Dewasa ini perusahaan dituntut untuk dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien serta penanganan perusahaan dengan profesional seiring dengan perubahan kondisi ekonomi. Hal ini tentunya menuntut fungsi audit internal lebih optimal. Selain mengandalkan
sistem pengendalian intern yang ada, perusahaan juga membutuhkan suatu fungsi yang bertugas untuk melakukan penilaian dan evaluasi atas sistem pengendalian internal tersebut, sehingga kondisi tersebut mengakibatkan profesi audit internal terus mengalami perkembangan.
Keberadaan departemen audit internal merupakan auditor bagian integral perusahaan. Menurut Tugiman (1997:11):
“Internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.”
Menurut Tugiman (1997:11) pemeriksaan internal berkewajiban untuk menyediakan informasi tentang kelengkapan dan kefektivan sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas suatu pelaksanaan tanggung jawab yang ditugaskan. Tanpa adanya fungsi audit internal, dewan direksi dan manajer puncak tidak memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja organisasi. Dari sini dapat disimpulkan, bahwa profesi audit internal sangat dibutuhkan dalam organisasi untuk memberikan semua informasi yang dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi. Pelaksanaan audit internal tidaklah mudah, auditor internal harus memiliki kemampuan profesional yang memadai, dimana dia harus bertanggung jawab atas segala tugas dan mendapat dukungan yang baik dari pihak manajemen.
Audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas, dipersiapkan dalam organisasi sebagai suatu jasa dalam organisasi. Kegiatan ini menilai dan memeriksa efektifitas kegiatan unit lain. Tanpa fungsi audit internal, dewan direksi tidak memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja
para manajer. Dalam Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang diterbitkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:9), pengertian audit internal tersebut adalah sebagai berikut:
“Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance.”
Sebagai suatu profesi, auditor internal harus mengetahui apa yang harus dilaksanakannya sesuai dengan fungsi dan wewenang serta tanggung jawab dalam organisasi. Hingga saat ini peran auditor internal semakin berkembang dan meluas sesuai dengan semakin dibutuhkannya pengendalian internal yang memadai. Banyak pihak yang mengandalkan peran auditor internal dalam mengembangkan dan menjaga efektivitas sistem pengendalian intern, pengelolaan risiko, dan corporate governance. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya aktivitas kerja yang harus dilakukan oleh seorang auditor internal dengan semakin berkembangnya profesi tersebut.
Semakin luasnya aktivitas yang harus dilakukan oleh auditor internal menyebabkan profesi audit internal tersebut merupakan peran yang potensial yang dapat menyebabkan terjadinya stres kerja dimana timbul konflik peran dan ketidakjelasan peran pada auditor internal, dimana hal ini terjadi audit internal merupakan suatu aktivitas kritis yang menghendaki adanya pengungkapan, sehingga menimbulkan tekanan bagi auditor internal dikarenakan adanya pengharapan yang berbeda dengan anggota organisasi lainnya atas peran yang dipikul oleh auditor internal tersebut.
Konflik peran merupakan suatu situasi dimana terdapat harapan yang berbeda dari beberapa pihak atas aktivitas dari suatu pekerjaan. Sedangkan ketidakjelasan peran adalah suatu situasi dimana individu yang melaksanakan suatu peran dalam pekerjaannya mengalami kekurangan informasi menegnai aktivitas yang harus dilakukannya ataupun hasil yang diharapkan dari pekerjaan yang dilakukannya. Pengertian-pengertian tersebut berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Pei dan Davis (1989:104).
Segi-segi konflik peran mencakup perasaan tidak menentu oleh tuntutan yang berlawanan dari seseorang yang diharuskan bekerja sama dengan orang yang tidak cocok. Tanpa memerhatikan apakah konflik peran disebabkan oleh kebijaksanaan organisasi atau dari orang lain, konflik tersebut dapat menjadi penekan yang penting bagi sebagian orang. Agar mereka melaksanakan pekerjaan dengan baik, para auditor internal memerlukan keterangan tertentu yang menyangkut hal-hal yang diharapkan untuk mereka lakukan dan hal-hal yang tidak harus mereka lakukan. Auditor internal perlu mengetahui hak-hak mereka dan kewajiban-kewajiban mereka. Ketidakjelasan peran merupakan kurangnya pemahaman atas hak-hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan pekerjaan. Ketidakjelasan peran berkaitan dengan rendahnya kepuasan kerja dan perasaan ancaman dari pekerjaan terhadap kesejahteraan mental dan fisik. Selanjutnya, semakin lebih tidak jelas peranan seseorang dilaporkan, semakin rendah pemanfaatan keahlian intelektual, kepemimpinan orang tersebut.
Pada saat terdapat tuntutan untuk melakukan pekerjaannya secara profesional, auditor internal dihadapkan pada satu hal yang menjadi perdebatan, yaitu auditor internal sebagai tangan kanan manajemen dan adanya kebebasan dari pihak manajemen yang merupakan salah satu komponen pokok dalam keberhasilan pekerjaan auditor internal. Ketidakjelasan status departemen audit internal juga berpengaruh terhadap stress kerja auditor internal.
Kinerja merupakan bentuk kesuksesan seseorang untuk mencapai peran atau target tertentu yang berasal dari perbuatannya sendiri. Kinerja seseorang dinyatakan baik apabila hasil kerja individu tersbut dapat melampaui peran atau target yang ditentukan sebelumnya. Kinerja didefinisikan sebagai evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan melalui atasan langsung, rekan kerja, diri sendiri dan bawahan langsung (Kalbers dan Fogarty dalam Agustina, 2009).
Pengukuran kinerja sulit dilakukan karena audit internal merupakan fungsi –fungsi lain dalam satu organisasi. Hal ini disebabkan audit internal merupakan
pusat jasa dan bukan pusat laba. Menurut Chambers (1981:214) mengenai pengukuran kinerja audit internal adalah :
“The performance of internal audit (should be) measured in terms of their achievement of independently determined professional standard.”
Pengaruh kinerja auditor internal berdampak pada suatu perusahaan atau organisasi yang terkait. Proses kerja, identifikasi dan hubungan masalah, serta ruang lingkupnya dibatasi oleh perusahaan atau organisasi yang terkait tersebut. Peraturan-peraturan tersebut memberikan tekanan kepada auditor internal mengenai etika, kode etik profesional yang dipertanggungjawabkan, hal ini berpengaruh pada tindakan-tindakan yang diambil oleh auditor internal.
Peraturan-peraturan yang ada pada perusahaan atau organisasi yang terkait merupakan batasan ruang lingkup dari seorang auditor internal.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
PT INTI Departemen Audit Internal Auditor Internal Peran Ketidakjelasan Peran Konflik Peran Kinerja Auditor Internal