• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Statistik Regresi Linear Berganda UKURAN PERUSAHAAN (X1) PROFITABILITAS (X2) PERTUMBUHAN PENJUALAN (X3) STRUKTUR MODAL (Y)

31

2.4. HIPOTESIS

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian landasan teori serta kerangka pikir diatas, maka dapat diduga bahwa hipotesis sebagai berikut:

H1 : Bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif dan komponennya yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif dan komponennya yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

H3 : Bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif dan komponennya yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

32 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti-arti menspesifikasi kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur Modal sebagai variabel terikat (Y), sedangkan Ukuran Perusahaan (X1), Profitability (X2), Pertumbuhan Penjualan (X3), sebagai variabel bebas.

Definisi operasional masing-masing variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X) a. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar total aset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan nilai logaritma dari total aset. Ukuran Perusahaan = Log Total Aset (Kartika, 2009)

b. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.

Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio Return On

Invesment. Return On Investment (ROI) merupakan rasio laba rugi

setelah pajak terhadap total aktiva. Skala pengukurannya adalah skala rasio dan dinyatakan dalam presentase.

Laba bersih sesudah pajak

Proftabilitas = x 100% Total Aktiva

c. Pertumbuhan Penjualan

Yaitu tingkat perubahan penjualan dari tahun ke tahun. Semakin tinggi tingkat pertumbuhannya suatu perusahaan akan lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung akan lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang lambat. Besarnya presentase tingkat pertumbuhan dapat diformulasikan sebagai berikut menurut (Sartono, 2001:248) dan cara pengukurannya adalah dengan membandingkan penjualan pada tahun ke t setelah dikurangi penjualan pada periode sebelumnya terhadap penjualan pada periode sebelumnya.

Sales t Sales t-1

Growth of Sales = x 100% Sales t-1

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah struktur modal. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

Struktur modal diukur dengan menggunakan Long Term Debt to

Equity Ratio yang merupakan rasio total hutang jangka panjang terhadap

total modal sendiri. Skala pengukurannya adalah skala rasio dan dinyatakan dinyatakan dalam presentase. Long Term Debt to Equity

Ratio menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang

dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang jangka panjang Sawir (2005:13).

Struktur Modal = Total Hutang Jangka Panjang x 100% Total Equitas

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi menurut Sumarsono (2004:45) disini adalah keseluruhan perusahaan yang menjadi obyek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Otomotif dan Komponennya yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah 19 perusahaan mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 dan telah menerbitkan laporan keuangan yang meliputi Neraca dan laporan Laba Rugi secara terus menerus.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi. Sedangkan teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive Sampling. Purpose Sampling adalah teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sumarsono, 2004:45).

Adapun kriteria pemilihan sampel perusahaan yang dipakai adalah : 1. Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Go publik dan masih

terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2011.

2. Yang telah menerbitkan Ringkasan Laporan Keuangan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.

3. Laporan Keuangannya tidak menggunakan mata uang dollar dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.

4. Tidak mengalami kerugian yang signifikan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.

Dari sejumlah populasi perusahaan Otomotif dan Komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 19 perusahaan maka berdasarkan kriteria diperoleh sebanyak 12 perusahaan yaitu antara lain:

1. PT. Astra Internasional 2. PT. Astra Otoparts 3. PT. Indo Kordsa 4. PT. Indomobil Sukses

5. PT. Indospring 6. PT. Intraco Penta 7. PT. Multiprima Sejahtera 8. PT. Nipress 9. PT. Multistrada 10.PT. Selamat Sempurna 11.PT. Tunas Ridean 12.PT. United Tractor

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. J enis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dan dikelola sedemikian rupa untuk keperluan penelitian. Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara langsung dari objek penelitian tetapi dari pihak lain. Data sekunder yang digunakan meliputi laporan keuangan (neraca dan laba rugi) periode tahun kini dengan laporan tahun yang akan datang pada Perusahaan Otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2011,

karena di Bursa Efek Indonesia terdapat data-data mengenai laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang telah go publik.

