• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN TEMANGGUNG DALAM RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG SUMBING SINDORO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN TEMANGGUNG DALAM RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG SUMBING SINDORO"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN TEMANGGUNG DALAM RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG

SUMBING-SINDORO

Penulisan Hukum

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

DIMAS RAGIL ACHIRRUDIN

E0005144

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN

TEMANGGUNG DALAM RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG SUMBING-SINDORO

Oleh:

Dimas Ragil Achirrudin NIM. E0005144

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 20 Januari 2011

Dosen Pembimbing

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN

TEMANGGUNG DALAM RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG SUMBING-SINDORO

Oleh :

Dimas Ragil Achirrudin NIM. E0005144

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 27 Januari 2011

DEWAN PENGUJI

1.Pius Triwahyudi,S.H.,M.Si. : ...

Ketua

2.Waluyo,S.H.,M.Si. : ...

Sekretaris

3.Dr. I Gusti Ayu Ketut Rahmi, S.H., M.M. : ...

Anggota

Mengetahui Dekan,

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Dimas Ragil Achirrudin

NIM : E0005144

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN TEMANGGUNG DALAM RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG SUMBING-SINDORO adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila

dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari

penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 20 Januari 2011

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v v ABSTRAK

DIMAS RAGIL ACHIRRUDIN. 2011. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN

KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN TEMANGGUNG DALAM RANGKA

PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG SUMBING-SINDORO

Tujuan penulisan hukum ini adalah untuk mengetahui mengenai implementasi kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Temanggung dalam rangka pelestarian hutan lindung di Gunung Sumbing-Sindoro.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Temanggung. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu meliputi observasi, wawancara, dan studi kepustakaan baik berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, dan sebagainya. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dengan model interaktif.

(6)

commit to user

v vi ABSTRACT

DIMAS RAGIL ACHIRRUDIN. 2011. IMPLEMENTATION ON GOVERNMENT POLICY ON PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT ( PHBM ) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN TEMANGGUNG IN THE AIM OF PROTECTED FOREST PRESERVATION IN SUMBING - SINDORO MOUNTAIN.

The Objective of this law research is to find out the implementation of government policy Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Temanggung in order to preserve protected forest area in Sumbing – Sindoro mountains.

This research categorized as an empiric law research using the descriptive approach. Areas of this research are in Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Temanggung. There are two kinds of data that is used in this research, namely primary and secondary data. The method that is used in collecting data are through observation, interview, and library research related to the topic, using Indonesia Law and Rules books, related documents, etc. Data analysis using qualitative analysis by interactive model.

(7)

commit to user

vii MOTTO

“HIDUP TERLALU PENDEK HANYA UNTUK JADI BIASA-BIASA SAJA..

BUKTIKAN BAHWA KITA TERCIPTA TIDAK UNTUK SIA-SIA”

“TIDAK PERLU TAKUT MENGHADAPI APAPUN KARENA SESUNGGUHNYA YANG

PATUT KITA TAKUTI HANYA SATU YAITU ALLAH SWT”

“HARUS ADA YANG PERTAMA UNTUK MELANGKAH KE NOMOR DUA DAN

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Penulisan hukum (skripsi) ini penulis persembahkan untuk :

· Allah SWT, dzat di mana semuanya dalam genggamannya.

· Rosulullah S.A.W., sebagai panutan umat manusia.

· Ibu tesayang Hj. Sobariyati yang tiada lelah membimbing putra-putranya dengan segala

pengorbanan yang engkau lakukan, semoga Allah membalasnya di dunia dan akhirat

· Ayah tesayang H. Iskandar terima kasih atas perhatian dan pengertian yang engkau

berikan.

· Kakak-kakaku Mas Fungki, Mas Luluk, dan Mas Arif. Doakan agil sukses dunia akhirat.

· Keluarga penulis

· GOPALA VALENTARA, Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Hukum

beserta laskarnya, tempat aku mengasah menjadi pribadi yang lebih dewasa dan matang.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbillalamin

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena hanya dengan berkah, rahmat,

karunia, dan ridho-Nya, sehingga akhirnya Penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum

dengan judul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA

MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN

HUTAN TEMANGGUNG DALAM RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI

GUNUNG SUMBING-SINDORO” dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini, masih banyak kekurangan di

dalamnya. Untuk itu, penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak sehingga dapat memperkaya isi penulisan hukum ini.

Penulis yakin bahwa keberhasilan di dalam penyelesaian penulisan hukum ini tidak lepas

dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum. Selaku dekan Fakulktas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberi izin dan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini;

2. Bapak Isharyanto, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi izin

dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

3. Dr. I Gusti Ayu Ketut Rahmi, S.H, M.M. selaku pembimbing penulisan hukum (skripsi)

yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan yang membangun dalam

memberikan arahan dan bimbingan bagi tersusunnya skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, yang dengan jerih payah dan penuh keihklasan

mendidik dan menuangkan ilmu sehingga mampu menjadi bekal untuk lebih

(10)

commit to user

x

5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

selama ini telah membantu penulis dalam hal akademis dan hal-hal lain yang berkenaan

dengan perkuliahan.

6. Kedua orang tuaku H. Iskandar dan Hj. Sobariyati. Terima kasih atas kasih sayang,

kesabaran serta dukungan tiada henti kepada penulis.

7. Saudara-saudaraku seperjuangan DIKLATSAR XXII, Muyasaroh, Made Sanjaya ,

Ronggo Warsito, Devitha Kristi Rosali, Upik Handayani, Titus Cahyono, Rani Dwi Wati,

Apriadi Rizal, Dian Perdana Ratri Hapsari, Nanang S., dan Dodi Tri Hari.

8. Segenap keluarga besar Gopala Valentara PMPA FH UNS, kakak-kakakku, adik-adikku

yang telah memberikan ukiran dan pelajaran kehidupan kepada penulis mengenai apa arti

dari kerja keras, tanggung jawab, kebersamaan dan kekeluargaan.

9. M. Azis Syafrudin, Ahsan Zakky, Imam Abdul Rofiq, Arief Mahmud terima kasih telah

menjadi sahabat-sahabat terbaik sepanjang masa.

10.Kastiyani, Endrika Indrawan, sahabat di masa kuliah, Putri Peni Pratamawati yang telah

berkorban banyak untukku dan selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi

ini. Arum Wijayanti, terima kasih.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan karya yang sempurna, untuk itu kritik dan

saran dari pembaca yang budiman sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini

mampu memberikan mafaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya dan

kehidupan pada umumnya.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Surakarta, 20 Januari 2011

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan Penguji ... iii

Halaman Pernyataan ... iv

Abstrak ... v

Abstract ... vi

Motto ... vii

Persembahan ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Tabel ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori... 15

1. Tinjauan Umum tentang Hutan ... 15

2. Tinjauan Umum tentang (Perum) Perhutani……….... 21

3. Tinjauan Umum Kebijakan PHBM... 32

(12)

commit to user

xii

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sinkronisasi antara pelaksanaan kebijakan Pengelolaan

Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku ... 37

1. Gambaran umum lokasi penelitian ... 37

2. Peraturan perundangan yang berlaku ... 40

3. Pelaksanaan Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM) ... 41

B. Upaya yang ditempuh oleh Peum Perhutani apabila

terjadi ketidaksinkronisasian antara pelaksanaan

kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

(PHBM) di Gunung Sumbing-Sindoro dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku ... 48

