• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Kerangka Pemikiran

commit to user

BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung Sumbing-Sindoro

B. Kesesuaian pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung Sumbing-Sindoro dengan peraturan yang berlaku BAB IV : Penutup

A. Simpulan

B. Penutup

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Tentang Hutan

a. Pengertian Hutan

Kata hutan merupakan terjemahan dari kata bos (Belanda) dan forrest (Inggris). Forrest merupakan dataran tanah yang bergelombang dan dapat dikembangkan untuk kepentingan di luar kehutanan, seperti pariwisata. Di dalam hukum Inggris kuno, forrest (hutan) adalah suatu daerah tertentu yang tanahnya ditumbuhi pepohonan, tempat hidup binatang buas dan burung-burung hutan. Di samping itu, hutan juga dijadikan tempat pemburuan, tempat istirahat, dan tempat bersenang-senang bagi raja dan pegawai-pegawainya (Black, 1979: 584), namun dalam perkembangan selanjutnya ciri khas ini menjadi hilang (Salim, 1997:34).

Menurut Dengler yang diartikan dengan hutan adalah: “sejumlah pepohonan yang tumbuh pada lapangan yang cukup luas, sehingga suhu, kelembapan, cahaya, angin, dan sebagainya tidak lagi menentukan lingkungannya, akan tetapi dipengaruhi oleh tumbuh-tumbuhan/pepohonan baru asalkan tumbuh pada tempat yang cukup luas dan tumbuhannya cukup rapat (horizontal dan vertical).” (Salim, 1997:34).

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah

commit to user

tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas [http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan, diakses pada 29 Juni 2010, pukul 23:10 WIB].

hu·tan n 1 tanah luas yg ditumbuhi pohon-pohon (biasanya tidak dipelihara orang); 2 tumbuhan yg tumbuh di atas tanah yg luas (biasanya di wilayah pegunungan); 3 yg tidak dipelihara orang; yg liar (tt binatang dsb): ayam --; anjing --; -- alam hutan yg terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia, memiliki berbagai jenis pohon campuran dan dari segala umur; --komunal hutan yg pemilikan serta pengelolaannya dilakukan bersama-sama; -- larangan hutan yg pohonnya tidak boleh ditebang; -- lepas hutan rimba; -- lindung hutan yg mempunyai keadaan alam demikian rupa sehingga pengaruhnya yg baik thd tanah, alam sekelilingnya, dan tata air perlu dipertahankan dan dilindungi; ke·hu·tan·an n pengetahuan (perusahaan dsb) yg berhubungan dng hutan: jawatan – (Tim Penyusun Kamus, 2007 : 413-414).

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 1 angka 2 disebutkan pengertian hutan ialah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 1 angka 3 disebutkan kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang berupa hutan, yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

b. Jenis-jenis Hutan

Di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan, dibedakan tiga jenis hutan, yaitu:

commit to user

1) Hutan menurut pemilikannya (Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan)

Ada dua jenis hutan menurut pemilikannya, yaitu:

a) Hutan Negara yang merupakan kawasan hutan dan

huatan alam yang tumbuh di atas tanah Negara bukan hak milik. Selain pengertian itu, yang juga merupakan hutan Negara, adalah hutan alam atau hutan tanam di atas tanah yang diberikan kepada Daerah Tingkat II, dan diberikan dengan hak pakai atau hak pengelolaan; b) Hutan milik, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah hak

milik. Hutan jenis ini disebut hutan rakyat. Yang dapat memiliki dan menguasai hutan milik, adalah orang (baik perorangan maupun bersama-sama dengan orang lain), dan atau badan hukum.

