OLEH:
SUCIE RAMADHANNY H14102050
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
SUCIE RAMADHANNY. Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah (dibimbing oleh
WIDYASTUTIK).
Kabupaten Lahat sebagai daerah yang telah menggalakkan otonomi sejak tahun 2001, merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan yang dituntut untuk melakukan pembenahan dan pengembangan potensi-potensi lokal secara produktif serta menetapkan kebijakan yang menitikberatkan pada sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Kebijakan tersebut harus mempertimbangkan serta mendukung perkembangan sumber-sumber penerimaan lainnya meskipun hanya memberikan kontribusi yang relatif lebih rendah bagi PDRB. Selain itu, Lahat merupakan Kabupaten yang potensial dan berpeluang besar dalam mengembangkan potensi sektor-sektor ekonomi yang dimiliki untuk menunjang pelaksanaan pembangunan menuju peningkatan taraf kehidupan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, diharapkan dengan beragamnya potensi-potensi ekonomi yang ada dapat memacu dan menciptakan struktur perekonomian yang tangguh.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dalam menunjang pembangunan daerah Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah tahun 2001-2004, baik itu laju pertumbuhannya maupun daya saing sektor tersebut terhadap Propinsi Sumatera Selatan. Selain itu akan diidentifikasi profil pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat dan pergeseran bersih, sehingga dapat diketahui sektor-sektor tersebut termasuk kedalam kelompok pertumbuhan progresif (maju) atau kelompok pertumbuhan lambat.
Penelitian ini menggunakan model analisis Shift Share. Perangkat lunak yang digunakan dalam proses pengolahan data Shift Share ini adalah Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDRB Kabupaten Lahat dan PDRB Propinsi Sumatera Selatan tahun 2001-2004 berdasarkan harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha.
persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan yang lambat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa.
Dengan melihat nilai pergeseran bersih Kabupaten Lahat terhadap Propinsi Sumatera Selatan, maka secara agregat, nilai yang diperoleh Kabupaten Lahat mengalami pertumbuhan yang masih progresif. Selain itu, sektor-sektor perekonomian Kabupaten lahat secara umum didukung oleh daya dukung (PPW > 0). Dengan total nilai pergeseran bersih yang positif (PB > 0), ini berarti bahwa pada masa otonomi daerah, Kabupaten Lahat termasuk Kabupaten yang mengalami laju pertumbuhan yang progresif.
Oleh
SUCIE RAMADHANNY H14102050
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh
Nama Mahasiswa : Sucie Ramadhanny
Nomor Registrasi Pokok : H14102050
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi
Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah
(2001-2004)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Widyastutik, SE, M.Si. NIP. 132 311 725
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Januari 2007
Sucie Ramadhanny dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1984 di Tebing Tinggi,
Sumatera Selatan sebagai anak kedua dari empat bersaudara, buah hati pasangan
Mashuri Adjie Toerip dan Betty Yulinar. Penulis menyelesaikan pendidikan
Taman Kanak-Kanak di TK Pertiwi Lahat kemudian melanjutkan ke tingkat
Sekolah Dasar yaitu SDN 12 Lahat. Setamat SD, penulis melanjutkan ke jenjang
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yaitu SLTPN 5 Lahat dan meneruskan ke
Sekolah Menengah Umum di SMUN 2 Lahat.
Pada tahun 2002, penulis memperoleh kesempatan masuk IPB melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) mengambil jurusan Ilmu Ekonomi di
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama
menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun
judul skripsi ini adalah Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi dalam
Menunjang Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah
(2001-2004). Penelitian ini mengkaji perubahan PDRB di Kabupaten Lahat pada
masa otonomi daerah untuk melihat sektor-sektor apa saja yang memberikan
kontribusi penting terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan
tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materil
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orangtua penulis, Mashuri Adjie Toerip dan Betty Yulinar, yang selalu
mengajarkan kepada penulis untuk selalu belajar dan berusaha. Doa,
kesabaran, pengorbanan, serta bimbingan ketika penulis menghadapi kesulitan
dalam bertindak sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Kakak penulis, Diyah Islami serta adik-adik penulis, Aulia Nurrahman dan
Nur Athfin Hidayat yang selalu berdoa dan memberikan semangat kepada
penulis untuk tidak pernah mengenal lelah dan tetap tersenyum.
3. Widyastutik, SE, M.Si yang telah membimbing penulis dalam penyusunan
skripsi ini baik bimbingan teknis maupun teoritis, sehingga penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Sahara, SP, M.Si yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan
beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si terima kasih atas perbaikan tata cara
6. Staff Ilmu Ekonomi FEM yang telah membantu kelancaran penulis dalam
menyusun skripsi.
7. Nurasyiah Murtadlo sebagai pembahas dalam seminar hasil penelitian dan
juga para peserta pada seminar hasil penelitian skripsi ini, kritik dan saran
yang diberikan dapat lebih memperbaiki penulisan skripsi ini.
8. Een Irawan Putra, yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
9. Mas Ropiudin dan Yuk Diyah. Terima kasih atas semua pengorbanan dan doa
yang senantiasa selalu diucapkan serta bimbingan ketika penulis menghadapi
kesulitan.
10. Wishnu Tirta Setiadi, yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dan
membimbing penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dan
mengajarkan banyak hal tentang hidup dan ilmu pengetahuan.
11. Teman-teman KIPPY Digital Print, terima kasih atas perhatian dan
pengertiannya selama penulis menyelesaikan skripsi.
12. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, Januari 2007
DAFTAR ISI
2.1. Konsep Perencanaan Wilayah ... 8
2.2. Teori Pertumbuhan ... 10
2.3. Konsep Otonomi Daerah ... 11
2.4. Penelitian Terdahulu Tentang Penerapan Model Shift Share ... 14
2.5. Kerangka Pemikiran ... 17
2.5.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17
2.5.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27
III. METODE PENELITIAN ... 30
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 30
3.2. Metode Analisis Shift Share ... 30
3.2.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan ... 31 3.2.2. Analisis Rasio PDRB Propinsi dan PDRB Kabupaten ... 33
3.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 34
3.2.4. Analisis Pergeseran bersih ... 38
3.2.5. Analisis Profil Pertumbuhan Perekonomian ... 38
OLEH:
SUCIE RAMADHANNY H14102050
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
SUCIE RAMADHANNY. Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah (dibimbing oleh
WIDYASTUTIK).
Kabupaten Lahat sebagai daerah yang telah menggalakkan otonomi sejak tahun 2001, merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan yang dituntut untuk melakukan pembenahan dan pengembangan potensi-potensi lokal secara produktif serta menetapkan kebijakan yang menitikberatkan pada sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Kebijakan tersebut harus mempertimbangkan serta mendukung perkembangan sumber-sumber penerimaan lainnya meskipun hanya memberikan kontribusi yang relatif lebih rendah bagi PDRB. Selain itu, Lahat merupakan Kabupaten yang potensial dan berpeluang besar dalam mengembangkan potensi sektor-sektor ekonomi yang dimiliki untuk menunjang pelaksanaan pembangunan menuju peningkatan taraf kehidupan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, diharapkan dengan beragamnya potensi-potensi ekonomi yang ada dapat memacu dan menciptakan struktur perekonomian yang tangguh.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dalam menunjang pembangunan daerah Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah tahun 2001-2004, baik itu laju pertumbuhannya maupun daya saing sektor tersebut terhadap Propinsi Sumatera Selatan. Selain itu akan diidentifikasi profil pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat dan pergeseran bersih, sehingga dapat diketahui sektor-sektor tersebut termasuk kedalam kelompok pertumbuhan progresif (maju) atau kelompok pertumbuhan lambat.
