• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko, pengukuran risiko dan strategi pengelolaan risiko yang relevan dengan permasalahan penelitian. Oleh karena itu akan dijabarkan secara spesifik pada sub bab-sub bab berikut.

3.1.1.Risiko Produksi

Pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan bisnis akan menghadapi adanya risiko (Risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Secara ilmiah risiko dan ketidakpastian mempunyai perbedaan. Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya menimbulkan kerugian pada yang mengalami kejadian. Sedangkan ketidakpastian menunjukkan suatu peluang kejadian yang tidak dapat atau sulit diukur oleh pengambil keputusan (Roumasset Boussard dan Singh 1979). Hampir sama seperti yang diutarakan Robison dan Barry (1987) risiko adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan.

Indikasi adanya risiko yang dihadapi oleh pelaku bisnis ditunjukkan oleh adanya variasi atau fluktuasi dalam menjalankan bisnis dengan asumsi kondisi input yang relatif tetap. Beberapa pembagian risiko yaitu risiko produksi, risiko pasar, risiko kelembagaan dan risiko keuangan. Pembahasan ini adalah mengenai risiko produksi pada tanaman cabai merah keriting.

Risiko dan ketidakpastian merupakan dua istilah yang merupakan dasar dalam kerangka kerja pengambilan keputusan. Menurut Kountur (2006) terdapat dua pendekatan dalam mengidentifikasi risiko yaitu pendekatan top-down dan pendekatan bottom-up. Pendekatan top-down adalah pendekatan dimana risiko

18 diidentifikasi dari atas dengan kata lain dilihat dari kacamata top manajemen. Sedangkan pendekatan bottom-up adalah pendekatan dimana risiko ditemukan atau diidentifikasi dari bawah, dimana risiko mulai ditemukan dari unit yang paling kecil dalam organisasi atau perusahaan. Pengidentifikasian adalah hal pertama yang dilakukan sebelum melakukan pengukuran risiko, sehingga dapat diketahui risiko yang akan diukur.

Menurut Hardaker (1997) risiko bisa didefinisikan sebagai pengetahuan yang tidak sempurna (imperfect knowledge) dimana peluang dari hasil (outcome) diketahui sedangkan ketidakpastian merupakan kondisi dimana peluang tidak diketahui. Menurut Basyaib (2007) risiko adalah sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi. Menurut Djohanputro (2008) perbedaan antara risiko dan ketidakpastian adalah bahwa risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat probabilitasnya terukur secara kuantitatif. Ketidakpastian merupakan keadaan di mana ada beberapa kemungkinan kejadian dimana tingkat probabilitas kejadian tidak diketahui secara pasti.

Menurut Elton and Gruber (2003) risiko adalah: “The existence of risk means that the investor can no longer associate a single number of pay-off with investment in any assets”. Risiko yang dimaksud merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan, probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return), kemungkinan return yang diterima (realized return) menyimpang dari return yang diharapkan (expected return) atau dengan kata lain kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan.

Menurut Kountur (2008) risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat kurang atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Risiko berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan. Sedangkan menurut Kountur (2004) risiko adalah sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang

19 dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan.

3.1.2.Sumber Risiko dan Akibatnya

Dalam dunia bisnis, risiko sering dikaitkan dengan perolehan (return). Dalam menganalisis risiko didasarkan pada teori pengambilan keputusan dengan berdasarkan pada konsep expected utility (Robison dan Barry, 1997). Dalam kaitannya dengan expected utility sangat erat hubungannya dengan probability. Probability dapat dipandang sebagai frekuensi relatif (relative frequencies) dan digunakan dalam pengambilan keputusan. Utility (kepuasan) sangat sulit diukur sehingga umumnya didekati dengan pengukuran return. Return tersebut dapat berupa pendapatan yang diperoleh usaha selama periode tertentu.

Tingkat risiko suatu kegiatan menjadi acuan dalam menentukan besaran nilai yang dihasilkan (keuntungan). Umumnya kegiatan bisnis dengan risiko tinggi diyakini dapat memberikan keuntungan yang besar. Artinya, nilai keuntungan searah dengan tingkat risikonya. Hal tersebut dapat terwujud apabila ternyata dalam melakukan kegiatan usaha, risiko yang diperkirakan tidak terjadi sehingga pelaku usaha tidak perlu mengeluarkan biaya kerugian akibat adanya risiko. Tetapi apabila ternyata risiko yang diperkirakan terjadi pada kegiatan usaha yang dipilih, maka yang diperoleh pelaku usaha adalah kegagalan dan kerugian.

Oleh karena itu, agar bisnis dengan risiko yang besar dapat memberi pendapatan tinggi, meskipun risiko yang diperkirakan terjadi maka pelaku usaha dapat melakukan pengelolaan terhadap risiko tersebut. Dengan mengetahui besarnya risiko yang dihadapi maka keputusan penerapan alternatif pengelolaan yang digunakan dapat lebih efisien.