2) Hutan menurut fungsinya, (Pasal 3 Undang-undang Nomor

5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan)

Dari segi fungsinya, hutan dibedakan menjadi empat golongan yaitu:

a) Hutan Lindung, yaitu kawasan hutan, dan arena sifat alamnya digunakan untuk:

(1) Mengatur tata air,

(2) Mencegah terjadinya banjir dan erosi, dan (3) Memelihara kesuburan tanah

b) Hutan produksi, yaitu kawasan hutan untuk

memproduksi hasil hutan, yang dapat memenuhi: (1) Keperluan masyarakat pada umumnya, (2) Pembangunan industri, dan

commit to user

c) Hutan suaka alam, yaitu kawasan hutan yang keadaan alamnya sedemikina rupa, sangat penting bagi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ada dua jenis hutan suaka alam, yaitu:

(1) Kawasan hutan yang dengan keadaan alam yang khas, termasuk flora dan fauna diperuntukan bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (2) Hutan suaka margasatwa, yaitu kawasan hutan

untuk tempat hidup margasatwa (binatang liar) yang mempunyai nilai khas bagi:

(i) ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan

(ii) merupakan kekayaan dan kebanggaan

nasional.

d) Hutan wisata, yang merupakan kawasan wisata yang diperuntukan secara khusus, dan dibina dan dipelihara bagi kepentingan pariwisata, dan atau wisata buru. Hutan wisata digolongkan menjadi dua jenis yaitu:

(1) Hutan taman wisata yaitu kawasan hutan yang

memiliki keindahan alamnya sendiri yang

mempunyai corak yang khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan,

(2) Hutan taman buru, yaitu kawasan hutan yang di dalamnya terdapat satwa buru yang memungkinkan diselenggarakan pemburuan yang teratur bagi kepentingan rekreasi.

3) Hutan menurut peruntukannya (Pasal 4 Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan)

Menurut peruntukannya, hutan digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:

commit to user

a) Hutan tetap, yaitu hutan, baik yang sudah ada, yang akan ditanami, maupun yang tumbuh secara alami di dalam kawasan hutan;

b) Hutan cadangan, yaitu hutan yang berada di luar kawasan hutan yang peruntukannya belum ditetapkan, dan bukan hak milik. Apabila dipelukan hutan cadangan ini dapat dijadikan hutan tetap;

c) Hutan lainnya, yaitu hutan yang berada di luar kawasan hutan dan hutan cadangan, misalnya hutan yang terdapat pada tanah hak milik atau tanah yang dibebani hak lainnya. (Salim, 1997:35-36).

c. Manfaat Hutan

Hutan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat

penting dalam menunjang pembangunan bangsa dan negara. Hal ini disebabkan hutan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Manfaat hutan dibagi dua yaitu:

1) Manfaat langsung

Yang dimaksud manfaat langsung, adalah manfaat yang dapat dirasakan/dinikmati secara langsung oleh masyarakat. Yaitu masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil hutan, antara lain kayu yang merupakan hasil utama hutan, serta berbagai hasil hutan ikutan, seperti rotan, getah, buah-buahan, madu, dan lain-lain.

Pada mulanya kayu digunakan hanya sebagai bahan bakar, baik untuk memanaskan diri (di daerah bermusim dingin) maupun untuk menanak atau memasak makanan, kemudian kayu digunakan sebagai bahan bangunan, alat-alat rumah tangga, pembuatan kapal, perahu, dan lain-lain, dan dapat dikatakan bahwa kayu sangat dibutuhkan oleh umat manusia.

commit to user

2) Manfaat tidak langsung

Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang tak langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi yang dapat dirasakan adalah keberadaan hutan itu sendiri.

Ada delapan manfaat hutan secara tidak langsung, seperti berikut ini:

a) Dapat mengatur tata air

Hutan dapat mengatur dan meninggikan debit air pada musim kemarau, dan mencegah terjadinya debit air yang berlebihan pada musim hujan. Hal ini disebabkan dalam hutan terdapat air retensi, yaitu air yang masuk ke dalam tanah, dan sebagian bertahan dalam saluran-saluran kecil yang terdapat dalam tanah.

b) Dapat mencegah terjadinya erosi

Hutan dapat mencegah dan menghambat

mengalirnya air karena adanya akar-akar kayu dan akar tumbuh-tumbuhan.

c) Dapat memberikan manfaat terhadap kesehatan

Manusia memerlukan zat asam (O2). Di hutan dan sekitarnya zat asam adalah sangat bersih dibandingkan dengan tempat-tempat yang lain. Dalam hutan juga terdapat ozon (udara murni) dan air murni yang sangat diperluka umat manusia.

d) Dapat memberikan rasa keindahan

Hutan dapat memberikan rasa keindahan pada manusia karena di hutan itu seseorang dapat menghilangkan tekanan mental dan stress.

e) Dapat memberikan manfaat pada sector pariwisata Daerah-daerah yang mempunyai hutan yang baik

commit to user

mancanegara maupun domestik untuk sekedar rekreasi dan untuk berburu.

f) Dapat memberikan manfaat dalam bidang pertahanan keamanan.

