• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Chen dan Hammes (2003) bahwa perusahaan besar mempunyai akses yang lebih baik ke capital market dibandingkan perusahaan kecil, demikian pula perusahaan besar akan mempunyai Lower

Cost of Borrowing dibandingkan dengan perusahaan kecil. Pada umumnya besar kecilnya suatu perusahaan atau Firm Size sangat berpengaruh terhadap perkembangan modal dan utang.

Weston dan Brigham (1986:475) menyatakan pendapatnya bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi, umumnya menggunakan hutang dalam jumlah relatif sedikit. Hal ini disebabkan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk melakukan permodalan dengan sisa laba ditahan saja.

Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Dalam Penelitian Brailsford, Oliver dan Pua (1999) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006) mendapatkan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal.

Berdasarkan pemaparan di atas maka terdapat kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.1. Diagr am Ker angka Pemikir an Teor itis

UKURAN PERUSAHAAN ( X1 )

Uji Statistik Regresi Linear Berganda

Sumber : Agung Samsono (2004), Fans Muhammad (2007) diolah

2.4. HIPOTESIS

Berdasarkan latar belakang , perumusan masalah , tujuan penelitian landasan teori serta kerangka pikir diatas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut :

” Bahwa variabel ukuran perusahaan , profitabilitas , dan struktur kepemilikan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan food and beverages yang go publik di Bursa Efek Indonesia ”.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel PROFITABILITAS ( X2 ) STRUKTUR KEPEMILIKAN ( X3) STRUKTUR MODAL ( Y )

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti-arti dalam menspesifikasi kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk engukur konstrak atau variabel tersebut. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1.1. Var iabel Ter ikat (dependen var iabel)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah struktur modal. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.Variabel ini dapat dihitung dengan rumus menurut Riyanto ( 1995 : 282 ) adalah sebagai berikut :

3.1.2. Var iabel Bebas (independen var iabel)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah :

a. Ukuran Per usahaan

Ukuran perusahaan adalah besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan di proxy dengan nilai logaritma dari total asset perusahaan, Adapun rumus menurut (Saidi : 2004)

Struktur Modal = total hutang jangka panjang x 100% total modal

Firm Size = { log ( Total Aktiva) }

b. Pr ofitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.profitabilitas dinyatakan dalam prosentase dengan menggunakan skala rasio. Adapun rumus profitabilitas menurut Riyanto (1995 : 37) yang di proxy dengan net profit margin adalah sebagai berikut :

c. Str uktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor.

Adapun rumus struktur kepemilikan menurut Mozes (2009: 06) sebagai berikut :

Profitabilitas = laba bersih setelah pajak x 100% penjualan

Struktur Kepemilikan = Persentase saham milik manajemen Persentase saham milik investor

3.2. Tehnik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi disini adalah keseluruhan perusahaan yang menjadi obyek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.

Dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Food and Beverages yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah 30 perusahaan mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 dan telah menerbitkan laporan keuangan yang meliputi Neraca dan laporan Laba Rugi secara terus-menerus.

3.2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi, penelitian ini dalam menentukan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu mengambil secara tidak acak dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria pemilihan sampel perusahaan yang dipakai adalah :

1. Perusahaan food and beverages yang go public dan masih terdaftar di BEI dari tahun 2007 sampai tahun 2010.

2. Yang telah menerbitkan ringkasan laporan keuangan dari tahun 2007 sampai tahun 2010.

Dari sejumlah populasi perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 30, Maka berdasarkan kriteria tersebut diatas diperoleh sebanyak 10 sampel perusahaan yaitu antara lain :

1. Ades Alfindo Putrasetia Tbk.

2. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

3. Mayora Indah Tbk.

4. Siantar Top Tbk.

5. Indofood Sukses Makmur Tbk.

6. Davomas Abadi Tbk.

7. Multi Bintang Indonesia Tbk.

8. Fast Food Indonesia Tbk.

9. Sekar Laut Tbk.

10.Ultra Jaya Tbk.

3.3. Tehnik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

Data merupakan faktor yang penting dalam penyusunan penelitian ini. Adapun data yang akan digunakan adalah data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.

Laporan keuangan yang digunakan terdiri dari laporan neraca konsolidasi serta laporan laba rugi masing-masing perusahaan Food and Beverages.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.

3.3.3. Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang berkaitan dengan obyek penelitian.

