commit to user
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN TEMANGGUNG DALAM RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG
SUMBING-SINDORO
Penulisan Hukum
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
DIMAS RAGIL ACHIRRUDIN
E0005144
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN
TEMANGGUNG DALAM RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG SUMBING-SINDORO
Oleh:
Dimas Ragil Achirrudin NIM. E0005144
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 20 Januari 2011
Dosen Pembimbing
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN
TEMANGGUNG DALAM RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG SUMBING-SINDORO
Oleh :
Dimas Ragil Achirrudin NIM. E0005144
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 27 Januari 2011
DEWAN PENGUJI
1.Pius Triwahyudi,S.H.,M.Si. : ...
Ketua
2.Waluyo,S.H.,M.Si. : ...
Sekretaris
3.Dr. I Gusti Ayu Ketut Rahmi, S.H., M.M. : ...
Anggota
Mengetahui Dekan,
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Dimas Ragil Achirrudin
NIM : E0005144
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN TEMANGGUNG DALAM RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG SUMBING-SINDORO adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila
dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari
penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 20 Januari 2011
Yang membuat pernyataan
commit to user
v v ABSTRAK
DIMAS RAGIL ACHIRRUDIN. 2011. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN
KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN TEMANGGUNG DALAM RANGKA
PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG SUMBING-SINDORO
Tujuan penulisan hukum ini adalah untuk mengetahui mengenai implementasi kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Temanggung dalam rangka pelestarian hutan lindung di Gunung Sumbing-Sindoro.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Temanggung. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu meliputi observasi, wawancara, dan studi kepustakaan baik berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, dan sebagainya. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dengan model interaktif.
commit to user
v vi ABSTRACT
DIMAS RAGIL ACHIRRUDIN. 2011. IMPLEMENTATION ON GOVERNMENT POLICY ON PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT ( PHBM ) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN TEMANGGUNG IN THE AIM OF PROTECTED FOREST PRESERVATION IN SUMBING - SINDORO MOUNTAIN.
The Objective of this law research is to find out the implementation of government policy Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Temanggung in order to preserve protected forest area in Sumbing – Sindoro mountains.
This research categorized as an empiric law research using the descriptive approach. Areas of this research are in Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Temanggung. There are two kinds of data that is used in this research, namely primary and secondary data. The method that is used in collecting data are through observation, interview, and library research related to the topic, using Indonesia Law and Rules books, related documents, etc. Data analysis using qualitative analysis by interactive model.
commit to user
vii MOTTO
“HIDUP TERLALU PENDEK HANYA UNTUK JADI BIASA-BIASA SAJA..
BUKTIKAN BAHWA KITA TERCIPTA TIDAK UNTUK SIA-SIA”
“TIDAK PERLU TAKUT MENGHADAPI APAPUN KARENA SESUNGGUHNYA YANG
PATUT KITA TAKUTI HANYA SATU YAITU ALLAH SWT”
“HARUS ADA YANG PERTAMA UNTUK MELANGKAH KE NOMOR DUA DAN
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Penulisan hukum (skripsi) ini penulis persembahkan untuk :
· Allah SWT, dzat di mana semuanya dalam genggamannya.
· Rosulullah S.A.W., sebagai panutan umat manusia.
· Ibu tesayang Hj. Sobariyati yang tiada lelah membimbing putra-putranya dengan segala
pengorbanan yang engkau lakukan, semoga Allah membalasnya di dunia dan akhirat
· Ayah tesayang H. Iskandar terima kasih atas perhatian dan pengertian yang engkau
berikan.
· Kakak-kakaku Mas Fungki, Mas Luluk, dan Mas Arif. Doakan agil sukses dunia akhirat.
· Keluarga penulis
· GOPALA VALENTARA, Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Hukum
beserta laskarnya, tempat aku mengasah menjadi pribadi yang lebih dewasa dan matang.
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbillalamin
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena hanya dengan berkah, rahmat,
karunia, dan ridho-Nya, sehingga akhirnya Penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum
dengan judul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA
MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN
HUTAN TEMANGGUNG DALAM RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI
GUNUNG SUMBING-SINDORO” dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini, masih banyak kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sehingga dapat memperkaya isi penulisan hukum ini.
Penulis yakin bahwa keberhasilan di dalam penyelesaian penulisan hukum ini tidak lepas
dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum. Selaku dekan Fakulktas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberi izin dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini;
2. Bapak Isharyanto, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi izin
dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;
3. Dr. I Gusti Ayu Ketut Rahmi, S.H, M.M. selaku pembimbing penulisan hukum (skripsi)
yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan yang membangun dalam
memberikan arahan dan bimbingan bagi tersusunnya skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, yang dengan jerih payah dan penuh keihklasan
mendidik dan menuangkan ilmu sehingga mampu menjadi bekal untuk lebih
commit to user
x
5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
selama ini telah membantu penulis dalam hal akademis dan hal-hal lain yang berkenaan
dengan perkuliahan.
6. Kedua orang tuaku H. Iskandar dan Hj. Sobariyati. Terima kasih atas kasih sayang,
kesabaran serta dukungan tiada henti kepada penulis.
7. Saudara-saudaraku seperjuangan DIKLATSAR XXII, Muyasaroh, Made Sanjaya ,
Ronggo Warsito, Devitha Kristi Rosali, Upik Handayani, Titus Cahyono, Rani Dwi Wati,
Apriadi Rizal, Dian Perdana Ratri Hapsari, Nanang S., dan Dodi Tri Hari.
8. Segenap keluarga besar Gopala Valentara PMPA FH UNS, kakak-kakakku, adik-adikku
yang telah memberikan ukiran dan pelajaran kehidupan kepada penulis mengenai apa arti
dari kerja keras, tanggung jawab, kebersamaan dan kekeluargaan.
9. M. Azis Syafrudin, Ahsan Zakky, Imam Abdul Rofiq, Arief Mahmud terima kasih telah
menjadi sahabat-sahabat terbaik sepanjang masa.
10.Kastiyani, Endrika Indrawan, sahabat di masa kuliah, Putri Peni Pratamawati yang telah
berkorban banyak untukku dan selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi
ini. Arum Wijayanti, terima kasih.
