• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Harga suatu komoditas biasanya dikaitkan kepada sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk memperoleh satu unit komoditas tersebut (Libsey et al, 1995). Dalam teori harga, perubahan harga suatu komoditas adalah perubahan dari jumlah uang yang harus dikorbankan untuk memperoleh komoditas tersebut bagi konsumen dan perubahan jumlah uang yang diterima sebagai kompensasi dari komoditas yang dikorbankan bagi produsen.

Dalam teori ekonomi mikro, harga terbentuk oleh keseimbangan antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Kedua kekuatan tersebut saling berinteraksi dalam membentuk harga pada suatu pasar yang bersaing sempurna.

Kondisi keseimbangan (equilibrium condition) akan tercapai, jika jumlah yang

diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Pada kondisi ini kedua belah pihak (produsen dan konsumen) akan terpuaskan.

Kekurangan produk yang ditawarkan akan mendorong terjadinya

kelebihan permintaan (exses demand) sehingga menyebabkan peningkatan harga,

sedangkan kelebihan penawaran (exses supply) terjadi bila jumlah produk yang

ditawarkan mengalami surplus sehingga mendorong penurunan harga. Harga suatu komoditas akan berfluktuasi dengan adanya perubahan permintaan dan penawaran.

Fluktuasi produksi akibat perubahan faktor input perusahaan akan menyebabkan pergeseran kurva penawaran. Jika produksi turun, maka kurva penawaran akan bergeser ke kiri atas. Sebaliknya, jika produksi naik maka kurva penawaran akan bergeser ke kanan bawah. Fluktuasi konsumsi akibat perubahan banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat pendapatan tertentu dalam periode tertentu akan menyebabkan pergeseran kurva permintaan. Jika konsumsi naik maka kurva permintaan akan bergeser ke kanan atas, sebaliknya jika konsumsi turun maka kurva permintaan akan bergeser ke kiri bawah. Terjadinya pergeseran kurva, menyebabkan harga baru akan terbentuk.

3.1.2 Konsep Peramalan

Peramalan adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Menurut Mulyono (2000), peramalan merupakan suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki, agar kesalahan dapat diperkecil. Peramalan juga dapat diartikan sebagai usaha memperkirakan jawaban yang pasti tentang apa yang akan terjadi, melainkan mencari apa yang sedekat mungkin dengan yang akan terjadi.

Peramalan menjadi salah satu hal yang penting dalam pengambilan keputusan manajemen. Peramalan merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien (Makridakis et al.,1999). Peramalan merupakan suatu dugaan atau perkiraan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa pada waktu yang akan datang, yang dapat membantu dalam melakukan perencanaan dan pengambilan keputusan (Hanke et al.,2003).

Keberhasilan dalam bidang bisnis/ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan meramalkan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Adanya ramalan memungkinkan manajemen menyusun perencanaan/keputusan untuk mengantisipasinya. Peramalan bisnis/ekonomi dibutuhkan mengingat kondisi bisnis/ekonomi sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang bersifat sangat dinamis & tidak pasti (tidak deterministik). Banyak faktor yang berpengaruh terhadap gejolak perkembangan bisnis dan ekonomi.

Peramalan yang baik membutuhkan pendekatan yang tepat, yang tercermin dalam metode peramalan yang dipilih yaitu metode peramalan terakurat, sehingga dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan pengambilan keputusan bisnis/ekonomi. Menurut Hanke (2003), teknik peramalan pada data menghasilkan kejadian historis mengarah ke identifikasi lima tahap proses peramalan sebagai berikut: 1) pengumpulan data, 2) pemadatan atau pengurangan data, 3) penyusunan model dan evaluasi, 4) ekstrapolasi atau peramalan aktual, 5) evaluasi peramalan.

Menurut jangka waktu ramalan yang disusun Mulyono (2000) menyatakan bahwa peramalan dapat dibedakan atas tiga. Ramalan jangka pendek yaitu peramalan yang dilakukan untuk hasil ramalan dengan jangka waktu yang kurang dari setengah tahun atau sekitar 3 bulan. Peramalan jangka menengah yaitu peramalan yang dilakukan untuk menyusun hasil ramalan tiga bulan sampai dua tahun. Peramalan jangka panjang yaitu peramlan yang dilakukan untuk menyusun hasil ramalan jangka waktu lebih dari dua tahun.