3.4. Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Tek nik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam mencari pemecahan atas permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah melakukan analisis regresi linier berganda.

Teknik analisis ini digunakan untuk mencari pemecahan masalah penelitian secara individu atau parsial dan secara bersama-sama atau simultan.

Penggunaan teknik analisis ini dilakukan dengan alasan karena penelitian ini berusaha untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara beberapa variabel bebas dengan variabel terikatnya, karena secara teoritis keduanya mempunyai hubungan fungsional atau memiliki pengaruh.

Model hubungan yang diduga atau diperkirakan akan terbentuk pada penelitian ini adalah sebagai berikut ( Gujarati , 1995 : 49 )

Y = α + B1X1 + B2X2 + B3X3 +∈i Dimana : Y : Struktur Modal α : Konstanta B13 : Koefisien Regresi X1 : Ukuran Perusahaan X2 : Profitabilitas X3 : Struktur Kepemilikan ∈i : Variabel Pengganggu

Berdasarkan model yang terbentuk akan dapat diketahui apakah semua variabel bebas secara individu dan bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap struktur modal, sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.

3.4.2. Uji Hipotesis

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah dan

menganalisis data dengan teknik analisis regresi linier berganda ini adalah sebagai berikut :

1. Uji F

Uji F-hitung disebut juga uji kecocokan. Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap semua variabel bebas yang meliputi ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan profitabilitas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap struktur modal.

Dengan demikian akan dapat diketahui model hubungan fungsional antara variabel terikat (dependent variabel) dengan variabel bebas (independent variabel) yang terbentuk pada penelitian ini.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji F-hitung adalah :

a. Memformulasikan hipotesis

Ho : bi = 0 (i = 1, 2, 3) artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata (signifikan) secara simultan dari variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y.

Hi : bi ≠ 0 (i = 1, 2, 3) artinya bahwa terdapat pengaruh yang nyata (signifikan) secara simultan dari variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y.

b. Menentukan level of significant atau tingkat kepercayaan (α) sebesar 5%

c. Menentukan rumus distribusi F-hitung (Gujarati, 1995 : 120).

Fhit = R2/(k-1) (1-R2)/(n-k)

R2 = koefisien determinasi

n = jumlah observasi

k = jumlah variabel bebas

d. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho dalam bentuk grafik.

1. Jika F-hitung ˃ F tabel maka Ho ditolak, artinya diduga variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap varibael terikat.

2. Jika F-hitung ≤ F tabel maka Ho diterima, artinya diduga variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel terikat.

e. Mengambil kesimpulan berdasarkan kriteia pengujian diatas.

2. Uji t

Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap pengaruh masing-masing variabel bebas yang terdapat dalam model mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang kedua dapat diterima atau ditolak.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji t-hitung adalah :

a. Memformulasikan hipotesis

Formulasi hipotesis yang akan dibuktikan adalah :

Ho : bi = 0 (i = 1,2,3), artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y

Ho : bi ≠ 0 (i = 1,2,3), artinya terdapat pengaruh yang nyata dari variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y

b. Menetapkan tingkat signifikansi atau tingkat kepercayaan (α) yaitu sebesar 5%. Menentukan rumus distribusi t-hitung (Gujarati, 1995 : 78).

c. Ketentuan Pengujian

• Jika nilai probabilitas ( P value ) / signifikan > 0,05 , maka H0 dterima an H1 ditolak.

• Jika nilai probailitas ( P value ) / signifikan < 0,05 , maka H0 diterima dan H1 ditolak.

3.4.3. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji t dan uji F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar dalam regresi linier berganda yaitu : tidak terjadi

autokorelasi, tidak terjadi multikolinieritas, tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Dapat didefinisikan sebagai korelasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau antara space untuk data cross section.

Keberadaan autokorelasi dapat di tes dengan menghitung nilai Durbin Watson (d tes) dengan rumus berikut (Gujarati, 1995 : 215 ) :

d =

keterangan :

d = nilai Durbin Watson

el = residual pada waktu ke t-1 (satu periode sebelumnya)

N = banyaknya data

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva dibawah ini

Gambar 3.1. : Statistic d Dur bin Watson

Bukti Daerah Daerah Bukti Autokorelasi Keraguan Keraguan Autokorelasi

positif Tidak ada negatif

autokorelasi positif

0 d1 du 4-du 4-d1 4

Sumber : Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sumarno Zain, penerbit Erlangga, Jakarta hal 216.

b. Multikolinieritas

Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas.