3.3.3. Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang berkaitan dengan obyek penelitian.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Outlier

Data outlier adalah data yang secara nyata berbeda dengan data-data yang lain. Data outlier bisa terjadi karena beberapa sebab, yaitu :

1. Kesalahan dalam pemasukan data 2. Kesalahan dalam pengambilan sampel

3. Memang ada data-data ekstrim yang tidak bisa dihindarkan keberadaannya.

Deteksi adanya outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang dikategorikan sebagai outlier dengan cara mengkonversikan nilai data penelitian kedalam standart score atau disebut juga dengan Z-score yang mempunyai nilai rata-rata nol dan standart deviasi satu. Rumus z-score :

σ

X x

dimana : x = Nilai data

X = Nilai rata-rata σ = Standar deviasi

Sebuah data dikategorikan sebagai data outlier, jika nilai Z yang didapat lebih besar dari angka +2,50 atau lebih kecil dari angka -2,5. Jika dilihat pada tabel z, nilai z = 2,5 sama dengan luas daerah di bawah kurva normal sebesar 99,38%. Hal ini berarti 99,38% dari seluruh nilai data adalah data yang normal atau jika data tersebut bervariasi dari rata-ratanya, variasi tersebut masih dalam batas normal. (Santoso, 2002 : 26).

3.4.2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2009). Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya Kolmogorov Smirnov test (Sumarsono, 2004:40).

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka

distribusi adalah tidak normal.

2. Jika nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.

Regresi linier berganda tetap dilanjutkan, walaupun variabel penelitian tidak berdistribusi normal, karena menurut Gujarati (1995 : 70) bahwa dalam regresi OLS (Ordinary Least Square) asumsi normalitas diberlakukan pada ui (residual). Dalam regresi OLS (Ordinary Least

Square) b0, b1 dan b2 adalah fungsi linier dari Y dan Y adalah fungsi linier

dari ui (residual). Distribusi sampling dari regresi OLS (Ordinary Least

Square) tergantung pada distribusi residual (ui), apabila residual (ui)

berdistribusi normal dengan sendirinya b0, b1 dan b2 juga berdistribusi normal (Gujarati, 1995 : 66-67).

3.4.3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam mencari pemecahan atas permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah melakukan analisis

regresi linier berganda.

Teknik analisis ini digunakan untuk mencari pemecahan masalah penelitian secara individu atau parsial dan secara bersama-sama atau simultan. Penggunaan teknik analisis ini dilakukan dengan alasan karena penelitian ini berusaha untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara beberapa variabel bebas dengan variabel terkaitnya, karena secara teoritis keduanya mempunyai hubungan fungsional atau memiliki pengaruh.

Model hubungan yang diduga atau diprakirakan akan terbentuk pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Dimana: Y : Struktur Modal α : Konstanta B1....3 : Koefesien Regresi X1 : Ukuran Perusahaan X2 : Profitabilitas X3 : Pertumbuhan Penjualan εi : Variabel Pengganggu

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan uji t dan uji F tidak boleh bias.

Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan regresi linier, yaitu :

1. Tidak boleh ada autokorelasi 2. Tidak boleh ada multikolinearitas 3. Tidak boleh ada heteroskedastisitas

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dari tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji t dan uji F menjadi bias. Mengidentifikasi gejala asumsi klasik yang timbul dalam model regresi. Uji yang dilakukan terdiri dari:

a. Autokorelasi

Dapat didefinisikan sebagai korelasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (date time series) atauu antara space untuk data cross section. Keberadaan autokorelasi dapat di tes dengan menghitung nilai Durbin Watson (d tes) dengan rumus sebagai berikut (Gujarati, 1995 : 215) : t = N ∑ ( el – et – 1 ) 2 t = 2 d = t = N ∑ ( et 2) t = 1 keterangan :

d = nilai Durbin Watson

el = residual pada waktu ke t-1 (satu periode sebelumnya) N = banyaknya data

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva dibawah ini :

Gambar 3.1 : Statistic d Durbin Watson

Ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan Daerah keragu-raguan Ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada autokorelasi

negatif

Tabel 3.1 : Kriteria Uji Durbin Watson

Nilai d Kesimpulan

0 < d < dL Ada autokorelasi positif dL ≤ d ≤ dU Tidak ada kesimpulan dU < d < 4-dU Tidak ada autolorelasi 4-dU≤ d ≤ 4-dL Tidak ada kesimpulan 4-dL < d < 4 Ada autokorelasi negatif

b. Multikolineritas

Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi (terjadi bias).

VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” var ians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolineritas pada persamaan regresi linier (Santoso, 2002:203).

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Pengujian terhadap adanya fenomena heteroskedastisitas dilakukan dengan cara menggunakan Spearman’s Rank Correlaton

Test. Menurut (Santoso, 2002:208) deteksi adanya heteroskedastisitas

adalah:

1. Nilai probabilitas > 0.05 berarti bebas dari heteroskedastisitas. 2. Nilai probabilitas < 0.05 berarti terkena heteroskedastisitas.