Penelitian ini menggunakan model analisis Shift Share. Perangkat lunak yang digunakan dalam proses pengolahan data Shift Share ini adalah Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDRB Kabupaten Lahat dan PDRB Propinsi Sumatera Selatan tahun 2001-2004 berdasarkan harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha.
persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan yang lambat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa.
Dengan melihat nilai pergeseran bersih Kabupaten Lahat terhadap Propinsi Sumatera Selatan, maka secara agregat, nilai yang diperoleh Kabupaten Lahat mengalami pertumbuhan yang masih progresif. Selain itu, sektor-sektor perekonomian Kabupaten lahat secara umum didukung oleh daya dukung (PPW > 0). Dengan total nilai pergeseran bersih yang positif (PB > 0), ini berarti bahwa pada masa otonomi daerah, Kabupaten Lahat termasuk Kabupaten yang mengalami laju pertumbuhan yang progresif.
Oleh
SUCIE RAMADHANNY H14102050
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh
Nama Mahasiswa : Sucie Ramadhanny
Nomor Registrasi Pokok : H14102050
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi
Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah
(2001-2004)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Widyastutik, SE, M.Si. NIP. 132 311 725
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Januari 2007
Sucie Ramadhanny dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1984 di Tebing Tinggi,
Sumatera Selatan sebagai anak kedua dari empat bersaudara, buah hati pasangan
Mashuri Adjie Toerip dan Betty Yulinar. Penulis menyelesaikan pendidikan
Taman Kanak-Kanak di TK Pertiwi Lahat kemudian melanjutkan ke tingkat
Sekolah Dasar yaitu SDN 12 Lahat. Setamat SD, penulis melanjutkan ke jenjang
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yaitu SLTPN 5 Lahat dan meneruskan ke
Sekolah Menengah Umum di SMUN 2 Lahat.
Pada tahun 2002, penulis memperoleh kesempatan masuk IPB melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) mengambil jurusan Ilmu Ekonomi di
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama
menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun
judul skripsi ini adalah Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi dalam
Menunjang Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah
(2001-2004). Penelitian ini mengkaji perubahan PDRB di Kabupaten Lahat pada
masa otonomi daerah untuk melihat sektor-sektor apa saja yang memberikan
kontribusi penting terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan
tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materil
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orangtua penulis, Mashuri Adjie Toerip dan Betty Yulinar, yang selalu
mengajarkan kepada penulis untuk selalu belajar dan berusaha. Doa,
kesabaran, pengorbanan, serta bimbingan ketika penulis menghadapi kesulitan
dalam bertindak sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Kakak penulis, Diyah Islami serta adik-adik penulis, Aulia Nurrahman dan
Nur Athfin Hidayat yang selalu berdoa dan memberikan semangat kepada
penulis untuk tidak pernah mengenal lelah dan tetap tersenyum.
3. Widyastutik, SE, M.Si yang telah membimbing penulis dalam penyusunan
skripsi ini baik bimbingan teknis maupun teoritis, sehingga penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Sahara, SP, M.Si yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan
beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si terima kasih atas perbaikan tata cara
6. Staff Ilmu Ekonomi FEM yang telah membantu kelancaran penulis dalam
menyusun skripsi.
7. Nurasyiah Murtadlo sebagai pembahas dalam seminar hasil penelitian dan
juga para peserta pada seminar hasil penelitian skripsi ini, kritik dan saran
yang diberikan dapat lebih memperbaiki penulisan skripsi ini.
8. Een Irawan Putra, yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
9. Mas Ropiudin dan Yuk Diyah. Terima kasih atas semua pengorbanan dan doa
yang senantiasa selalu diucapkan serta bimbingan ketika penulis menghadapi
kesulitan.
10. Wishnu Tirta Setiadi, yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dan
membimbing penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dan
mengajarkan banyak hal tentang hidup dan ilmu pengetahuan.
11. Teman-teman KIPPY Digital Print, terima kasih atas perhatian dan
pengertiannya selama penulis menyelesaikan skripsi.
12. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, Januari 2007
DAFTAR ISI
2.1. Konsep Perencanaan Wilayah ... 8
2.2. Teori Pertumbuhan ... 10
2.3. Konsep Otonomi Daerah ... 11
2.4. Penelitian Terdahulu Tentang Penerapan Model Shift Share ... 14
2.5. Kerangka Pemikiran ... 17
2.5.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17
2.5.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27
III. METODE PENELITIAN ... 30
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 30
3.2. Metode Analisis Shift Share ... 30
3.2.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan ... 31 3.2.2. Analisis Rasio PDRB Propinsi dan PDRB Kabupaten ... 33
3.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 34
3.2.4. Analisis Pergeseran bersih ... 38
3.2.5. Analisis Profil Pertumbuhan Perekonomian ... 38
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 42
4.1. Keadaan Fisik Daerah ... 42
4.2. Potensi Demografi Daerah ... 43
4.3. Potensi Perekonomian Daerah ... 44
4.3.1. Sektor Pertanian ... 44
4.3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 47
4.3.3. Sektor Industri ... 47
4.3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 48
4.3.5. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 49
4.3.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 50
4.3.7. Sektor Keuangan ... 51
4.3.8. Sektor Bangunan ... 53
4.3.9. Sektor Jasa-Jasa ... 54
4.4. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Lahat ... 54
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56
5.1. Analisis PDRB Kabupaten Lahat dan PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada Masa Otonomi Daerah ... 56 5.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah (2001-2004) ... 64
5.2.1. Pertumbuhan Regional ... 64
5.2.2. Pertumbuhan Proporsional ... 65
5.2.3. Pertumbuhan Pangsa Wilayah ... 67
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1 Persentase Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Atas dasar Harga Konstan 2000 ...
4
1.2. Persentase Kontribusi Sektor-sektor Perekonomian Terhadap PDRB Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah 2001-2004 ...
5
5.1 Perubahan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Periode 2001-2004 ...
59
5.2 Komponen Pertumbuhan Regional Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Periode 2001-2004 ...
65
5.3 Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Periode 2001-2004 ...
67
5.4 Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Periode 2001-2004 ...