1. Untuk isu-isu yang beredar ... 49

2. Untuk pelanggaran yang terjadi ... 49

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran... 55

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Teknik pengumpulan data ... 12

Gambar 2. Kerangka pemikiran ... 35

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Wilayah kerja Perum Perhutani ... 23

(13)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian

terpenting dari sumber daya alam yang terdiri dari alam hewani dan alam

nabati maupun berupa fenomena alam baik secara masing-masing maupun

bersama-sama yang mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk

lingkungan hidup yang lingkungannya tidak dapat tergantikan. Ekosistem

dapat berjalan dengan baik apabila komponen-komponen biotis dan abiotis

atau lingkungan dapat berjalan seimbang. Tindakan yang tidak bertanggung

jawab dapat menyebabkan kerusakan dan kepunahan pada salah satu sumber

daya alam hayati maupun ekosistemnya akan mengakibatkan kerugian yang

besar pada masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi. Sedangkan

upaya pemulihan dari kerusakan tersebut ke keadaan semula tidak

memungkinkan lagi. Untuk mencegah terjadinya kerusakan dan kepunahan

pada salah satu atau sebagian dari sumber daya alam hayati maka pemerintah

mengeluarkan kebijakan-kebijakan guna mengusahakan kelestarian sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga terhindar dari kerusakan dan

kepunahan.

Indonesia dengan luas daratan sekitar 189 juta hektar memiliki 120,35

juta hektar sumber daya hutan yang kaya akan berbagai spesies dan beragam

tipe ekosistem (mega biodiversity). Selama tiga dekade terakhir sumber daya

hutan Indonesia telah menjadi modal utama pembangunan ekonomi nasional

berupa peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja dan mendorong

pengembangan wilayah serta pertumbuhan ekonomi. Pentingnya fungsi hutan

telah dikaji secara luas oleh beberapa ilmuwan dan rimbawan di seluruh

dunia. Sumarwoto (1992) menyatakan bahwa fungsi hutan sebagai pengatur

tata air mempunyai dampak yang bersifat lokal dan regional, tetapi fungsi

(14)

commit to user

merupakan isu-isu global [www.pdfchaser.com/pdf/jurnal-manajemen

-hutan.html , diakses pada 31 januari 2011, pukul 16:02 WIB].

Hutan merupakan salah satu bentuk dari sumber daya alam hayati dan

memiliki ekosistem yang beraneka ragam yang terkandung di dalamnya.

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 1

angka 3 disebutkan kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang berupa

hutan, yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk

dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu

ditetapkan untuk menjamin kepastian hukum mengenai status kawasan hutan,

letak batas dan luas suatu wilayah tertentu yang sudah ditunjuk sebagai

kawasan hutan menjadi kawasan hutan tetap. Dalam Undang-Undang Nomor

41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 1 angka 2 disebutkan pengertian

hutan ialah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam yang

satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

Perhitungan luas kawasan hutan berdasarkan Penunjukan Kawasan

Hutan dan Perairan Provinsi (30 provinsi) dan Tata Guna Hutan Kesepakatan

(3 provinsi), maka luas kawasan hutan (daratan) ialah 133.694.685,18 ha. atau

jika ditambahkan dengan luas kawasan konservasi perairan menjadi seluas

137.090.468,18 ha. (Statistik Kehutanan Indonesia 2008, Departemen

Kehutanan).

Apabila hutan seluas itu dimanfaatkan dan dikelola dengan

sebaik-baiknya, tentunya akan memberikan dampak positif dalam menunjang

pembangunan bangsa dan negara. Hasil hutan, baik untuk dinikmati maupun

untuk diusahakan, mengandung banyak manfaat bagi kesinambungan

kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, kawasan hutan dibagi ke dalam

kelompok hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi dengan

(15)

commit to user

1. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang

mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan

satwa serta ekosistemnya.

2. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata

air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan

memelihara kesuburan tanah.

3. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

memproduksi hasil hutan. Hutan produksi terdiri dari Hutan Produksi

Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang

dapat dikonversi.

Hutan lebat dengan berbagai hasil merupakan tumpuan hidup

masyarakat di sekelilingnya. Namun potensi alam ini juga menarik minat

pengusaha untuk menggali kekayaan yang ada padanya. Kayu-kayu tropis

yang bagaikan emas hijau kecoklatan itu terus menjadi incaran pengusaha

hutan sebagai produk yang sangat menguntungkan di pasaran dunia

(Bambang Pamulardi, 1999:1).

The impact of logging on biodiversity depends both upon the intensity

of logging- particularly the number of stems extracted per unit area- and the

amount of care and planning that goes into the extraction process. the

immediate effects of logging operation in a primary tropical forest consist of

significant alterations to the physical structure of the forest

[www.forestryguide.de/cgi-bin/ssgfi/anzeige.pl?db, diakses pada 31 januari 2011,

pukul 16:04 WIB].

Apabila hutan tidak dijaga kelestariannya dan hanya diambil hasil

alamnya saja akan menimbulkan kerusakan dan kepunahan. Karena itu hutan

secara perlahan namun pasti menyusut keberadaannya, apabila pepohonan

telah ditebang, kawasannya dirambah dan tidak cepat dilakukan penanaman

kembali. Oleh karena itu diperlukan pengelolan hutan yang baik untuk

menjaga hutan yang ada karena hutan tidak lepas dari masyarakat hutan di

(16)

commit to user

Dalam hal pengelolaan hutan, Perum Perhutani sebagai BUMN yang

diberi mandat untuk mengelola hutan negara dituntut untuk memberikan

perhatian yang besar kepada masalah sosial ekonomi masyarakat, terutama

masyarakat pedesaan yang sebagian besar tinggal di sekitar hutan. Interaksi

antara masyarakat dengan hutan tidak mungkin dapat dipisahkan. Oleh karena

itu, pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan hutan harus

memperhatikan keberlanjutan ekosistem hutan dan peduli dengan masyarakat

miskin di sekitar hutan

[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf, diakses

pada 13 Mei 2010, pukul 13:46 WIB].

Sejalan dengan terjadinya reformasi di bidang kehutanan, Perum

Perhutani menyempurnakan sistem pengelolaan sumber daya hutan dengan

lahirnya kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Kebijakan PHBM ini dilaksanakan dengan jiwa bersama, berdaya, dan

berbagi yang meliputi pemanfaatan lahan/ruang, waktu, dan hasil dalam

pengelolaan sumber daya hutan dengan prinsip saling menguntungkan,

memperkuat dan mendukung serta kesadaran akan tanggung jawab sosial.

Sampai dengan tahun ke-6 pelaksanaan Kebijakan PHBM disadari bahwa

masih ditemukan berbagai kendala dan permasalahan, maka pada tahun 2007

disempurnakan kembali dalam Kebijakan PHBM PLUS. Dengan Kebijakan

PHBM PLUS diharapkan pelaksanaan pengelolaan sumber daya hutan di

Jawa akan lebih fleksibel, akomodatif, partisipatif dan dengan kesadaran

tanggung jawab sosial yang tinggi, sehingga mampu memberikan kontribusi

peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menuju Masyarakat Desa

Hutan Mandiri dan Hutan Lestari

[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf, diakses

pada 13 Mei 2010, pukul 13:46 WIB].

