• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Individualisasi

Dalam dokumen DISERTASI DR PUTU SUDIRA UNY 2011 (Halaman 110-120)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

5. Proses Individualisasi

Seorang penulis puisi Dorothy Low Nolte menulis sebuah karya indah yang

berjudul ”Children Learn from What They Live With”. Puisi ini ternyata tidak

hanya sekedar puisi biasa, melainkan sebuah mahakarya yang telah dibuktikan

kebenarannya oleh Masaru Emoto dan didedikasikan khusus untuk para orang tua

diseluruh dunia. Puisinya adalah sebagai berikut:

Jika anak Anda banyak dicela maka, Ia akan terbiasa menyalahkan orang lain.

Jika anak Anda banyak dimusuhi maka, Ia akan terbiasa menentang dan mendendam.

Jika anak Anda banyak ditakut-takuti maka, Ia akan selalu merasa cemas dan gelisah.

Jika anak Anda banyak dikasihani maka, Ia akan terbiasa meratapi nasibnya.

Jika anak Anda selalu di olok-olok maka, Ia akan menjadi rendah diri dan pemalu.

Jika anak Anda selalu dilingkupi oleh rasa iri maka, Ia akan terbiasa merasa bersalah.

Jika anak Anda selalu dibohongi maka, Ia akan terbiasa hidup dalam kepalsuan.

Jika anak Anda terlalu banyak ditolong maka, Ia akan terbiasa hidup tergantung pada orang lain.

Akan tetapi ...

Jika anak Anda banyak diberi pengertian maka, Ia akan terbiasa menjadi penyabar.

Jika anak Anda banyak diberi dorongan maka, Ia akan terbiasa untuk percaya diri.

Jika anak Anda banyak dipuji maka, Ia akan terbiasa untuk menghargai orang lain.

96

Jika anak Anda selalu diterima oleh lingkungannya maka, Ia akan terbiasa menyayangi dan mengasihi.

Jika anak Anda tidak banyak dipersalahkan maka, Ia akan bangga menjadi dirinya sendiri.

Jika anak Anda banyak mendapatkan pengakuan maka, Ia akan dengan pasti menetapkan tujuan hidupnya. Jika anak Anda diperlakukan dengan jujur maka, Ia akan terbiasa untuk berbuat benar.

Jika anak Anda diasuh dengan tidak berat sebelah maka, Ia akan terbiasa untuk berbuat adil.

Jika anak Anda mengenyam rasa aman dirumah maka, Ia akan terbiasa untuk mempercayai orang disekitarnya. Jika anak Anda banyak diberi kesempatan maka,

Ia akan menjadi anak yang berani berekspresi dan kreatif. Jika anak Anda banyak diberi kepercayaan maka,

Ia akan menjadi anak yang mandiri.

Jika anak banyak mendapatkan cinta kasih maka, Ia akan menjadi orang yang peduli dan penuh empati.

Batapa Indahnya dunia ini....

Wahai para orang tua di manapun Anda berada...

Sesungguhnya kitalah yang menentukan akan menjadi seperti apa wajah dunia ini melalui anak-anak kita tercinta....

http://home-ananta.blogspot.com/2008/05/anak-belajar-dari-lingkungan.html

Membudayakan kompetensi anak perlu dorongan, pemberian kesempatan

agar kreatif berekspresi dan pemberian kepercayaan agar mandiri. Puisi Nolte

sangat tinggi maknanya bagi pendidikan. Puisi ini berkaitan dengan sesuatu yang

akan terjadi pada anak karena adanya perlakuan, rangsangan dari luar, dan

interaksi dengan lingkungan terkondisi dimana anak itu tumbuh. Tilaar (2002)

memaparkan keberadaan manusia sebagai sesuatu yang unik. Keberadaan manusia

sebagai sesuatu yang dinamis.