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1. Model Analisis Shift Share ... 19 2.2. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian ... 25
2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. PDRB Kabupaten Lahat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Periode 2001-2004 (Juta Rupiah) ... 78
2. PDRB Propinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Periode 2001-2004 (Juta Rupiah) ... 79
3. Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian Terhadap PDRB Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 (Persen) ... 80
4. Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Lahat Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Propinsi Sumatera Selatan pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 (Persen) ... 81
5. Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Lahat Terhadap Total PDRB Perekonomian Propinsi Sumatera Selatan pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 (Persen) ... 82
6. Laju Pertumbuhan Tiap Sektor Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 (Persen) ... 83
7. Laju Pertumbuhan Tiap Sektor Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 (Juta Rupiah) ... 84
8. Laju Pertumbuhan Tiap Sektor Propinsi Sumatera Selatan pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2004 (Persen) ... 85
9. Hasil Perhitungan Shift Share Pada Semua Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah ... 86
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik sumberdaya fisik dan non-fisiknya. Beragam potensi dan karakteristik
sumberdaya menyebabkan tidak meratanya pembangunan antar daerah dan antar
sektor di suatu wilayah serta pemerataan pembangunan. Menurut Haeruman (1996),
pembangunan merupakan suatu proses ke arah perbaikan yang dilaksanakan secara
terus-menerus dan harmonis dengan dukungan potensi sumberdaya alam, modal dan
mobilitas masyarakat. Selain itu, pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan
pendayagunaan potensi daerah secara terpadu.
Tujuan pembangunan daerah dalam kerangka kebijakan pembangunan sangat
bergantung pada permasalahan dan karakteristik spesifik wilayah yang terkait. Salah
satu kebijakan yang diambil pemerintah adalah melakukan pergeseran paradigma dari
sentralistik menuju desentralistik. Merujuk pasal 18 UUD 1945, bahwa dalam
pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah pusat mendesentralisasikan
kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menjalankan pemerintahannya
masing-masing sesuai dengan kebijakan umum yang sudah digariskan pemerintah pusat
dalam suatu kerangka pembangunan nasional. Desentralisasi ini berarti bahwa ada
suatu pendelegasian dan pengimplementasian kebijakan pembangunan nasional di
Kabupaten Lahat sebagai daerah yang telah menjalankan otonomi daerah
sejak tahun 2001, merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan
yang dituntut untuk melakukan pembenahan dan pengembangan potensi-potensi
lokal secara produktif serta menetapkan kebijakan yang menitikberatkan pada
sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB). Kebijakan tersebut harus mempertimbangkan serta
mendukung perkembangan sumber-sumber penerimaan lainnya meskipun hanya
memberikan kontribusi yang relatif lebih rendah bagi PDRB. Selain itu, Lahat
merupakan kabupaten yang potensial dan berpeluang besar dalam mengembangkan
potensi sektor-sektor ekonomi yang dimiliki untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan menuju peningkatan taraf kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Oleh karena itu, diharapkan dengan beragamnya potensi-potensi ekonomi yang ada
dapat memacu dan menciptakan struktur perekonomian yang tangguh.
Berdasarkan kondisi tersebut, untuk melihat seberapa besar potensi
sektor-sektor ekonomi Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah serta perlunya daerah
mengatur keuangan daerah untuk mendanai sektor-sektor sebagai leading sector, maka diperlukan penelitian mengenai ”Analisis Pertumbuhan Sektor-Sektor
Ekonomi Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah”.
1.2. Perumusan Masalah
Desentralisasi sebagai wujud otonomi daerah mengindikasikan bahwa
daerah-daerah sudah saatnya tidak bergantung lagi pada dana anggaran pusat
implikasinya sektor-sektor yang sebelumnya didanai pemerintah pusat harus
mampu dikembangkan sehingga menjadi leading sector. Kondisi tersebut diharapkan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya sehingga
dapat mendukung suksesnya pelaksanaan pembangunan wilayah di daerah
tersebut. Dalam perspektif jangka panjang, konsep pembangunan daerah harus
dapat menjadi suatu upaya untuk menumbuhkan perekonomian daerah sehingga
daerah otonom dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri.
Perekonomian nasional mulai membaik dengan diberlakukannya otonomi
daerah. Peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional ini merupakan
sumbangan dari pertumbuhan ekonomi propinsi-propinsi dan
kabupaten-kabupaten di Indonesia. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan
dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan
prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban
kepada masyarakat.
Sebelum diterapkannya otonomi daerah di Kabupaten Lahat, sektor
pertanian merupakan sektor yang diprioritaskan untuk terus ditingkatkan demi
menunjang pembangunan daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah
Kabupaten Lahat. Dengan diterapkannya otonomi daerah, Kabupaten Lahat diberi
kewenangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya dengan
memanfaatkan sumber dana secara leluasa untuk dialokasikan pada sektor-sektor
ekonomi yang ada. Oleh karena itu, perlu ditetapkan sektor-sektor yang harus
Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Lahat pada masa otonomi (periode
2001-2004) mengalami laju pertumbuhan yang meningkat. Kabupaten Lahat
sebagai wilayah konsentrasi otonomi mempunyai prospek yang cukup baik dalam
memanfaatkan potensi sumberdaya lokal, terutama sektor-sektor ekonominya.
Tabel 1.1. Persentase Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000.
Masa Otonomi Daerah 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 4.80 5.55 5.05 4.24 9 Jasa-Jasa 3.51 2.72 2.59 4.83
TOTAL 3.74 3.85 5.01 5.33
Keterangan: *) Angka Sementara.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lahat, 2004.
Pada tahun 2001 laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat sebesar 3,74
persen mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2002 menjadi 3,85 dan
kemudian meningkat pada tahun 2003 sebesar 1,16 persen menjadi 5,01 persen,
meningkat kembali di tahun berikutnya yaitu tahun 2004 sebesar 5,33 persen.
Peningkatan laju pertumbuhan yang terjadi pada setiap sektor perekonomian
disebabkan oleh mulai stabilnya kondisi perekonomian secara nasional maupun
Kabupaten Lahat (Tabel 1.1). Apabila dilihat berdasarkan persentase kontribusi
sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB Kabupaten Lahat, maka selama
periode 2001-2004 kontribusi terbesar diberikan oleh sektor primer yaitu sektor
Tabel 1.2. Persentase Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian Terhadap PDRB Kabupaten Lahat pada Masa Otonomi Daerah Tahun 2001-2004.
Masa Otonomi Daerah 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 4,66 4,74 4,74 4,69
9 Jasa-Jasa 10,34 10,23 9,99 9,95
TOTAL 100.00 100,00 100,00 100,00
Keterangan: *) Angka Sementara.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lahat, 2004.
Berdasarkan potensi sektor-sektor ekonomi dan pembangunan wilayah di
Kabupaten Lahat, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Sektor-sektor apa saja yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah? Hal ini diperlukan untuk
mengidentifikasi sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan.
2. Sektor-sektor apa saja yang termasuk dalam kelompok sektor pertumbuhan
progresif (maju) atau lambat dalam perekonomian Kabupaten Lahat pada
masa otonomi daerah? Hal ini terkait dengan penentuan pertumbuhan ekonomi
sektoral yang dilihat dari unsur pertumbuhan regional.