11.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan karya yang sempurna, untuk itu kritik dan
saran dari pembaca yang budiman sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini
mampu memberikan mafaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya dan
kehidupan pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Surakarta, 20 Januari 2011
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan Penguji ... iii
Halaman Pernyataan ... iv
Abstrak ... v
Abstract ... vi
Motto ... vii
Persembahan ... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xi
Daftar Gambar ... xii
Daftar Tabel ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Metode Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan Hukum ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori... 15
1. Tinjauan Umum tentang Hutan ... 15
2. Tinjauan Umum tentang (Perum) Perhutani……….... 21
3. Tinjauan Umum Kebijakan PHBM... 32
commit to user
xii
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sinkronisasi antara pelaksanaan kebijakan Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ... 37
1. Gambaran umum lokasi penelitian ... 37
2. Peraturan perundangan yang berlaku ... 40
3. Pelaksanaan Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM) ... 41
B. Upaya yang ditempuh oleh Peum Perhutani apabila
terjadi ketidaksinkronisasian antara pelaksanaan
kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM) di Gunung Sumbing-Sindoro dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ... 48
1. Untuk isu-isu yang beredar ... 49
2. Untuk pelanggaran yang terjadi ... 49
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ... 52
B. Saran... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Teknik pengumpulan data ... 12
Gambar 2. Kerangka pemikiran ... 35
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Wilayah kerja Perum Perhutani ... 23
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian
terpenting dari sumber daya alam yang terdiri dari alam hewani dan alam
nabati maupun berupa fenomena alam baik secara masing-masing maupun
bersama-sama yang mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk
lingkungan hidup yang lingkungannya tidak dapat tergantikan. Ekosistem
dapat berjalan dengan baik apabila komponen-komponen biotis dan abiotis
atau lingkungan dapat berjalan seimbang. Tindakan yang tidak bertanggung
jawab dapat menyebabkan kerusakan dan kepunahan pada salah satu sumber
daya alam hayati maupun ekosistemnya akan mengakibatkan kerugian yang
besar pada masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi. Sedangkan
upaya pemulihan dari kerusakan tersebut ke keadaan semula tidak
memungkinkan lagi. Untuk mencegah terjadinya kerusakan dan kepunahan
pada salah satu atau sebagian dari sumber daya alam hayati maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan-kebijakan guna mengusahakan kelestarian sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga terhindar dari kerusakan dan
kepunahan.
Indonesia dengan luas daratan sekitar 189 juta hektar memiliki 120,35
juta hektar sumber daya hutan yang kaya akan berbagai spesies dan beragam
tipe ekosistem (mega biodiversity). Selama tiga dekade terakhir sumber daya
hutan Indonesia telah menjadi modal utama pembangunan ekonomi nasional
berupa peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja dan mendorong
pengembangan wilayah serta pertumbuhan ekonomi. Pentingnya fungsi hutan
telah dikaji secara luas oleh beberapa ilmuwan dan rimbawan di seluruh
dunia. Sumarwoto (1992) menyatakan bahwa fungsi hutan sebagai pengatur
tata air mempunyai dampak yang bersifat lokal dan regional, tetapi fungsi
commit to user
merupakan isu-isu global [www.pdfchaser.com/pdf/jurnal-manajemen
-hutan.html , diakses pada 31 januari 2011, pukul 16:02 WIB].
Hutan merupakan salah satu bentuk dari sumber daya alam hayati dan
memiliki ekosistem yang beraneka ragam yang terkandung di dalamnya.
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 1
angka 3 disebutkan kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang berupa
hutan, yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu
ditetapkan untuk menjamin kepastian hukum mengenai status kawasan hutan,
letak batas dan luas suatu wilayah tertentu yang sudah ditunjuk sebagai
kawasan hutan menjadi kawasan hutan tetap. Dalam Undang-Undang Nomor
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 1 angka 2 disebutkan pengertian
hutan ialah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam yang
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Perhitungan luas kawasan hutan berdasarkan Penunjukan Kawasan
Hutan dan Perairan Provinsi (30 provinsi) dan Tata Guna Hutan Kesepakatan
(3 provinsi), maka luas kawasan hutan (daratan) ialah 133.694.685,18 ha. atau
jika ditambahkan dengan luas kawasan konservasi perairan menjadi seluas
137.090.468,18 ha. (Statistik Kehutanan Indonesia 2008, Departemen
Kehutanan).
Apabila hutan seluas itu dimanfaatkan dan dikelola dengan
sebaik-baiknya, tentunya akan memberikan dampak positif dalam menunjang
pembangunan bangsa dan negara. Hasil hutan, baik untuk dinikmati maupun
untuk diusahakan, mengandung banyak manfaat bagi kesinambungan
kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, kawasan hutan dibagi ke dalam
kelompok hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi dengan
commit to user
1. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya.
2. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
3. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Hutan produksi terdiri dari Hutan Produksi
Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang
dapat dikonversi.
Hutan lebat dengan berbagai hasil merupakan tumpuan hidup
masyarakat di sekelilingnya. Namun potensi alam ini juga menarik minat
pengusaha untuk menggali kekayaan yang ada padanya. Kayu-kayu tropis
yang bagaikan emas hijau kecoklatan itu terus menjadi incaran pengusaha
hutan sebagai produk yang sangat menguntungkan di pasaran dunia
(Bambang Pamulardi, 1999:1).
The impact of logging on biodiversity depends both upon the intensity
of logging- particularly the number of stems extracted per unit area- and the
amount of care and planning that goes into the extraction process. the
immediate effects of logging operation in a primary tropical forest consist of
significant alterations to the physical structure of the forest
[www.forestryguide.de/cgi-bin/ssgfi/anzeige.pl?db, diakses pada 31 januari 2011,
pukul 16:04 WIB].
Apabila hutan tidak dijaga kelestariannya dan hanya diambil hasil
alamnya saja akan menimbulkan kerusakan dan kepunahan. Karena itu hutan
secara perlahan namun pasti menyusut keberadaannya, apabila pepohonan
telah ditebang, kawasannya dirambah dan tidak cepat dilakukan penanaman
kembali. Oleh karena itu diperlukan pengelolan hutan yang baik untuk
menjaga hutan yang ada karena hutan tidak lepas dari masyarakat hutan di
commit to user
Dalam hal pengelolaan hutan, Perum Perhutani sebagai BUMN yang
diberi mandat untuk mengelola hutan negara dituntut untuk memberikan
perhatian yang besar kepada masalah sosial ekonomi masyarakat, terutama
masyarakat pedesaan yang sebagian besar tinggal di sekitar hutan. Interaksi
antara masyarakat dengan hutan tidak mungkin dapat dipisahkan. Oleh karena
itu, pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan hutan harus
memperhatikan keberlanjutan ekosistem hutan dan peduli dengan masyarakat
miskin di sekitar hutan
[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf, diakses
pada 13 Mei 2010, pukul 13:46 WIB].
Sejalan dengan terjadinya reformasi di bidang kehutanan, Perum
Perhutani menyempurnakan sistem pengelolaan sumber daya hutan dengan
lahirnya kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).
Kebijakan PHBM ini dilaksanakan dengan jiwa bersama, berdaya, dan
berbagi yang meliputi pemanfaatan lahan/ruang, waktu, dan hasil dalam
pengelolaan sumber daya hutan dengan prinsip saling menguntungkan,
memperkuat dan mendukung serta kesadaran akan tanggung jawab sosial.
Sampai dengan tahun ke-6 pelaksanaan Kebijakan PHBM disadari bahwa
masih ditemukan berbagai kendala dan permasalahan, maka pada tahun 2007
disempurnakan kembali dalam Kebijakan PHBM PLUS. Dengan Kebijakan
PHBM PLUS diharapkan pelaksanaan pengelolaan sumber daya hutan di
Jawa akan lebih fleksibel, akomodatif, partisipatif dan dengan kesadaran
tanggung jawab sosial yang tinggi, sehingga mampu memberikan kontribusi
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menuju Masyarakat Desa
Hutan Mandiri dan Hutan Lestari
[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf, diakses
pada 13 Mei 2010, pukul 13:46 WIB].