Ada tiga istilah khas yang digunakan untuk manusia yaitu: individu, pribadi

97

bagi/utuh. Sesuatu keutuhan mengasumsikan sifat-sifat atau kemampuan yang

utuh dimiliki oleh seseorang. Secara keseluruhan seseorang menampakkan diri

sebagai sesuatu yang khas. Dikatakan bahwa sifat-sifat yang dimiliki seseorang

secara keseluruhan menentukan identitas orang tersebut.

Proses individualisasi berkaitan dengan proses spesifik manusia. Apa yang

dimiliki oleh manusia dalam berbagai bentuk kemampuan baik dalam bentuk

kemampuan akal/rasio, kemampuan emosi, kemampuan fisik semuanya hanya

dapat berkembang jika kemampuan tersebut diinteraksikan dengan sesama.

Interaksi berarti membuka diri bagi orang lain. Dalam proses membuka diri ada

dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu keselarasan atau konflik-konflik di

dalam diri manusia itu sendiri. Dalam proses individualisasi perlu terjadi

keseimbangan yang dinamik antara manusia dan lingkungannya melalui

partisipasi bukan menguasai.

Dalam proses individualisasi terdapat hubungan yang saling memperkaya

antara individu dengan masyarakat, terjadi transformasi individu, transformasi

masyarakat, dan transformasi budaya. Proses individualisasi merupakan

determinasi seseorang yang individual menjadi dirinya sendiri. Tujuan hidup

manusia adalah mengembangkan individualitas itu sendiri. Proses individualisasi

adalah proses interaksi antara identitas seseorang dengan partisipasinya di dalam

dunianya melalui proses dinamika. Individu terus menerus berdialog dan

berkomunikasi dengan lingkungannya. Melalui partisipasi individu memperoleh

warna yang khas lalu memiliki identitas. Melalui partisipasi individu yang telah

98

Inilah individu yang aktif dan kreatif dan dunia sekitarnya akan memberi peluang

bagi perkembangannya yang lebih tinggi.

Menurut Tilaar (2002) proses pendidikan pada hakekatnya merupakan

proses individualisasi, mengembangkan identitas manusia. Dalam bahasa lain

menurut Suminto A. Sayuti (2005) proses pendidikan adalah proses

pembudayaan. Proses yang berkaitan dengan cara-cara berpikir dan segala

perbuatan yang dianggap benar oleh suatu masyarakat, sebagai kerja perencanaan

berikut upaya mewujudkannya agar manusia tetap survive, termasuk prosesnya

dalam beradaptasi dengan lingkungan. Proses pendidikan yang tidak

mengembangkan identitas manusia adalah pendidikan otoriter, represif,

mematikan kreativitas peserta didik. Pendidikan harus memberi peluang

partisipasi yang luas, tidak satu arah, monolog, dan menindas.

Dinamika dan partisipasi individu yang memiliki identitas diri membangun

kehidupan bermasyarakat yang berbudaya dan berubah secara dinamis. Perubahan

menuju kehidupan yang semakin tinggi membutuhkan individu-individu bermoral

sebagai identitas dirinya. Anak sejak lahir berusaha mengembangkan identitas

dirinya. Sedangkan partisipasinya terhadap masyarakat dan kebudayaan semakin

lama semakin besar sesuai perkembangan kemampuan yang dimilikinya dan

kemungkinan-kemungkinan yang diberikan oleh lingkungannya (Tilaar,

2002:146).

Dalam dinamika proses individualisasi terdapat dua kekuatan transformatif

yaitu: (1) kekuatan dari dalam dan (2) kekuatan dari luar yang interaktif. Kekuatan

99

seorang individu sebagai budaya dasar. Kekuatan luar merupakan kondisi

kebudayaan dimana individu itu berada. Antara kekuatan dari dalam dan kekuatan

dari luar terdapat hubungan interaktif saling mengisi dan melengkapi. Dalam

proses interaksi terwujud pribadi (person) yang merupakan hasil transformasi

masyarakat dengan individu yang aktif dan partisipatif dan juga kreatif.

Hubungan interaksi saling mengisi dapat digambarkan seperti Gambar 8.