Apabila ternyata ada pengaruh linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebt tidak berlaku lagi (terjadi bias).

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat diartikan dengan menghitung VIF (Varience Inflation Factor) dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gujarati, 1995 : 171) :

VIF = var (β) (∑x)/σ2

VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih

besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinieritas pada persamaan regresi linier.

c. Heteroskedastisitas

Homoskedastisitas (varian sama) merupakan fenomena dimana pada nilai variabel independen tertentu masing-masing kesalahan (ei) mempunyai nilai varian yang sama besar sebesar σ².

Jika model yang diperoleh ternyata tidak memenuhi asumsi atau fenomena tersebut maka dalam model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas ini mengakibatkan nilai-nilai estimator (koefisien regresi) dari model tersebut tidak efisien meskipun estimator tersebut tidak bias dan konsisten.

Pengujian terhadap adanya fenomena heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan spearman’s Rank Corelation test. Pengujian adanya fenomena heteroskedastisitas ini akan didasarkan pada hipotesis berikut ini (Gujarati, 1995 : 188) : rs = 1-6 ) 1 ( 2 2

N N di keterangan :

di = perbedaaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke i

rs = koefisien korelasi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.1. Sejar ah Singkat PT. Bur sa Efek Indonesia (BEI)

Tanggal 9 Mei 2006, ketua BAPEPAM, Fuad Rahmani

menyampaikan pandangannya bahwa proses merger BES-BEJ

sebagaimana telah dicanangkan sebelumnya tetap berlangsung. Pada kesempatan rapat-rapat di BAPEPAM dan LK pada tanggal 1 Juni 2006, 2 Juni 2006, 21 September 2006 dan 24 November 2006 telah dibahas berbagai isu penting mengenai persiapan penggabungan BES-BEJ. Pada akhir November 2006 kajian merger BES baru selesai dan akhirnya diterima direksi BES.

Tanggal 6 Desember 2006, BES menyelenggarakan RUPSLB dengan agenda rapat meminta persetujuan atas Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) dan persetujuan prinsip merger BES-BEJ. Dalam putusan pemberian persetujuan prinsip kepada direksi diminta agar penggabungan memperhatikan 3 hal yakni bahwa kepentingan karyawan tidak boleh dirugikan, penyelesaian UBH dan kepentingan pemegang saham harus optimal.

Proses merger dilakukan lebih intens dengan diadakannya pertemuan regular di BAPEPAM dan LK yang dimulai pada tanggal 14 Desember 2006 untuk membahas persetujuan prinsip penggabungan BES-BEJ. Dalam pertemuan yang diadakan pada tanggal 20 Desember 2006 dihadiri direksi BES-BEJ telah dibahas beberapa isu penting terkait dengan rencana merger serta pembentukan tim kecil dan disepakati masing-masing bursa akan menunjuk 2 orang anggota direksi.

Setelah melalui beberapa kali pertemuan, pada awal bulan Juni 2007, tim merger BES mulai menyusun paper yang diawali dengan sebuah paper yang berjudul Pokok-Pokok Pikiran Penggabungan BES-BEJ. Paper pertama ini berisi tentang pemikiran dan pandangan tim merger BES, antara lain: visi dan misi bursa hasil penggabungan, manfaat dan tujuan penggabungan BES-BEJ, pengembangan bursa hasil penggabungan, resiko penggabungan dan sinergi yang akan dihasilkan dari penggabungan BES-BEJ serta organisasi bursa hasil penggabungan di masa datang.

Selanjutnya, Tim Merger BES menyelesaikan ke-6 paper lainnya, yang meliputi Paper kedua tentang perdagangan, Paper ketiga tentang Emiten tercatat di BES, Paper keempat tentang Pemegang Saham dan Anggota Bursa, Paper kelima tentang Teknologi Informasi, Paper keenam tentang Sumber Daya Manusia BES dan Paper ketujuh tentang Usulan Kerangka Merger. Setelah penyusunan masing-masing paper selesai, Tim menyampaikan paper tersebut kepada Konsultan Hukum Hadinoto Putranto dan rekan, Konsultan Keuangan Ernst dan Young serta Konsultan Sumber Daya Manusia Daya Dimensi Indonesia untuk dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penyusunan rancangan penggabungan BES-BEJ.