Namun ternyata masih ada pada beberapa tempat terdapat
ketidakselarasan antara pengaturan yang terdapat pada kebijakan PHBM
dengan pelaksanaan di lapangan masyarakat yang melaksanakannya bersama
commit to user
tanpa merubah status kawasan hutan, fungsi hutan dan status tanah Negara.
Akan tetapi pada Hutan lindung di lereng Gunung Sumbing dan Gunung
Sindoro kabupaten Temanggung yang merupakan salah satu kawasan objek
pelaksanaan kebijakan PHBM, disana terjadi disfungsi hutan yang seharusnya
dipertahankan. Dan hal itu berlangsung lama tanpa ada penyelesaian yang
pasti.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
dan melakukan penelitian mengenai pelaksanaan PHBM dalam rangka
melestarikan hutan lindung dan memberdayakan masyarakat hutan di
sekitarnya dalam bentuk sebuah penulisan hukum dengan judul
”IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN
BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN
KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN TEMANGGUNG DALAM
RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG
SUMBING-SINDORO”.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang
penting karena diperlukan untuk memberi kemudahan bagi penulis dalam
membatasi permasalahan yang ditelitinya, sehingga dapat mencapai tujuan dan
sasaran yang jelas serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sinkronisasi antara pelaksanaan kebijakan Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung
Sumbing-Sindoro yang diatur dalam Keputusan Direksi Perum Perhutani No:
268/KPTS/DIR/2007 tentang Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Bersama Masyarakat Plus (PHBM PLUS) dengan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor : 32 tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan
commit to user
2. Bagaimanakah upaya yang ditempuh oleh Perum Perhutani apabila terjadi
ketidaksinkronisasian mengenai kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung Sumbing-Sindoro yang diatur
dalam Keputusan Direksi Perum Perhutani No: 268/KPTS/DIR/2007
tentang Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat
Plus (PHBM PLUS) dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor : 32 tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung?
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian harus memiliki tujuan yang jelas agar tepat mengenai
sasaran yang dikehendaki dan dapat pula memberikan arah dalam pelaksanaan
penelitian tersebut. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis melalui
penelitian ini adalah :
1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui sinkronisasi antara pelaksanaan kebijakan
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung
Sumbing-Sindoro dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Untuk mengetahui upaya yang ditempuh oleh Perum Perhutani apabila
terjadi ketidaksinkronisasi mengenai kebijakan Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung Sumbing-Sindoro
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Tujuan Subjektif
a. Untuk memperoleh data dan informasi secara jelas dan lengkap sebagai
bahan penyusunan skripsi sebagai prasyarat guna menyelesaikan studi
dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Unversitas
Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam bidang
Hukum Administrasi Negara terkait dengan Hukum lingkungan pada
umumnya dan mengenai kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama
commit to user
Hutan Temanggung dalam rangka pelestarian hutan lindung di Gunung
Sumbing-Sindoro pada khususnya.
c. Memberikan manfaat bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.
D. Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian pasti ada manfaat yang diharapkan dapat
tercapai. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penulis berharap dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
bidang Hukum Administrasi Negara terkait dengan Hukum lingkungan
pada umumnya dan mengenai implementasi kebijakan Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan Temanggung dalam rangka pelestarian hutan lindung
di Gunung Sumbing-Sindoro pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan atau sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak
terkait dengan masalah penelitian ini pada umumnya.
b. Untuk memberikan pemikiran alternatif yang diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan informasi dalam kaitannya dengan
implementasi kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM) Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan
Temanggung dalam rangka pelestarian hutan lindung di Gunung
Sumbing-Sindoro.
c. Agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang masalah-masalah dan
lingkup yang akan dikaji dalam penelitian ini.
E. Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian sebagai suatu prasarat menyelesaikan
commit to user
penelitian hukum. Penelitian hukum adalah suatu kegiatan, yang didasarklan
pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala tertentu, dengan jalan menganalisanya
dengan mengadakan pemeriksaan secara mendalam terhadap fakta hukum
untuk kemudian mengusahakan pemecahan atas permasalahan-permasalahan
yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan. Dengan demikian dapat kita
lihat bahwa metedologi penelitian memanglah penting. Beberapa hal yang
menyangkut metode penelitian dalam penelitian ini diuraikan penulis sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian Hukum
Mengacu pada perumusan masalah, maka penelitian ini termasuk
dalam jenis metode penelitian hukum empiris atau sosiologis. “Pada
penelitian hukum empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data
sekunder, kemudian dilanjutkan pada data primer di lapangan, atau
terhadap masyarakat” (Soerjono Soekanto, 2007:52). Dalam hal ini,
peneliti memberikan gambaran dan menguraikan tentang Studi
implementasi kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Temanggung dalam
rangka pelestarian hutan lindung di Gunung Sumbing-Sindoro.
2. Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis bersifat deskriptif. Menurut
Soerjono Soekanto, penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia,
keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif
adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat
membantu dalam memperkuat teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2007 :
10).
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat
commit to user
umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam
kehidupan masyarakat, atau pola-pola yang dianalisis gelaja-gejala sosial
budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang
bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang
berlaku (Burhan Ashofa, 2004:21).
4. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data adalah hasil dari penelitian, baik berupa fakta-fakta atau
angka-angka yang dapat dijadikan bahan untuk dijadikan suatu sumber informasi,
sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk
suatu keperluan. Jenis dan sumber data yang dipergunakan penulis dalam
penelitian ini adalah :
a. Data Primer.
Data primer adalah data atau fakta atau keterangan yang diperoleh
secara langsung dari sumber pertama, atau melalui penelitian di
lapangan, yaitu berupa wawancara (interview). Dalam penelitian ini
diperoleh dengan melakukan wawancara dengan Kepala Dinas
Kehutanan Temanggung, Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Temanggung, beberapa anggota masyarakat pelaksana PHBM di
gunung Sumbing-Sindoro.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau fakta atau keterangan yang
digunakan oleh seseorang yang secara tidak langsung dari lapangan.
Data ini diperoleh dari peraturan perundang-undangan, dokumen atau
arsip, bahan pustaka, laporan, internet, jurnal, makalah dan sebagainya
yang terkait dengan penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik untuk mengumpulkan
data dari salah satu atau beberapa sumber data yang ditentukan untuk
memperoleh data-data primer dan sekunder yang lengkap dan relevan.
commit to user
a. Data Primer
1) Wawancara (interview)
Penulis terjun langsung ke lokasi penelitian dengan tujuan
memperoleh data yang valid dan lengkap dengan cara mengadakan
wawancara. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data
langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Untuk
mempermudah perolehan informasi, penulis membuat pandua
wawancara yang beriri pertanyaan-pertanyaan dan tersusun dalam
bentuk interview guide.
