• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pikir

Dalam dokumen DISERTASI DR PUTU SUDIRA UNY 2011 (Halaman 126-132)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Kerangka Pikir

Pola pembudayaan kompetensi berbasis ideologi THK merupakan

pengintegrasian keseluruhan konsep, pola pikir, tata nilai, sikap, cara hidup

masyarakat Bali dalam membangun hubungan harmonis seimbang antara manusia

dengan Tuhan (parhyangan), manusia dengan sesama (pawongan), manusia

dengan lingkungan(palemahan) kedalam sistem pendidikan kejuruan di SMK.

Pembudayaan kompetensi di SMK diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

untuk: (1) mengembangkan keterampilan kognitif dan psikomotorik individu

siswa (Emmerik, Bekker, & Euwema, 2009; Kellet, Humphrey, & Sleeth, 2009);

(2) mengembangkan attitude (Stumpf, 2009), nilai-nilai luhur budaya Bali; (3)

112

kerja (Heinz, 2009), membangun budaya belajar, budaya kreatif dan budaya

produktif (Thompson,1973; Gill, Dar, & Fluitman, 2000), melestarikan dan

mengembangkan alam dan budaya daerah Bali; (4) mempersiapkan siswa untuk

bekerja, berwirausaha, atau meneruskan ke perguruan tinggi (Wardiman,1998);

(5) memberdayakan siswa untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang

layak (Gill, Dar, & Fluitman, 2000); (6) mengembangkan karier sesuai dengan

kompetensi keahlian yang dipilih (Kellet, Humphrey, Sleeth, 2009); (7)

melibatkan masyarakat pemangku kepentingan secara luas, utuh, benar, dan

bertanggungjawab (McGrath, S., 2009); (8) penarikan investasi luar negeri

khususnya di bidang industri jasa pariwisata; dan (9) perluasan akses pendidikan.

Artinya pengembangan SMK memerlukan pola pembudayaan kompetensi yaitu

sebuah pola yang dapat membangun budaya belajar dan budaya bekerja yang

bermakna baik secara mikro pada diri siswa, pendidik, tenaga kependidikan dan

secara makro antar manusia (pawongan), antara manusia dengan lingkungan

(palemahan), dan antara manusia dengan pencipta Tuhan Yang Mahaesa

(parhyangan).

Pengembangan kualitas SMK di Bali disamping memperhatikan trend dan

tantangan globalisasi juga sangat perlu memperhatikan kearifan-kearifan lokal

daerah Bali. Sehingga SMK dapat berkembang secara berkelanjutan untuk

kemajuan sosial bersama, memberi kontribusi pada pelestarian lingkungan dan

budaya, bijak dalam menggunakan sumber daya alam, dan melakukan perbaikan

tenaga kerja terdidik dan terlatih (Chinien C and Singh M, 2009). Outcome dari

113

pribadi lokal yang kuat mempertahankan nilai-nilai tradisi serta berpandangan

internasional (Cheng, Y.C., 2005). Keuntungan yang diperoleh yaitu masyarakat

Bali dapat memelihara nilai-nilai tradisi dan identitas budaya Bali,

mengakumulasikan pengetahuan-pengetahuan lokal Bali dalam menumbuhkan

pengetahuan baru yang memberi kontribusi pada pertumbuhan masyarakat dan

pengetahuan global. Pendidikan di SMK di Bali berkembang sesuai dinamika

perubahan yang terjadi dan mengarahkan perubahan menuju pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan masyarakat Bali, perkuatan peradaban bangsa, lahirnya

masyarakat terpelajar, berbudaya kerja, berahlak mulia, sejahtera, toleran,

harmoni dalam kemajemukan, jujur, saling mencintai, dan berketuhanan.

Pendidikan SMK seharusnya memberi dan mendorong masyarakat Bali

dalam mengapresiasi berbagai jenis-jenis pekerjaan dan jabatan penting bagi

masyarakat. Kesadaran bahwa orang hidup butuh bekerja dijadikan bagian pokok

dari pendidikan SMK. Harus disadari bahwa pendidikan SMK menjadi tanpa

makna jika masyarakat Bali, penyelenggara, dan siswa kurang memiliki apresiasi

terhadap pekerjaan-pekerjaan, serta cara bekerja yang benar dan produktif

sebagai kebiasaan (habit) hidup. Pendidikan SMK harus mampu meletakkan cara-

cara berpikir, berkata, dan bertindak berdasarkan kompetensi terpola sebagai

kebiasaan yang kemudian menjadi karakter yang menguntungkan.

Mutu dan relevansi pendidikan SMK sangat ditentukan oleh mutu

lingkungan terkondisi dan mutu proses interaksi dalam sistem. Mutu dan relevansi

pendidikan SMK ditentukan oleh kualitas dan kuantitas interaksi serta kualitas

114

konteks eksternal sebagai lingkungan terkondisi secara optimal dalam setiap

proses interaksi kedalam sistem pendidikan SMK menurut Slamet PH (2008) akan

sangat menentukan mutu dan relevansi pendidikan SMK dimasa depan secara

berkesinambungan.