Namun ternyata masih ada pada beberapa tempat terdapat

ketidakselarasan antara pengaturan yang terdapat pada kebijakan PHBM

dengan pelaksanaan di lapangan masyarakat yang melaksanakannya bersama

(17)

commit to user

tanpa merubah status kawasan hutan, fungsi hutan dan status tanah Negara.

Akan tetapi pada Hutan lindung di lereng Gunung Sumbing dan Gunung

Sindoro kabupaten Temanggung yang merupakan salah satu kawasan objek

pelaksanaan kebijakan PHBM, disana terjadi disfungsi hutan yang seharusnya

dipertahankan. Dan hal itu berlangsung lama tanpa ada penyelesaian yang

pasti.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui

dan melakukan penelitian mengenai pelaksanaan PHBM dalam rangka

melestarikan hutan lindung dan memberdayakan masyarakat hutan di

sekitarnya dalam bentuk sebuah penulisan hukum dengan judul

”IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN

BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI BAGIAN

KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN TEMANGGUNG DALAM

RANGKA PELESTARIAN HUTAN LINDUNG DI GUNUNG

SUMBING-SINDORO”.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang

penting karena diperlukan untuk memberi kemudahan bagi penulis dalam

membatasi permasalahan yang ditelitinya, sehingga dapat mencapai tujuan dan

sasaran yang jelas serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sinkronisasi antara pelaksanaan kebijakan Pengelolaan

Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung

Sumbing-Sindoro yang diatur dalam Keputusan Direksi Perum Perhutani No:

268/KPTS/DIR/2007 tentang Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan

Bersama Masyarakat Plus (PHBM PLUS) dengan Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor : 32 tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan

(18)

commit to user

2. Bagaimanakah upaya yang ditempuh oleh Perum Perhutani apabila terjadi

ketidaksinkronisasian mengenai kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung Sumbing-Sindoro yang diatur

dalam Keputusan Direksi Perum Perhutani No: 268/KPTS/DIR/2007

tentang Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

Plus (PHBM PLUS) dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor : 32 tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian harus memiliki tujuan yang jelas agar tepat mengenai

sasaran yang dikehendaki dan dapat pula memberikan arah dalam pelaksanaan

penelitian tersebut. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis melalui

penelitian ini adalah :

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui sinkronisasi antara pelaksanaan kebijakan

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung

Sumbing-Sindoro dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Untuk mengetahui upaya yang ditempuh oleh Perum Perhutani apabila

terjadi ketidaksinkronisasi mengenai kebijakan Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung Sumbing-Sindoro

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk memperoleh data dan informasi secara jelas dan lengkap sebagai

bahan penyusunan skripsi sebagai prasyarat guna menyelesaikan studi

dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Unversitas

Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam bidang

Hukum Administrasi Negara terkait dengan Hukum lingkungan pada

umumnya dan mengenai kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama

(19)

commit to user

Hutan Temanggung dalam rangka pelestarian hutan lindung di Gunung

Sumbing-Sindoro pada khususnya.

c. Memberikan manfaat bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.

D. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian pasti ada manfaat yang diharapkan dapat

tercapai. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penulis berharap dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam

bidang Hukum Administrasi Negara terkait dengan Hukum lingkungan

pada umumnya dan mengenai implementasi kebijakan Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani Bagian Kesatuan

Pemangkuan Hutan Temanggung dalam rangka pelestarian hutan lindung

di Gunung Sumbing-Sindoro pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan atau sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak

terkait dengan masalah penelitian ini pada umumnya.

b. Untuk memberikan pemikiran alternatif yang diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan informasi dalam kaitannya dengan

implementasi kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

(PHBM) Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan

Temanggung dalam rangka pelestarian hutan lindung di Gunung

Sumbing-Sindoro.

c. Agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang masalah-masalah dan

lingkup yang akan dikaji dalam penelitian ini.

E. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian sebagai suatu prasarat menyelesaikan

(20)

commit to user

penelitian hukum. Penelitian hukum adalah suatu kegiatan, yang didasarklan

pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala tertentu, dengan jalan menganalisanya

dengan mengadakan pemeriksaan secara mendalam terhadap fakta hukum

untuk kemudian mengusahakan pemecahan atas permasalahan-permasalahan

yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan. Dengan demikian dapat kita

lihat bahwa metedologi penelitian memanglah penting. Beberapa hal yang

menyangkut metode penelitian dalam penelitian ini diuraikan penulis sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian Hukum

Mengacu pada perumusan masalah, maka penelitian ini termasuk

dalam jenis metode penelitian hukum empiris atau sosiologis. “Pada

penelitian hukum empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data

sekunder, kemudian dilanjutkan pada data primer di lapangan, atau

terhadap masyarakat” (Soerjono Soekanto, 2007:52). Dalam hal ini,

peneliti memberikan gambaran dan menguraikan tentang Studi

implementasi kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Temanggung dalam

rangka pelestarian hutan lindung di Gunung Sumbing-Sindoro.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis bersifat deskriptif. Menurut

Soerjono Soekanto, penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia,

keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif

adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat

membantu dalam memperkuat teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2007 :

10).

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

(21)

commit to user

umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam

kehidupan masyarakat, atau pola-pola yang dianalisis gelaja-gejala sosial

budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang

bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang

berlaku (Burhan Ashofa, 2004:21).

4. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data adalah hasil dari penelitian, baik berupa fakta-fakta atau

angka-angka yang dapat dijadikan bahan untuk dijadikan suatu sumber informasi,

sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk

suatu keperluan. Jenis dan sumber data yang dipergunakan penulis dalam

penelitian ini adalah :

a. Data Primer.

Data primer adalah data atau fakta atau keterangan yang diperoleh

secara langsung dari sumber pertama, atau melalui penelitian di

lapangan, yaitu berupa wawancara (interview). Dalam penelitian ini

diperoleh dengan melakukan wawancara dengan Kepala Dinas

Kehutanan Temanggung, Kepala Dinas Lingkungan Hidup

Temanggung, beberapa anggota masyarakat pelaksana PHBM di

gunung Sumbing-Sindoro.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau fakta atau keterangan yang

digunakan oleh seseorang yang secara tidak langsung dari lapangan.

Data ini diperoleh dari peraturan perundang-undangan, dokumen atau

arsip, bahan pustaka, laporan, internet, jurnal, makalah dan sebagainya

yang terkait dengan penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik untuk mengumpulkan

data dari salah satu atau beberapa sumber data yang ditentukan untuk

memperoleh data-data primer dan sekunder yang lengkap dan relevan.

(22)

commit to user

a. Data Primer

1) Wawancara (interview)

Penulis terjun langsung ke lokasi penelitian dengan tujuan

memperoleh data yang valid dan lengkap dengan cara mengadakan

wawancara. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data

untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data

langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Untuk

mempermudah perolehan informasi, penulis membuat pandua

wawancara yang beriri pertanyaan-pertanyaan dan tersusun dalam

bentuk interview guide.

Adapun dalam penentuan responden, dapat diperoleh

dengan cara pengambilan sampel dengan cara purposive sampling,

dimana peneliti cenderung memilih informant yang dianggap tahu

dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan

mengetahui masalahnya secara dalam (HB. Sutopo, 2002 : 22).