Adapun dalam penentuan responden, dapat diperoleh
dengan cara pengambilan sampel dengan cara purposive sampling,
dimana peneliti cenderung memilih informant yang dianggap tahu
dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan
mengetahui masalahnya secara dalam (HB. Sutopo, 2002 : 22).
Penelitian selanjutnya menggunakan snow ball sampling yaitu
peneliti pertama-tama datang pada seseorang yang menurut
pengetahuannya dapat dipakai sebagai “key informant”, tetapi
setelah berbicara secara cukup, informant tersebut menunjukkan
subyek lain yang dipandang mengetahui lebih banyak masalahnya
sehingga peneliti menunjuknya sebagai informant baru, dan
demikian pula seterusnya berganti informant berikutnya yang
dianggap lebih dalam pula, sehingga data yang diperolehnya
semakin banyak, lengkap, dan mendalam (H. B. Soetopo, 2002 :
22).
2) Observasi
Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan
setting, kegiatan yang terjadi, orang yang terlibat di dalam
kegiatan, waktu kegiatan dan makna yang diberikan oleh pelaku
yang diamati tentang peristiwa yang bersangkutan (Burhan Ashofa,
commit to user
pengamatan langsung di lapangan. Jenis Observasi yang dipakai
pada penelitian ini observasi non partisipan dimana peneliti tidak
berpartisipasi terhadap segala kegiatan yang terdapat di tempat
penelitian.
b. Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder dengan menggunakan studi
kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur, peraturan
perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, hasil penelitian
terdahulu, dan bahan kepustakaan lain yang digunakan sebagai acuan
penulis yang tentunya berkaitan dengan masalah yang diteliti.
6. Teknik Analisis Data dan Model Analisis
Langkah yang dilakukan setelah memperoleh data adalah menganalisis
data tersebut. Analisis data mempunyai kedudukan penting dalam
penelitian guna mencapai tujuan penelitian. Data yang diperoleh tersebut
akan diproses dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga didapat suatu
kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari penelitian.
Adapun model analisis yang digunakan penulis adalah analisa
kualitatif model interaktif (interactive model of analysis) yaitu dilakukan
dengan cara interaksi, baik antara komponennya, maupun dengan proses
pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus. Dalam bentuk ini,
peneliti tetap bergerak diantara tiga komponen analisis dengan proses
pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung.
Sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak diantara tiga
komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa
commit to user
Untuk lebih jelasnya, tehnik analisa data kualitatif dengan model
interaktif dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut.
Bagan I : Interactive Model Of Analysis
Gambar1. Teknik pengumpulan data
Keterangan :
a. Pengumpulan data adalah proses mencari data dan mencatat semua
data yang masuk.
b. Reduksi Data
Dalam reduksi data peneliti diharuskan memeriksa semua data yang
diperoleh, apakah sudah lengkap, runtun atau masih diperlukan
informasi tambahan sebagai pelengkap dalam penyususnan nantinya.
Setelah semua data atau informsi sudah terkumpul lengkap, kemudian
penulis melakukan proses pemilihan/seleksi, pemfokusan dan
penyederhanaan dari data-data sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhir penelitian dapat dilakukan.
c. Penyajian Data
Dengan penyajian data, peneliti akan mudah memahami apa yang
sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisa
atau mengambil tindakan yang berdasarkan atas pemahaman yang
didapat dari penyajian data tersebut dalam bentuk narasi yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan
commit to user
harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab
permasalahan-permasalahan yang akan diteliti.
d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami arti berbagai
hal yang ditemui, dengan melakukan pencatatan-pencatatan,
peraturan-peraturan, pola-pola, pertanyaan-pertanyaan, atau
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat dan berbagai proposisi
kesimpulan yang diverifikasi.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika
penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum,
maka penulis menyiapkan suatu sistematika dalam penulisan hukum ini.
Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang
tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk
memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini.
Sistematika penulisan hukum tersebut adalah sebagai berikut.
BAB I : Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat penelitian
E. Metode penelitian
F. Sistematika penulisan hukum.
BAB II : Tinjauan Pustaka
a. Kerangka teori
commit to user
BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung
Sumbing-Sindoro
B. Kesesuaian pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung
Sumbing-Sindoro dengan peraturan yang berlaku
BAB IV : Penutup
A. Simpulan
B. Penutup
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Hutan
a. Pengertian Hutan
Kata hutan merupakan terjemahan dari kata bos (Belanda)
dan forrest (Inggris). Forrest merupakan dataran tanah yang
bergelombang dan dapat dikembangkan untuk kepentingan di
luar kehutanan, seperti pariwisata. Di dalam hukum Inggris kuno,
forrest (hutan) adalah suatu daerah tertentu yang tanahnya
ditumbuhi pepohonan, tempat hidup binatang buas dan
burung-burung hutan. Di samping itu, hutan juga dijadikan tempat
pemburuan, tempat istirahat, dan tempat bersenang-senang bagi
raja dan pegawai-pegawainya (Black, 1979: 584), namun dalam
perkembangan selanjutnya ciri khas ini menjadi hilang (Salim,
1997:34).
Menurut Dengler yang diartikan dengan hutan adalah: “sejumlah pepohonan yang tumbuh pada lapangan yang cukup luas, sehingga suhu, kelembapan, cahaya, angin, dan sebagainya tidak lagi menentukan lingkungannya, akan tetapi dipengaruhi oleh tumbuh-tumbuhan/pepohonan baru asalkan tumbuh pada tempat yang cukup luas dan tumbuhannya cukup rapat (horizontal dan vertical).” (Salim, 1997:34).
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat
oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan
semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan
berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide
sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari
tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling
penting. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di
commit to user
tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah
maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama
pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah
yang cukup luas [http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan, diakses
pada 29 Juni 2010, pukul 23:10 WIB].
hu·tan n 1 tanah luas yg ditumbuhi pohon-pohon (biasanya tidak dipelihara orang); 2 tumbuhan yg tumbuh di atas tanah yg luas (biasanya di wilayah pegunungan); 3 yg tidak dipelihara orang; yg liar (tt binatang dsb): ayam --; anjing --; -- alam hutan yg terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia, memiliki berbagai jenis pohon campuran dan dari segala umur; --komunal hutan yg pemilikan serta pengelolaannya dilakukan bersama-sama; -- larangan hutan yg pohonnya tidak boleh ditebang; -- lepas hutan rimba; -- lindung hutan yg mempunyai keadaan alam demikian rupa sehingga pengaruhnya yg baik thd tanah, alam sekelilingnya, dan tata air perlu dipertahankan dan dilindungi; ke·hu·tan·an n pengetahuan (perusahaan dsb) yg berhubungan dng hutan: jawatan – (Tim Penyusun Kamus, 2007 : 413-414).