Menurut sifat peramalannya Mulyono (2000) menjelaskan bahwa peramalan dapat dibedakan atas peramalan kualitatif dan peramalan kuantitatif.

a. Peramalan Kualitatif

Peramalan kualitatif merupakan peramalan yang ditentukan berdasar

pemikiran yang bersifat judgement, pengetahuan, pengalaman & intuisi si

peramal. Peramalan ini digunakan apabila data historis maupun data empiris dari variabel yang diramalkan tidak cukup, tidak ada, atau tidak dapat dipercaya karena kurang akurat. Peramalan ini tetap membutuhkan data kuantitatif, tetapi data kuantitatif ini hanya digunakan sebagai informasi untuk menganalisa dan meramalkan data tesebut tanpa proses kuantitatif.

Proses yang digunakan adalah mencatat kebiasaan vaiabel lalu

meramalkannya menggunakan perasaan peneliti. Sehingga pandangan atau

judgemen” dari orang yang menyusunnya sangat menentukan baik tidaknya

hasil ramalan tersebut.

Peramalan kualitatif jika dilakukan oleh beberapa orang terpisah, hasilnya akan bervariasi cukup besar, sedangkan jika dilakukan oleh sekelompok orang, hasilnya bisa jadi tidak diperoleh kesamaan pendapat tentang hasil ramalan, atau hasil ramalan umumnya merupakan pendapat pribadi dari orang yang paling berpengaruh dalam kelompok. Peramalan kualitatif relatif bersifat subyektif.

Untuk situasi manajemen dan industri/pasar yang kompleks, peramalan kualitatif relatif sukar dilaksanakan, karena kemampuan otak manusia terbatas untuk mengelola informasi dan hubungan kausal yang

kompleks. Namun untuk situasi yang sederhana ditambah judgement,

pengetahuan, pengalaman dan intuisi yang kuat dari orang atau kelompok orang yang melakukan peramalan, seringkali hasilnya relatif baik.

Metode untuk peramalan kualitatif dibagi atas metode ekploratoris dan normatif. Metode eksploratoris terdiri dari metode Delphi, kurva S analogi dan penelitian morfologis, yang dimulai dari masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan bergerak secara heuristik dengan melihat semua kemungkinan yang ada. Sedangkan metode normatif terdiri dari matriks keputusan, pohon relevansi dan analisis sistem, dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang akan datang kemudian melihat kemasa lalu apakah hal ini dapat dicapai berdasarkan kendala, sumber daya dan teknologi yang tersedia (Makridakis et al.,1999)

b. Peramalan Kuantitatif

Peramalan kuantitatif merupakan peramalan yang didasarkan pada data kuantitatif masa lalu. Peramalan ini memiliki sifat yang lebih objektif berdasarkan pada keadaan aktual (data) yang diolah dengan menggunakan metode-metode tertentu. Penggunaan suatu metode juga harus didasarkan pada fenomena manajemen atau bisnis apa yang diramalkan dan tujuan yang ingin dicapai melalui peramalan. Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut (Makridakis et al.,1999) :

1. tersedia informasi masa lalu

2. informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik

3. dapat diasumsikan bahwa pola masa lalu akan terus berlanjut di masa

yang akan datang.

Pada dua kondisi pertama merupakan suatu keharusan bagi penerapan metode peramalan kuantitatif. Kondisi ketiga merupakan syarat kecukupan, artinya walaupun asumsi ketiga dilanggar, model yang dirumuskan masih

dapat digunakan. Hal tersebut akan memberikan kesalahan peramalan yang relatif besar bila perubahan pola data ataupun bentuk hubungan fungsional tersebut terjadi secara sistematis.

