• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Dan Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tembus Kabupaten Magetan- Kabupaten Karanganyar Di Kabupaten

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Prosedur Dan Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tembus Kabupaten Magetan- Kabupaten Karanganyar Di Kabupaten

Magetan

1. Tujuan Pengadaan Tanah

Sebagaimana telah dikekemukaan sebelumnya bahwa dalam rangka pelaksanaan proyek-proyek pembangunan, tanah merupakan salah satu sarana yang ssangat penting. Masalah pengadaan tanah untuk keperluan tersebut tidaklah mudah untuk dipecahkan. Dengan semakin meningkatnya pembangunan, kebutuhan akan tanah semakin meningkat pula, sedangkan persediaan tanah relatif tetap bahkan semakin berkurang.

Dengan adanya keterbatasan lahan dan tuntutan akan kebutuhan lahan proyek pembangunan yang harus dilaksanakan pasa lokasi yang telah dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, maka dengan terpaksa mengambil tanah milik rakyat. Pengambilan itu dilakukan dengan cara pengadaan tanah dimana bagi mereka yang tanahnya terkena proyek pembangunan diberikan sejumlah ganti kerugian baik untuk tanahnya sendiri, bangunan maupun tanaman yang ada di atasnya.

Berkaitan dengan pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar, berdasarkan penjelasan singkat rencana pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan– Kabupaten Karanganyar dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan akan kebutuhan yang meliputi :

commit to user

1) Peningkatan jaringan jalan seiring dengan meningkatnya arus lalu lintas antar kota dan propinsi.

2) Penambahan prasarana transportasi dalam rangka mewujudkan

pengembangan wilayah kota dan daerah.

3) Sebagai jalan alternatif penghubung antar propinsi jawa timur dan jawa tengah.

4) Antisipasi kemacetan akibat kepadatan lalu lintas antar propinsi. 5) Penunjang pembangunan prasarana/sarana sub sektor lainya, seperti :

1) Menujang sarana trasportasi ke objek wisata yang ada di daerah Magetan seperti: Telaga Sarangan dan sekitarnya.

2) Menujang sarana trasportasi ke objek wisata yang ada di daerah Karanganyar seperti: grojogan sewu dan sekitarnya.

2. Prosedur Permohonan Perijinan Pengadaan Tanah

Dalam memenuhi kebutuhan akan penyediaan lahan untuk pembangunan Jalan Tembus (Jalan alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar, Bupati Magetan selaku Ketua Panitia Pengadaan Tanah yang membutuhkan tanah di haruskan mengajukan permohonan pengadaan tanahnya sesuai prosedur berdasarkan peraturan yang berlaku.

Pengajuan pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan Tembus (Jalan alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar di Daerah Tingkat II Magetan adalah sebagai berikut :

a. Bupati Magetan sesuai Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum mengajukan Kepada Gubernur Jawa Timur tertanggal 12 Agustus 1994 Nomor 591/1368/580.352.2 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Magetan.

b. Gubernur Jawa Timur mengeluarkan Surat Keputusan Nomor

188/185/KPTS/013/2002 tentang Panitia Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Kabupaten Magetan untuk membentuk Panitia Pengadaan Tanah Pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan – Kiabupaten Karanganyar.

commit to user

c. Bupati Magetan selaku Ketua Panitia Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum Kabupaten Magetan mengajukan pemohonan tertanggal 25 Januari 2002 Nomor : 050/03/403.201/2002 yang ditujukan Mentri Perhutanan Republik Indonesia dan kepada Gubernur Jawa Timur dan Isi dari surat tersebut perihal permohonan izin Pembangunan Jalan Tembus Sarangan - Cemorosewu di Kabupaten Magetan.

d. Setelah Bupati Magetan Mengajukan Permohonan kepada Mentri

Perhutanan Republik Indonesia, Direktur Perum Perhutani juga mengajukan surat permohonan kepada Mentri Perhutani Republik Indonesia tertanggal 31 Maret 2002 Nomor : 98/044.3/KUM/DIR perihal permohonan izin Pembangunan Jalan Tembus Sarangan-Cemorosewu di Kabupaten Magetan.

e. Atas surat permohonan tersebut, Gubernur Jawa Timur memberikan

tangapan dengan memberikan Rekomendasi Pembangunan Jalan Tembus Magetan (Jawa Timur)-Karanganyar (Jawa Tengah) tertanggal 26 Juli 2002 Nomor: 188/6270/013/2002. Dalam surat tersebut, Gubernur memberikan persyaratan bahwa :

1) Dalam pengadaan tanah agar betul-betul dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dilakukan secara koordinir dengan instansi terkait sesuai Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembanguanan Untuk Kepentingan Umum.