3.4.4. Uji Hipotesis

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah dan menganalisis data dengan teknik analisis regresi linier berganda ini adalah sebagai berikut :

1. Uji t

Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap pengaruh masing-masing variabel bebas yang terdapat dalam model mempunyai pengaruh signifikan atau tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang kedua dapat diterima atau ditolak. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji t-hitung adalah :

a. Memformulasikan Hipotesis

Formulasi hipotesis yang akan dibuktikan adalah :

Ho : bi = 0 (i = 1,2,3), artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari variabel bebas Xi terhadap terhadap variabel terikat Y

Ho : bi ≠ 0 (i = 1,2,3), artinya terdapat pengaruh yang nyata dari variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y

b. Menetapkan tingkat signifikasi atau tingkat kepercayaan (α) yaitu sebesar 5%. dalam (Gujarati ,1995 :78).

Ho akan diterima jika angka signifikan lebih besar dari 5%. Ho akan ditolak jika angka signifikan lebih kecil dari 5%.

2. Uji F

Uji F-hitung disebut juga uji serempak atau uji simultan. Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap semua variabel bebas yang meliputi ukuran perusahaan, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap struktur modal. Dengan demikian akan dapat diketahui model hubungan fungsional antara variabel terikat dengan variabel bebas yang terbentuk pada penelitian ini. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji F-hitung adalah:

a. Memformulasikan hipotesis

Formulasi hipotesis yang akan dibuktikan adalah :

Ho : bi = 0 (i = 1,2,3), artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata (signifikan) secara simultan dari variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y.

Hi : bi ≠ 0 (i = 1,2,3), artinya bahwa terdapat pengaruh yang nyata (signifikan) secara simultan dari variabel beas Xi terhadap variabel terikat Y.

b. Menentukan level of signicant atau tingkat kepercayaan (α) sebesar 5%.

c. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho dalam bentuk grafik. Kriteria pengujiannya:

1. Jika F-hitung > F tabel maka Ho ditolak, artinya variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

2. Jika F-hitung < F tabel maka Ho diterima, artinya variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel terikat.

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejar ah Singkat Bur sa Efek Indonesia

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19 pada tahun 1912 dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintahan kolonial juga mengkeuangkan bursa pararel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.

Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintahan meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.

Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta. Puncak perkembangannya pada tahun 1990, pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Indonesia ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru.

Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated

Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatisasi yang

menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.

Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat (Scriples Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.

Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

4.1.2. Visi dan Misi Bur sa Efek Indonesia A.Visi

Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur dan efisien.

B.Misi

Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor lokal maupun asing. Menjadi lembaga bursa yang berwibawa, transparan, memiliki integritas yang tinggi serta institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.

4.1.3. Sejar ah PT. Astr a International, Tbk

PT. Astra International Tbk, (“Perseroan”) didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT. Astra International Incorporated, berdasarkan Akta Notaris Sie Khwan Djioe No. 67 tanggal 20 Februari 1957. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/53/5 tanggal 1 Juli 1957. Anggaran dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan seluruh anggaran dasar agar sesuai dengan Undang-undang Perseroan Terbatas No.1 Tahun

1995 dilakukan dengan akta notaris Benny Kristianto No.61 tanggal 11 Juni 1997. Perubahan ini disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-6452HT.01.04.Th.97 tanggal 9 Juli 1997. Perubahan terakhir dilakukan dengan Akta Notaris P.S.A. Tampubolon, S.H. No.30 tanggal 25 Maret 1999. Perubahan tersebut meliputi pemberian wewenang kepada direksi Perseroan untuk melakukan penerbitan saham dan / atau efek bersifat ekuitas tanpa memberikan hak kepada para pemegang saham untuk memesan terlebih dahulu saham yang diterbitkan menurut peraturan pasar modal yang berlaku saat itu dan dengan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham. Perubahan Anggaran Dasar ini telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia dan telah diterima dan dicatat berdasarkan Surat Keputusan No. C2-5625.HT.01.04.Th.99 tanggal 30 Maret 1999.

Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia dengan kantor pusat berlokasi di Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta. Perseroan memulai kegiatan komersilnya pada tahun 1957.

4.1.4. Sejar ah PT. Astr a Otoparts, Tbk

PT. Astra Otoparts Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya, S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT. Federal Adiwiraserasi. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. C2-1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Februari 1992

dan diumumkan dalam Berita Negara No.39 Tambahan No. 2208 tanggal 15 Mei 1992. Anggaran Dasar Perubahan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No.50 tanggal 11 Mei 2000 dari Sujipto, S.H., notaris di Jakarta, terutama mengenai pengeluaran saham dan efek ekuitas. Perubahan anggaran tersebut memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Perundangan dengan surat keputusan No. C-11916.HT.01.04.TH.2000 tanggal 13 Juni 2000 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 26 Tambahan No.118 tanggal 30 Maret 2001.