Tanggal 30 Agustus 2007 diselenggarakan pertemuan koordinasi antara BES-BEJ dengan ketiga konsultan (HHP, E dan Y, DDI). Pertemuan ini merupakan pertemuan penentu untuk memastikan kesiapan seluruh materi Rancangan Penggabungan. Pada kesempatan tersebut, BES

kembali menyampaikan usulan mengenai nama bursa hasil penggabungan dengan nama Bursa Indonesia atau Indonesian Exchange dan memutuskan untuk tidak membuat logo dalam bentuk gambar akan tetapi membuat logo dalam bentuk tulisan Indonex. Pada tanggal 1 November 2007, BES dan BEJ resmi bergabung.

4.1.2. Visi dan Misi PT. Bur sa Efek Indonesia

Visi bursa hasil penggabungan tidak terlepas dari latar belakang dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu bursa yang kuat, bernilai, kredibel, kompetitif dan berdaya saing global. Visi dan misi bursa hasil penggabungan tersebut antara lain: a. Mampu menghasilkan produk-produk pasar modal yang bernilai jual

tinggi.

b. Mampu menyediakan infrastruktur teknologi yang berkualitas.

c. Mampu memberikan kepuasan kepada konsumen.

d. Mampu memperkuat keamanan para investor.

e. Mampu menciptakan integritas dan transparansi pada pasar modal. f. Mampu menciptakan karyawan yang berkompetensi tinggi.

4.1.3. Tujuan Penggabungan

Penggabungan BES dan BEJ, ditujukan untuk terciptanya efisiensi pasar modal Indonesia. Dengan tersedianya berbagai instrumen pasar modal yang dapat diperdagangkan melalui bursa, maka efisiensi pasar

modal dapat tercapai. Investor memiliki kesempatan yang luas untuk memilih instrumen yang tepat sesuai dengan tujuan penggunaan dana yang dimiliki investor. Investor tidak perlu harus investasi pada instrumen luar negeri baik yang didagangkan di dalam negeri maupun di luar negeri.

4.1.4. Manfaat Penggabungan

Manfaat penggabungan BES dan BEJ dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain:

1. Aspek Bisnis

Dengan adanya penggabungan BES dan BEJ dapat meningkatkan jumlah emiten yang tercatat, meningkatkan perkembangan instrumen yang sudah dimulai diperdagangkan dan dapat menumbuhkan instrumen-instrumen baru yang dapat diperdagangkan di Bursa.

2. Aspek Operasional

Penghematan biaya operasional yang timbul akibat adanya penggabungan BES dan BEJ, antara lain: biaya penyediaan sistem dan sarana perdagangan, biaya penyediaan web site, biaya penyediaan jaringan, biaya penyediaan band width.

3. Aspek pelaku

Penggabungan BES dan BEJ bermanfaat bagi para pelaku di pasar modal, antara lain: bagi emiten, bagi anggota bursa dan partisipan, bagi investor serta bagi pemegang saham.

4.1.5. Gambar an Umum Per usahaan Sampel

a) PT. Ades Water s Indonesia, Tbk

PT. Ades Waters Indonesia, Tbk didirikan dengan nama PT. Alfindo Putrasetia pada tahun 1985. Nama perusahaan telah diubah beberapa kali, terakhir pada tahun 2004, ketika nama Perseroan diubah menjadi PT. Ades Waters Indonesia, Tbk.

Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Sutjipto, S.H. MKn tanggal 18 Juli 2008 untuk memenuhi Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40/2007. Perubahan Anggaran Dasar ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU 61646.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 12 September 2008.

Sesuai pasal 2 Anggaran Dasarnya, Perseroan dapat bergerak di beberapa bidang usaha. Selama tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2007, Perseroan bergerak di bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan. Produksi secara komersial dimulai pada tahun 1986.

Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia dengan kantor pusat di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. TB. Simatupang Kav. 88. Jakarta. Pabrik berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Sampai dengan bulan Mei 2008, Water Partners Bottling S.A., pemegang saham Perseoran, merupakan perusahaan joint venture antara The Coca Cola Company dan Nestle S.A. Perseroan dalam bisnis normal melakukan transaksi-transaksi dengan afiliasi dari The Coca Cola Company dan anak perusahaan/afiliasi dari Nestle S.A. Baik The Coca Cola Company maupun Nestle S.A memiliki anak perusahaan dan afiliasi di seluruh dunia. Pada tanggal 3 Juni 208, Sofos Pte, Ltd, perusahaan berbadan hukum Singapura, telah mengakuisisi Water Partners Bottling S.A., perusahaan joint venture antara The Coca Cola Company dan Nestle S.A. dan pemegang hak pengendalian atas Perseroan.

b) PT. Da vomas Abadi, Tbk

Davomas atau Perusahaan didirikan dalam rangka Undang Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 Juncto Undang – Undang No. 12 tahun 1970, berdasarkan akta notaris Soetomo Ramelan, S.H, No. 25 tanggal 14 Maret 1990.