2) Pengadaan tanah tersebut harus memperoleh persetujuan warga yang tanahnya terkena pengadaan tanah dan Mentri Perhutanan Republik Indonesia karena Pembangunan Jalan Tembus Kabupaten Magetan– Kabupaten Karanganyar, tanah yang digunakan meliputi tanah warga dan tanah Perhutani.

f. Sehubungan dengan surat Bupati Magetan Nomor: 050/403.201/2002

tanggal 25 Januari 2002 dan surat Direktur Utama Perhutani Nomor: 96/044.3/KUM/DIR tanggal 31 Maret 2002, perihal permohonan izin dan pembangunan jalan tembus Sarangan-Cemorosewu di Kabupaten Magetan dengan ini Mentri Kehutanan Republik Indonesia mengeluarkan Surat

commit to user

Keputusan Nomor : S. 74/Menhut-VII/2004 perihal izin pembangunan jalan tembus Sarangan-Cemorosewu Kabupaten Magetan dengan persyaratan sebagai berikut :

1) Pemerintah Kabupaten Magetan agar menyiapkan calon lahan kompensasi dengan ketentuan :

a) Memiliki status tanah yang jelas dan bertitel hak atas nama Bupati Magetan; bebas dari pembebanan hak; bebas dari sengketa;

b) Berbatasan langsung dengan kawasan hutan

c) Memenuhi syarat tehnis untuk dijadikan kawasan hutan dan,

d) Calon lahan kompensasi agar dilaporkan kepada kami selambat-lambatnya 1 (satu) tahun terhitung sejak surat ditandatangani untuk dilakukan pemerikasaan dan dinyatakan layak dan tidak untuk ditunjuk menjadi kawasan hutan.

2) Menyerahkan lahan kompensasi seluas kurang lebih 10,50 ha (ratio 1 : 1) kepada Departemen Kehutanan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak surat ini di tanda tangani;

3) Membayar ganti rugi nilai tegakan atas hutan tanaman atau membayar PSDH dan DR atas tegakan hutan alam yang di tebang;

4) Menanggung biaya pengukuran, pemetaan dan pemansangan batas kawasan hutan yang dipinjam pakai maupun terhadap lahan kompensasi; 5) Menyerahkan lahan kompensasi yang telah diperiksa oleh Tim

Departemen Kehutanan dan dinyatakan layak/memenuhi syarat untuk ditunjuk/dijadikan kawasan hutan;

6) Membuat dan menandatangani Berita Acara/Perjanjian Pinjam Pakai Kawasan Hutan dengan Kompensasi bersama kepala Badan Planologi kehutanan atas nama Mentri Kehutanan.

3. Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Daerah Tingkat II Magetan

Bagi pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan Tembus (Jalan alternatif) Kabupaten Magetan–Kabupaten Karanganyar yang harus berdasarkan peraturan yang berlaku, maka di bentuk panitia pengadaan Tanah.

commit to user

Berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor

188/185/KPTS/013/2002 pada tanggal 16 Juli 2002 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan umum Kabupaten Magetan.

Adapun susunan Panitia Pengadaan Tanah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Drs. Saleh Muljono, MM., Bupati Magetan Sebagai Ketua Merangkap Anggota;

b. R. Slamet Santoso, SH., Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Magetan Sebagai Wakil Ketua merangkap Anggota;

c. Drs. Warsito, MM., Asiaten Pemerintahan Kabupaten Magetan sebagai sebagai Sekertaris I bukan Anggota;

d. Ribut Hari Cahyono, SH., Kepala Seksi Hak Atas Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Magetan sebagai Sekrtaris II

e. Sumarno, SH., Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai

Anggota;

f. Ir. Syamsul Hadi, Kepala Dinas Pekerjaaan Umum Kabupaten Magetan sebagai Anggota;

g. Ir. Tirsam Yusup, MSI., Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Magetan sebagai Anggota;

h. Sunarti Condrowati, S Sos. MSi., Camat Plaosan sebagai Anggota; i. Yulianto, Lurah Desa Ngancar sebagai Anggota;

j. Wahyudiyono, Lurah Desa Sarangan sebagai Anggota.