Perusahaan ini bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan bermotor baik impor maupun ekspor dan menjalankan usaha dalam bidang industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industri plastik. Perusahan ini mulai kegiatan komersialnua pada tahun1991 dan memiliki divisi perdagangan yang beroperasi di Singapura.

4.1.5. Sejar ah PT. Indo Kordsa, Tbk

PT. Indo Kordsa Tbk yang dahulu bernama PT. Branta Mulia Tbk. “Perseroan” didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri berdasarkan Undang-undang No.6 tahun 1968, dengan Akta Notaris Ridwan Suselo tanggal 8 Juli 1981 No.83, diubah dengan akte-akte 1982 No. 261, akte-akte ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. Y.A.5/88/3 tanggal 2 Maret 1982, didaftarkan pada pengadilan Negeri Jakarta dengan No.795.796, dan 797 tanggal 4 Maret 1982, dan

diumumkan dalam tambahan No. 771 pada Berita Negara No.50 tanggal 22 Juni 1982.

Anggaran dasar perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir berdasarkan akta notaris Mishardi Wilamarta S.H., No.128 tanggal 28 Juni 2007 mengenai perubahan nama perseroan PT. Branta Mulia Tbk. Menjadi PT. Indo Kordsa Tbk. Perubahan nama perseroan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia dalam surat No. W7-09534 HT.01.04-TH 2007 tanggal 29 Agustus 2007.

Perseroan mulai beroperasi secara komersiil pada tanggal 1April 1987. Induk utama dari perseroan adalah Kordsa Global Industriyel Iplik ve Kord Bezi Sanayi ve Ticaret A.S., suatu perusahaan yang berdomisili di Turki. Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat dan pabrik berlokasi di Jl. Pahlawan, Desa Karang Asem Timur, Citereup, Bogor.

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasarnya, Perusahaan bergerak dalam bidang pembuatan dan pemasaran ban, filament yarn (serat-serat nylon, polyster, rayon) nylon tire cord (benang nylon untuk ban) dan bahan baku polyster (purified terepthalic acid).

4.1.6. Sejar ah PT. Indomobil Sukses International, Tbk

PT. Indomobil Sukses International Tbk (Perseroan) didirikan berdasarkan hasil penggabungan usaha antara PT. Indomulti Inti Industri Tbk (IMII) dan PT. Indomobil Investment Corporation (IIC). IMII didirikan berdasarkan akta notaris Benny Kristianto, S.H., No.128 tanggal

20 Maret 1987, dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-10924.HT.01.01.TH.88 tanggal 30 November 1988, diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No.32, tanggal 20 April1990. Pada tanggal 6 November 1997. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan menyetujui penggabungan usaha IMII dengan IC dengan metode penentuan kepentingan (pooling –of-interset).

Setelah penggabungan usaha, nama IMII berubah menjadi PT. Indomobil Sukses International Tbk dan mengkonsentrasikan bidang usahanya dalam industri otomotif, antara lain pembuatan, perakitan, dan distribusi kendaraan bermotor roda empat, bis dan truk dan/atau kendaraan bermotor roda dua beserta suku cadangnya, perbengkelan, jasa keuangan dan jasa yang berhubungan, dan melakukan penyertaan saham dalam perusahaan-perusahaan atau kegiatan lainnya yang terkait dengan industri otomotif. Perusahaan berlokasi di Wisma Indomobil Jl. MT. Haryono Kav.8, Jakarta, perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1990.

4.1.7. Sejar ah PT. Indospring, Tbk

PT. Indospring Tbk (Perusahaan) berlokasi di Gresik, didirikan berdasarkan akta notaris No. 10 tanggal 5 Mei 1978 dari notaris Stefanus Sindhunatha, S.H., dengan status PMDN. Akta tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. YA.5/324/1 tanggal 14 Desember 1979 dan dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia

No.71 tanggal 2 September 1980, dan telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Gresik, tanggal 11 Maret 1980.

Perusahaan berlokasi di Jl. Mayor Jenderal Sungkono No.10 Desa Segoro Madu, PO BOX 12 Gresik, Jawa Timur-Indonesia, perusahaan ini memiliki bisnis

Leat Spring And Cool Spring.

4.1.8. Sejar ah PT. Intraco Penta, Tbk

PT. Intraco Penta Tbk (Perusahaan atau Induk Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 13 tanggal 10 Mei 1975 dari Milly Karmila Sareal, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri

Dokumen terkait