Anak dgn Budaya dasarnya unik (Keinginan, kemauan,kemampuan)

Gambar 8. Interaksi Budaya Dasar Anak dengan Lingkungan Budayanya

Pendidikan merupakan proses berkesinambungan terus menerus melalui

berbagai interaksi dengan lingkungannya (Tilaar, 2002:28). Proses pendidikan

tidak akan pernah selesai, tidak pernah berhenti, berkembang terus sejalan

perkembangan lingkungan budaya serta lingkungan alamnya. Melalui berbagai

proses interaksi dengan berbagai faktor yang ada dalam lingkungannya anak akan

berkembang eksistensinya. Proses pendidikan adalah proses mewujudkan

100

negativisme tugas pendidikan alah menjaga pertumbuhan anak. Faktor-faktor

perusak yang ada dalam lingkungan harus disingkirkan.

Seorang anak dengan budaya dasar yang tinggi mudah menangkap stimulus

dari lingkungan budayanya. Sedangkan pada anak dengan budaya dasar yang

rendah memerlukan stimulus yang besar untuk membangun proses individualisasi.

Pengembangan budaya dasar anak yang berlangsung efektif dari lahir hingga

berumur 4 tahun menjadi sangat penting maknanya. Peran keluarga menjadi

sangat sentral dalam pengembangan budaya dasar anak. Gambar 9 menunjukkan

ilustrasi interaksi stimulus dan respon budaya dasar anak.

Anak dgn Budaya dasar Rendah

Anak dgn Budaya dasar Tinggi

Gambar 9. Interaksi Stimulus Dan Respon Budaya Dasar Anak.

Menurut Tilaar (2002) proses interaksi berlangsung seumur hidup.

Bersamaan berjalannya waktu maka proses pengembangan identitas meluruh

karena identitas semakin terbentuk sedangkan partisipasi membesar sesuai

kemampuan seseorang. Akhirnya akan semakin meredup sesuai kemampuan jiwa

101

individu yang memiliki identitas agung seperti Bung Karno, Mahatma Gandi, Ki

Hadjar Dewantara, John Dewey dan sebagainya setelah kematian raganya,

partisipasi non aktifnya terus berjalan karena jiwanya yang telah beridentitas tidak

pernah mati. Kualitas proses dan hasil pendidikan seseorang juga dapat diukur

dari aspek partisipasi non aktifnya di samping yang tidak kalah pentingnya adalah

partisipasi aktifnya selama hidup. Interaksi identitas diri dan partisipasi individu

digambarkan pada Gambar 10.

Gambar 10. Interaksi Identitas dan Partisipasi Individu

Dinamika perkembangan individu sesuai dengan perjalanan manusia

diwujudkan dalam siklus kehidupan. Proses individualisasi dalam perwujudan

identitas seseorang tergantung perkembangan psikis dan fisik manusia. Proses

individualisasi adalah proses transformatif bagi semua yang berkepentingan

(stakeholder). Kepentingan pendidikan bukan hanya satu arah dari pemerintah,

tetapi melingkupi peserta didik, para pendidik, orang tua, masyarakat, lembaga

masyarakat. Finlay (1998) menggambarkan dalam sistem pendidikan dan

102

(2) Institusional stakeholders; (3) Individual stakeholders; (4) Employer

stakeholders.

Pendidikan adalah proses yang berkenaan dengan pemanusiaan atau

humanisasi. Menurut Tilaar (2002) manusia adalah kemungkinan-kemungkinan

dan jawaban terhadap kemungkinan-kemungkinan, berada dalam kondisi

pegangan diantara ada dan tiada (being dan non being). Dia ada apabila dia telah

mengambil pilihan yaitu relasi terhadap dunia sekitarnya, terhadap sesama

manusia dalam kebudayaannya.