Melihat susunan Panitia tersebut diatas dapat diketahui bahwa Panitia Pengadaan Tanah merupakan Panitia Tetap. Dalam kepanitiaan ini yang mungkin berganti dari keanggotaanya adalah camat dan lurah/Kepala Desa sesui dengan wilayah mana tanah tersebut berada. Jadi pembentukan panitia ini berdasarkan penunjukan karena jabatan orang lain yang bersangkutan, bukan berdasarkan suatu pembentukan yang sifatnya insidentil untuk suatu kegiatan tertentu dimana apabila kegiatan tersebut sudah selesai dilaksanakan, maka dapat dibubarkan.

commit to user

Berkaitan dengan lokasi pembangunan yang terletak di satu wilayah Kecamatan meliputi dua desa yaitu Desa Ngancar dan Desa Sarangan, Bupati langsung menunjuk Camat dan Kepala Desa yang wilayahnya terkena proyek pembangunan Jalan Tembus (Jalan alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, panitia pengadaaan tanah bertangung jawab kepada Bupati Magetan.

4. Tim Inventarisasi

Untuk mempermudah dan melengkapi tugas-tugas panitia Pengadaan Tanah, dibentuk Tim Inventarisasi tanah, bangunan dan tanaman yang terkait dalam rangka pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan Tembus (Jalan alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar Kabupaten Magetan. Tim inventarisasi ini tertdiri dari 3 (tiga) Instansi Pemerintah yang bertangung jawab di bidangnya masing-masing, yaitu :

a. Rohmani Hartanto, Kasubsi Pengukuran Pemetaan dan Konversi Kantor Pertanahan Kabupaten Magetan sebagai Ketua.

b. Ir. Suharno, Kasi Bina Progam Cabang Dinas Perhutani Kabupaten Magetan, Sebagai Sekretaris.

c. Darmanto, Staf Teknik DPU Kabupaten Magetan, sebagai Anggota.

Dari ketiga instansi pemerintah tersebut masing-masing mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Unsur dari Kantor Pertanahan untuk mengetahui luas tanah yang terkena proyek ;

b. Unsur dari dinas perhutani untuk mengetahui jumlah dan jenis tanaman yang terkena proyek ;

c. Unsur dari Dinas Pekerjaan Umum untuk mengetahui luas, jenis bangunan yang terkena proyek dan benda-benda yang ada di atasnya.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Tim Inventarisasi didampingi oleh aparat desa setempat yang mengerti dan mengetahui keadaan desa tersebut.

commit to user 5. Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Persiapan mengenai pembangunan Jalan Tembus (Jalan alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar telah diadakan beberapa kali pertemuan antara Pimpinan proyek, Bupati, Camat dan Kepala Desa yang wilayahnya terkena proyek pembangunan.

a. Dari rapat yang dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2003 di informasikan bahwa akan diadakan pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar. Pada trahap ini perencanaan pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar dalam taraf survey dan permohonan ijin lokasi pembangunan.

b. Kemudian pada tanggal 5 Juni 2003 diadakan rapat di Kantor Bappeda Kabupaten Magetan ynag isinya memberikan akan adanya proyek pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar yang merupakan proyek nasional dimana dana yang digunakan untuk pembangunan jalan tersebut berasal dari APBN dan APBD. Rencana pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar melewati 2 (dua) desa dan satu kecamatan.

c. Pada tanggal 12 September 2003 diadakan rapat pendahuluan yang dilaksanakan di Kantor Kabupaten Daerah Tingkat II Magetan yang dipimpin oleh Pembantu Gubernur Jawa Timur dan Bupati Magetan. Dalam rapat tersebut dikemukakan juga bahwa :

1) Proyek pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar segera dilaksanakan, untuk itu pada akhir tahun anggaran 2003/2004 masalah pembebasan atau pengadaan tanah untuk keperluan proyek harus selesai dilaksanakan.

2) Dana yang dipergunakan untuk pembebasan tanah diperoleh 100% dari Pemerintah daerah Tingkat II (APBD).

commit to user

d. Pada tanggal 03 Oktober 2003 diadakan rapat mengenai pelaksanaan dari hasil rapat pendahuluan yang bertempat di Kantor Bupati Magetan. Isi dari rapat tersebut tentang rencana kerja untuk pelaksanaan pembebasan tanah. Dikemukakan bahwa untuk terlaksananya pembebasan tanah tersebut harus mengadakan :

1) Penyuluhan I

Dalam penyuluhan tahap ini yang perlu dibicarakan kepada para Pemegang Hak Atas Tanah atau calon orang-orang yang tanahnya terkena pengadaan tanah adalah :

a) Memberitahu kepada masyarakat tentang kemungkinan tanahnya akan

terkena proyek pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan–Kabupaten Karanganyar. Mengigat pentingnya jalan tersebut yang akan akan menghubungkan antara dua Propinsi yaitu Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah, maka kepada pemilik tanah dimintai pengertian demi terlaksananya proyek tersebut.

b) Kepada Kepala Desa yang wilayahnya terkena proyek pembangunan, agar menghubungi para pemilik tanah.