Data yang digunakan dalam peramalan kuantitatif hendaknya 1)

reliable dan akurat (berasal dari sumber yang andal dengan memperhatikan akurasinya), 2) relevan, 3) konsisten (jika ada perubahan definisi harus ada penyesuaian), 4) cukup (tidak terlalu sedikit sebagai basis data atau tidak terlalu banyak sehingga ada bagian yang tidak relevan). Pada data kuantitatif jika terjadi perubahan pola, maka hasil ramalan relatif kurang akurat. Jika pola data historis terjadi perubahan struktural, relatif sulit upaya penyesuaiannya, kecuali telah tersedia data historis yang cukup untuk menentukan pola yang baru.

Metode peramalan kuantitatif terbagi menjadi dua, yaitu metode

time series dan metode kausal. Metode time series menggunakan data yang memiliki deret waktu yang dikumpulkan, dicatat, atau diamati dari rangkaian waktu (Hanke et al.,2003). Sedangkan metode kausal didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya, metode ini disebut juga dengan model regresi.

3.1.3 Konsep Metode Peramalan Model Time Series

Metode peramalan time series merupakan bagian dari metode peramalan

dengan pendekatan kuantitatif. Metode peramalan time series merupakan metode

diambil selama beberapa periode dan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu ramalan untuk beberapa metode dimasa depan (Assauri, 1984).

Metode peramalan time series didasarkan pada analisis perilaku atau nilai

masa lalu suatu variabel yang disusun menurut urutan waktu. Alasan penggunaan model ini adalah karena sederhana, cepat dan murah. Model ini cocok untuk meramalkan variabel dalam tempo singkat dan sumber data yang terbatas (Mulyono, 2000). Menurut Makridakis et, al (1999) ada tiga alasan kenapa menggunakan metode deret waktu, yaitu:

a. sistem kemungkinan tidak dipahami, dan sekalipun dipahami, hubungan–

hubungan yang mengatur perilaku sistem tersebut kemungkinan sulit sekali diungkapkan.

b. perhatian utama hanyalah memprediksi apa yang akan, bukan bagaimana

hal tersebut terjadi.

c. saat mengetahui sesuatu terjadi dan memprediksi apa yang akan terjadi,

nilainya tidak terlalu berarti, padahal biaya untuk mengetahui tetang mengapa terjadi kemungkinan sangat tinggi, sementara biaya untuk memprediksi apa yang akan terjadi lebih rendah.

Menurut Hanke et al., (2003), persyaratan esensial dalam memilih suatu teknik peramalan tidak terletak pada metode peramalan yang menggunakan proses matematika yang rumit atau menggunakan metode yang canggih, akan tetapi metode terpilih harus menghasilkan suatu ramalan yang akurat, tepat waktu, maanfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya penggunaannya dan dipahami oleh manajemen, sehingga ramalan dapat membantu menghasilkan keputusan yang lebih baik.

Peramalan harus menyadari bahwa mereka menghadapi persoalan dan keputusan yang berbeda-beda dimana tidak setiap metode peramalan dapat dikembangkan. Pertimbangan yang cermat dalam memilih metode peramalan diperlukan agar ramalan dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Makridarkis (1999), mengemukakan enam faktor utama yang menggambarkan kemampuan dan kesesuaian dalam memilih suatu metode peramalan. Enam faktor tersebut adalah horizon waktu, pola data, daya tarik metode itu sendiri, ketepatan, biaya dan waktu, serta ketersediaan perangkat lunak komputer.

1. Horizon waktu

Metode peramalan berhubungan dengan dua aspek horizon waktu, yaitu: cakupan waktu dimasa yang akan datang dan jumlah periode ramalan yang diinginkan. Beberapa teknik metode hanya dapat sesuai untuk peramalan satu periode kedepan, sedangkan teknik lainnya dapat dipergunakan untuk meramalkan beberapa periode kedepan.

2. Pola data

Setiap metode peramalan memiliki perbedaan kemampuan dalam mengidentifikasi pola atau karakteristik data secara umum. Serial data dapat

dikelompokkan dalam empat pola. Pola pertama adalah pola stasioner, yaitu jika

pola data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan. Pola yang kedua adalah pola musiman, yaitu jika data membentuk fluktuasi konstan dan proporsional dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun) yang disebabkan oleh faktor musiman. Pola data ketiga adalah pola siklis, yaitu jika data dipengaruhi oleh fluktuasi tersebut disebabkan oleh pengaruh ekonomi jangka panjang. Pola

keempat adalah pola tren, yaitu jika data menunjukkan kenaikan atau penurunan secara sekuler dalam jangka panjang.