Sesuai dengan pasal 3, angaran dasar perusahaan bergerak dalam bidang industri pengolahan biji coklat menjadi kakao lemak dan kakao bubuk, industri pengolahan coklat dan produk - produk makanan dan minuman yang berhubungan dengan coklat. Cocoa butter adalah bahan utama dalam coklat dan juga digunakan dalam produk farmasi dan kosmetik. Coklat bubuk digunakan untuk menyediakan rasa coklat dan

pewarna untuk coklat-produk terkait makanan.

Perseroan didirikan pada tahun 1990. Fasilitas produksi Perusahaan terletak di Tangerang, Jawa Barat. Perseroan saat ini memiliki kapasitas produksi sebesar 100.800 metrik ton per tahun (tpa), sebuah tpa 40.320 lebih lanjut dari kapasitas akan datang on-stream sebelum pertengahan tahun 2007. Davomas terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1994. Pada tahun 2006, Perusahaan memiliki penjualan bersih sebesar Rp 1,656.6 miliar (USD 183.700.000), dibandingkan dengan Rp 1.120.9 miliar (USD 114,0 juta) pada tahun 2005, meningkat 47,8%. Pada tahun 2006, EBITDA Perseroan sebesar Rp 447.600.000.000 (USD 49,6 juta), dibandingkan dengan Rp 319.300.000.000 (USD 32,5 juta) pada tahun 2005, meningkat 40,2%.

c) PT. Fast Food Indonesia, Tbk

PT . Fast Food Indonesia (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta notaries No. 20 tanggal 19 Juni 1978 yang dibuat dihadapan Sri Rahayu, SH, Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman melalui surat keputusan No. Y. A 5/245/12 tanggal 22 Mei 1979 dan telah didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta No.682 serta diumumkan dalam berita Negara Reepublik Indonesia No. 90 tanggal 9 November 1979. Anggaran perusahan telah mengalami beberapa kali perubahan terakhir dengan akta no 17 tanggal 12 juni 2000,dari notaries poerbaningsih,adi

warsito S.H mengenai perubahan nilai nominal per saham perusahaan dari Rp1000 persaham menjadi Rp 100 per saham sehingga modal saham perusahan menjadi Rp 60.000.000 terbagi menjadi 600.000.000 saham dan modal saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh menjadi 446.250.000 saham.

d) PT. Indofood Sukses Makmur , Tbk

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama

PT. Panganjaya Intikusuma, berdasarkan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 228. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-2915.HT.01. 01.Th’91 tanggal 12 Juli 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tambahan No. 611 tanggal 11 Februari 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan berdasarkan Akta Notaris Benny Kristianto, SH. No. 28 tanggal 22 Februari 2008 mengenai perubahan anggaran dasar untuk disesuaikan dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah diterima dan disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (sebelumnya Menteri Kehakiman) dalam Surat Keputusan No. AHU-16532.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 3 April 2008. Perubahan terakhir dalam Akta Notaris No. 2 dari notaris yang sama pada tanggal 1 Juli 2008 mengenai perubahan Direksi dan Dewan Komisaris dan untuk memenuhi ketentuan dalam

Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-179/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008 mengenai Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik, telah diterima dan disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan N. AHU-66708.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 22 September 2008.

Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri dari, antara lain, produksi mie, penggilingan gandum, kemasan, jasa manajemen, serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, perusahaan terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan gandum menjadi tepung terigu. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jendral Sudirman, Kav. 76-78, Jakarta, Indonesia, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.

e) PT. Mayor a Indah, Tbk

PT. Mayora Indah, Tbk (Perusahaan) didirikan dengan Akta No. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, S.H,. pengganti dari Ridwan Suselo, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan no. Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 serta diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia No. 39 tanggal 15 Mei 1990, Tambahan No. 1716. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan akta No. 25 tanggal 30

Dokumen terkait