2) Setelah dilaksanakan Penyuluhan tahap I selanjutnya melakukan pendataan dan pengukuran mengenai :

a) Luas tanah yang terkena proyek ;

b) Penggunaan tanah yang terkena proyek ; c) Jenis tanh ;

d) Kondisi tanah ;

e) Pemilikan, jenis dan benda-benda yang ada di atasnya, baik milik penduduk maupun milik instansi lain seperti Perhutani, PLN, PDAM dan sebagainya ;

f) Prasarana dan fasilitas umum yang terkena proyek ;

g) Tanah yang akan dipergunakan untuk pembanguan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar.

e. Pada tanggal 06 Oktober 2003 diadakan rapat lanjutan di Kantor Bupati Magetan yang hasilnya mengenai hal-hal yang harus ditempuh dan petunjuk

commit to user

dalam rangka persiapan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar, antara lain :

1) Pengurusan ijin lokasi yang harus segera diselesaikan

2) Untuk daerah-daerah yang bterkena proyek dilakukan pendataan tanah, bangunan dan tanaman serta benda-benda lain yang terkait dengan tanah. 3) Pendataan-pendataan tersebut akan dipergunakan sebagai bahan dalam

penyuluhan dan musyawarah penentuan ganti kerugian.

4) Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam rangka pengadaan tanah, yaitu :

a) Harga dasar tanah;

b) Kemampuan pemilik tanah; c) NJOP atau Nilai Jual Objek Pajak.

d) Tanah yang terkena, sebagian atau seluruhnya.

5) Kepada pimpinan proyek dimintakan pembagian atau pengalokasian dana secara jelas mengenai pengunaan dana dari APBN dan APBD Tingkat II. Dalam kesempatan ini pimpinan proyek menegaskan bahwa dalam pembebasan tanah untuk keperluan pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar ini didasarkan kepada Keppres Nomor 55 Tahun 1993.

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah adalah :

1. Pengurusan ijin lokasi;

2. Permohonan dari Bagian Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan;

3. Melakukan pendataan tanah, bangunan dan tanaman;

4. Menyusun daftar nama para pemilik tanah yang terkena proyek yang akan diundang dalam rapat/penyuluhan.

Langkah-langkah yang dilakukan Panitia Pengadaan Tanah, yaitu:

1) Penyuluhan I, dalam penyuluhan ini yang perlu dilakukan adalah ijin kepada Dinas Perhutani dan masyarakat untuk melakukan proyek, biaya sertifikat, PBB untuk tahun yang akan datang.

commit to user

2) Penyuluhan II, dalam penyululuhan ini membicarakan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi. Perlu dijelaskan kepada masyarakat tentang adanya perbedaan besarnya ganti rugi untuk tanah yang terkena total dan yang terkena sebagian.

f. Pada tanggal 21 Oktober 2003 diadakan rapat di Kantor Bupati Magetan. Isi pokok rapat tersebut bahwa Kepala Desa Ngancar dan Kepala Desa Sarangan supaya mencocokan rencana pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan–Kabupaten Karanganyar dengan peta desa. Dari pencocokan tersebut akhirnya diketahui orang-orang/para pemilik yang terkena pengadaan tanah yaitu :

1) Desa Ngancar sejumlah 27 orang, total luas tanah yang terkena pengadaan tanah kurang lebih 2.778 M.

2) Desa Sarangan sejumlah 59 orang, total luas tanah yang terkena pengadaan tanah kurang lebih 33.080 M .

