BAB II KAJIAN PUSTAKA
C. Kerangka Pikir
Pola pembudayaan kompetensi berbasis ideologi THK merupakan
pengintegrasian keseluruhan konsep, pola pikir, tata nilai, sikap, cara hidup
masyarakat Bali dalam membangun hubungan harmonis seimbang antara manusia
dengan Tuhan (parhyangan), manusia dengan sesama (pawongan), manusia
dengan lingkungan(palemahan) kedalam sistem pendidikan kejuruan di SMK.
Pembudayaan kompetensi di SMK diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
untuk: (1) mengembangkan keterampilan kognitif dan psikomotorik individu
siswa (Emmerik, Bekker, & Euwema, 2009; Kellet, Humphrey, & Sleeth, 2009);
(2) mengembangkan attitude (Stumpf, 2009), nilai-nilai luhur budaya Bali; (3)
112
kerja (Heinz, 2009), membangun budaya belajar, budaya kreatif dan budaya
produktif (Thompson,1973; Gill, Dar, & Fluitman, 2000), melestarikan dan
mengembangkan alam dan budaya daerah Bali; (4) mempersiapkan siswa untuk
bekerja, berwirausaha, atau meneruskan ke perguruan tinggi (Wardiman,1998);
(5) memberdayakan siswa untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang
layak (Gill, Dar, & Fluitman, 2000); (6) mengembangkan karier sesuai dengan
kompetensi keahlian yang dipilih (Kellet, Humphrey, Sleeth, 2009); (7)
melibatkan masyarakat pemangku kepentingan secara luas, utuh, benar, dan
bertanggungjawab (McGrath, S., 2009); (8) penarikan investasi luar negeri
khususnya di bidang industri jasa pariwisata; dan (9) perluasan akses pendidikan.
Artinya pengembangan SMK memerlukan pola pembudayaan kompetensi yaitu
sebuah pola yang dapat membangun budaya belajar dan budaya bekerja yang
bermakna baik secara mikro pada diri siswa, pendidik, tenaga kependidikan dan
secara makro antar manusia (pawongan), antara manusia dengan lingkungan
(palemahan), dan antara manusia dengan pencipta Tuhan Yang Mahaesa
(parhyangan).
Pengembangan kualitas SMK di Bali disamping memperhatikan trend dan
tantangan globalisasi juga sangat perlu memperhatikan kearifan-kearifan lokal
daerah Bali. Sehingga SMK dapat berkembang secara berkelanjutan untuk
kemajuan sosial bersama, memberi kontribusi pada pelestarian lingkungan dan
budaya, bijak dalam menggunakan sumber daya alam, dan melakukan perbaikan
tenaga kerja terdidik dan terlatih (Chinien C and Singh M, 2009). Outcome dari
113
pribadi lokal yang kuat mempertahankan nilai-nilai tradisi serta berpandangan
internasional (Cheng, Y.C., 2005). Keuntungan yang diperoleh yaitu masyarakat
Bali dapat memelihara nilai-nilai tradisi dan identitas budaya Bali,
mengakumulasikan pengetahuan-pengetahuan lokal Bali dalam menumbuhkan
pengetahuan baru yang memberi kontribusi pada pertumbuhan masyarakat dan
pengetahuan global. Pendidikan di SMK di Bali berkembang sesuai dinamika
perubahan yang terjadi dan mengarahkan perubahan menuju pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat Bali, perkuatan peradaban bangsa, lahirnya
masyarakat terpelajar, berbudaya kerja, berahlak mulia, sejahtera, toleran,
harmoni dalam kemajemukan, jujur, saling mencintai, dan berketuhanan.
Pendidikan SMK seharusnya memberi dan mendorong masyarakat Bali
dalam mengapresiasi berbagai jenis-jenis pekerjaan dan jabatan penting bagi
masyarakat. Kesadaran bahwa orang hidup butuh bekerja dijadikan bagian pokok
dari pendidikan SMK. Harus disadari bahwa pendidikan SMK menjadi tanpa
makna jika masyarakat Bali, penyelenggara, dan siswa kurang memiliki apresiasi
terhadap pekerjaan-pekerjaan, serta cara bekerja yang benar dan produktif
sebagai kebiasaan (habit) hidup. Pendidikan SMK harus mampu meletakkan cara-
cara berpikir, berkata, dan bertindak berdasarkan kompetensi terpola sebagai
kebiasaan yang kemudian menjadi karakter yang menguntungkan.
Mutu dan relevansi pendidikan SMK sangat ditentukan oleh mutu
lingkungan terkondisi dan mutu proses interaksi dalam sistem. Mutu dan relevansi
pendidikan SMK ditentukan oleh kualitas dan kuantitas interaksi serta kualitas
114
konteks eksternal sebagai lingkungan terkondisi secara optimal dalam setiap
proses interaksi kedalam sistem pendidikan SMK menurut Slamet PH (2008) akan
sangat menentukan mutu dan relevansi pendidikan SMK dimasa depan secara
berkesinambungan.