Penelitian selanjutnya menggunakan snow ball sampling yaitu

peneliti pertama-tama datang pada seseorang yang menurut

pengetahuannya dapat dipakai sebagai “key informant”, tetapi

setelah berbicara secara cukup, informant tersebut menunjukkan

subyek lain yang dipandang mengetahui lebih banyak masalahnya

sehingga peneliti menunjuknya sebagai informant baru, dan

demikian pula seterusnya berganti informant berikutnya yang

dianggap lebih dalam pula, sehingga data yang diperolehnya

semakin banyak, lengkap, dan mendalam (H. B. Soetopo, 2002 :

22).

2) Observasi

Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan

setting, kegiatan yang terjadi, orang yang terlibat di dalam

kegiatan, waktu kegiatan dan makna yang diberikan oleh pelaku

yang diamati tentang peristiwa yang bersangkutan (Burhan Ashofa,

(23)

commit to user

pengamatan langsung di lapangan. Jenis Observasi yang dipakai

pada penelitian ini observasi non partisipan dimana peneliti tidak

berpartisipasi terhadap segala kegiatan yang terdapat di tempat

penelitian.

b. Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dengan menggunakan studi

kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur, peraturan

perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, hasil penelitian

terdahulu, dan bahan kepustakaan lain yang digunakan sebagai acuan

penulis yang tentunya berkaitan dengan masalah yang diteliti.

6. Teknik Analisis Data dan Model Analisis

Langkah yang dilakukan setelah memperoleh data adalah menganalisis

data tersebut. Analisis data mempunyai kedudukan penting dalam

penelitian guna mencapai tujuan penelitian. Data yang diperoleh tersebut

akan diproses dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga didapat suatu

kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari penelitian.

Adapun model analisis yang digunakan penulis adalah analisa

kualitatif model interaktif (interactive model of analysis) yaitu dilakukan

dengan cara interaksi, baik antara komponennya, maupun dengan proses

pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus. Dalam bentuk ini,

peneliti tetap bergerak diantara tiga komponen analisis dengan proses

pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung.

Sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak diantara tiga

komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa

(24)

commit to user

Untuk lebih jelasnya, tehnik analisa data kualitatif dengan model

interaktif dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut.

Bagan I : Interactive Model Of Analysis

Gambar1. Teknik pengumpulan data

Keterangan :

a. Pengumpulan data adalah proses mencari data dan mencatat semua

data yang masuk.

b. Reduksi Data

Dalam reduksi data peneliti diharuskan memeriksa semua data yang

diperoleh, apakah sudah lengkap, runtun atau masih diperlukan

informasi tambahan sebagai pelengkap dalam penyususnan nantinya.

Setelah semua data atau informsi sudah terkumpul lengkap, kemudian

penulis melakukan proses pemilihan/seleksi, pemfokusan dan

penyederhanaan dari data-data sedemikian rupa sehingga kesimpulan

akhir penelitian dapat dilakukan.

c. Penyajian Data

Dengan penyajian data, peneliti akan mudah memahami apa yang

sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisa

atau mengambil tindakan yang berdasarkan atas pemahaman yang

didapat dari penyajian data tersebut dalam bentuk narasi yang

memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan

(25)

commit to user

harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab

permasalahan-permasalahan yang akan diteliti.

d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami arti berbagai

hal yang ditemui, dengan melakukan pencatatan-pencatatan,

peraturan-peraturan, pola-pola, pertanyaan-pertanyaan, atau

konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat dan berbagai proposisi

kesimpulan yang diverifikasi.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika

penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum,

maka penulis menyiapkan suatu sistematika dalam penulisan hukum ini.

Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang

tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk

memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini.

Sistematika penulisan hukum tersebut adalah sebagai berikut.

BAB I : Pendahuluan

A. Latar belakang masalah

B. Rumusan masalah

C. Tujuan penelitian

D. Manfaat penelitian

E. Metode penelitian

F. Sistematika penulisan hukum.

BAB II : Tinjauan Pustaka

a. Kerangka teori

(26)

commit to user

BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung

Sumbing-Sindoro

B. Kesesuaian pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat (PHBM) di kawasan Gunung

Sumbing-Sindoro dengan peraturan yang berlaku

BAB IV : Penutup

A. Simpulan

B. Penutup

(27)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Hutan

a. Pengertian Hutan

Kata hutan merupakan terjemahan dari kata bos (Belanda)

dan forrest (Inggris). Forrest merupakan dataran tanah yang

bergelombang dan dapat dikembangkan untuk kepentingan di

luar kehutanan, seperti pariwisata. Di dalam hukum Inggris kuno,

forrest (hutan) adalah suatu daerah tertentu yang tanahnya

ditumbuhi pepohonan, tempat hidup binatang buas dan

burung-burung hutan. Di samping itu, hutan juga dijadikan tempat

pemburuan, tempat istirahat, dan tempat bersenang-senang bagi

raja dan pegawai-pegawainya (Black, 1979: 584), namun dalam

perkembangan selanjutnya ciri khas ini menjadi hilang (Salim,

1997:34).

Menurut Dengler yang diartikan dengan hutan adalah: “sejumlah pepohonan yang tumbuh pada lapangan yang cukup luas, sehingga suhu, kelembapan, cahaya, angin, dan sebagainya tidak lagi menentukan lingkungannya, akan tetapi dipengaruhi oleh tumbuh-tumbuhan/pepohonan baru asalkan tumbuh pada tempat yang cukup luas dan tumbuhannya cukup rapat (horizontal dan vertical).” (Salim, 1997:34).

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat

oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan

semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan

berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide

sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari

tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling

penting. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di

(28)

commit to user

tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah

maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.

Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama

pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah

yang cukup luas [http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan, diakses

pada 29 Juni 2010, pukul 23:10 WIB].

hu·tan n 1 tanah luas yg ditumbuhi pohon-pohon (biasanya tidak dipelihara orang); 2 tumbuhan yg tumbuh di atas tanah yg luas (biasanya di wilayah pegunungan); 3 yg tidak dipelihara orang; yg liar (tt binatang dsb): ayam --; anjing --; -- alam hutan yg terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia, memiliki berbagai jenis pohon campuran dan dari segala umur; --komunal hutan yg pemilikan serta pengelolaannya dilakukan bersama-sama; -- larangan hutan yg pohonnya tidak boleh ditebang; -- lepas hutan rimba; -- lindung hutan yg mempunyai keadaan alam demikian rupa sehingga pengaruhnya yg baik thd tanah, alam sekelilingnya, dan tata air perlu dipertahankan dan dilindungi; ke·hu·tan·an n pengetahuan (perusahaan dsb) yg berhubungan dng hutan: jawatan – (Tim Penyusun Kamus, 2007 : 413-414).

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan Pasal 1 angka 2 disebutkan pengertian hutan ialah

suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan

alam yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan Pasal 1 angka 3 disebutkan kawasan hutan adalah

wilayah tertentu yang berupa hutan, yang ditunjuk dan atau

ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya

sebagai hutan tetap.

b. Jenis-jenis Hutan

Di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan, dibedakan tiga jenis

(29)

commit to user

1) Hutan menurut pemilikannya (Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Kehutanan)

Ada dua jenis hutan menurut pemilikannya, yaitu:

a) Hutan Negara yang merupakan kawasan hutan dan

huatan alam yang tumbuh di atas tanah Negara bukan

hak milik. Selain pengertian itu, yang juga merupakan

hutan Negara, adalah hutan alam atau hutan tanam di

atas tanah yang diberikan kepada Daerah Tingkat II,

dan diberikan dengan hak pakai atau hak pengelolaan;

b) Hutan milik, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah hak

milik. Hutan jenis ini disebut hutan rakyat. Yang dapat

memiliki dan menguasai hutan milik, adalah orang

(baik perorangan maupun bersama-sama dengan orang

lain), dan atau badan hukum.