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Pasal 1 angka 2 disebutkan pengertian hutan ialah
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Pasal 1 angka 3 disebutkan kawasan hutan adalah
wilayah tertentu yang berupa hutan, yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap.
b. Jenis-jenis Hutan
Di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan, dibedakan tiga jenis
commit to user
1) Hutan menurut pemilikannya (Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kehutanan)
Ada dua jenis hutan menurut pemilikannya, yaitu:
a) Hutan Negara yang merupakan kawasan hutan dan
huatan alam yang tumbuh di atas tanah Negara bukan
hak milik. Selain pengertian itu, yang juga merupakan
hutan Negara, adalah hutan alam atau hutan tanam di
atas tanah yang diberikan kepada Daerah Tingkat II,
dan diberikan dengan hak pakai atau hak pengelolaan;
b) Hutan milik, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah hak
milik. Hutan jenis ini disebut hutan rakyat. Yang dapat
memiliki dan menguasai hutan milik, adalah orang
(baik perorangan maupun bersama-sama dengan orang
lain), dan atau badan hukum.
2) Hutan menurut fungsinya, (Pasal 3 Undang-undang Nomor
5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kehutanan)
Dari segi fungsinya, hutan dibedakan menjadi empat
golongan yaitu:
a) Hutan Lindung, yaitu kawasan hutan, dan arena sifat
alamnya digunakan untuk:
(1) Mengatur tata air,
(2) Mencegah terjadinya banjir dan erosi, dan
(3) Memelihara kesuburan tanah
b) Hutan produksi, yaitu kawasan hutan untuk
memproduksi hasil hutan, yang dapat memenuhi:
(1) Keperluan masyarakat pada umumnya,
(2) Pembangunan industri, dan
commit to user
c) Hutan suaka alam, yaitu kawasan hutan yang keadaan
alamnya sedemikina rupa, sangat penting bagi ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ada dua jenis hutan suaka alam, yaitu:
(1) Kawasan hutan yang dengan keadaan alam yang
khas, termasuk flora dan fauna diperuntukan bagi
kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
(2) Hutan suaka margasatwa, yaitu kawasan hutan
untuk tempat hidup margasatwa (binatang liar)
yang mempunyai nilai khas bagi:
(i) ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan
(ii) merupakan kekayaan dan kebanggaan
nasional.
d) Hutan wisata, yang merupakan kawasan wisata yang
diperuntukan secara khusus, dan dibina dan dipelihara
bagi kepentingan pariwisata, dan atau wisata buru.
Hutan wisata digolongkan menjadi dua jenis yaitu:
(1) Hutan taman wisata yaitu kawasan hutan yang
memiliki keindahan alamnya sendiri yang
mempunyai corak yang khas untuk dimanfaatkan
bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan,
(2) Hutan taman buru, yaitu kawasan hutan yang di
dalamnya terdapat satwa buru yang memungkinkan
diselenggarakan pemburuan yang teratur bagi
kepentingan rekreasi.
3) Hutan menurut peruntukannya (Pasal 4 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kehutanan)
Menurut peruntukannya, hutan digolongkan menjadi tiga
commit to user
a) Hutan tetap, yaitu hutan, baik yang sudah ada, yang
akan ditanami, maupun yang tumbuh secara alami di
dalam kawasan hutan;
b) Hutan cadangan, yaitu hutan yang berada di luar
kawasan hutan yang peruntukannya belum ditetapkan,
dan bukan hak milik. Apabila dipelukan hutan
cadangan ini dapat dijadikan hutan tetap;
c) Hutan lainnya, yaitu hutan yang berada di luar kawasan
hutan dan hutan cadangan, misalnya hutan yang
terdapat pada tanah hak milik atau tanah yang dibebani
hak lainnya. (Salim, 1997:35-36).
c. Manfaat Hutan
Hutan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat
penting dalam menunjang pembangunan bangsa dan negara. Hal
ini disebabkan hutan dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Manfaat hutan dibagi dua yaitu:
1) Manfaat langsung
Yang dimaksud manfaat langsung, adalah manfaat
yang dapat dirasakan/dinikmati secara langsung oleh
masyarakat. Yaitu masyarakat dapat menggunakan dan
memanfaatkan hasil hutan, antara lain kayu yang merupakan
hasil utama hutan, serta berbagai hasil hutan ikutan, seperti
rotan, getah, buah-buahan, madu, dan lain-lain.
Pada mulanya kayu digunakan hanya sebagai bahan
bakar, baik untuk memanaskan diri (di daerah bermusim
dingin) maupun untuk menanak atau memasak makanan,
kemudian kayu digunakan sebagai bahan bangunan, alat-alat
rumah tangga, pembuatan kapal, perahu, dan lain-lain, dan
dapat dikatakan bahwa kayu sangat dibutuhkan oleh umat
commit to user
2) Manfaat tidak langsung
Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang tak
langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi yang dapat
dirasakan adalah keberadaan hutan itu sendiri.
Ada delapan manfaat hutan secara tidak langsung,
seperti berikut ini:
a) Dapat mengatur tata air
Hutan dapat mengatur dan meninggikan debit air
pada musim kemarau, dan mencegah terjadinya debit air
yang berlebihan pada musim hujan. Hal ini disebabkan
dalam hutan terdapat air retensi, yaitu air yang masuk ke
dalam tanah, dan sebagian bertahan dalam
saluran-saluran kecil yang terdapat dalam tanah.
b) Dapat mencegah terjadinya erosi
Hutan dapat mencegah dan menghambat
mengalirnya air karena adanya akar-akar kayu dan akar
tumbuh-tumbuhan.
c) Dapat memberikan manfaat terhadap kesehatan
Manusia memerlukan zat asam (O2). Di hutan dan
sekitarnya zat asam adalah sangat bersih dibandingkan
dengan tempat-tempat yang lain. Dalam hutan juga
terdapat ozon (udara murni) dan air murni yang sangat
diperluka umat manusia.
d) Dapat memberikan rasa keindahan
Hutan dapat memberikan rasa keindahan pada
manusia karena di hutan itu seseorang dapat
menghilangkan tekanan mental dan stress.
e) Dapat memberikan manfaat pada sector pariwisata
Daerah-daerah yang mempunyai hutan yang baik
commit to user
mancanegara maupun domestik untuk sekedar rekreasi
dan untuk berburu.
f) Dapat memberikan manfaat dalam bidang pertahanan
keamanan.
Sejak zaman dahulu sampai sekarang hutan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam bidang
pertahanan keamanan, karena dapat untuk kamuflase
bagi pasukan sendiri dan menjadi hambatan bagi pasukan
lawan. Cicero mengatakan sylvac, subsidiums beli,
ornament, artinya hutan merupakan alat pertahanan
keamanan di masa perang, dan hiasan di masa damai
(Ngadung, 1975:20-21).
g) Dapat menampung tenaga kerja
Setiap perusahaan yang mengembangkan usahanya
di bidang kehutanan pasti memerlukan tenaga kerja
dalam jumlah yang cukup besar untuk melakukan
penanaman, penebangan, pengolahanm dan pemasaran
hasil hutan, sehingga dapat menurunkan angka
pengangguran.
h) Dapat menambah devisa Negara
Hasil hutan berupa kayu maupun hasil hutan ikutan
dapat diekspor ke luar negeri sehingga mendatangkan
devisa bagi Negara.