Perbedaan dari keempat pola data itu memerlukan penyesuaian antara pola data dengan metode analisis yang akan digunakan. Usaha penyesuaian itu biasanya dilakukan dengan membuat sebuah asumsi bahwa ada suatu bentuk pola data dalam serial data yang harus berkelanjutan, kemudian dipilih metode yang sesuai dengan pola tersebut.

Berdasarkan keempat tipe pola tersebut, menurut Hanke (1999) ada empat teknik peramalan yang umum digunakan yaitu:

a. Teknik peramalan untuk data stasioner (pola horisontal)

Pola horisontal terjadi ketika data observasi berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan atau dengan kata lain nilai meannya tidak berubah sepanjang waktu. Situasi seperti ini muncul ketika pola data yang mempengaruhi deret relatif stabil. Teknik peramalan yang perlu dipertimbangkan pada peramalan

deret stasioner adalah metode naive, simple average, moving average, single

exponential smooting, dan auto regressive integrated moving average (ARIMA)

b. Teknik peramalan untuk data musiman (seasonality)

Pola musiman terjadi ketika data-data observasi dipengaruhi faktor musiman. Deret bermusim didefinisikan sebagai deret waktu dengan pola perubahan yang berulang dengan sendirinya dari tahun ke tahun. Komponen musiman merupakan fluktuasi yang terjadi kurang dari setahun dan berulang pada tahun-tahun beriktnya. Komponen musiman relatif dominan pada peubah-peubah yang besarannya tergantung pada musim atau cuaca, seperti produk pertanaian. winter, regresi berganda, dan ARIMA.

c. Teknik peramalan untuk data siklus (cyclus)

Pola siklus terjadi ketika data observasi terlihat naik atau turun dalam periode waktu yang tidak tetap setiap dua tahun, tiga tahun, atau lebih. Siklik didefinisikan sebagai fluktuasi seperti gelombang disekitar tren. Komponen siklus umumnya ditemukan pada analisis jangka panjang seperti peramalan yang menyangkut siklus hidup produk. Teknik-teknik yang perlu dipertimbangkan adalah dekomposisi indikator ekonomi, regresi berganda dan model ARIMA.

d. Teknik peramalan untuk data kecenderungan (tren)

Pola tren terbentuk ketika data observasi terlihat meningkat atau menurun dalam periode waktu yang lebih panjang. Tren merupakan komponen jangka

panjang yang mendasari pertumbuhan dan penurunan data time series. Komponen

tren dapat terjadi akibat adanya pertumbuhan penduduk, perubahan teknologi, inflasi, produktivitas dan sebagainya. Teknik peramalan yang perlu

dipertimbangkan pada peramalan deret stasioner adalah metode naive, linier

regression, growt curve, moving average, single exponential smoothing, dan ARIMA.

Langkah yang harus dilakukan untuk menganalisis data historis adalah dengan memplotkan data tersebut secara grafis. Dari hasil plot data tersebut dapat

diketahui apakah pola data stasioner, musiman, siklik atau tren. Dengan

mengetahui secara jelas pola dari suatu data historis maka dapat dipilih teknik-teknik peramalan yang mampu secara efektif mengektrapolasi pola data.

3. Daya tarik metode peramalan

Daya tarik yang dimiliki oleh sebuah metode peramalan akan menjadi aspek penting yang perlu dipertimbangkan oleh peramal untuk memilihnya. Daya

tarik mencakup kekuatan atau kelemahan dari metode peramalan, kesederhanaan dan kemudahan aplikasi. Selain itu juga daya tarik intuitif yang dirasakan oleh peramal.

4. Ketepatan

Ketepatan menunjukkan kemampuan metode untuk meramalkan suatu variabel yang dilihat dari besarnya selisih antara hasil ramalan dan kenyataan. Setelah dilakukan analisis residual, akan diperoleh dua atau lebih model yang cocok dan akan dipakai untuk peramalan. Untuk memilih model yang dipakai, maka perlu diukur besarnya kesalahan residual. Besaran yang umum dipakai

untuk menentukan kesalahan peramalan adalah MAD (Mean Absolute Deviation),

MSE (Mean Square Error) dan MAP (Mean Absolute Procentage).