2) Hutan menurut fungsinya, (Pasal 3 Undang-undang Nomor

5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Kehutanan)

Dari segi fungsinya, hutan dibedakan menjadi empat

golongan yaitu:

a) Hutan Lindung, yaitu kawasan hutan, dan arena sifat

alamnya digunakan untuk:

(1) Mengatur tata air,

(2) Mencegah terjadinya banjir dan erosi, dan

(3) Memelihara kesuburan tanah

b) Hutan produksi, yaitu kawasan hutan untuk

memproduksi hasil hutan, yang dapat memenuhi:

(1) Keperluan masyarakat pada umumnya,

(2) Pembangunan industri, dan

(30)

commit to user

c) Hutan suaka alam, yaitu kawasan hutan yang keadaan

alamnya sedemikina rupa, sangat penting bagi ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Ada dua jenis hutan suaka alam, yaitu:

(1) Kawasan hutan yang dengan keadaan alam yang

khas, termasuk flora dan fauna diperuntukan bagi

kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan

(2) Hutan suaka margasatwa, yaitu kawasan hutan

untuk tempat hidup margasatwa (binatang liar)

yang mempunyai nilai khas bagi:

(i) ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan

(ii) merupakan kekayaan dan kebanggaan

nasional.

d) Hutan wisata, yang merupakan kawasan wisata yang

diperuntukan secara khusus, dan dibina dan dipelihara

bagi kepentingan pariwisata, dan atau wisata buru.

Hutan wisata digolongkan menjadi dua jenis yaitu:

(1) Hutan taman wisata yaitu kawasan hutan yang

memiliki keindahan alamnya sendiri yang

mempunyai corak yang khas untuk dimanfaatkan

bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan,

(2) Hutan taman buru, yaitu kawasan hutan yang di

dalamnya terdapat satwa buru yang memungkinkan

diselenggarakan pemburuan yang teratur bagi

kepentingan rekreasi.

3) Hutan menurut peruntukannya (Pasal 4 Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Kehutanan)

Menurut peruntukannya, hutan digolongkan menjadi tiga

(31)

commit to user

a) Hutan tetap, yaitu hutan, baik yang sudah ada, yang

akan ditanami, maupun yang tumbuh secara alami di

dalam kawasan hutan;

b) Hutan cadangan, yaitu hutan yang berada di luar

kawasan hutan yang peruntukannya belum ditetapkan,

dan bukan hak milik. Apabila dipelukan hutan

cadangan ini dapat dijadikan hutan tetap;

c) Hutan lainnya, yaitu hutan yang berada di luar kawasan

hutan dan hutan cadangan, misalnya hutan yang

terdapat pada tanah hak milik atau tanah yang dibebani

hak lainnya. (Salim, 1997:35-36).

c. Manfaat Hutan

Hutan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat

penting dalam menunjang pembangunan bangsa dan negara. Hal

ini disebabkan hutan dapat memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Manfaat hutan dibagi dua yaitu:

1) Manfaat langsung

Yang dimaksud manfaat langsung, adalah manfaat

yang dapat dirasakan/dinikmati secara langsung oleh

masyarakat. Yaitu masyarakat dapat menggunakan dan

memanfaatkan hasil hutan, antara lain kayu yang merupakan

hasil utama hutan, serta berbagai hasil hutan ikutan, seperti

rotan, getah, buah-buahan, madu, dan lain-lain.

Pada mulanya kayu digunakan hanya sebagai bahan

bakar, baik untuk memanaskan diri (di daerah bermusim

dingin) maupun untuk menanak atau memasak makanan,

kemudian kayu digunakan sebagai bahan bangunan, alat-alat

rumah tangga, pembuatan kapal, perahu, dan lain-lain, dan

dapat dikatakan bahwa kayu sangat dibutuhkan oleh umat

(32)

commit to user

2) Manfaat tidak langsung

Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang tak

langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi yang dapat

dirasakan adalah keberadaan hutan itu sendiri.

Ada delapan manfaat hutan secara tidak langsung,

seperti berikut ini:

a) Dapat mengatur tata air

Hutan dapat mengatur dan meninggikan debit air

pada musim kemarau, dan mencegah terjadinya debit air

yang berlebihan pada musim hujan. Hal ini disebabkan

dalam hutan terdapat air retensi, yaitu air yang masuk ke

dalam tanah, dan sebagian bertahan dalam

saluran-saluran kecil yang terdapat dalam tanah.

b) Dapat mencegah terjadinya erosi

Hutan dapat mencegah dan menghambat

mengalirnya air karena adanya akar-akar kayu dan akar

tumbuh-tumbuhan.

c) Dapat memberikan manfaat terhadap kesehatan

Manusia memerlukan zat asam (O2). Di hutan dan

sekitarnya zat asam adalah sangat bersih dibandingkan

dengan tempat-tempat yang lain. Dalam hutan juga

terdapat ozon (udara murni) dan air murni yang sangat

diperluka umat manusia.

d) Dapat memberikan rasa keindahan

Hutan dapat memberikan rasa keindahan pada

manusia karena di hutan itu seseorang dapat

menghilangkan tekanan mental dan stress.

e) Dapat memberikan manfaat pada sector pariwisata

Daerah-daerah yang mempunyai hutan yang baik

(33)

commit to user

mancanegara maupun domestik untuk sekedar rekreasi

dan untuk berburu.

f) Dapat memberikan manfaat dalam bidang pertahanan

keamanan.

Sejak zaman dahulu sampai sekarang hutan

mempunyai peranan yang sangat penting dalam bidang

pertahanan keamanan, karena dapat untuk kamuflase

bagi pasukan sendiri dan menjadi hambatan bagi pasukan

lawan. Cicero mengatakan sylvac, subsidiums beli,

ornament, artinya hutan merupakan alat pertahanan

keamanan di masa perang, dan hiasan di masa damai

(Ngadung, 1975:20-21).

g) Dapat menampung tenaga kerja

Setiap perusahaan yang mengembangkan usahanya

di bidang kehutanan pasti memerlukan tenaga kerja

dalam jumlah yang cukup besar untuk melakukan

penanaman, penebangan, pengolahanm dan pemasaran

hasil hutan, sehingga dapat menurunkan angka

pengangguran.

h) Dapat menambah devisa Negara

Hasil hutan berupa kayu maupun hasil hutan ikutan

dapat diekspor ke luar negeri sehingga mendatangkan

devisa bagi Negara.

Ditinjau dari segi kepentingan manusia yang dapat

merasakan hutan secara tidak langsung dapat dibagi dua, yaitu

manusia sebagai individu (butir a sampai g) dan manusia

sebagai warga Negara (butir h) (Salim, 1997:39-40).

2. Tinjauan Tentang Perusahaan Umum (Perum) Perhutani

a. Perhutani

Perum Perhutani menjadi Badan Usaha Milik Negara

(34)

commit to user

(PP) nomor 15 tahun 1972 dengan wilayah kerja pada awalnya

kawasan hutan negara di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Berdasarkan PP nomor 2 tahun 1978, kawasan wilayah kerjanya

diperluas sampai kawasan hutan negara di provinsi Jawa Barat.