Sejak zaman dahulu sampai sekarang hutan mempunyai peranan yang sangat penting dalam bidang pertahanan keamanan, karena dapat untuk kamuflase bagi pasukan sendiri dan menjadi hambatan bagi pasukan lawan. Cicero mengatakan sylvac, subsidiums beli, ornament, artinya hutan merupakan alat pertahanan keamanan di masa perang, dan hiasan di masa damai (Ngadung, 1975:20-21).

g) Dapat menampung tenaga kerja

Setiap perusahaan yang mengembangkan usahanya di bidang kehutanan pasti memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar untuk melakukan penanaman, penebangan, pengolahanm dan pemasaran hasil hutan, sehingga dapat menurunkan angka pengangguran.

h) Dapat menambah devisa Negara

Hasil hutan berupa kayu maupun hasil hutan ikutan dapat diekspor ke luar negeri sehingga mendatangkan devisa bagi Negara.

Ditinjau dari segi kepentingan manusia yang dapat merasakan hutan secara tidak langsung dapat dibagi dua, yaitu manusia sebagai individu (butir a sampai g) dan manusia sebagai warga Negara (butir h) (Salim, 1997:39-40).

2. Tinjauan Tentang Perusahaan Umum (Perum) Perhutani

a. Perhutani

Perum Perhutani menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah

commit to user

(PP) nomor 15 tahun 1972 dengan wilayah kerja pada awalnya kawasan hutan negara di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan PP nomor 2 tahun 1978, kawasan wilayah kerjanya diperluas sampai kawasan hutan negara di provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1986, Perum Perhutani mengalami penyesuaian sebagaimana diamanatkan PP nomor 36 tahun 1986 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) dan disempurnakan kembali melalui penetapan PP nomor 53 tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani). Dalam masa pemerintahan Kabinet Reformasi, sesuai PP nomor 14 tahun 2001, Pemerintah menetapkan Perhutani sebagai BUMN dengan bentuk Perseroan Terbatas (PT). Dengan berbagai pertimbangan dari segala aspek, keberadaan Perhutani sebagai perseroan dikembalikan menjadi Perum berdasarkan PP nomor 30 tahun 2003. Dalam

operasionalnya Perum Perhutani di bawah koordinasi

Kementerian Negara BUMN dan dengan bimbingan teknis dari Departemen Kehutanan. Dalam menjalankan tugasnya Perum Perhutani dipimpin oleh Direksi yang bertanggung jawab atas kepengurusan perusahaan dan Dewan Pengawas yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi [http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_conte nt&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26 Mei 2010 pukul 16:26 WIB].

Secara ringkas kegiatan Perum Perhutani adalah

memantapkan ketahanan perusahaan melalui usaha pelestarian manfaat sumber daya hutan (sustainability), peningkatan keuntungan yang optimal (profitiability) dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan (prosperity) (Bambang Pamulardi, 1996:120).

commit to user

b. Wilayah Kerja Perhutani

Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi kawasan hutan negara yang terdapat di wilayah Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat dan Banten seluas 2.426.206 hektar.