Menurut Harwood, et al (1999), risiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat menurunkan tingkat pendapatan petani yaitu : (1) Risiko produksi; (2) Risiko harga atau pasar (penjualan); (3) Risiko institusi (kelembagaan); (4) Risiko keuangan; (5) Risiko manusia. Dari beberapa sumber tersebut ternyata risiko yang paling utama dihadapi oleh petani yang tergabung dalam kelompoktani Pondok Menteng dalam memproduksi cabai merah keriting adalah risiko produksi.

20 Menurut Kountur (2008) risiko dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi menjadi 4 jenis yaitu:

a. Risiko dari sudut Pandang Penyebab

Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, risiko dapat dibedakan kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh faktor-faktor keuangan sepertu perubahan harga, tingkat bunga dan mata uang asing. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam.

b. Risiko dari Sudut Pandang Akibat

Dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan terdapat dua kategori risiko yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang memungkinkan untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan.

c. Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas

Menurut Kountur (2008) banyaknya risiko dari sudut pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada. Segala aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank yang dikenal dengan risiko kredit.

d. Risiko dari Sudut Pandang Kejadian

Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadi kebakaran, maka risiko yang terjadi adalah risiko kebakaran.

Dampak risiko dan variabilitas dalam agribisnis yang tidak diantisipasi dan ditanggulangi dengan baik dapat mengakibatkan kerugian dalam skala luas. Dampak risiko dapat dikaji dari tiga sudut pandang yang saling berhubungan yaitu:

a. Sudut pandang masyarakat

Menyangkut pada dampak dan biaya sosial dari risiko yang terjadi dan bagaimanan pengelolaannya.

21 b. Sudut pandang produsen

Menitikberatkan pada kelangsungan hidup usahanya. c. Sudut pandang pembuat kebijakan

Pembuat kebijakan harus mampu memprediksi respon sektoral yang akan dilakukan untuk mengubah kondisi tersebut dan dampak berikutnya atas kemungkinan kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuannya.

3.1.3.Pengukuran Risiko

Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation).

Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Coefficient variation merupakan ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh baik berupa pendapatan, produksi atau harga. Nilai variance dan standard deviation kurang tepat digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha.

1. Nilai Harapan (Expected Value)

Nilai harapan adalah jumlah dari nilai-nilai kemungkinan yang diharapkan terjadi probabilitas (peluang) masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. Nilai harapan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan usaha penyelesaian pengambilan keputusan risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return.

2. Peluang

Peluang merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa. Peluang hanya suatu kemungkinan, jadi nilai dari suatu peluang bukan merupakan harga mutlak dalam suatu kondisi. Menurut Darmawi (1997) dari sudut pandang empiris maka

22 probabilitas dapat dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang yang dinyatakan dalam persentase.

3. Variance

Pengukuran varian dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

4. Standard Deviation

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha.

5. Coefficient Variation

Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return. Semakin kecil nilai koefisien variasi maka semakin rendah risiko yang dihadapi.

3.1.4.Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Fungsi-fungsi manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko. Fungsi manajemen tidak hanya perencanaan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi, tetapi juga menangani risiko.

Menurut Lam (2003), ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko sangat penting dalam pengelolaan suatu perusahaan, yakni karena mengelola manajemen risiko dapat memaksimalkan nilai asset pemegang saham dan dapat memperbesar peluang kerja dan jaminan finansial. Menurut Darmawi (1997), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Ada lima manfaat yang

23 diperoleh perusahaan dengan menerapkan manajemen risiko, manfaat tersebut adalah:

a. Mencegah perusahaan dari kegagalan b. Mengurangi pengeluaran perusahaan c. Menunjang peningkatan perolehan laba

d. Memberi ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko

e. Secara tidak langsung menolong public image, karena manajemen risiko melindungi perusahan dari hal-hal buruk yang dapat merugikan perusahaan. Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan cara atau langkah yang dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju organisasi bisa dikendalikan.

Strategi pengelolaan risiko merupakan suatu proses yang berulang pada setiap periode produksi. Pengidentifikasian risiko merupakan proses penganalisisan untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang menantang pelaku usaha. Sesudah manajer risiko mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang dihadapi usaha, maka selanjutnya risiko itu harus diukur. Perlunya diukur adalah untuk menentukan relatif pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Strategi pengelolaan risiko yang dapat dijadikan usaha sebagai alternatif penanganan, yaitu strategi Preventif. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

a. Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur. b. Mengembangkan sumberdaya manusia. c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik

24

3.1.5.Risiko Portofolio

Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi.

Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara mengkombinasi atau dengan menambah investasi (asset/aktiva/sekuritas) yang memiliki korelasi negatif atau positif rendah sehingga variabilitas dari pengembalian atau risiko dapat dikurangi.

Korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut. Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai maksimum positif (+1) dan minimum negatif satu (-1). Berapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak sama-sama.

2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah.

3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain.

Dokumen terkait