3. Bagaimana laju pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Lahat pada masa otonomi
daerah dibandingkan dengan Propinsi Sumatera Selatan? Hal ini perlu untuk
apakah Kabupaten Lahat termasuk kelompok daerah yang pertumbuhannya progresif
(maju) atau lambat dibandingkan dengan Propinsi Sumatera Selatan.
1.3. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini didasarkan pada latar belakang dan
perumusan masalah yaitu:
(1)mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lahat
pada masa otonomi daerah;
(2)menganalisis sektor-sektor yang termasuk kelompok sektor pertumbuhan
progresif (maju) atau lambat dalam perekonomian Kabupaten Lahat pada
masa otonomi daerah;
(3)menganalisis laju pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Lahat
dibandingkan dengan Propinsi Sumatera Selatan pada masa otonomi daerah.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna:
1. Bagi peneliti, sebagai sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan analisis mengenai perkembangan dan pertumbuhan sektor-sektor
ekonomi yang terjadi di Kabupaten Lahat.
2. Bagi mahasiswa, dapat menjadi proses pembelajaran dan pengkajian dengan
menggunakan disiplin ilmu yang telah dipelajari serta tercipta output yang
dapat dijadikan sumber data, informasi, serta literatur bagi kegiatan penulisan
3. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Lahat, dapat menjadi rekomendasi untuk
mengelola dan mengembangkan wilayahnya berdasarkan potensi yang ada,
sebagai sarana evaluasi dan informasi mengenai pertumbuhan perekonomian,
koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan dalam penyusunan
kebijakan pembangunan wilayah terhadap pelaksanaan otonomi daerah.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi:
1. Penelitian ini hanya terbatas pada Kabupaten Lahat dibandingkan dengan
daerah atasnya yaitu Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2001 sampai
dengan tahun 2004. Alasannya adalah pada tahun 2000 dimulai pemberlakuan
otonomi daerah di Indonesia dan pada tahun 2001 diberlakukan otonomi
daerah di Kabupaten Lahat.
2. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data PDRB Kabupaten Lahat
menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan alat analisis Shift Share, sehingga dapat diketahui pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah, baik
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Konsep Perencanaan Wilayah
Perencanaan wilayah adalah suatu perluasan dari perencanaan lokal, yang
terutama menangani masalah-masalah lokal seperti perpindahan dan persebaran
penduduk serta kesempatan kerja, interaksi yang kompleks antara
kebutuhan-kebutuhan sosial dan ekonomi, penyediaan fasilitas-fasilitas rekreasi penting dan
jaringan komunikasi utama yang hanya diputuskan bagi daerah-daerah yang jauh
lebih besar daripada daerah-daerah wewenang dari penguasa-penguasa
perencanaan lokal yang ada (Glasson, 1990).
Soegijoko (1997), menyatakan bahwa suatu masyarakat dalam suatu
wilayah, tempat atau daerah, dihubungkan dengan unit daerah (wilayah ) lain oleh
faktor maupun keadaan-keadaan ekonomi, fisik sosial dan budayanya. Dengan
demikian, pembangunan pada suatu wilayah tertentu membutuhkan koordinasi
proyek pembangunan lokalnya dengan rencana regional (daerah) dan nasional.
Dari sisi pembangunan, daerah adalah penghubung antara masyarakat lokal dan
nasional. Dengan kata lain, perencanaan wilayah memberikan rangka dasar
dimana proyek pembangunan, baik nasional maupun lokal dapat dipertemukan
secara seimbang dan dapat menempati kedudukan yang sebenarnya dalam
rangkaian pembangunan yang menyeluruh.
Munculnya istilah perencanaan wilayah dimulai dengan adanya
pertumbuhan kota-kota yang makin pesat, yaitu dengan adanya tekanan urbanisasi
pengangguran di kota-kota, dan makin banyaknya perumahan liar di daerah
pinggiran kota. Semua itu dimulai dari perbatasan kota dengan penyelesaian yang
membutuhkan pertimbangan regional. Perencanaan wilayah juga memberikan
kemungkinan untuk dapat menggerakkan pembangunan masyarakat pada tingkat
lokal tetapi dalam lingkup tujuan pembangunan nasional.
Menurut Budiharsono (2001), wilayah adalah suatu unit geografi yang
dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal.
Dengan demikian, wilayah dapat dibagi menjadi empat jenis.
1. Wilayah Homogen
Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek atau kriteria
yang mempunyai sifat-sifat atau ciri yang relatif sama. Sifat-sifat dan
ciri-ciri kehomogenan itu misalnya dalam hal ekonomi, geografi, agama, suku dan
lain sebagainya. Setiap perubahan yang terjadi di wilayah tersebut akan
mempengaruhi seluruh bagian wilayah tersebut dengan proses yang sama.
Dengan demikian apa yang berlaku di suatu bagian wilayah akan berlaku pula
pada bagian wilayah lainnya.
2. Wilayah Nodal
Wilayah nodal adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai
ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya. Ketergantungan
dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa, ataupun
komunikasi dan transportasi. Batas wilayah nodal ditentukan sejauh mana
pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi bila digantikan oleh pengaruh
3. Wilayah Administratif
Wilayah administratif adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan
berdasarkan kepentingan administrasi pemerintah atau politik, seperti propinsi,
kabupaten, kecamatan, desa dan kelurahan serta RT dan RW. Pengelolaan
lingkungan pada wilayah ini memerlukan kerjasama dari satuan wilayah
administrasi lain yang terkait.
4. Wilayah Perencanaan
Wilayah perencanaan bukan hanya dari aspek fisik dan ekonomi, namun ada juga
aspek ekologis. Misalnya dalam kaitannya dengan pengelolaan daerah aliran sungai
(DAS). Pengelolaan aliran sungai harus direncanakan dari hulu sampai hilirnya.
2.2. Teori Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat
yang terjadi di suatu wilayah yaitu berupa kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Hal itu juga sekaligus
menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah
tersebut yang dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut (Tarigan, 2005).
Menurut Rostow dalam Deliarnov (2003) bahwa negara-negara berkembang
yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan sebagai berikut:
a) Tahap tradisional statis, yang dicirikan oleh keadaan dimana ilmu
berpengaruh terhadap kehidupan; perekonomian masih didominasi sektor
pertanian-pedesaan dan struktur sosial politik bersifat kaku.
b) Tahap transisi (pra take-off), dimana ilmu pengetahuan dan teknologi mulai berkembang; produktivitas semakin meningkat dan industri semakin
berkembang; tenaga kerja mulai beralih dari sektor pertanian ke sektor
industri; pertumbuhan tinggi; kaum pedagang bermunculan; dan struktur
sosial politik semakin membaik.
c) Tahap lepas landas, yang dicirikan oleh keadaan dimana
hambatan-hambatan sosial politik umumnya dapat diatasi; tingkat kebudayaan dan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju; investasi dan pertumbuhan
tetap tinggi dan mulai terjadi ekspansi perdagangan luar negeri.
d) Tahap dewasa (maturing stage), dimana masyarakat semakin dewasa dapat menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sepenuhnya; terjadi
perubahan komposisi angkatan kerja, dimana jumlah tenaga kerja yang
skilled lebih banyak dari yang unskilled; serikat-serikat dagang dan gerakan-gerakan buruh semakin maju dan berperan; pendapatan perkapita tinggi.
e) Tahap konsumsi massa (mass consumption),yang merupakan tahap terakhir, dimana masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan dirasakan aman
tentram; laju pertumbuhan penduduk semakin rendah.