Ditinjau dari segi kepentingan manusia yang dapat
merasakan hutan secara tidak langsung dapat dibagi dua, yaitu
manusia sebagai individu (butir a sampai g) dan manusia
sebagai warga Negara (butir h) (Salim, 1997:39-40).
2. Tinjauan Tentang Perusahaan Umum (Perum) Perhutani
a. Perhutani
Perum Perhutani menjadi Badan Usaha Milik Negara
commit to user
(PP) nomor 15 tahun 1972 dengan wilayah kerja pada awalnya
kawasan hutan negara di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Berdasarkan PP nomor 2 tahun 1978, kawasan wilayah kerjanya
diperluas sampai kawasan hutan negara di provinsi Jawa Barat.
Pada tahun 1986, Perum Perhutani mengalami penyesuaian
sebagaimana diamanatkan PP nomor 36 tahun 1986 tentang
Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) dan
disempurnakan kembali melalui penetapan PP nomor 53 tahun
1999 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum
Perhutani). Dalam masa pemerintahan Kabinet Reformasi,
sesuai PP nomor 14 tahun 2001, Pemerintah menetapkan
Perhutani sebagai BUMN dengan bentuk Perseroan Terbatas
(PT). Dengan berbagai pertimbangan dari segala aspek,
keberadaan Perhutani sebagai perseroan dikembalikan menjadi
Perum berdasarkan PP nomor 30 tahun 2003. Dalam
operasionalnya Perum Perhutani di bawah koordinasi
Kementerian Negara BUMN dan dengan bimbingan teknis dari
Departemen Kehutanan. Dalam menjalankan tugasnya Perum
Perhutani dipimpin oleh Direksi yang bertanggung jawab atas
kepengurusan perusahaan dan Dewan Pengawas yang bertugas
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi
[http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_conte
nt&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26 Mei 2010
pukul 16:26 WIB].
Secara ringkas kegiatan Perum Perhutani adalah
memantapkan ketahanan perusahaan melalui usaha pelestarian
manfaat sumber daya hutan (sustainability), peningkatan
keuntungan yang optimal (profitiability) dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar hutan (prosperity) (Bambang
commit to user
b. Wilayah Kerja Perhutani
Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi kawasan hutan
negara yang terdapat di wilayah Provinsi Jawa Tengah, Provinsi
Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat dan Banten seluas
[image:35.595.151.514.235.679.2]2.426.206 hektar.
Tabel 1. Wilayah kerja Perum Perhutani
Unit Kerja Provinsi Hutan
Produksi
(Ha)
Hutan Lindung
(Ha)
Total Luas
(Ha)
Unit I Jawa Tengah 546.290 84.430 630.720
Unit II Jawa Timur 809.959 326.520 1.136.479
Unit III Jawa Barat
Banten
349.649
61.406
230.708
17.244
580.357
78.650
Jumlah 1.767.304 658.902 2.426.206
Luas tersebut tidak termasuk kawasan hutan suaka alam
dan wisata yang dikelola oleh Ditjen PHPA Departemen
Kehutanan. Berdasarkan amanat UU nomor 41 tentang
Kehutanan adalah minimal 30%. Luasan hutan dibanding
daratan yang ada saat ini adalah sekitar 24% sehingga perlu
dipertahankan keberadaannya sehingga dapat berperan
mempertahankan daya dukung lingkungan
[http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_conte
nt&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26 Mei 2010
pukul 16:26 WIB].
c. Organisasi Dan Sumberdaya Manusia
Perum Perhutani merupakan organisasi yang besar dilihat
dari cakupan wilayah pengelolaannya, fungsi dan keragaman
aktivitas, tingkatan organisasi serta jumlah karyawannya.
Keberadaan organisasi yang ada saat ini telah mampu mencakup
commit to user
wilayah Perum Perhutani dibagi 3 (tiga) yaitu Unit I Jawa
Tengah, Unit II Jawa Timur dan Unit III Jawa Barat & Banten.
Masing-masing Unit dipimpin oleh oleh seorang Kepala Unit
dibantu seorang Wakil Kepala Unit dan Kepala-Kepala Biro.
Setiap Unit membawahi beberapa Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH), Kesatuan Industri Pengolahan Kayu Jati (KIPKJ) dan
Kesatuan Pelaksana Ekspor (KPE) yang masing-masing
dipimpin oleh seorang Administratur. Dengan memperhatikan
kondisi lingkungan usaha yang senantiasa berubah dan
memerlukan fleksibilitas organisasi yang dinamis, Perum
Perhutani memisahkan kelola hutan oleh KPH dan kelola bisnis
oleh Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) yang dipimpin oleh
General Manager. Pola pengelolaan SDM didasarkan pada
kinerja (performance based) dan kompetensi (competence
based).
[http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_conte
nt&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26 Mei 2010
pukul 16:26 WIB].
d. Kegiatan Pengelolaan Hutan
1) Perencanaan Hutan
Perencanaan hutan meliputi :
a) Rencana Umum Perusahaan (RUP) merupakan rencana
jangka panjang bersifat menyeluruh yang memuat
kebijaksanaan dan strategi optimalisasi sumber daya
guna mencapai tujuan perusahaan.
b) Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH)
merupakan rencana untuk mewujudkan pengelolaan
hutan secara lestari untuk masing-masing kelas
perusahaan sebagai acuan penyusunan rencana guna
terjaminnya kelestarian hutan. Guna penyusunan RPKH
commit to user
pembagian hutan, risalah (inventarisasi) hutan,
pembuatan/perbaikan alur, pengukuran dan perpetaan.
c) Rencana Lima Tahun Perusahaan (RLTP) merupakan
rencana yang memuat kebijakan operasional dan
pelaksanaan upaya-upaya mencapai sasaran perusahaan
dalam 5 (lima) tahun.
d) Rencana Kerja Tahunan (RKTP) merupakan rencana
kegiatan secara rinci dalam satu tahun sebagai dasar
penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan
(RKAP).
e) Rencana Teknik Tahunan (RTT) merupakan rencana
tahunan yang disusun mengacu pada RPKH.
2) Reboisasi dan Rehabilitasi Hutan
Reboisasi dan rehabilitasi hutan dilaksanakan di lokasi
bekas tebangan maupun kawasan tidak produktif.
Pelaksanaan reboisasi melibatkan partisipasi aktif
masyarakat dengan sistem Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM) baik dengan tanam tumpangsari atau
banjarharian, penetapan pola tanam, optimalisasi ruang,
maupun pengembangan usaha produktif.
Reboisasi hutan dengan sistem tumpangsari
memberikan kontribusi besar dalam produksi pangan dan
dalam jangka pendek memberikan hasil, serta mampu
menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat
signifikan.
3) Pemeliharaan Hutan
Pemeliharaan hutan bertujuan untuk mendapatkan
tegakan yang berkualitas dan bernilai ekonomi tinggi pada
akhir daur. Kegiatan pemeliharaan hutan meliputi
penyiangan, wiwil atau pembersihan tunas air, pruning atau
commit to user
hama dan penyakit, pencegahan gangguan penggembalaan
dan perlingungan hutan lainnya.