3) Dinas Perhutani kurang lebih seluas 10.50 ha

Penyuluhan merupakan suatu upaya pendekatan pada masyarakat dan instansi pemerintah yang tanahnya terkena lokasi pembangunan. Diadakanya penyuluhan adalah suatu keharusan sebagaiman telah diatur dalam Peraturan Mentri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 1 Tahun 1994. Instansi pemerintah harus meminta ijin terlebih dahulu kepada masyarakat dan Mentri Perhutani atas pengunaan tanah mereka untuk pelaksanaan proyek pembangunan. Adanya penyuluhan mengenai rencana dan tujuan pembangunan, agar masyarakat memahami dan menerima pembangunan yang akan dilaksanakan.

g. Pada tanggal 03 November 2003, dilaksanakan penyuluhan Tahap I yang bertempat di Kelurahan Sarangan. Rapat ini dihadiri oleh para pemilik tanah atau Pemegang Hak Atas Tanah yang terkena proyek dari Desa Sarangan, Desa Ngancar dan perwakilan dari Dinas Perhutanian serta Panitia Pengadaan Tanah dan Pihak Proyek.

Penyuluhan ini berisi penjelasan kepada masyarakat dan Dinas Perhutani khususnya kepada para Pemegang Hak Atas Tanah yang terkena pengadaan

commit to user

tanah mengenai rencana dan tujuan pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar, serta dilakukan tanya jawab oleh para peserta dengan Panitia Pengadaan Tanah dan Pimpinan Proyek.

Hasil dari rapat penyuluhan tahap I ini di simpulkan, bahwa :

1) Warga masyarakat pada dasarnya tidak keberatan akan adanya proyek pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan – Kabupaten Karanganyar. Warga menyadari bahwa dengan dibangunya jalan akan memperlancar dan membantu pembangunan didaerah.

2) Pada rapat ini masalah ganti rugi belum dibicarakan.

3) Ijin kepada para pemilik tanah bahwa dalam waktu dekat akan dilakukan inventarisasi mengenai tanah, banguan dan tanaman.

Pada Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan – Kabupaten Karanganyar semua jenis kendaraan boleh masuk, maksudnya bahwa jalan yang dibangun merupakan jalan umum bukan jalan toll dimana untuk jalan toll hanya kendaraan-kendaraan tertentu yang dapat mengunakanya dan dipungut biaya. Dari sinilah kita dapat melihat bahwa pengadaan tanah bagi pembanguan untuk kepentingan umum sesuai kriteria atau macam bidang-bidang yang termasuk kepentingan umum berdasarkan Keppres No 55 Tahun 1993 Pasal 5, dimana unsur-unsur bahwa pembangunan tersebut untuk kepentingan umum seluruh lapisan masyarakat, selanjutnya dimiliki oleh pemerintah dan tidak digunakan untuk mencari keuntungan semata.

h. Setelah dilakukan penyuluhan, dilanjutkan dengan inventarisasi yang pelaksanaanya adalah sebagai berikut :

1) Pematokan tanah yang terkena proyek.

2) Pengukuran oleh Tim Inventarisasi dari kantor Pertanahan bersama perangkat desa setempat.

3) Inventarisasi mengenai bangunan dan tanaman oleh tim inventarisasi dari Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pertanian.

commit to user

Berdasarkan hasil inventarisasi oleh Tim Inventarisasi oleh Tim Inventarisasi selanjutnya diketahui :

1) Status tanah yang terkena proyek semuanya adalah tanah dengan status hak milik, yang berupa tanah persawahan milik masyarakat.

2) Serta sebagaian tanah tersebut berupa hutan lindung milik perhutani. Dari hasil Inventarisasi tanah, para pemilik tanah terbagi menjadi dua yaitu : 1) Yang terkena total, yaitu seluruh tanahnya terkena proyek pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan–Kabupaten Karanganyar, kalaupun ada sisa tanahhanya sebagian kecil sehingga tidak dapat dimanfaatkan atau tidak layak untuk dijadikan persasawahan kembali. Maka sisa tanah yang sedikit itu dianggap terkena pengadaan tanah untuk keperluan proyek tersebut.

2) Yang terkena sebagian, yaitu tanah yang sebagian kecil atau sebagian besar terkena proyek pembangunan. Namun tanah yang tersisa atau tertinggal masih memungkinkan atau layak untuk dijadikan persawahan kembali.

i. Pada tanggal 22 November 2003 diadakan penyuluhan Tahap II bertempat di Kantor Kelurahan Sarangan. Penyuluhan ini bersifat musyawarah antara Panitia Pengadaan Tanah, Bagian Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan, Pemilik tanah dari Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan dan Dukuh Cemorosewu Desa Ngancar, Perwakilan Dinas Perhutani serta perangkat desa. Kemudian di sepakati bentuk ganti rugi berupa :

1) Bagi masyarakat yang tanahnya terkena pengadaan tanah bentuk ganti ruginya berupa uang;