2.3. Konsep Otonomi Daerah
Dalam UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah
pemerintahan dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah
bawahnya yang menjadi urusan rumah tangganya. Otonomi daerah adalah hak dan
wewenang serta kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pergeseran paradigma dari sentralistik menjadi desentralistik diwujudkan
dengan dikeluarkannya Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang peraturan
daerah dan Undang-undang No.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
pusat dan daerah. Pemberlakuan undang-undang tersebut diharapkan akan
mengubah pandangan pemerintah daerah untuk lebih efisien dan profesional
dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan. Undang-undang tersebut
memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada
pemerintah kabupaten/kota, sehingga pemerintah daerah kabupaten/kota
mempunyai peluang untuk secara leluasa mengatur dan melaksanakan
pembangunan berdasarkan potensi dan prakarsa daerah (Hanggana, 2000).
Menurut pasal 1 (h) UU No. 22 Tahun 1999, otonomi daerah adalah
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan perundang-undangan. Berdasarkan pasal tersebut, kewenangan
daerah tidak hanya terbatas pada urusan yang akan diatur dan dikelola
berdasarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakatnya. Oleh karena itu, ada tiga
prinsip dalam pelaksanaan otonomi daerah.
1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada Gubernur
sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat di daerah.
3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada kepala daerah
dan desa serta dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang
disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia dengan
kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya
kepada yang menugaskan.
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 ini menjelaskan bahwa hak otonomi
daerah yang diberikan kepada kabupaten atau kota ini lebih besar daripada daerah
propinsi, karena secara logis dan strategis, efektivitas dan pelayanan terhadap
masyarakat ada di daerah kabupaten atau kota. Hal ini berarti, jumlah atau besaran
kewajiban serta wewenang dan tanggung jawab dari urusan-urusan pemerintahan
yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah yang menjadi isi otonomi
dari rumah tangga daerah, sebaiknya diutamakan daerah kabupaten atau kota.
Penyerahan urusan atau isi otonomi daerah haruslah memperhatikan kemampuan
dan kesiapan dari segala unsur pada daerah kabupaten dan daerah kota tersebut.
Menurut UU No 25 tahun 1999, untuk mendukung penyelenggaraan
otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab
di daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian,
dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan
keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Sumber pembiayaan pemerintahan
daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah
Sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi terdiri dari pendapatan
asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang
sah. Sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang
digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah,hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dana perimbangan merupakan
sumber pembiayaan yang berasal dari bagian daerah dari pajak bumi dan
bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan penerimaan dari
sumber daya alam, serta dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana
perimbangan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, mengingat tujuan
masing-masing jenis sumber tersebut saling mengisi dan melengkapi.
2.4. Penelitian Terdahulu tentang Penerapan Model Shift Share
Budiharsono (1996) menggunakan analisis Shift Share sebagai salah satu alat analisisnya mengenai Pertumbuhan Ekonomi antar Daerah di Indonesia
Tahun 1969-1987. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa selama kurun
waktu tersebut terdapat kecenderungan pertumbuhan ekonomi propinsi-propinsi di
kawasan barat Indonesia lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan di
kawasan timur Indonesia. Rendahnya pertumbuhan propinsi-propinsi di KTI
disebabkan oleh rendahnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusianya. Selain
itu juga disebabkan oleh rendahnya permintaan domestik terhadap barang dan
Dalam penelitian yang berjudul Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ogan
Komering Ulu Sebelum dan pada Masa Otonomi Daerah dengan menggunakan
Analisis ShiftShare, Zulparina (2004) menyatakan bahwa sebelum otonomi daerah, pertumbuhan aktual Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) cenderung menurun
yaitu sebesar Rp. 33.950 juta (-2,69 persen). Begitu juga dengan pertumbuhan
regional yang mengalami penurunan sebesar Rp. 176.010,02 juta (-13,93 persen).
Sedangkan pada masa otonomi daerah, pertumbuhan aktual Kabupaten OKU dan
regional bernilai positif, yaitu sebesar Rp. 173.511 juta (13,45 persen) dan Rp.
144.133,92 juta (11,17 persen). Sehingga selisih antara kedua nilai tersebut yang
merupakan pertumbuhan bersih Kabupaten OKU memberikan nilai positif baik
sebelum maupun pada masa otonomi daerah yaitu sebesar Rp. 142.060,02 juta (11,24
persen) dan sebesar Rp. 29.377,07 juta (2,27 persen). Ini berarti pertumbuhan
Kabupaten OKU termasuk kedalam wilayah yang pertumbuhannya cepat.
Setiawan (2004) melakukan penelitian mengenai Analisis Pertumbuhan
Antar Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara Periode 1993-2002 dengan
menggunakan analisis Shift Share terhadap PDRB Propinsi Sumatera Utara. Hasil analisis komponen pertumbuhan menunjukkan pada kurun waktu 1993-1997,
Kota Medan merupakan daerah yang mempunyai pertumbuhan regional yang
paling besar dalam pembentukan PDRB Propinsi Sumatera Utara sedangkan yang
paling kecil adalah Kota Sibolga. Berdasarkan laju pertumbuhan, yang paling
cepat adalah Kota Pematang Siantar dan yang paling lambat adalah Kabupaten
Langkat. Daerah yang mempunyai daya saing yang paling baik adalah kota
pertumbuhan wilayah, maka yang paling maju adalah Kota Sibolga dan yang
paling lambat adalah Kabupaten Langkat.
Pada kurun waktu 1998-2002, komponen pertumbuhan menunjukkan pada
kurun waktu 1993-1997, Kota Medan masih merupakan daerah yang mempunyai
pertumbuhan regional yang paling besar dalam pembentukan PDRB Propinsi
Sumatera Utara sedangkan yang paling kecil adalah Kota Sibolga. Berdasarkan laju
pertumbuhan, yang paling cepat adalah Kota Medan dan yang paling lambat adalah
Kabupaten Asahan. Daerah yang mempunyai daya saing yang paling baik adalah
Kabupaten Asahan dan yang tidak berdaya saing baik adalah Kabupaten Langkat.
Dilihat dari pertumbuhan wilayah, maka yang paling maju adalah Kabupaten
Asahan dan yang paling lambat adalah Kabupaten Langkat.