4) Perlindungan Hutan
Perlindungan hutan merupakan upaya untuk mencegah
kerusakan dari gangguan keamanan hutan, kawasan hutan
dan hasil hutan, meliputi: pencurian pohon, okupasi
lahan/bibrikan, penggembalaan liar, kebarakan hutan dan
bencana alam.
Upaya pengamanan hutan dilakukan secara pre-emtif,
persuasif, preventif dan represif dengan meningkatkan
partisipasi aktif masyarakat desa hutan melalui sistem
PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat). Upaya
represif dilaksanakan bekerja sama dengan jajaran
kepolisian dan aparat keamanan lainnya.
5) Pemungutan Hasil Hutan
Pemungutan hasil hutan kayu meliputi kegiatan teresan,
penebangan, pembagian batang, pengangkutan dan
penumpukan di TPK (Tempat Pengumpulan Kayu) meliputi
jenis kayu jati, pinus, mahoni, damar, mangium, sengon
dan rimba lainnya.
Pemungutan hasil hutan nonkayu antara lain getah
pinus, getah damar, minyak kayu putih, madu, sutera, kopi,
minyak atsiri, dan sebagainya.
6) Industri Hasil Hutan
Perum Perhutani telah memiliki industri hasil hutan
yakni: Industri Pengolahan Kayu di Cepu, Brumbung,
Gresik, dan 12 Unit Penggergajian dengan produk antara
lain: garden furniture (GF), housing component, veneer
sayat, TOP, parket block, flooring; pabrik pengolahan
commit to user
kayu putih sebanyak 12 buah, pabrik seedlak dan pabrik
pemintalan benang sutera.
7) Pemasaran
Sebagai pelaku langsung dalam kegiatan pemasaran,
Perum Perhutani harus dapat menempatkan posisi yang
berfokus kepada pelayanan pelanggan sebagai salah satu
cara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Era
globalisasi yang meningkat menuntut perusahaan harus
mampu bersaing secara regional, nasional dan
internasional.
Pemfokusan pada program pelayanan pelanggan
(costumer care) akan memperoleh benefit dan outcome
yang sepadan, antara lain mampu:
(1) Memperbaiki citra & positioning perusahaan di mata
pelanggan.
(2) Menciptakan reputasi sebagai perusahaan yang care
dan customer oriented.
(3) Meminimalkan faktor sensitivitas harga yang selama ini
bersifat fluktuatif.
(4) Memastikan produk dan jasa yang dihasilkan diberikan
‘tepat sasaran’.
(5) Meningkatkan kepuasan dan mempertahankan
pelanggan.
(6) Menguatkan hubungan pelanggan dan vendors.
(7) Memperbaiki kegiatan operasional perusahaan yang
berkesinambungan.
(8) Mendorong partisipasi karyawan dan komunikasi
terbuka dengan pimpinan.
Perhutani Customer Care bertujuan menarik dan
mempertahankan pelanggan baru yang merupakan sebuah fungsi
commit to user
atau dari produk yang ditawarkan, namun juga berkaitan dengan
bagaimana customer care melayani pelanggan lama dan reputasi
yang diciptakan perusahaan, baik dalam cakupan regional,
nasional dan internasional
[http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_conte
nt&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26 Mei 2010
pukul 16:26 WIB].
e. Produk Unggulan
a) Perhutani Hijau 2010
Perhutani Hijau 2010 merupakan salah satu wujud
komitmen Perum Perhutani untuk segera mencapai visinya
“Menjadi Pengelola Hutan Tropis Terbaik di Dunia”.
Program ini akan menjadikan seluruh kawasan hutan Jawa
tertutup tanaman sampai dengan tahun 2010, dengan
dukungan Lembaga Masyarakat Desa Hutan sebagai mitra
kerja atau mitra usaha dan teamwork Brigade Hijau di
masing-masing Kesatuan Pemangkuan Hutan.
b) Good Corpotate Governance
Perum Perhutani sebagai entitas bisnis berkomitmen
untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance
(GCG) yaitu prinsip tatalaksana perusahaan yang memenuhi
beberapa azaz yaitu: transparansi, akuntabilitas, fairness,
kemandirian, kewajaran, serta bebas korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Dalam rangka implementasi GCG di Perum
Perhutani, Direksi menetapkan Tim GCG yang bertugas
memfasilitasi percepatan tercapainya azaz-azaz yang
dipersyaratkan.
c) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
Tidak kurang dari 5.552 desa hutan berada di sekitar
kawasan hutan Perum Perhutani. Sebagai bagian dari
commit to user
masalah sosial (Corporate Social Responsibility), Perum
Perhutani telah bekerja sama dengan masyarakat desa hutan
dan pihak-pihak lainnya dalam pengelolaan hutannya
melalui sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM). Sistem yang berlangsung sejak tahun 2001
tersebut, sampai dengan tahun 2008 telah melibatkan
kerjasama dengan 5.165 desa hutan atau sekitar 95 persen
dari total desa hutan di Pulau Jawa dan Madura.
Jiwa berbagi dalam PHBM, memberikan kontribusi
yang positif bagi masyarakat desa hutan yang terwadahi
dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Selain
manfaat langsung bagi masyarakat berupa kesempatan kerja
dan kesempatan berusaha di dalam hutan, masyarakat juga
memperoleh manfaat dari kegiatan berbagi hasil produksi
hutan berupa kayu dan nonkayu. Sampai dengan tahun
2008, nilai bagi hasil produksi kayu dan non kayu yang
diterima LMDH adalah Rp.127,759 milyar, tidak termasuk
hasil produksi tanaman pangan dari kegiatan tumpangsari
hutan sebesar Rp.5,83 triliun per tahun.
Kualitas sistem implementasi PHBM senantiasa
dievaluasi dan ditingkatkan. Oleh karena itu Perum
Perhutani menerapkan sistem PHBM Plus, yaitu sistem
PHBM dengan lebih meningkatkan upaya pelestarian hutan
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sifatnya
edukatif, meningkatkan daya beli masyarakat,
meningkatkan kesehatan masyarakat, fleksibel, akomodatif
dan partisipatif.
d) Pengembangan Usaha
Terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan nomor
P.50/Menhut-II/2006 tanggal 7 Juli 2006 tentang Pedoman
commit to user
Hutan, dan ditindaklanjuti dengan SK Direktur Utama
nomor 986/Ktps/Dir/2006 tanggal 7 September 2006
semakin memberikan ruang dan peluang bagi
pengembangan usaha dalam kawasan hutan Perum
Perhutani.
Peluang kerjasama pengembangan usaha antara lain :
(1) Industri derivatif gondorukem dan terpentin.
(2) Air minum kemasan dengan merk AIR PERHUTANI.
(3) Peningkatan potensi sadapan melalui pemanfaatan
tegakan pinus di luar wilayah kerja Perhutani.
(4) Penanaman jenis cepat tumbuh (fast growing species)
dalam rangka percepatan rehabilitasi bersama mitra.