Pada tahun 1986, Perum Perhutani mengalami penyesuaian

sebagaimana diamanatkan PP nomor 36 tahun 1986 tentang

Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) dan

disempurnakan kembali melalui penetapan PP nomor 53 tahun

1999 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum

Perhutani). Dalam masa pemerintahan Kabinet Reformasi,

sesuai PP nomor 14 tahun 2001, Pemerintah menetapkan

Perhutani sebagai BUMN dengan bentuk Perseroan Terbatas

(PT). Dengan berbagai pertimbangan dari segala aspek,

keberadaan Perhutani sebagai perseroan dikembalikan menjadi

Perum berdasarkan PP nomor 30 tahun 2003. Dalam

operasionalnya Perum Perhutani di bawah koordinasi

Kementerian Negara BUMN dan dengan bimbingan teknis dari

Departemen Kehutanan. Dalam menjalankan tugasnya Perum

Perhutani dipimpin oleh Direksi yang bertanggung jawab atas

kepengurusan perusahaan dan Dewan Pengawas yang bertugas

melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi

[http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_conte

nt&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26 Mei 2010

pukul 16:26 WIB].

Secara ringkas kegiatan Perum Perhutani adalah

memantapkan ketahanan perusahaan melalui usaha pelestarian

manfaat sumber daya hutan (sustainability), peningkatan

keuntungan yang optimal (profitiability) dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat sekitar hutan (prosperity) (Bambang

(35)

commit to user

b. Wilayah Kerja Perhutani

Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi kawasan hutan

negara yang terdapat di wilayah Provinsi Jawa Tengah, Provinsi

Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat dan Banten seluas

[image:35.595.151.514.235.679.2]

2.426.206 hektar.

Tabel 1. Wilayah kerja Perum Perhutani

Unit Kerja Provinsi Hutan

Produksi

(Ha)

Hutan Lindung

(Ha)

Total Luas

(Ha)

Unit I Jawa Tengah 546.290 84.430 630.720

Unit II Jawa Timur 809.959 326.520 1.136.479

Unit III Jawa Barat

Banten

349.649

61.406

230.708

17.244

580.357

78.650

Jumlah 1.767.304 658.902 2.426.206

Luas tersebut tidak termasuk kawasan hutan suaka alam

dan wisata yang dikelola oleh Ditjen PHPA Departemen

Kehutanan. Berdasarkan amanat UU nomor 41 tentang

Kehutanan adalah minimal 30%. Luasan hutan dibanding

daratan yang ada saat ini adalah sekitar 24% sehingga perlu

dipertahankan keberadaannya sehingga dapat berperan

mempertahankan daya dukung lingkungan

[http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_conte

nt&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26 Mei 2010

pukul 16:26 WIB].

c. Organisasi Dan Sumberdaya Manusia

Perum Perhutani merupakan organisasi yang besar dilihat

dari cakupan wilayah pengelolaannya, fungsi dan keragaman

aktivitas, tingkatan organisasi serta jumlah karyawannya.

Keberadaan organisasi yang ada saat ini telah mampu mencakup

(36)

commit to user

wilayah Perum Perhutani dibagi 3 (tiga) yaitu Unit I Jawa

Tengah, Unit II Jawa Timur dan Unit III Jawa Barat & Banten.

Masing-masing Unit dipimpin oleh oleh seorang Kepala Unit

dibantu seorang Wakil Kepala Unit dan Kepala-Kepala Biro.

Setiap Unit membawahi beberapa Kesatuan Pemangkuan Hutan

(KPH), Kesatuan Industri Pengolahan Kayu Jati (KIPKJ) dan

Kesatuan Pelaksana Ekspor (KPE) yang masing-masing

dipimpin oleh seorang Administratur. Dengan memperhatikan

kondisi lingkungan usaha yang senantiasa berubah dan

memerlukan fleksibilitas organisasi yang dinamis, Perum

Perhutani memisahkan kelola hutan oleh KPH dan kelola bisnis

oleh Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) yang dipimpin oleh

General Manager. Pola pengelolaan SDM didasarkan pada

kinerja (performance based) dan kompetensi (competence

based).

[http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_conte

nt&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26 Mei 2010

pukul 16:26 WIB].

d. Kegiatan Pengelolaan Hutan

1) Perencanaan Hutan

Perencanaan hutan meliputi :

a) Rencana Umum Perusahaan (RUP) merupakan rencana

jangka panjang bersifat menyeluruh yang memuat

kebijaksanaan dan strategi optimalisasi sumber daya

guna mencapai tujuan perusahaan.

b) Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH)

merupakan rencana untuk mewujudkan pengelolaan

hutan secara lestari untuk masing-masing kelas

perusahaan sebagai acuan penyusunan rencana guna

terjaminnya kelestarian hutan. Guna penyusunan RPKH

(37)

commit to user

pembagian hutan, risalah (inventarisasi) hutan,

pembuatan/perbaikan alur, pengukuran dan perpetaan.

c) Rencana Lima Tahun Perusahaan (RLTP) merupakan

rencana yang memuat kebijakan operasional dan

pelaksanaan upaya-upaya mencapai sasaran perusahaan

dalam 5 (lima) tahun.

d) Rencana Kerja Tahunan (RKTP) merupakan rencana

kegiatan secara rinci dalam satu tahun sebagai dasar

penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan

(RKAP).

e) Rencana Teknik Tahunan (RTT) merupakan rencana

tahunan yang disusun mengacu pada RPKH.

2) Reboisasi dan Rehabilitasi Hutan

Reboisasi dan rehabilitasi hutan dilaksanakan di lokasi

bekas tebangan maupun kawasan tidak produktif.

Pelaksanaan reboisasi melibatkan partisipasi aktif

masyarakat dengan sistem Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM) baik dengan tanam tumpangsari atau

banjarharian, penetapan pola tanam, optimalisasi ruang,

maupun pengembangan usaha produktif.

Reboisasi hutan dengan sistem tumpangsari

memberikan kontribusi besar dalam produksi pangan dan

dalam jangka pendek memberikan hasil, serta mampu

menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat

signifikan.

3) Pemeliharaan Hutan

Pemeliharaan hutan bertujuan untuk mendapatkan

tegakan yang berkualitas dan bernilai ekonomi tinggi pada

akhir daur. Kegiatan pemeliharaan hutan meliputi

penyiangan, wiwil atau pembersihan tunas air, pruning atau

(38)

commit to user

hama dan penyakit, pencegahan gangguan penggembalaan

dan perlingungan hutan lainnya.

4) Perlindungan Hutan

Perlindungan hutan merupakan upaya untuk mencegah

kerusakan dari gangguan keamanan hutan, kawasan hutan

dan hasil hutan, meliputi: pencurian pohon, okupasi

lahan/bibrikan, penggembalaan liar, kebarakan hutan dan

bencana alam.

Upaya pengamanan hutan dilakukan secara pre-emtif,

persuasif, preventif dan represif dengan meningkatkan

partisipasi aktif masyarakat desa hutan melalui sistem

PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat). Upaya

represif dilaksanakan bekerja sama dengan jajaran

kepolisian dan aparat keamanan lainnya.

5) Pemungutan Hasil Hutan

Pemungutan hasil hutan kayu meliputi kegiatan teresan,

penebangan, pembagian batang, pengangkutan dan

penumpukan di TPK (Tempat Pengumpulan Kayu) meliputi

jenis kayu jati, pinus, mahoni, damar, mangium, sengon

dan rimba lainnya.