Proses individualisasi merupakan proses kontinum, yaitu dialog antara

“Aku” dan “Aku yang lain” di dalam dunia kehidupan. Proses individualisasi

merupakan integrasi dari proses mencari identitas. Manusia memiliki potensi-

potensi yang unik tidak ada yang sama. Potensi itu semula belum mempunyai

arah. Melalui interaksi dan dialog pendidikan potensi-potensi tersebut mulai

terarah. Dalam dialog antara “Aku” dan “Aku yang lain” terjadi kemungkinan-

kemungkinan: (1) saling membatasi antara dua kekuatan tetapi tetap poreus

membuka diri secara terbatas; (2) saling bersinergi mencari kesamaan dan

perbedaan dan menemukan dan mencapai kesepakatan yang perspektif. Antara

“Aku” dan “Aku yang lain” berada dalam keterbukaan yang memungkinkan

terjadinya dialog, partisipasi dalam satu kesatuan dinamik memasuki kehidupan

yang semakin beragam.

Dialog antara “Aku” dan “Aku yang lain” berwujud sebagai ibu/bapak,

pendidik, anggota keluarga, anggota masyarakat, masyarakat sekolah dalam

103

individu anak mulai dari keluarga, banjar, desa, kecamatan, kabupaten/kota,

provinsi, nasional, regional, global seperti ilustrasi Gambar 11.

Propinsi NASIONAL

DUNIA

Gambar 11. Interaksi Spiral Individu Dengan Lingkungan

Kualitas pendidikan individu siswa sangat dipengaruhi oleh: (1) kuantitas

dan kualitas interaksi; serta (2) kualitas dan ragam lingkungan. Seorang siswa

pada mulanya melakukan interaksi dalam lingkungan keluarga, banjar, dan desa.

Maka kualitas dan ragam lingkungan keluarga, banjar, dan desa akan menentukan

kualitas pembentukan identitas individu anak. Karena perkembangan dan

dukungan ipteks dalam bentuk teknologi informasi, komunikasi, transportasi

maka individu anak dapat memperluas interaksi menuju lingkaran lebih luas pada

tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan dunia global. Bahkan

sangat mungkin interaksi individu anak akan melompat dari rumah keluarga ke

lingkaran regional dan internasional. Dalam kaitannya dengan SMK maka sekolah

itu bisa saja berada di tingkat banjar, desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,

104

Proses mencari identitas terjadi dalam partisipasi antara “Aku” dengan “Aku

yang lain” dan dunia kehidupan proksimitas yaitu dunia yang paling dekat dan

dihayati oleh individu. Rumah adalah tempat pertemuan atau rumah kediaman

(home) bukan hanya merupakan tempat berteduh (house). Sebagai rumah

pertemuan ada rasa kehangatan sebagai bagian dari rasa kemanusiaan bermuatan

emosi dan empati untuk saling berdialog dan berinteraksi. Rumah merupakan

ajang pertemuan dari individu yang otonom, dinamis dan membuka diri. Terjadi

penghalusan dan pengarahan kekuatan yang ada pada setiap individu.

Anggota keluarga menjadi syarat eksistensi atau keberadaan seorang

individu. Dalam mencari identitas setiap individu melalui proses partisipasi secara

seimbang. Proses individualisasi dalam menemukan identitas semakin lama

semakin besar dalam mencari bentuk dan mencari arah melalui partisipasinya

dengan dunia kehidupan yang dinamis. Dunia kehidupan diberi arti terus menerus

(Tilaar, 2002:277)

Karya serta aktivitas individu telah menghasilkan bentuk-bentuk dan cara-

cara kehidupan, baik hubungan antara sesama kehidupan maupun dengan alam

seluruhnya membentuk apa yang disebut dengan kebudayaan. Kebudayaan pada

hakekatnya merupakan proses individualisasi serta pengembangan dunia terus

menerus. Kebudayaan merupakan ciptaan kreativitas dinamika manusia. Tindakan

manusia ditentukan oleh lingkungan kebudayaannya. Praktek kependidikan secara

ontologis dan epistemologis merupakan tindakan yang berinteraksi dengan

kebudayaan. Pendidikan tidak terlepas dari kebudayaan dan kebudayaan tidak

105

Dalam dokumen DISERTASI DR PUTU SUDIRA UNY 2011 (Halaman 110-120)