• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Kerangka Pikir

Kinerja Reksa Dana merupakan kemampuan sebuah Reksa Dana dalam

menghasilkan keuntungan dan mengelola risiko investasi. Sangat penting bagi

investor dan calon investor mengetahui kinerja sebuah Reksa Dana sebelum

melakukan investasi. Penelitian ini berusaha untuk menganalisis kinerja Reksa

Dana saham guna membantu para investor dan calon investor dalam memilih

Reksa Dana saham dengan kinerja terbaik. Ada beberapa tahapan dalam

melakukan analisis kinerja Reksa Dana saham sebelum diperoleh hasil akhir

yang dapat digunakan bagi investor dan calon investor sebagai referensi dalam

pengambilan keputusan berinvestasi.

Pengumpulan data merupakan langkah pertama yang harus dilakukan

dalam menganalisis kinerja Reksa Dana. Data yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain data NAB harian untuk mengukur return Reksa

Dana, data IHSG dan LQ45 harian untuk mengukur return benchmark, dan

data BI rate guna mengukur rata-rata investasi bebas risiko. Data

dikelompokkan pada dua kondisi pasar yang berbeda, yaitu saat kondisi pasar

mengalami bullish (21 November 2012 sampai 21 Mei 2013) dan ketika

kondisi pasar mengalami bearish (22 Mei 2013 sampai 22 November 2013).

Langkah selanjutnya yaitu menghitung kinerja Reksa Dana menggunakan

metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Ketiga metode tersebut digunakan untuk

menganalisis kinerja Reksa Dana saham pada dua kondisi pasar yang berbeda,

yaitu ketika kondisi pasar mengalami bullish dan bearish. Adapun

langkah-langkah menghitung kinerja Reksa Dana saham adalah sebagai berikut:

1. Metode Sharpe

Metode Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar

modal (capital market line) sebagai patok duga. Secara garis besar ada dua

data yang digunakan untuk menganalisis kinerja Reksa Dana saham dalam

metode ini, yaitu premi Reksa Dana saham dan standar deviasi. Premi

Reksa Dana saham merupakan selisih antara return yang dihasilkan Reksa

Dana dengan rata-rata kinerja investasi bebas risiko. Return Reksa Dana

saham dapat diperoleh dari selisih NAB pada periode pengamatan dan

NAB pada periode sebelum pengamatan dibagi dengan NAB pada periode

sebelum pengamatan. Sedangkan rata-rata kinerja investasi bebas risiko

diperoleh dari rata-rata BI rate dalam periode penelitian, yaitu dengan

membagi jumlah BI rate pada periode tertentu dengan jumlah periode

perhitungan. Setelah premi Reksa Dana saham diperoleh, selanjutnya

adalah menghitung risiko individu Reksa Dana saham yang tercermin

dalam standar deviasi. Standar deviasi merupakan cerminan dari risiko

individu yang dihasilkan oleh kinerja Reksa Dana. Standar deviasi

menunjukkan penyimpangan yang terjadi dari rata-rata kinerja Reksa

Dana. Langkah terakhir yaitu membagi premi Reksa Dana saham dengan

standar deviasi. Setelah itu metode Sharpe akan dapat dipakai untuk

mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada Reksa Dana saham

tersebut.

2. Metode Treynor

Sama halnya seperti metode Sharpe, pada metode Treynor kinerja

Reksa Dana saham dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return

portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaannya

adalah metode Treynor menggunakan garis pasar sekuritas (security

market line) sebagai patok duga, dan bukan garis pasar modal seperti

metode Sharpe. Asumsi yang digunakan pada metode Treynor adalah

portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang

dianggap relevan adalah risiko sistematis (diukur dengan beta). Cara

mengukur metode Treynor pada dasarnya sama dengan cara menghitung

metode Sharpe, hanya saja risiko yang diukur dengan standar deviasi pada

metode Sharpe diganti dengan beta Reksa Dana saham. Langkah pertama

yaitu menentukan premi Reksa Dana saham terlebih dahulu. Langkah

kedua yaitu mencari beta Reksa Dana saham. Beta merupakan cerminan

dari risiko pasar. Beta diukur dengan regresi premi return Reksa Dana

saham sebagai variabel dependen dan premi return pasar sebagai variabel

independen. Premi return Reksa Dana saham diperoleh dari selisih antara

return Reksa Dana dan rata-rata investasi bebas risiko. Sedangkan premi

return pasar diperoleh dari selisih antara return pasar dan rata-rata

investasi bebas risiko. Langkah terakhir yaitu membagi premi Reksa Dana

saham dengan beta Reksa Dana saham.

3. Metode Jensen

Metode Jensen menggunakan faktor beta dalam mengukur kinerja

investasi suatu Reksa Dana saham yang didasarkan atas pengembangan

Capital Asset Pricing Model (CAPM). Langkah pertama dalam teori ini

adalah menentukan tingkat pengembalian yang dihasilkan Reksa Dana.

Tingkat pengembalian Reksa Dana dapat diperoleh dari Nilai Aktiva

Bersih (NAB) per unit. Langkah kedua adalah menentukan beta Reksa

Dana saham yang merupakan risiko sistematik Reksa Dana saham.

Langkah ketiga yaitu menentukan rata-rata tingkat pengembalian pasar

(IHSG dan LQ45). Return IHSG dan LQ45 diperoleh dari selisih

IHSG/LQ45 pada periode pengamatan dan IHSG/LQ45 pada periode

sebelum pengamatan dibagi dengan IHSG/LQ45 pada periode sebelum

pengamatan. Langkah selanjutnya yaitu mengurangi rata-rata tingkat

return pasar (IHSG dan LQ45) dengan rata-rata tingkat return bebas risiko

dan selanjutnya mengalikan hasil pengurangan tersebut dengan beta Reksa

Dana saham. Hasil perkalian tersebut dijumlah dengan rata-rata return

bebas risiko. Selanjutnya rata-rata return Reksa Dana dikurangkan dengan

hasil penjumlahan di atas.

Setelah diperoleh hasil kinerja Reksa Dana saham menggunakan metode

Sharpe, Treynor dan Jensen pada kondisi pasar bullish dan bearish,

selanjutnya yaitu membandingkan kinerja Reksa Dana dengan kinerja

benchmark. Data yang digunakan yaitu NAB per unit penyertaan, IHSG dan

LQ45. Langkah pertama yaitu mencari kinerja Reksa Dana saham dan kinerja

benchmark (IHSG dan LQ45) yang dapat dilihat dari return Reksa Dana

saham dan return benchmark (IHSG dan LQ45) selama periode bullish dan

bearish. Langkah selanjutnya yaitu membandingkan kinerja Reksa Dana

saham dan kinerja benchmark, apabila kinerja Reksa Dana melebihi kinerja

benchmark maka dinyatakan sebagai Reksa Dana outperform, namun jika di

bawah kinerja benchmark akan dinyatakan sebagai Reksa Dana underperform.

Dokumen terkait