Pemungutan hasil hutan nonkayu antara lain getah

pinus, getah damar, minyak kayu putih, madu, sutera, kopi,

minyak atsiri, dan sebagainya.

6) Industri Hasil Hutan

Perum Perhutani telah memiliki industri hasil hutan

yakni: Industri Pengolahan Kayu di Cepu, Brumbung,

Gresik, dan 12 Unit Penggergajian dengan produk antara

lain: garden furniture (GF), housing component, veneer

sayat, TOP, parket block, flooring; pabrik pengolahan

(39)

commit to user

kayu putih sebanyak 12 buah, pabrik seedlak dan pabrik

pemintalan benang sutera.

7) Pemasaran

Sebagai pelaku langsung dalam kegiatan pemasaran,

Perum Perhutani harus dapat menempatkan posisi yang

berfokus kepada pelayanan pelanggan sebagai salah satu

cara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Era

globalisasi yang meningkat menuntut perusahaan harus

mampu bersaing secara regional, nasional dan

internasional.

Pemfokusan pada program pelayanan pelanggan

(costumer care) akan memperoleh benefit dan outcome

yang sepadan, antara lain mampu:

(1) Memperbaiki citra & positioning perusahaan di mata

pelanggan.

(2) Menciptakan reputasi sebagai perusahaan yang care

dan customer oriented.

(3) Meminimalkan faktor sensitivitas harga yang selama ini

bersifat fluktuatif.

(4) Memastikan produk dan jasa yang dihasilkan diberikan

‘tepat sasaran’.

(5) Meningkatkan kepuasan dan mempertahankan

pelanggan.

(6) Menguatkan hubungan pelanggan dan vendors.

(7) Memperbaiki kegiatan operasional perusahaan yang

berkesinambungan.

(8) Mendorong partisipasi karyawan dan komunikasi

terbuka dengan pimpinan.

Perhutani Customer Care bertujuan menarik dan

mempertahankan pelanggan baru yang merupakan sebuah fungsi

(40)

commit to user

atau dari produk yang ditawarkan, namun juga berkaitan dengan

bagaimana customer care melayani pelanggan lama dan reputasi

yang diciptakan perusahaan, baik dalam cakupan regional,

nasional dan internasional

[http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_conte

nt&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26 Mei 2010

pukul 16:26 WIB].

e. Produk Unggulan

a) Perhutani Hijau 2010

Perhutani Hijau 2010 merupakan salah satu wujud

komitmen Perum Perhutani untuk segera mencapai visinya

“Menjadi Pengelola Hutan Tropis Terbaik di Dunia”.

Program ini akan menjadikan seluruh kawasan hutan Jawa

tertutup tanaman sampai dengan tahun 2010, dengan

dukungan Lembaga Masyarakat Desa Hutan sebagai mitra

kerja atau mitra usaha dan teamwork Brigade Hijau di

masing-masing Kesatuan Pemangkuan Hutan.

b) Good Corpotate Governance

Perum Perhutani sebagai entitas bisnis berkomitmen

untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance

(GCG) yaitu prinsip tatalaksana perusahaan yang memenuhi

beberapa azaz yaitu: transparansi, akuntabilitas, fairness,

kemandirian, kewajaran, serta bebas korupsi, kolusi, dan

nepotisme. Dalam rangka implementasi GCG di Perum

Perhutani, Direksi menetapkan Tim GCG yang bertugas

memfasilitasi percepatan tercapainya azaz-azaz yang

dipersyaratkan.

c) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

Tidak kurang dari 5.552 desa hutan berada di sekitar

kawasan hutan Perum Perhutani. Sebagai bagian dari

(41)

commit to user

masalah sosial (Corporate Social Responsibility), Perum

Perhutani telah bekerja sama dengan masyarakat desa hutan

dan pihak-pihak lainnya dalam pengelolaan hutannya

melalui sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

(PHBM). Sistem yang berlangsung sejak tahun 2001

tersebut, sampai dengan tahun 2008 telah melibatkan

kerjasama dengan 5.165 desa hutan atau sekitar 95 persen

dari total desa hutan di Pulau Jawa dan Madura.

Jiwa berbagi dalam PHBM, memberikan kontribusi

yang positif bagi masyarakat desa hutan yang terwadahi

dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Selain

manfaat langsung bagi masyarakat berupa kesempatan kerja

dan kesempatan berusaha di dalam hutan, masyarakat juga

memperoleh manfaat dari kegiatan berbagi hasil produksi

hutan berupa kayu dan nonkayu. Sampai dengan tahun

2008, nilai bagi hasil produksi kayu dan non kayu yang

diterima LMDH adalah Rp.127,759 milyar, tidak termasuk

hasil produksi tanaman pangan dari kegiatan tumpangsari

hutan sebesar Rp.5,83 triliun per tahun.

Kualitas sistem implementasi PHBM senantiasa

dievaluasi dan ditingkatkan. Oleh karena itu Perum

Perhutani menerapkan sistem PHBM Plus, yaitu sistem

PHBM dengan lebih meningkatkan upaya pelestarian hutan

dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sifatnya

edukatif, meningkatkan daya beli masyarakat,

meningkatkan kesehatan masyarakat, fleksibel, akomodatif

dan partisipatif.

d) Pengembangan Usaha

Terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan nomor

P.50/Menhut-II/2006 tanggal 7 Juli 2006 tentang Pedoman

(42)

commit to user

Hutan, dan ditindaklanjuti dengan SK Direktur Utama

nomor 986/Ktps/Dir/2006 tanggal 7 September 2006

semakin memberikan ruang dan peluang bagi

pengembangan usaha dalam kawasan hutan Perum

Perhutani.

Peluang kerjasama pengembangan usaha antara lain :

(1) Industri derivatif gondorukem dan terpentin.

(2) Air minum kemasan dengan merk AIR PERHUTANI.

(3) Peningkatan potensi sadapan melalui pemanfaatan

tegakan pinus di luar wilayah kerja Perhutani.

(4) Penanaman jenis cepat tumbuh (fast growing species)

dalam rangka percepatan rehabilitasi bersama mitra.

(5) Penanaman dan pemasaran Jati Plus Perhutani.

(6) Pengembangan Taman Hutan Hambalang dengan

PERSAKI.

(7) Pemanfaatan jasa lingkungan berupa wisata alam, air

dan udara bersih (carbontrade).

e) Sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari

Komitmen perusahaan sebagai pengelola hutan lestari

ditunjukkan dengan Visi perusahaan dan serangkaian

persiapan beberapa unit manajemen Kesatuan Pemangkuan

Hutan (KPH) mencapai standar pengelolaan hutan lestari.

Dalam Corporate Statement Direksi Perum Perhutani

menyatakan bahwa Perum Perhutani berkomitmen

menerapkan prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan Lestari di

seluruh wilayahnya dengan sasaran mendapatkan sertifikat

Pengelolaan Hutan Lestari standar Forest Stewardship

Council (FSC) sebagai bentuk pengakuan dunia

internasional.

Dukungan lembaga internasional sangat positif

(43)

commit to user

kembali sertifikat Pengelolaan Hutan Lestari standar FSC

tersebut. Tropical Forest Trust (TFT) lembaga nirlaba dari

Switzerland telah bekerjasama dengan Perum Perhutani

sejak tahun 2002 dalam rangka mempersiapkan pemenuhan

standar sertifikasi PHL di KPH Kendal, KPH Kebonharjo,

KPH Cepu, KPH Randublatung, KPH Ciamis, serta KBM

Industri Kayu di Cepu dan Brumbung.