MAPE menunjukkan persentase tingkat kesalahan secara absolut. MSE menunjukkan kuadrat dari kesalahan peramalan, kedua cara ini memberikan kesalahan ekstrim yang berat ketika membandingkan model-model peramalan. Pada saat tak ada kecocokan, maka nilai MSE menjadi sangat besar, sehingga ukuran yang paling banyak dipilih adalah MAD. Jika model memiliki kecocokan yang sempurna, maka MAD = 0, sedangkan jika model tidak memiliki kecocokan, maka MAD adalah besar. Dengan demikian pada saat membandingkan beberapa model peramalan, yang dipilih adalah model dengan MAD minimum (Hanke et al, 2003). Pengukuran ketepatan metode peramalan ini pada akhirnya memang dipakai sebagai kriteria dalam memilih metode peramalan.

5. Biaya dan waktu

Pemilihan metode peramalan juga dipengaruhi oleh biaya yang harus dikeluarkan berkaitan dengan metode yang dipilih. Ada empat unsur biaya yang

tercakup dalam penggunaan suatu prosedur ramalan, yaitu biaya pengembangan, biaya penyimpanan data, operasi pelaksanaan dan kesempatan untuk menggunakan teknik-teknik lainnya.

6. Ketersediaan perangkat lunak komputer

Ketersediaan perangkat lunak komputer penting untuk membantu menyusun metode peramalan kuantitatif. Penetapan metode peramalan menggunakan program komputer yang sesuai. Program tersebut harus mudah digunakan, bebas dari kesalahan-kesalahan besar, sehingga dapat dipahami dan diinterpretasikan hasilnya.

Berdasarkan dari pola data yang telah diuraikan di atas maka, metode

peramalan model time series terdiri dari beberapa metode peramalan. Beberapa

metode peramalan tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Model Regresi Sederhana (Trend)

Model trend menggambarkan pergerakkan jangka panjang didalam deret

waktu yang seringkali dijelaskan sebagai garis lurus atau kurva halus. Model ini menunjukkan hubungan antara periode dan variabel yang diramal. Pola data yang mengandung unsur musiman dapat dimasukkan dalam teknik ini.

2. Model Rata-rata Sederhana (Moving Average)

Teknik rata-rata sederhana menggunakan rata-rata semua pengamatan historis yang relevan sebagai ramalan periode mendatang. Model yang tepat apabila gejolak yang membentuk deretan waktu telah distabilkan dan lingkungan dimana deret-deret berada secara umum tidak berubah. Model ini tidak terlalu memperhatikan fluktuasi dari deret waktu, cocok untuk data stationer. Kekurangan dari metode ini adalah hanya mampu meramal satu periode kedepan

serta kurang praktis karena peramal harus menyimpan seluruh data historisnya. Setiap penyusunan ramalan periode yang baru akan menggunakan data yang semakin banyak (Hanke et al,. 2003).

3. Model Rata-rata Bergerak Sederhana (Center Moving Average)

Model rata-rata bergerak digunakan untuk menghilangkan kekurangan pada teknik rata-rata sederhana. Model ini meramal metode yang akan datang menggunakan nilai rataan, mengeluarkan nilai dari periode yang lama dan memasukkan nilai dari periode terbaru dari sekelompok data yang jumlahnya konstan. Kelebihan teknik ini adalah fleksibel dengan jumlah data yang dimasukkan ke dalam nilai rataan sehingga dapat divariasikan sesuai dengan pola datanya. Model ini sangat cocok untuk data stationer yang cenderung bergerak tidak menaik atau menurun (Makridakis et al., 1999).

4. Model Dekomposisi

Dekomposisi adalah salah satu pendekatan yang berupaya

mengidentifikasi faktor komponen yang mempengaruhi setiap nilai pada deret. Setiap komponen diidentifikasi secara terpisah. Proyeksi setiap komponen kemudian dapat dikombinasikan yang menghasilkan nilai ramalan masa depan deret waktu. Model ini digunakan hanya sekedar menampilkan pertumbuhan dan penurunan suatu deret, atau untuk menyesuaikan deret dengan cara menghilangkan satu atau beberapa komponen. Secara umum teknik dekomposisi dibagi atas dua macam yaitu dekomposisi aditif dan dekomposisi multiplikatif.