2) Bagi Perhutani yang tanahnya terkena pengadaan tanah bentuk ganti ruginya berupa tanah penganti.

j. Pada tanggal 2 Desember 2003 di Kantor Kelurahan Sarangan dan Desa Ngancar diadakan sosialisasi mengenai besarnya ganti rugi, masyarakat pemilik tanah di Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan menawarkan harga Rp.150.000/M2 sedangkan Tim pembebasan dari Kabupaten ditawar

commit to user

Cemorosewu Desa Ngancar menawarkan harga Rp.200.000 / M2 sedangkan sedangkan Tim pembebasan dari Kabupaten ditawar dengan harga Rp.100.000 / M2 kedua masyarakat Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan dan Dukuh Cemorosewu Desa Ngancar tidak setuju.

k. Pada tanggal 5 Desember 2003 di Kantor Kelurahan Sarangan dan Desa Ngancar diadakan sosialisasi mengenai besarnya ganti rugi yang ke dua, masyarakat pemilik tanah di Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan menawarkan harga Rp.100.000 / M2, masyarakat pemilik tanah Dukuh Cemorosewu Desa Ngancar menawarkan harga Rp.150.000 / M2 akhinya kedua masyarakat Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan dan Dukuh Cemorosewu Desa Ngancar usulanya di setujui / disepakati.

Prosedur Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Menurut Keppres Nomor 55 Tahun 1993 adalah dalam pasal 6 Keppres Nomor 55 tahun 1993 Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan dengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah yang dibentuk oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Panitia Pengadaan Tanah dibentuk disetiap Kabupaten atau Kotamadya Tingkat II. Pengadaan tanah berkenaan dengan tanah yang terletak di dua wilayah Kabupaten/Kotamadya atau lebih dilakukan dengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah Tingkat Propinsi yang diketuai atau dibentuk oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan, yang susunan keanggotaannya sejauh mungkin mewakili Instansiinstansiyang terkait di Tingkat Propinsi dan Daerah Tingkat II yang bersangkutan.

Susunan Panitia Pengadaan Tanah menurut Pasal 7 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 antara lain :

1. Bupati/Walikotamadya sebagai Ketua merangkap Anggota;

2. Kapala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya sebagai Wakil Kwtua

merangkap Anggota;

3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Anggota;

4. Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab dibidang

commit to user

5. Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab dibidang

pertanian, sebagai Anggota;

6. Camat yang wilayahnya meliputi bidang tanah dimana rencana dan

pelaksanaan pembangunan akan berlangsung sebagai Anggota;

7. Lurah/Kepala Desa yang wilayahnya meliputi bidang tanah dimana rencana dan pelaksanaan pembangunan akan berlangsung, sebagai Anggota;

8. Asisten Sekretaris Wilayah Desa Bidang Pemerintahan atau Kepala Bagian Pemerintahan pada Kantor Bupati/Walikotamadya sebagai SekretarisI bukan Anggota;

9. Kepala Seksi pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya sebagai

Sekretaris II bukan Anggota.

Dalam keppres Nomor 55 Tahun 1993 tidak ada ketentuan mengenai tata cara pengadaan tanah. Untuk itu berdasarkan pada ketentuan Pasal 25 Keppres ini, maka di tetapkanlah Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994 sebagai peraturan pelaksanaan Keppres Nomor 55 Tahun 1993.

Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994, langkah yang harus ditempuh oleh Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah adalah:

1. Instansi pemerintah yang memerlukan tanah mengajukan permohonan

penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum kepada

Bupati/Walikotamadya melalui kepala kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya Setempat.

2. Apabila tanah yang diperlukan terletak di 2 (dua) wilayah

Kabupaten/Kotamadya atau di Wilayah DKI Jakarta, maka permohonan penetapan lokasi diajukan kepada Gubernur melalui Kepala kantor Wilayah Badan Pertanahan Propinsi.

3. Permohonan penetapan lokasi tersebut dilengkapi dengan keterangan

mengenai:

a. Lokasi tanah yang diperlukan;

commit to user c. Pengunaan tanah pada saat permohonan diajukan;

d. Uraian rencana proyek yang akan dibangun, disertai keterangan mengenai aspek pembiayaan, lamanya pelaksanaan pembangunan.

Setelah penetapan lokasi sudah mendapat persetujuan selanjutnya dalam Pasal 8 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 menjelaskan tentang tugas panitia pengadaan tanah, tugas Panitia Pengadaan Tanah antara lain :

1. Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman, dan