Demikian pula lembaga World Wildlife Fund (WWF)

Forest Trade Network Indonesia, sejak tahun 2005 telah

bekerjasama dengan Perum Perhutani di KPH Bojonegoro,

KPH Jatirogo, KPH Saradan, KPH Madiun, KPH

Banyuwangi Utara.

f) Kinerja Keuangan

Perum Perhutani tergolong perusahaan yang memiliki

likuidasi yang cukup kuat. Total aset perusahaan

menunjukkan trend kenaikan yang sangat baik yang pada

tahun 2007 tercatat 1.413,402 milyar sedangkan tahun 2008

sebesar Rp.1.526,712 milyar. Perolehan margin keuntungan

pada tahun 2008 mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya. Pada tahun 2008 (sebelum audit) diperoleh

keuntungan sebesar Rp.200,318 milyar naik dibanding

tahun 2007 sebesar Rp.51,475 milyar. Untuk

memaksimalkan perolehan profit, Perum Perhutani tidak

hanya berusaha mengembangkan bisnis non kayu namun

juga berfokus pada program efisiensi melalui upaya

penghematan dan pengendalian biaya sesuai dengan skala

prioritas. Perhitungan kinerja dan tingkat kesehatan

perusahaan pada tahun 2008 relatif baik dengan kategori

AA (SEHAT)

(44)

commit to user

ontent&task=view&id=109&Itemid=49, diakses pada 26

Mei 2010 pukul 16:26 WIB].

3. Tinjauan tentang Kebijakan PHBM

a. Latar Belakang

Pulau Jawa memiliki luasan hanya 6% dari luas wilayah

Indonesia, tetapi 60% dari jumlah penduduk Indonesia tinggal di

Jawa. Perum Perhutani sebagai BUMN yang diberi mandat untuk

mengelola hutan negara dituntut untuk memberikan perhatian

yang besar kepada masalah sosial ekonomi masyarakat, terutama

masyarakat pedesaan yang sebagian besar tinggal di sekitar

hutan. Interaksi antara masyarakat dengan hutan tidak mungkin

dapat dipisahkan. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan

dalam pengelolaan hutan harus memperhatikan keberlanjutan

ekosistem hutan dan peduli dengan masyarakat miskin di sekitar

hutan. Pengelolaan sumberdaya hutan dengan lahirnya

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Sistem

PHBM ini dilaksanakan dengan jiwa BERSAMA, BERDAYA,

dan BERBAGI yang meliputi pemanfaatan lahan/ruang, waktu,

dan hasil dalam pengelolaan sumberdaya hutan dengan prinsip

saling menguntungkan, memperkuat dan mendukung serta

kesadaran akan tanggung jawab sosial. Sampai dengan tahun

ke-6 pelaksanaan PHBM disadari bahwa masih ditemukan berbagai

kendala dan permasalahan, maka pada tahun 2007

disempurnakan kembali dalam PHBM PLUS. Dengan PHBM

PLUS diharapkan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya hutan di

Jawa akan lebih fleksibel, akomodatif, partisipatif dan dengan

kesadaran tanggung jawab sosial yang tinggi, sehingga mampu

memberikan kontribusi peningkatan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) menuju Masyarakat Desa Hutan Mandiri dan

(45)

commit to user

[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf,

diakses pada 13 Mei 2010, pukul 13:46 WIB].

b. Pengertian PHBM

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah sistem

pengelolaan sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang

bersinergi antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan

atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai

keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang

optimal dan peningkatan IPM yang bersifat fleksibel, partisipatif

dan akomodatif

[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf

, diakses pada 13 Mei 2010, pukul 13:46 WIB].

c. Maksud dan Tujuan

PHBM dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan

sumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi

dan sosial secara proporsional dan profesional.

PHBM bertujuan untuk meningkatkan peran dan tanggung

jawab Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang

berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat

sumberdaya hutan, melalui pengelolaan sumberdaya hutan

dengan model kemitraan

[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf

, diakses pada 13 Mei 2010, pukul 13:46 WIB].

d. Ruang Lingkup PHBM

PHBM dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan hutan

dengan mempertimbangkan skala prioritas berdasarkan

perencanaan partisipatif. PHBM yang dilaksanakan di dalam

kawasan hutan tidak bertujuan untuk mengubah status kawasan

hutan, fungsi hutan dan status tanah Negara

[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf

(46)

commit to user

e. Prinsip-prinsip PHBM

PHBM dilaksanakan dengan prinsip-prinsip :

a) Perubahan pola pikir pada semua jajaran Perum Perhutani

dari birokratis, sentralistik, kaku dan ditakuti menjadi

fasilitator, fleksibel, akomodatif dan dicintai.

b) Perencanaan partisipatif dan fleksibel sesuai dengan

karakteristik wilayah.

c) Fleksibel, akomodatif, partisipatif dan kesadaran akan

tanggung jawab sosial.

d) Keterbukaan, kebersamaan, saling memahami dan

pembelajaran bersama.

e) Bersinergi dan terintegrasi dengan program-program

Pemerintah Daerah.

f) Pendekatan dan kerjasama kelembagaan dengan hak dan

kewajiban yang jelas.

g) Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa hutan.

h) Pemberdayaan masyarakat desa hutan secara

berkesinambungan.

i) Mengembangkan dan meningkatkan usaha produktif

menuju masyarakat mandiri dan hutan lestari.

j) Supervisi, monitoring, evaluasi dan pelaporan bersama para

pihak

[http://www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHB

(47)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

[image:47.595.91.516.129.659.2]

Gambar 2. Kerangka pemikiran

Upaya Yang Dilakukan Untuk

Penyelesaian Masalah Tidak Sesuai dengan

Peraturan yang Berlaku Sudah Sesuai dengan

Peraturan yang

Gambar

Gambar 1. Teknik pengumpulan data  ............................................................
gambaran dan
Gambar1. Teknik pengumpulan data
Tabel 1. Wilayah kerja Perum Perhutani
+3

Referensi

Dokumen terkait

Selain daripada cita-cita untuk mewujudkan “port” untuk kami sendiri, kami sedar pendekatan ini akan memberikan nilai tambah kepada ekonomi setempat kerana ianya berupaya untuk

Giriş bölümünde, “Tarih İçinde Yunanlılar” konusu işle­ necektir. Yunanca’nm gelişimi ve tarihi, çağdaş Yunanlılık’ın bir öğesini oluşturan Ortodoksluk ve

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain: (1) Melakukan pengumpulan informasi, yaitu dengan cara melakukan penelitian mengenai

1. Dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini mendorong upaya-upaya pembaruan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran

Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan merupakan sumber komoditas vital yang memegang peranan penting dalam penyediaan

ketersediaan sayur dan buah dalam keluarga tidak nampak perbedaan yang begitu besar, semua ibu dari informan sudah memberikan atau menyediakan sayur dan buah

Berapa banyak siswa yang tidak melompat pada gamabar di bawah ini..a. Berapakah jumlah kok pada gambar

Untuk mangatasi masalah diatas, pihak museum merasa perlu untuk membuat media baru yang dapat menyampaikan informasi tentang sejarah tanpa mengharuskan pengunjung untuk