Tabel 1. Wilayah kerja Perum Perhutani

Unit Kerja Provinsi Hutan

Produksi (Ha) Hutan Lindung (Ha) Total Luas (Ha)

Unit I Jawa Tengah 546.290 84.430 630.720

Unit II Jawa Timur 809.959 326.520 1.136.479

Unit III Jawa Barat

Banten 349.649 61.406 230.708 17.244 580.357 78.650 Jumlah 1.767.304 658.902 2.426.206

Luas tersebut tidak termasuk kawasan hutan suaka alam dan wisata yang dikelola oleh Ditjen PHPA Departemen Kehutanan. Berdasarkan amanat UU nomor 41 tentang Kehutanan adalah minimal 30%. Luasan hutan dibanding daratan yang ada saat ini adalah sekitar 24% sehingga perlu

dipertahankan keberadaannya sehingga dapat berperan

mempertahankan daya dukung lingkungan

[http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_conte nt&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26 Mei 2010 pukul 16:26 WIB].

c. Organisasi Dan Sumberdaya Manusia

Perum Perhutani merupakan organisasi yang besar dilihat dari cakupan wilayah pengelolaannya, fungsi dan keragaman aktivitas, tingkatan organisasi serta jumlah karyawannya. Keberadaan organisasi yang ada saat ini telah mampu mencakup keseluruhan karakteristik organisasi yang dinamis. Unit kerja di

commit to user

wilayah Perum Perhutani dibagi 3 (tiga) yaitu Unit I Jawa Tengah, Unit II Jawa Timur dan Unit III Jawa Barat & Banten. Masing-masing Unit dipimpin oleh oleh seorang Kepala Unit dibantu seorang Wakil Kepala Unit dan Kepala-Kepala Biro. Setiap Unit membawahi beberapa Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), Kesatuan Industri Pengolahan Kayu Jati (KIPKJ) dan Kesatuan Pelaksana Ekspor (KPE) yang masing-masing dipimpin oleh seorang Administratur. Dengan memperhatikan kondisi lingkungan usaha yang senantiasa berubah dan memerlukan fleksibilitas organisasi yang dinamis, Perum Perhutani memisahkan kelola hutan oleh KPH dan kelola bisnis oleh Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) yang dipimpin oleh General Manager. Pola pengelolaan SDM didasarkan pada kinerja (performance based) dan kompetensi (competence based).

[http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_conte nt&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26 Mei 2010 pukul 16:26 WIB].

d. Kegiatan Pengelolaan Hutan

1) Perencanaan Hutan

Perencanaan hutan meliputi :

a) Rencana Umum Perusahaan (RUP) merupakan rencana

jangka panjang bersifat menyeluruh yang memuat kebijaksanaan dan strategi optimalisasi sumber daya guna mencapai tujuan perusahaan.

b) Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH)

merupakan rencana untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari untuk masing-masing kelas perusahaan sebagai acuan penyusunan rencana guna terjaminnya kelestarian hutan. Guna penyusunan RPKH dilakukan penataan hutan meliputi: tata batas,

commit to user

pembagian hutan, risalah (inventarisasi) hutan,

pembuatan/perbaikan alur, pengukuran dan perpetaan.

c) Rencana Lima Tahun Perusahaan (RLTP) merupakan

rencana yang memuat kebijakan operasional dan pelaksanaan upaya-upaya mencapai sasaran perusahaan dalam 5 (lima) tahun.

d) Rencana Kerja Tahunan (RKTP) merupakan rencana

kegiatan secara rinci dalam satu tahun sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP).

e) Rencana Teknik Tahunan (RTT) merupakan rencana

tahunan yang disusun mengacu pada RPKH. 2) Reboisasi dan Rehabilitasi Hutan

Reboisasi dan rehabilitasi hutan dilaksanakan di lokasi bekas tebangan maupun kawasan tidak produktif.

Pelaksanaan reboisasi melibatkan partisipasi aktif

masyarakat dengan sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) baik dengan tanam tumpangsari atau banjarharian, penetapan pola tanam, optimalisasi ruang, maupun pengembangan usaha produktif.

Reboisasi hutan dengan sistem tumpangsari

memberikan kontribusi besar dalam produksi pangan dan dalam jangka pendek memberikan hasil, serta mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat signifikan.

3) Pemeliharaan Hutan

Pemeliharaan hutan bertujuan untuk mendapatkan tegakan yang berkualitas dan bernilai ekonomi tinggi pada akhir daur. Kegiatan pemeliharaan hutan meliputi penyiangan, wiwil atau pembersihan tunas air, pruning atau pemangkasan cabang, penjarangan, pencegahan terhadap

commit to user

hama dan penyakit, pencegahan gangguan penggembalaan dan perlingungan hutan lainnya.