5. Model Single Exponential Smoothing

Model pemulusan eksponensial adalah prosedur yang dapat merevisi hasil ramalan secara kontinyu dengan menggunakan informasi terbaru. Model ini

berdasarkan pemulusan yang menurun secara eksponensial. Prediksi dilakukan dengan memberi bobot yang lebih tinggi untuk informasi yang lebih baru. Metode pemulusan eksponensial tunggal sangat cocok untuk pola data stationer dan tidak

efektif dalam menangani peramalan yang pola datanya memiliki komponen trend

dan pola musiman. Model ini hanya menyimpan data terakhir, ramalan terakhir

dan konstanta pemulusan (α) sehingga dapat mengurangi masalah penyimpangan

data.

6. Model Double Exponential Smoothing (Brown)

Model ini menetapkan bahwa ramalan merupakan hasil dari perhitungan dua kali pemulusan eksponensial dengan tujuan mengatasi masalah data yang tidak stationer dengan trend linear. Hasil yang diperoleh dari pemulusan eksponensial tunggal dilakukan pemulusan kembali dengan memberi bobot yang menurun secara eksponensial. Kelemahan model ini tidak dapat meramalkan data yang memiliki data dengan pola musiman.

7. Model Winter

Metode ini akan menghasilkan ramalan yang lebih tepat pada data historis yang memiliki pola tren linear dan pola musiman. Metode Winters memberikan cara yang mudah untuk menjelaskan musiman didalam model ketika data memiliki pola musiman. Metode ini menghapus musiman atau penyesuaian musiman pada data. Metode peramalan diaplikasikan untuk data musiman terhapus, kemudian musiman dimasukkan kembali untuk mendapatkan ramalan yang akurat. (Hanke et al.,2003). Metode Winters cocok untuk data deret waktu

dengan pola stasioner, pola tren konsisten, dan pola musiman, yang didasari oleh

dengan pola data, yaitu faktor random (keacakan), faktor tren (kecenderungan) dan faktor musiman (Makridarkis et al,.1999).

Metode ini terdiri dari dua yaitu winter aditif dan winter multiplikatif.

Metode additif untuk meramalkan data time series dengan trend linear dan

memiliki variasi musiman aditif. Perkiraan nilai awal parameter yang diperbaharui biasanya diperoleh dari model dekomposisi aditif. Sedangkan model winter

multiplikatif untuk meramalkan data time series dengan trend linear dan memiliki

variasi musiman tidak konstan. Perkiraan nilai awal parameter yang diperbaharui biasanya diperoleh dari model dekomposisi multiplikatif.

8. Model Box Jenkins

Metode Box-Jenkins merupakan suatu peramalan yang sangat berbeda

dengan kebanyakan metode lainnya, karena metode ini tidak mengasumsikan pola tertentu pada data historis deret yang diramalkan supaya model dapat bekerja dengan baik. Metode ini sangat tepat untuk kondisi dimana tersedia data yang memiliki jangka waktu pendek, berdistribusi normal, dan umumnya tidak berisi

informasi berguna. Teknik Box-Jenkins mengacu pada himpunan prosedur untuk

mengidentifikasikan, mencocokkan dan memeriksa model ARIMA

(autoregressive integrated moving average) dengan data deret waktu (Hanke et,al. 2003). Peramalan ARIMA mengikuti langsung dari bentuk model disesuaikan (Makridakis, 1999).

Model SARIMA (Seasonal ARIMA) hampir sama dengan model ARIMA

tidak mensyaratkan suatu pola data tren tertentu supaya model dapat bekerja

dengan baik. Sugiato dan Harjono (2000) menyebutkan bahwa metode Bob

yang paling tepat dari berbagai alternatif model yang ada. Model yang terpilih dilakukan pengujian kembali. Model dianggap sudah memadai apabila residual terdistribusi secara random, kecil dan independen satu sama lain.

Dokumen terkait