• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum adalah sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan pendidikan atau kompetensi yang ditetapkan. Sebagai tanda atau bukti bahwa seorang peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan adalah dengan sebuah ijazah atau sertifikat ( Ahmad Fauzi, 2012: 118). Dalam UUD Republik Indonesia tahun 1989 pasal 1 menyebutkan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Depdikbud, 1989:3). Sedangkan definisi Kurikulum menurut Hilda Taba dalam bukunya, Curriculum Development, Theory and practice (1966) sebagai a plan for learning (Subandijah,1993: 2). Kurikulum didefinisikan sebagai perencanaan pembelajaran yang di programkan bagi peserta didik untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Dalam kamus Webster kurikulum diartikan dalam dua macam yaitu :

1. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.

2. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau departemen (Sholeh Hidayat, 2013: 20).

Berdasarkan pengertian diatas tampak jelas bahwa kurikulum sangatlah urgen demi terselenggaranya pendidikan secara baik dan perlu adanya inovasi, karena kurikulum merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan yang menjadi acuan penting untuk mengatur strategi dalam proses belajar mengajar, cara mengevaluasi program pengembangan pembelajaran, dan sebagainya. Sehingga pemerintah selalu mengadakan perubahan dan perbaikan kurikulum dari tahun ketahun demi tercapainya pelaksanaan kurikulum yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan supaya peserta didik mempunyai jiwa yang kuat dalam spiritual keagamaan, berkepribadian, proaktif dalam menghadapi tantangan zaman, tanggung jawab, cerdas, dan terampil.

Peserta didik bukan hanya untuk pendidikan, tetapi memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja, dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan bagi kehidupan dalam masyarakat pula. Kehidupan masyarakat dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya, menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya.Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karateristik, kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut.

(Nana Syaodih Sukmadinata, 1997: 58).

Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah menerapkan kurikulum 2013 yang menjadi penyempurna dari kurikulum 2004 (KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP). Kurikulum 2013 adalah kurikulum kelanjutan dari kurikulum berbasis kompetensi yang telah di rintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu ( Mulyasa, 2013: 66).

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang

dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi.

Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan kompetensi lulusan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dirumuskan berdasarkan kebutuhan pada tingkat individu, masyarakat, bangsa dan negara, serta peradaban.

Dalam pendekatan pembelajaran, konsep kurikulum mengarah pada tujuan ranah secara komprehensif yaitu ranah kognitif, apektif dan psikomotorik.

Namun pada prakteknya saat kurikulum 2006 (KTSP) diberlakukan seolah aspek apektif telah diabaikan oleh para praktisi pendidikan. Sehingga nila-nilai moral hanya sedikit yang ditanamkan kepada siswa dikelas-kelas.

Berdasarkan pengalaman dari pendidikan nasional yang selama ini telah terjadi kemorosotan krisis moral, maka pemerintah telah melakukan perubahan dan perbaikan kurikulum yaitu dengan adanya kurikulum 2013.

Menurut Muhammad Nuh, implementasi kurikulum 2013 akan menekankan pada pengembangan kreatifitas siswa dan penguatan karakter.

Kurikulum ini akan memenuhi komponen utama secara berimbang:

pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Mulyoto, 2013:115).

Dilihat dari pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 dan KTSP 2006, dapat disimpulkan bahwa SKL dirumuskan dari beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Ini berarti bahwa SKL satuan pendidikan ditetapkan dengan mengacu kepada mata pelajaran yang harus diajarkan kepada peserta didik, atau dengan kata lain mata pelajaran menjadi penentu rumusan SKL. Model pengembangan seperti ini mengakibatkan terjadinya pemisahan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Pemisahan mata pelajaran yang lepas satu dengan yang lainnya ini tidak sesuai lagi dengan tuntutan globalisasi yang menuntut agar semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan dan konteks pemahaman akan jauh lebih baik dimengerti melalui pendekatan pengetahuan multidisiplin.

Sehingga agar hasil yang diharapkan dapat tercapai, pemerintah mencanangkan adanya IPS Terpadu kurikulum 2013 dan berkarakter.

Kurikulum baru ini telah diterapkannya di berbagai jenjang sekolah. Tujuan mata pelajaran IPS Terpadu adalah untuk membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman lebih terorganisasi dan mendalam ( Trianto, 2011:158).

Melihat uraian diatas bahwa seorang guru memiliki peran urgen dalam mencapai tujuan pendidikan yang tertuang dalam kurikulum. Karena guru terlibat langsung dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga harus memahami betul apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran IPS Terpadu di kelas dan bisa membentuk karakter siswa menjadi lebih unggul.

Upaya membangun karakter dan bangsa (Nation and Character Building) merupakan tugas bersama yang tak pernah akan selesai. Kini kementerian Pendidikan Nasional menyusun sebuah grand design pendidikan karakter untuk meyiapkan generasi yang berwatak dan bermartabat baik di masa datang.

Gambar 2

Grand Design Pendidikan Karakter

(ZaenalAqib,2012:23

Agama, Pancasila, UUD 1945 UU No.

20/2003 tentang Sisdiknas

Teori Pendidikan,

Psikologi, nilai, Sosial

Budaya

NILAI-NILAI LUHUR

Pengalaman terbaik (best practices) dan praktiknya

MASY MASYA

RAKAT RA

KAT KAT

KELU- ARGA ARGA SATUAN

PENDIDI- KAN

PERANGKAT PENDUKUNG

Kebijakan, Pedoman, Sumber Daya, Lingkungan, Sarana dan Prasarana, Kebersamaan, Komitmen pemangku kepentingan

Perilaku Berkarakter

Dokumen terkait