4) Perlindungan Hutan

Perlindungan hutan merupakan upaya untuk mencegah kerusakan dari gangguan keamanan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, meliputi: pencurian pohon, okupasi lahan/bibrikan, penggembalaan liar, kebarakan hutan dan bencana alam.

Upaya pengamanan hutan dilakukan secara pre-emtif, persuasif, preventif dan represif dengan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat desa hutan melalui sistem PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat). Upaya represif dilaksanakan bekerja sama dengan jajaran kepolisian dan aparat keamanan lainnya.

5) Pemungutan Hasil Hutan

Pemungutan hasil hutan kayu meliputi kegiatan teresan,

penebangan, pembagian batang, pengangkutan dan

penumpukan di TPK (Tempat Pengumpulan Kayu) meliputi jenis kayu jati, pinus, mahoni, damar, mangium, sengon dan rimba lainnya.

Pemungutan hasil hutan nonkayu antara lain getah pinus, getah damar, minyak kayu putih, madu, sutera, kopi, minyak atsiri, dan sebagainya.

6) Industri Hasil Hutan

Perum Perhutani telah memiliki industri hasil hutan yakni: Industri Pengolahan Kayu di Cepu, Brumbung, Gresik, dan 12 Unit Penggergajian dengan produk antara lain: garden furniture (GF), housing component, veneer sayat, TOP, parket block, flooring; pabrik pengolahan gondorukem dan terpentin sebanyak 8 buah ; pabrik minyak

commit to user

kayu putih sebanyak 12 buah, pabrik seedlak dan pabrik pemintalan benang sutera.

7) Pemasaran

Sebagai pelaku langsung dalam kegiatan pemasaran, Perum Perhutani harus dapat menempatkan posisi yang berfokus kepada pelayanan pelanggan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Era globalisasi yang meningkat menuntut perusahaan harus

mampu bersaing secara regional, nasional dan

internasional.

Pemfokusan pada program pelayanan pelanggan (costumer care) akan memperoleh benefit dan outcome yang sepadan, antara lain mampu:

(1) Memperbaiki citra & positioning perusahaan di mata pelanggan.

(2) Menciptakan reputasi sebagai perusahaan yang care dan customer oriented.

(3) Meminimalkan faktor sensitivitas harga yang selama ini bersifat fluktuatif.

(4) Memastikan produk dan jasa yang dihasilkan diberikan ‘tepat sasaran’.

(5) Meningkatkan kepuasan dan mempertahankan

pelanggan.

(6) Menguatkan hubungan pelanggan dan vendors.

(7) Memperbaiki kegiatan operasional perusahaan yang berkesinambungan.

(8) Mendorong partisipasi karyawan dan komunikasi

terbuka dengan pimpinan.

Perhutani Customer Care bertujuan menarik dan

mempertahankan pelanggan baru yang merupakan sebuah fungsi yang semata-mata tidak hanya berasal dari produk itu sendiri

commit to user

atau dari produk yang ditawarkan, namun juga berkaitan dengan bagaimana customer care melayani pelanggan lama dan reputasi yang diciptakan perusahaan, baik dalam cakupan regional,

nasional dan internasional

[http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_conte nt&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26 Mei 2010 pukul 16:26 WIB].

e. Produk Unggulan

a) Perhutani Hijau 2010

Perhutani Hijau 2010 merupakan salah satu wujud komitmen Perum Perhutani untuk segera mencapai visinya “Menjadi Pengelola Hutan Tropis Terbaik di Dunia”. Program ini akan menjadikan seluruh kawasan hutan Jawa tertutup tanaman sampai dengan tahun 2010, dengan dukungan Lembaga Masyarakat Desa Hutan sebagai mitra kerja atau mitra usaha dan teamwork Brigade Hijau di masing-masing Kesatuan Pemangkuan Hutan.

b) Good Corpotate Governance

Perum Perhutani sebagai entitas bisnis berkomitmen

untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance

(GCG) yaitu prinsip tatalaksana perusahaan yang memenuhi beberapa azaz yaitu: transparansi, akuntabilitas, fairness, kemandirian, kewajaran, serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam rangka implementasi GCG di Perum Perhutani, Direksi menetapkan Tim GCG yang bertugas memfasilitasi percepatan tercapainya azaz-azaz yang dipersyaratkan.

c) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

Tidak kurang dari 5.552 desa hutan berada di sekitar kawasan hutan Perum Perhutani. Sebagai bagian dari komitmen dan tanggung jawab perusahaan terhadap

commit to user

masalah sosial (Corporate Social Responsibility), Perum Perhutani telah bekerja sama dengan masyarakat desa hutan dan pihak-pihak lainnya dalam pengelolaan hutannya melalui sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Sistem yang berlangsung sejak tahun 2001 tersebut, sampai dengan tahun 2008 telah melibatkan kerjasama dengan 5.165 desa hutan atau sekitar 95 persen dari total desa hutan di Pulau Jawa dan Madura.

Jiwa berbagi dalam PHBM, memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat desa hutan yang terwadahi dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Selain manfaat langsung bagi masyarakat berupa kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di dalam hutan, masyarakat juga memperoleh manfaat dari kegiatan berbagi hasil produksi hutan berupa kayu dan nonkayu. Sampai dengan tahun 2008, nilai bagi hasil produksi kayu dan non kayu yang diterima LMDH adalah Rp.127,759 milyar, tidak termasuk hasil produksi tanaman pangan dari kegiatan tumpangsari hutan sebesar Rp.5,83 triliun per tahun.

Kualitas sistem implementasi PHBM senantiasa dievaluasi dan ditingkatkan. Oleh karena itu Perum Perhutani menerapkan sistem PHBM Plus, yaitu sistem PHBM dengan lebih meningkatkan upaya pelestarian hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sifatnya

edukatif, meningkatkan daya beli masyarakat,

meningkatkan kesehatan masyarakat, fleksibel, akomodatif dan partisipatif.

d) Pengembangan Usaha

Terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan nomor P.50/Menhut-II/2006 tanggal 7 Juli 2006 tentang Pedoman Kegiatan Kerjasam Usaha Perum Perhutani dalam Kawasan

commit to user

Hutan, dan ditindaklanjuti dengan SK Direktur Utama nomor 986/Ktps/Dir/2006 tanggal 7 September 2006

semakin memberikan ruang dan peluang bagi

pengembangan usaha dalam kawasan hutan Perum Perhutani.

Peluang kerjasama pengembangan usaha antara lain : (1) Industri derivatif gondorukem dan terpentin.

(2) Air minum kemasan dengan merk AIR PERHUTANI.

(3) Peningkatan potensi sadapan melalui pemanfaatan

tegakan pinus di luar wilayah kerja Perhutani.

(4) Penanaman jenis cepat tumbuh (fast growing species) dalam rangka percepatan rehabilitasi bersama mitra. (5) Penanaman dan pemasaran Jati Plus Perhutani.

(6) Pengembangan Taman Hutan Hambalang dengan

PERSAKI.

(7) Pemanfaatan jasa lingkungan berupa wisata alam, air dan udara bersih (carbontrade).

e) Sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari

Komitmen perusahaan sebagai pengelola hutan lestari ditunjukkan dengan Visi perusahaan dan serangkaian persiapan beberapa unit manajemen Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) mencapai standar pengelolaan hutan lestari.

Dalam Corporate Statement Direksi Perum Perhutani

menyatakan bahwa Perum Perhutani berkomitmen

menerapkan prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan Lestari di seluruh wilayahnya dengan sasaran mendapatkan sertifikat Pengelolaan Hutan Lestari standar Forest Stewardship Council (FSC) sebagai bentuk pengakuan dunia internasional.

Dukungan lembaga internasional sangat positif

commit to user

kembali sertifikat Pengelolaan Hutan Lestari standar FSC tersebut. Tropical Forest Trust (TFT) lembaga nirlaba dari Switzerland telah bekerjasama dengan Perum Perhutani sejak tahun 2002 dalam rangka mempersiapkan pemenuhan standar sertifikasi PHL di KPH Kendal, KPH Kebonharjo,

Dokumen terkait