menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian pada suatu wilayah memiliki pertumbuhan yang lamban. Namun, sektor tersebut memiliki daya dukung wilayah dibandingkan wilayah lain untuk sektor yang sama, sehingga potensial untuk dikembangkan. Pada kuadran ini sama halnya dengan kuadran II nilai PB dapat bernilai positif atau negatif, tergantung dari selisih nilai PP dan PPW.

5. Kuadran II dan IV, terdapat garis diagonal yang memotong kedua kuadran tersebut yang merupakan garis PB = 0. Bagian atas garis diagonal mengindikasikan bahwa suatu sektor termasuk dalam kelompok sektor yang pertumbuhannya progresif sedangkan bila berada di bawah garis berarti sektor tersebut termasuk kelompok yang pertumbuhannya lamban.

Dokumen terkait