Mencermati upaya-upaya peningkatan mutu dan relevansi pendidikan SMK
di Bali yang selama ini telah dilakukan dan adanya paradigma baru pengelolaan
pendidikan dasar dan menengah dari sentralistik menuju desentralisasi maka
pemerintah provinsi Bali dihadapkan pada tantangan kemandiriannya dalam
melakukan inovasi dan pengembangan SMK secara berencana dan berkala untuk
meningkatkan keunggulan lokal provinsi Bali dalam rangka mendorong
penjaminan mutu pendidikan SMK yang relevan dengan kebutuhan masyarakat
Bali, pemerintah Provinsi Bali, bangsa dan negara Indonesia. Pengembangan
pendidikan SMK diharapkan menghasilkan output pendidikan manusia berbudaya
kerja dan berbudaya belajar yang kompeten, beretoskerja, produktif, mandiri, dan
bertanggungjawab. Maka SMK perlu menginternalisasikan konteks nilai-nilai
ideology THK yang telah berkembang di dalam keluarga, masyarakat adat desa
pakraman, pemerintah daerah, lembaga diklat, masyarakat dunia usaha-industri.
Dengan menerapkan ideologi Tri Hita Karana yang digali dan
dikembangkan polanya dari tatanan filosofis menjadi tatanan pragmatis
masyarakat Bali sendiri maka relevansi inovasi dan pengembangan SMK menjadi
sangat baik dan menyatu serta tidak akan terjadi cultural lack. Pengembangan
pendidikan SMK di Bali akhirnya diharapkan menjadi pendidikan yang benar-
115
dan kebudayaannya termasuk budaya kompetensi di SMK untuk menentukan
masa depannya.
Pengembangan SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi sejalan
dengan pendapat Djohar (2008) memerlukan model penyelenggaraan pendidikan
tingkat tiga yaitu pendidikan yang memberikan hasil perubahan perilaku ke arah
perilaku manusia berperadaban. Bukan hanya pendidikan yang sekedar
memperoleh pengetahuan dan perubahan apresiasi. Pendidikan berbasis budaya di
SMK menghendaki penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tingkat
pembudayaan. Pada tingkat ini perubahan yang terjadi telah mencapai perubahan
perilaku dalam berpikir, bertindak, dan mengapresiasi lingkungan. Anak didik
memiliki ketajaman mereaksi keadaan lingkungan serta dan kejelian mencermati
fenomena lingkungan yang belum diberdayakan dan dibudidayakan.
THK sebagai local genius budaya Bali mengidentifikasi norma, nilai, dan
aturan yang harus ditaati. THK adalah sebuah kesatuan yang utuh, sehingga segala
program dan kebijakan yang menyangkut Bali harus dilakukan secara sinergis,
integral, dan sistemik. Bali tumbuh dalam alam dan kebudayaannya, dan dengan
alam dan kebudayaannya itulah Bali menentukan masa depannya. Oleh karena itu,
pengelolaan dan pengembangan alam dan kebudayaan Bali harus tetap
berdasarkan Ideologi THK (Agastia, 2007).
THK sebagai budaya lokal menjadikan pendidikan di SMK sebagai satu
kesatuan ekologis. Berdasarkan ideologi THK peserta didik di SMK seharusnya
mengalami akulturasi/penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah, lingkungan
116
provinsi, negara, regional, dan dunia. Sangat mungkin berlanjut menjadi
inkulturasi/ pembawa perubahan bagi budaya Bali. Karena THK sebagai budaya
lokal Bali sangat melekat dengan kehidupan anak sejak dari dalam kandungan,
lahir, hidup, sampai mati. Mereka berpikir, merasakan, dan bertindak atas dasar
budaya THK. Mereka merasa nyaman, tidak ragu-ragu, dan semuanya dijalankan
dengan spontan reflektoris. Siswa dapat hidup di daerah sendiri, tidak tercerabut
dari budaya lingkungannya. Mampu melihat kepentingan lokalnya, potensi
lokalnya dan akhirnya memanfaatkan dan memelihara untuk hidupnya di samping
membuka diri kepada perkembangan global.
Untuk mewujudkan SMK yang bermutu, relevan dengan kebutuhan
pembangunan SDM daerah Bali dan dikelola secara efisien SMK membutuhkan
pola pembudayaan kompetensi yang dijiwai oleh akar budaya THK.
Pembudayaan kompetensi yang mengintegrasikan budaya THK dengan konteks
kemajuan ipteks, nilai-nilai dan harapan masyarakat Bali, dukungan pemerintah
daerah Bali, dukungan masyarakat Bali, kebijakan pendidikan, dan tuntutan
globalisasi. Pembudayaan kompetensi berarti semua dimensi pola pikir, tata nilai,
pola perilaku kompeten membudaya dalam diri masyarakat SMK atau menjadi
milik setiap orang, terintegrasi dalam perikehidupan diri sendiri maupun dalam
tata kehidupan sosial masyarakat SMK. Terbudayakannya pola pikir, tata nilai,
dan pola perilaku bahwa SMK adalah tempat untuk berlatih bekerja dan belajar
117