Hasil penelitian Rini (2006) terhadap pertumbuhan sektor-sektor
perekonomian 30 propinsi di Indonesia dengan menggunakan analisis shift share
menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 1998-2003, terdapat 16 propinsi yang
mengalami pertumbuhan ekonomi lebih besar dari pertumbuhan ekonomi nasional
dengan kontribusi pertumbuhan terbesar adalah sektor listrik, gas dan air bersih serta
kontribusi pertumbuhan terkecil adalah sektor bangunan. Nilai PN menunjukkan
bahwa Propinsi DKI Jakarta adalah propinsi yang mampu mempengaruhi kebijakan
pembangunan sedangkan Propinsi Maluku Utara merupakan propinsi yang kurang
mampu mempengaruhi kebijakan pertumbuhan sektoral. Nilai PP menunjukkan
bahwa Propinsi Banten merupakan propinsi yang mempunyai pertumbuhan sektoral
Propinsi Jawa Barat merupakan propinsi yang berdaya saing dengan baik sedangkan
Propinsi Jawa Timur tidak mampu berdaya saing dengan baik.
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa analisis Shift Share
cukup efektif digunakan dalam menganalisis pertumbuhan perekonomian suatu
wilayah dalam kaitannya dengan daerah atasnya yaitu dengan melakukan
perbandingan laju pertumbuhan. Penelitian sebelumnya dilakukan untuk
membandingkan pertumbuhan ekonomi sebelum dan pada masa otonomi daerah
menggunakan data PDRB atas harga konstan tahun 1993. Pada penelitian ini
dilakukan penelitian pada masa otonomi daerah dan telah menggunakan data
PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000.
2.5. Kerangka Pemikiran
2.5.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Analisis perekonomian wilayah mempunyai tujuan untuk melihat kondisi
perekonomian pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Kerangka
pemikiran teoritis analisis potensi sektor-sektor ekonomi dalam menunjang
pembangunan daerah Kabupaten Lahat mencakup model analisis Shift Share, kegunaan analisis Shift Share, kelebihan dan kelemahan analisis Shift Share, analisis komponen pertumbuhan wilayah, indeks rasio pertumbuhan wilayah
A. Model Analisis Shift Share
Model analisis shift share digunakan untuk melihat pertumbuhan masing-masing sektor perekonomian di suatu wilayah terhadap pertumbuhan ekonomi
wilayah yang lebih luas. Selain itu, model ini juga dapat menunjukkan
perkembangan perekonomian suatu wilayah terhadap wilayah lainnya sehingga
dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor dalam suatu wilayah dan
perbandingan pertumbuhan antar wilayah. Dengan analisis Shift Share dapat diketahui perkembangan suatu sektor jika dibandingkan dengan sektor lainnya
dalam suatu wilayah tertentu. Pendekatan analisis Shift Share menganalisis perubahan-perubahan tersebut dengan menggunakan indikator-indikator seperti
produksi, penduduk dan tenaga kerja selama periode waktu tertentu menjadi
komponen Shift dan Share (Glasson, 1977).
Menurut Budiharsono (2001) analisis Shift Share menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja, pada
dua titik waktu di suatu wilayah tertentu. Analisis Shift Share memiliki kemampuan untuk menunjukkan; (1) perkembangan sektor perekonomian di suatu
wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas, (2)
perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif
dengan sektor-sektor lainnya, (3) perkembangan suatu wilayah dibandingkan
dengan wilayah lainnya, sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu
sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah, (4) perbandingan
laju sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan laju pertumbuhan
Gambar 2.1. Model Analisis Shift Share Sumber: Budiharsono, 2001
Pada Gambar 2.1. analisis Shift Share menunjukkan bahwa perubahan sektor i pada wilayah j dipengaruhi oleh tiga komponen pertumbuhan wilayah,
yaitu komponen pertumbuhan nasional (PN), komponen pertumbuhan
proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).
Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan
dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu wilayah.
Apabila PP + PPW ≥ 0, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke i di
wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu, PP +
PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i pada wilayah ke j tergolong
B. Kegunaan-kegunaan Analisis Shift Share
Menurut Soepono (1993), kegunaan-kegunaan dari analisis Shift Share
antara lain; (1) analisis Shift Share dapat melihat perkembangan produksi atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya pada dua titik tertentu dimana satu titik
waktu dijadikan sebagai tahun akhir analisis, sedangkan satu titik waktu lainnya
dijadikan sebagai tahun akhir analisis, (2) perubahan PDRB disuatu wilayah
antara tahun dasar analisis dengan tahun akhir analisis dapat dilihat melalui tiga
komponen pertumbuhan wilayah, yaitu pertumbuhan nasional (PN), pertumbuhan
proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW), (3)
melalui komponen PN, dapat diketahui laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
dibandingkan dengan laju pertumbuhan nasional, (4) komponen PP dapat
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di suatu
wilayah, ini berarti bahwa suatu wilayah dapat mengadakan spesialisasi di
sektor-sektor yang berkembang secara nasional dan bahwa sektor-sektor-sektor-sektor dari
perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat daripada rata-rata nasional
untuk sektor-sektor itu, (5) komponen PPW dapat digunakan untuk melihat daya
saing sektor-sektor ekonomi dibandingkan dengan sektor ekonomi pada wilayah
lainnya, (6) jika persentase PP dan PPW dijumlahkan, maka dapat ditunjukkan
adanya Shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah.
C. Kelebihan-kelebihan Analisis Shift Share
Analisis Shift Share memiliki kelebihan-kelebihan dalam proses pengumpulan data. Data yang dipergunakan dalam menganalisis pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
berdasarkan atas harga konstan.
Pada penelitian ini, analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis pertumbuhan perekonomian Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah
dibandingkan dengan daerah atasnya yaitu Propinsi Sumatera Selatan. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tambah masing-masing sektor
perekonomian Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan pada masa
otonomi daerah dengan menggunakan data PDRB tahun 2001-2004 berdasarkan
harga konstan tahun 2000.
D. Kelemahan-kelemahan Analisis Shift Share
Kemampuan teknik analisa Shift Share tidaklah lepas dari kelemahan-kelemahan. Beberapa kelemahan dengan menggunakan analisis Shift Share ini antara lain; (1) rentang waktu yang digunakan dalam analisis ini sangat tergantung
pada keberadaan data yang akan dianalisis, sehingga analisis ini bersifat statis dan
kurang dapat memproyeksikan fenomena yang akan terjadi setelah tahun analisis,
(2) dalam menganalisis keadaan perekonomian suatu wilayah, hanya satu indikator
yang dapat dipergunakan dan tidak dapat dipergunakan berbagai indikator ekonomi
secara bersamaan, misalnya berdasarkan data PDRB dengan mengkombinasikannya
dengan indikator lain, seperti tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja.
Selain itu, kelemahan-kelemahan analisis Shift Share menurut Soepono (1993) adalah:
menjadi komponen-komponen. Persamaan Shift Share hanyalah identity equation dan tidak mempunyai implikasi-implikasi keprilakuan. Metode
Shift Share tidak untuk menjelaskan mengapa, misalnya pengaruh keunggulan kompetitif adalah positif di beberapa wilayah, tetapi negatif di
daerah-daerah lain. Metode Shift Share juga merupakan teknik pengukuran yang mencerminkan suatu sistem perhitungan semata dan tidak dianalisis.
(2) Komponen pertumbuhan nasional secara implisit mengemukakan bahwa laju
pertumbuhan suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju nasional tanpa
memperhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan wilayah.