Mencermati upaya-upaya peningkatan mutu dan relevansi pendidikan SMK

di Bali yang selama ini telah dilakukan dan adanya paradigma baru pengelolaan

pendidikan dasar dan menengah dari sentralistik menuju desentralisasi maka

pemerintah provinsi Bali dihadapkan pada tantangan kemandiriannya dalam

melakukan inovasi dan pengembangan SMK secara berencana dan berkala untuk

meningkatkan keunggulan lokal provinsi Bali dalam rangka mendorong

penjaminan mutu pendidikan SMK yang relevan dengan kebutuhan masyarakat

Bali, pemerintah Provinsi Bali, bangsa dan negara Indonesia. Pengembangan

pendidikan SMK diharapkan menghasilkan output pendidikan manusia berbudaya

kerja dan berbudaya belajar yang kompeten, beretoskerja, produktif, mandiri, dan

bertanggungjawab. Maka SMK perlu menginternalisasikan konteks nilai-nilai

ideology THK yang telah berkembang di dalam keluarga, masyarakat adat desa

pakraman, pemerintah daerah, lembaga diklat, masyarakat dunia usaha-industri.

Dengan menerapkan ideologi Tri Hita Karana yang digali dan

dikembangkan polanya dari tatanan filosofis menjadi tatanan pragmatis

masyarakat Bali sendiri maka relevansi inovasi dan pengembangan SMK menjadi

sangat baik dan menyatu serta tidak akan terjadi cultural lack. Pengembangan

pendidikan SMK di Bali akhirnya diharapkan menjadi pendidikan yang benar-

115

dan kebudayaannya termasuk budaya kompetensi di SMK untuk menentukan

masa depannya.

Pengembangan SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi sejalan

dengan pendapat Djohar (2008) memerlukan model penyelenggaraan pendidikan

tingkat tiga yaitu pendidikan yang memberikan hasil perubahan perilaku ke arah

perilaku manusia berperadaban. Bukan hanya pendidikan yang sekedar

memperoleh pengetahuan dan perubahan apresiasi. Pendidikan berbasis budaya di

SMK menghendaki penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tingkat

pembudayaan. Pada tingkat ini perubahan yang terjadi telah mencapai perubahan

perilaku dalam berpikir, bertindak, dan mengapresiasi lingkungan. Anak didik

memiliki ketajaman mereaksi keadaan lingkungan serta dan kejelian mencermati

fenomena lingkungan yang belum diberdayakan dan dibudidayakan.

THK sebagai local genius budaya Bali mengidentifikasi norma, nilai, dan

aturan yang harus ditaati. THK adalah sebuah kesatuan yang utuh, sehingga segala

program dan kebijakan yang menyangkut Bali harus dilakukan secara sinergis,

integral, dan sistemik. Bali tumbuh dalam alam dan kebudayaannya, dan dengan

alam dan kebudayaannya itulah Bali menentukan masa depannya. Oleh karena itu,

pengelolaan dan pengembangan alam dan kebudayaan Bali harus tetap

berdasarkan Ideologi THK (Agastia, 2007).

THK sebagai budaya lokal menjadikan pendidikan di SMK sebagai satu

kesatuan ekologis. Berdasarkan ideologi THK peserta didik di SMK seharusnya

mengalami akulturasi/penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah, lingkungan

116

provinsi, negara, regional, dan dunia. Sangat mungkin berlanjut menjadi

inkulturasi/ pembawa perubahan bagi budaya Bali. Karena THK sebagai budaya

lokal Bali sangat melekat dengan kehidupan anak sejak dari dalam kandungan,

lahir, hidup, sampai mati. Mereka berpikir, merasakan, dan bertindak atas dasar

budaya THK. Mereka merasa nyaman, tidak ragu-ragu, dan semuanya dijalankan

dengan spontan reflektoris. Siswa dapat hidup di daerah sendiri, tidak tercerabut

dari budaya lingkungannya. Mampu melihat kepentingan lokalnya, potensi

lokalnya dan akhirnya memanfaatkan dan memelihara untuk hidupnya di samping

membuka diri kepada perkembangan global.

Untuk mewujudkan SMK yang bermutu, relevan dengan kebutuhan

pembangunan SDM daerah Bali dan dikelola secara efisien SMK membutuhkan

pola pembudayaan kompetensi yang dijiwai oleh akar budaya THK.

Pembudayaan kompetensi yang mengintegrasikan budaya THK dengan konteks

kemajuan ipteks, nilai-nilai dan harapan masyarakat Bali, dukungan pemerintah

daerah Bali, dukungan masyarakat Bali, kebijakan pendidikan, dan tuntutan

globalisasi. Pembudayaan kompetensi berarti semua dimensi pola pikir, tata nilai,

pola perilaku kompeten membudaya dalam diri masyarakat SMK atau menjadi

milik setiap orang, terintegrasi dalam perikehidupan diri sendiri maupun dalam

tata kehidupan sosial masyarakat SMK. Terbudayakannya pola pikir, tata nilai,

dan pola perilaku bahwa SMK adalah tempat untuk berlatih bekerja dan belajar

117

Dalam dokumen DISERTASI DR PUTU SUDIRA UNY 2011 (Halaman 126-132)