(5) Penanaman dan pemasaran Jati Plus Perhutani.
(6) Pengembangan Taman Hutan Hambalang dengan
PERSAKI.
(7) Pemanfaatan jasa lingkungan berupa wisata alam, air
dan udara bersih (carbontrade).
e) Sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari
Komitmen perusahaan sebagai pengelola hutan lestari
ditunjukkan dengan Visi perusahaan dan serangkaian
persiapan beberapa unit manajemen Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) mencapai standar pengelolaan hutan lestari.
Dalam Corporate Statement Direksi Perum Perhutani
menyatakan bahwa Perum Perhutani berkomitmen
menerapkan prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan Lestari di
seluruh wilayahnya dengan sasaran mendapatkan sertifikat
Pengelolaan Hutan Lestari standar Forest Stewardship
Council (FSC) sebagai bentuk pengakuan dunia
internasional.
Dukungan lembaga internasional sangat positif
commit to user
kembali sertifikat Pengelolaan Hutan Lestari standar FSC
tersebut. Tropical Forest Trust (TFT) lembaga nirlaba dari
Switzerland telah bekerjasama dengan Perum Perhutani
sejak tahun 2002 dalam rangka mempersiapkan pemenuhan
standar sertifikasi PHL di KPH Kendal, KPH Kebonharjo,
KPH Cepu, KPH Randublatung, KPH Ciamis, serta KBM
Industri Kayu di Cepu dan Brumbung.
Demikian pula lembaga World Wildlife Fund (WWF)
Forest Trade Network Indonesia, sejak tahun 2005 telah
bekerjasama dengan Perum Perhutani di KPH Bojonegoro,
KPH Jatirogo, KPH Saradan, KPH Madiun, KPH
Banyuwangi Utara.
f) Kinerja Keuangan
Perum Perhutani tergolong perusahaan yang memiliki
likuidasi yang cukup kuat. Total aset perusahaan
menunjukkan trend kenaikan yang sangat baik yang pada
tahun 2007 tercatat 1.413,402 milyar sedangkan tahun 2008
sebesar Rp.1.526,712 milyar. Perolehan margin keuntungan
pada tahun 2008 mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya. Pada tahun 2008 (sebelum audit) diperoleh
keuntungan sebesar Rp.200,318 milyar naik dibanding
tahun 2007 sebesar Rp.51,475 milyar. Untuk
memaksimalkan perolehan profit, Perum Perhutani tidak
hanya berusaha mengembangkan bisnis non kayu namun
juga berfokus pada program efisiensi melalui upaya
penghematan dan pengendalian biaya sesuai dengan skala
prioritas. Perhitungan kinerja dan tingkat kesehatan
perusahaan pada tahun 2008 relatif baik dengan kategori
AA (SEHAT)
commit to user
ontent&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26
Mei 2010 pukul 16:26 WIB].
3. Tinjauan tentang Kebijakan PHBM
a. Latar Belakang
Pulau Jawa memiliki luasan hanya 6% dari luas wilayah
Indonesia, tetapi 60% dari jumlah penduduk Indonesia tinggal di
Jawa. Perum Perhutani sebagai BUMN yang diberi mandat untuk
mengelola hutan negara dituntut untuk memberikan perhatian
yang besar kepada masalah sosial ekonomi masyarakat, terutama
masyarakat pedesaan yang sebagian besar tinggal di sekitar
hutan. Interaksi antara masyarakat dengan hutan tidak mungkin
dapat dipisahkan. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan
dalam pengelolaan hutan harus memperhatikan keberlanjutan
ekosistem hutan dan peduli dengan masyarakat miskin di sekitar
hutan. Pengelolaan sumberdaya hutan dengan lahirnya
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Sistem
PHBM ini dilaksanakan dengan jiwa BERSAMA, BERDAYA,
dan BERBAGI yang meliputi pemanfaatan lahan/ruang, waktu,
dan hasil dalam pengelolaan sumberdaya hutan dengan prinsip
saling menguntungkan, memperkuat dan mendukung serta
kesadaran akan tanggung jawab sosial. Sampai dengan tahun
ke-6 pelaksanaan PHBM disadari bahwa masih ditemukan berbagai
kendala dan permasalahan, maka pada tahun 2007
disempurnakan kembali dalam PHBM PLUS. Dengan PHBM
PLUS diharapkan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya hutan di
Jawa akan lebih fleksibel, akomodatif, partisipatif dan dengan
kesadaran tanggung jawab sosial yang tinggi, sehingga mampu
memberikan kontribusi peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) menuju Masyarakat Desa Hutan Mandiri dan
commit to user
[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf,
diakses pada 13 Mei 2010, pukul 13:46 WIB].
b. Pengertian PHBM
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah sistem
pengelolaan sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang
bersinergi antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan
atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai
keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang
optimal dan peningkatan IPM yang bersifat fleksibel, partisipatif
dan akomodatif
[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf
, diakses pada 13 Mei 2010, pukul 13:46 WIB].
c. Maksud dan Tujuan
PHBM dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan
sumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi
dan sosial secara proporsional dan profesional.
PHBM bertujuan untuk meningkatkan peran dan tanggung
jawab Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang
berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat
sumberdaya hutan, melalui pengelolaan sumberdaya hutan
dengan model kemitraan
[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf
, diakses pada 13 Mei 2010, pukul 13:46 WIB].
d. Ruang Lingkup PHBM
PHBM dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan hutan
dengan mempertimbangkan skala prioritas berdasarkan
perencanaan partisipatif. PHBM yang dilaksanakan di dalam
kawasan hutan tidak bertujuan untuk mengubah status kawasan
hutan, fungsi hutan dan status tanah Negara
[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf
commit to user
e. Prinsip-prinsip PHBM
PHBM dilaksanakan dengan prinsip-prinsip :
a) Perubahan pola pikir pada semua jajaran Perum Perhutani
dari birokratis, sentralistik, kaku dan ditakuti menjadi
fasilitator, fleksibel, akomodatif dan dicintai.
b) Perencanaan partisipatif dan fleksibel sesuai dengan
karakteristik wilayah.
c) Fleksibel, akomodatif, partisipatif dan kesadaran akan
tanggung jawab sosial.
d) Keterbukaan, kebersamaan, saling memahami dan
pembelajaran bersama.
e) Bersinergi dan terintegrasi dengan program-program
Pemerintah Daerah.
f) Pendekatan dan kerjasama kelembagaan dengan hak dan
kewajiban yang jelas.
g) Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa hutan.
h) Pemberdayaan masyarakat desa hutan secara
berkesinambungan.
i) Mengembangkan dan meningkatkan usaha produktif
menuju masyarakat mandiri dan hutan lestari.
j) Supervisi, monitoring, evaluasi dan pelaporan bersama para
pihak
[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHB
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
[image:47.595.91.516.129.659.2]
Gambar 2. Kerangka pemikiran
Upaya Yang Dilakukan Untuk
Penyelesaian Masalah Tidak Sesuai dengan
Peraturan yang Berlaku Sudah Sesuai dengan
Peraturan yang