(3) Arti ekonomi dari kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW)
tidak dikembangkan dengan baik. Kedua komponen pertumbuhan wilayah
tersebut berkaitan dengan hal-hal yang sama seperti perubahan penawaran
dan permintaan, perubahan teknologi dan perubahan lokasi sehingga tidak
dapat berkembang dengan baik.
(4) Teknik analisis Shift Share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua barang dijual secara nasional, padahal tidak semua demikian. Bila pasar
suatu wilayah bersifat lokal, maka barang itu tidak dapat bersaing dengan
wilayah-wilayah lain yang menghasilkan barang yang sama, sehingga tidak
mempengaruhi permintaan agregat.
(5) Analisis Shift Share tidak mampu menganalisis keterkaitan ke depan dan ke belakang antar sektor yang disebabkan oleh adanya pergeseran pertumbuhan
E. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
Analisis Shift Share menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik tertentu. Menurut
Budiharsono (2001), pada analisis Shift Share diasumsikan bahwa perubahan tingkat PDRB pada suatu tahun dasar dengan tahun akhir dibagi menjadi tiga
komponen pertumbuhan antara lain sebagai berikut:
a) Komponen Pertumbuhan Nasional (National Growth Component),
merupakan perubahan PDRB suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan
PDRB nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau
perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan
wilayah. Analisis pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini difokuskan pada
pembahasan daerah kabupaten. Maka istilah komponen pertumbuhan nasional
dianalogikan menjadi komponen pertumbuhan regional (PR). Hal ini
dilakukan untuk menghindari salah penafsiran dalam pengertian nasional
(Indonesia) dengan regional (propinsi atau kabupaten).
b) Komponen Pertumbuhan Proporsional (Proportional or Industrial Mix
Growth Component), tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan
produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam
kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.
c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Regional Share Growth
Component), timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB dalam suatu
pertumbuhan suatu daerah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan
oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana
sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional wilayah tersebut.
F. Indeks Rasio Pertumbuhan Daerah (Analisis PDRB)
Indeks rasio pertumbuhan daerah didasarkan pada perbandingan antara
PDRB tahun akhir analisis dengan PDRB tahun dasar analisis, sehingga akan
diperoleh nilai Ra, Ri dan ri. Nilai-nilai tersebut dipergunakan untuk mengetahui
perkembangan sektor perekonomian pada daerah analisis (Kabupaten Lahat)
dengan daerah atasnya (Propinsi Sumatera Selatan).
a. Indeks rasio Ri
Rasio Ri diperoleh dengan membandingkan jumlah total PDRB Propinsi
Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis dan juga pada tahun dasar analisis. Rasio ini
memperlihatkan besarnya perubahan PDRB yang terjadi berdasarkan harga konstan.
b. Indeks Rasio Ra
Rasio Ra menunjukkan perubahan suatu sektor i dalam PDRB Propinsi
Sumatera Selatan berdasarkan harga konstan. Rasio Ri merupakan perbandingan
antara jumlah total sumbangan sektor i terhadap PDRB pada tahun akhir analisis
dan jumlah total PDRB pada tahun dasar analisis.
c. Indeks Rasio ri
Rasio ri merupakan rasio nilai tambah sektor i di wilayah j atau daerah
analisis (Kabupaten Lahat) pada tahun akhir analisis dengan nilai tambah sektor yang
sama di daerah tersebut pada tahun dasar analisis. Nilai ini menunjukkan besarnya
G. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian
Profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi
pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada kurun
waktu yang telah ditentukan dengan cara memplotkan data-data komponen
pertumbuhan proporsional (Ppij) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij) ke
dalam sumbu vertikal dan horizontal dimana komponen pertumbuhan nasional
diletakkan pada sumbu horizontal sebagai absis sedangkan komponen
pertumbuhan pangsa wilayah pada sumbu vertikal sebagai ordinat.
Gambar 2.2. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian Sumber: Budiharsono, 2001
1. Kuadran I, menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah
memiliki pertumbuhan yang cepat dan mampu bersaing dengan wilayah lain
untuk sektor-sektor yang sama, karena PP dan PPW pada kuadran ini bernilai
positif, maka nilai pergeseran bersihnya juga positif (PB > 0), sehingga sektor
dalam kuadran ini termasuk dalam kelompok sektor yang pertumbuhannya
progresif (maju).
Kuadran IV
Kuadran
PPW
Kuadran II Kuadran I PP
2. Kuadran II, menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah
memiliki pertumbuhan yang cepat, tetapi pertumbuhan sektor tersebut tidak
didukung oleh daya dukung wilayah, karena sektor tersebut kurang mampu
bersaing dengan wilayah lain. Pada kuadran ini, nilai PB sektor dapat bernilai
positif (PB > 0) ataupun negatif (PB < 0), sehingga pengelompokkan sektor
pada kuadran ini sangat ditentukan oleh selisih antara nilai PP dan PPW.
3. Kuadran III, menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu
wilayah memiliki pertumbuhan yang lamban dan tidak mampu bersaing
dengan wilayah lain pada sektor yang sama, sehingga nilai PB pada kuadran
ini selalu bernilai negatif, yang memperlihatkan bahwa sektor-sektor tersebut
termasuk dalam kelompok yang pertumbuhannya lamban.
4. Kuadran IV, menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian pada suatu
wilayah memiliki pertumbuhan yang lamban. Namun, sektor tersebut
memiliki daya dukung wilayah dibandingkan wilayah lain untuk sektor yang
sama, sehingga potensial untuk dikembangkan. Pada kuadran ini sama halnya
dengan kuadran II nilai PB dapat bernilai positif atau negatif, tergantung dari
selisih nilai PP dan PPW.
5. Kuadran II dan IV, terdapat garis diagonal yang memotong kedua kuadran
tersebut yang merupakan garis PB = 0. Bagian atas garis diagonal
mengindikasikan bahwa suatu sektor termasuk dalam kelompok sektor yang
pertumbuhannya progresif sedangkan bila berada di bawah garis berarti sektor
2.5.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Pembangunan merupakan proses perubahan yang berkelanjutan pada
semua aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi.
Pembangunan ekonomi pada setiap daerah dilaksanakan dengan mengelola dan
memanfaatkan sumberdaya yang ada sesuai dengan potensi dan kebutuhan
masyarakat. Pembangunan ekonomi daerah dapat dilihat dari struktur ekonomi
suatu daerah. Berdasarkan struktur ekonomi tersebut dapat dilihat kecondongan
perekonomian berdasarkan sektor yang menjadi penggerak dan pendorong
kegiatan pembangunan. Selain itu, struktur ekonomi juga dapat digunakan untuk
menganalisis keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan dengan
membandingkannya dari tahun ke tahun.
Kondisi perekonomian suatu wilayah, selain dipengaruhi oleh kondisi
demografi, potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, juga dipengaruhi
oleh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satu kebijakan
pemerintah yang berpengaruh terhadap kondisi perekonomian daerah adalah
kebijakan otonomi daerah. Pada masa sebelum otonomi daerah, kewenangan
pemerintah pusat sangat dominan dalam menentukan arah pembangunan suatu
daerah, sehingga daerah tidak mampu berkreasi menentukan arah
pembangunannya. Adanya kebijakan otonomi daerah, menuntut daerah-daerah
untuk mampu mengoptimalkan potensi sektor-sektor perekonomiannya.
UU No. 22 tahun 1999 yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai
sebelumnya (UU No. 5 tahun 1974). Selanjutnya UU No. 22 tahun 1999 direvisi
menjadi UU No. 33 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang
tersebut berpotensi mempengaruhi kondisi perekonomian daerah seperti
perubahan pertumbuhan dan kontribusi sektor-sektor perekonomian.
Dalam ruang lingkup yang lebih kecil, Kabupaten Lahat cukup memberikan
pengaruh terhadap perekonomian . Sehubungan dengan hal tersebut , perlu dikaji
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dalam menunjang pembangunan daerah
Kabupaten Lahat pada masa otonomi daerah (tahun 2001-2004) dengan
menggunakan analisis Shift Share berdasarkan sektor-sektor perekonomian. Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah penggunaan data PDRB
Kabupaten Lahat maupun Propinsi Sumatera Selatan atas dasar harga konstan tahun
2000 karena PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
Sedangkan data PDRB atas harga berlaku (nominal) menunjukkan pendapatan yang
memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu daerah.
Pada penelitian ini, analisis Shift Share terdiri dari; (1) analisis PDRB, untuk melihat bagaimana laju pertumbuhan dan kontribusi sektor-sektor perekonomian, (2)
analisis komponen pertumbuhan wilayah, untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan
dan daya saing sektor-sektor perekonomian, (3) analisis profil pertumbuhan sektor
ekonomi, untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian, sehingga dapat
diketahui sektor-sektor ekonomi apa saja yang termasuk ke dalam kelompok
pertumbuhan progresif (maju) dan kelompok sektor yang pertumbuhannya lambat
Kondisi perekonomian Kab. Lahat
Otonomi Daerah
Analisis Shift Share
Pemilihan sektor-sektor prioritas dalam profil pertumbuhan Ekonomi
Petumbuhan dan daya saing sektor ekonomi
Kelompok sektor progresif atau lamban
Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Lahat (Rekomendasi Untuk Pembangunan Sektor-Sektor Perekonomian)
Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lahat dan BPS Propinsi
Sumatera Selatan serta BPS Pusat Jakarta. Basis data yang digunakan sebagai
bahan analisis yaitu data PDRB Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan
Tahun 2001-2004 berdasarkan harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha.
Data-data pendukung lainnya seperti buku, artikel, jurnal dan lain-lain diperoleh
dari Kantor Bappeda Kabupaten Lahat dan dinas-dinas terkait lainnya yang
terdapat di wilayah Kabupaten Lahat serta Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI)
IPB dan perpustakaan-perpustakaan di lingkungan IPB. Selain itu, peneliti juga
menggunakan data-data yang tersedia di internet.
3.2. Metode Analisis Shift Share
Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis atau melihat gambaran mengenai pertumbuhan dan perkembangan struktur perekonomian serta perubahan
berbagai indikator kegiatan ekonomi seperti produksi, pendapatan, nilai tambah dan
sebagainya dengan menentukan kurun waktu yang akan di analisis pada suatu
wilayah yang dihubungkan dengan wilayah atasnya di dua titik waktu tertentu
sehingga dapat diketahui tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis. Analisis ini
berdasarkan beberapa variabel komponen yaitu pertumbuhan regional, pertumbuhan
proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah.
3.2.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat dan Propinsi
Sumatera Selatan
Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten
Lahat maupun pada skala propinsi dapat diketahui melalui analisis Shift Share. Melalui Shift Share dapat juga digunakan untuk mengetahui perubahan laju pertumbuhan PDRB sektor i pada wilayah j. Menurut Budiharsono (2001), apabila
dalam suatu negara terdapat m daerah/wilayah/propinsi (j = 1,2,3...m) dan n sektor
perekonomian (i = 1,2,3...n). Dalam penelitian ini wilayah yang dianalisis adalah
Kabupaten Lahat dan Propinsi Sumatera Selatan. Sedangkan sektor perekonomian
yang dianalisis adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa. PDRB dari sektor i pada
tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis dapat dirumuskan berikut ini.
1. PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari sektor i pada tahun dasar analisis
∑
Yi. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari sektor i pada tahun dasar analisis,
Yij = PDRB dari sektor i pada wilayah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun
2. PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari sektor i pada tahun akhir analisis
Y'i. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari sektor i pada tahun akhir analisis,
Y’ij = PDRB dari sektor i pada wilayah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis.
Selanjutnya akan dirumuskan PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada
tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis sebagai berikut:
1. Total PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar analisis
∑∑
Y.. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar analisis,
Yij = PDRB dari sektor i pada wilayah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar analisis.
2. Total PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis
∑∑
Y’.. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis,
Y’ij = PDRB dari sektor i pada wilayah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis.
Perubahan PDRB sektor i pada Kabupaten Lahat dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Yij = PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada tahun dasar analisis,
Y’ij = PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada tahun akhir analisis. Rumus persentase perubahan PDRB adalah sebagai berikut:
%
% = Persentase perubahan PDRB sektor i pada Kabupaten Lahat,
Yij = PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada tahun dasar analisis,
Y’ij = PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada tahun akhir analisis.
3.2.2. Analisis Rasio PDRB Propinsi dan PDRB Kabupaten
Rasio PDRB Propinsi dan PDRB Kabupaten digunakan untuk melihat
perbandingan PDRB sektor-sektor indikator kegiatan ekonomi di suatu wilayah
tertentu. Rasio PDRB tersebut dibagi atas ri, Ra, Ri.
a. Ra
Ra menunjukkan selisih antara PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis dengan PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar
analisis dibagi dengan PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun dasar
analisis. Nilai Ra ditentukan sebagai berikut:
..
Y’.. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis,
b. Ri
Ri menunjukkan selisih antara PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari
sektor i pada tahun akhir analisis dengan PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari
sektor i pada tahun dasar analisis dibagi PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari
sektor i pada tahun dasar analisis. Rumusnya adalah sebagai berikut:
.
Y’i. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari sektor i pada tahun akhir analisis, Yi. = PDRB Propinsi Sumatera Selatan dari sektor i pada tahun dasar analisis.
c. ri
ri menunjukkan selisih antara PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada tahun dasar analisis dengan PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada
tahun dasar analisis dibagi PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada tahun
dasar analisis. ri dirumuskan sebagai berikut:
Yij
Yij = PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada tahun dasar analisis, Y’ij = PDRB dari sektor i pada Kabupaten Lahat pada tahun akhir analisis.
3.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
Agar perubahan PDRB suatu wilayah antara tahun dasar analisis dengan tahun
akhir analisis dapat teridentifikasi maka digunakan analisis komponen pertumbuhan