BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
5. Proses Individualisasi
Seorang penulis puisi Dorothy Low Nolte menulis sebuah karya indah yang
berjudul ”Children Learn from What They Live With”. Puisi ini ternyata tidak
hanya sekedar puisi biasa, melainkan sebuah mahakarya yang telah dibuktikan
kebenarannya oleh Masaru Emoto dan didedikasikan khusus untuk para orang tua
diseluruh dunia. Puisinya adalah sebagai berikut:
Jika anak Anda banyak dicela maka, Ia akan terbiasa menyalahkan orang lain.
Jika anak Anda banyak dimusuhi maka, Ia akan terbiasa menentang dan mendendam.
Jika anak Anda banyak ditakut-takuti maka, Ia akan selalu merasa cemas dan gelisah.
Jika anak Anda banyak dikasihani maka, Ia akan terbiasa meratapi nasibnya.
Jika anak Anda selalu di olok-olok maka, Ia akan menjadi rendah diri dan pemalu.
Jika anak Anda selalu dilingkupi oleh rasa iri maka, Ia akan terbiasa merasa bersalah.
Jika anak Anda selalu dibohongi maka, Ia akan terbiasa hidup dalam kepalsuan.
Jika anak Anda terlalu banyak ditolong maka, Ia akan terbiasa hidup tergantung pada orang lain.
Akan tetapi ...
Jika anak Anda banyak diberi pengertian maka, Ia akan terbiasa menjadi penyabar.
Jika anak Anda banyak diberi dorongan maka, Ia akan terbiasa untuk percaya diri.
Jika anak Anda banyak dipuji maka, Ia akan terbiasa untuk menghargai orang lain.
96
Jika anak Anda selalu diterima oleh lingkungannya maka, Ia akan terbiasa menyayangi dan mengasihi.
Jika anak Anda tidak banyak dipersalahkan maka, Ia akan bangga menjadi dirinya sendiri.
Jika anak Anda banyak mendapatkan pengakuan maka, Ia akan dengan pasti menetapkan tujuan hidupnya. Jika anak Anda diperlakukan dengan jujur maka, Ia akan terbiasa untuk berbuat benar.
Jika anak Anda diasuh dengan tidak berat sebelah maka, Ia akan terbiasa untuk berbuat adil.
Jika anak Anda mengenyam rasa aman dirumah maka, Ia akan terbiasa untuk mempercayai orang disekitarnya. Jika anak Anda banyak diberi kesempatan maka,
Ia akan menjadi anak yang berani berekspresi dan kreatif. Jika anak Anda banyak diberi kepercayaan maka,
Ia akan menjadi anak yang mandiri.
Jika anak banyak mendapatkan cinta kasih maka, Ia akan menjadi orang yang peduli dan penuh empati.
Batapa Indahnya dunia ini....
Wahai para orang tua di manapun Anda berada...
Sesungguhnya kitalah yang menentukan akan menjadi seperti apa wajah dunia ini melalui anak-anak kita tercinta....
http://home-ananta.blogspot.com/2008/05/anak-belajar-dari-lingkungan.html
Membudayakan kompetensi anak perlu dorongan, pemberian kesempatan
agar kreatif berekspresi dan pemberian kepercayaan agar mandiri. Puisi Nolte
sangat tinggi maknanya bagi pendidikan. Puisi ini berkaitan dengan sesuatu yang
akan terjadi pada anak karena adanya perlakuan, rangsangan dari luar, dan
interaksi dengan lingkungan terkondisi dimana anak itu tumbuh. Tilaar (2002)
memaparkan keberadaan manusia sebagai sesuatu yang unik. Keberadaan manusia
sebagai sesuatu yang dinamis.
Ada tiga istilah khas yang digunakan untuk manusia yaitu: individu, pribadi
97
bagi/utuh. Sesuatu keutuhan mengasumsikan sifat-sifat atau kemampuan yang
utuh dimiliki oleh seseorang. Secara keseluruhan seseorang menampakkan diri
sebagai sesuatu yang khas. Dikatakan bahwa sifat-sifat yang dimiliki seseorang
secara keseluruhan menentukan identitas orang tersebut.
Proses individualisasi berkaitan dengan proses spesifik manusia. Apa yang
dimiliki oleh manusia dalam berbagai bentuk kemampuan baik dalam bentuk
kemampuan akal/rasio, kemampuan emosi, kemampuan fisik semuanya hanya
dapat berkembang jika kemampuan tersebut diinteraksikan dengan sesama.
Interaksi berarti membuka diri bagi orang lain. Dalam proses membuka diri ada
dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu keselarasan atau konflik-konflik di
dalam diri manusia itu sendiri. Dalam proses individualisasi perlu terjadi
keseimbangan yang dinamik antara manusia dan lingkungannya melalui
partisipasi bukan menguasai.
Dalam proses individualisasi terdapat hubungan yang saling memperkaya
antara individu dengan masyarakat, terjadi transformasi individu, transformasi
masyarakat, dan transformasi budaya. Proses individualisasi merupakan
determinasi seseorang yang individual menjadi dirinya sendiri. Tujuan hidup
manusia adalah mengembangkan individualitas itu sendiri. Proses individualisasi
adalah proses interaksi antara identitas seseorang dengan partisipasinya di dalam
dunianya melalui proses dinamika. Individu terus menerus berdialog dan
berkomunikasi dengan lingkungannya. Melalui partisipasi individu memperoleh
warna yang khas lalu memiliki identitas. Melalui partisipasi individu yang telah
98
Inilah individu yang aktif dan kreatif dan dunia sekitarnya akan memberi peluang
bagi perkembangannya yang lebih tinggi.
Menurut Tilaar (2002) proses pendidikan pada hakekatnya merupakan
proses individualisasi, mengembangkan identitas manusia. Dalam bahasa lain
menurut Suminto A. Sayuti (2005) proses pendidikan adalah proses
pembudayaan. Proses yang berkaitan dengan cara-cara berpikir dan segala
perbuatan yang dianggap benar oleh suatu masyarakat, sebagai kerja perencanaan
berikut upaya mewujudkannya agar manusia tetap survive, termasuk prosesnya
dalam beradaptasi dengan lingkungan. Proses pendidikan yang tidak
mengembangkan identitas manusia adalah pendidikan otoriter, represif,
mematikan kreativitas peserta didik. Pendidikan harus memberi peluang
partisipasi yang luas, tidak satu arah, monolog, dan menindas.
Dinamika dan partisipasi individu yang memiliki identitas diri membangun
kehidupan bermasyarakat yang berbudaya dan berubah secara dinamis. Perubahan
menuju kehidupan yang semakin tinggi membutuhkan individu-individu bermoral
sebagai identitas dirinya. Anak sejak lahir berusaha mengembangkan identitas
dirinya. Sedangkan partisipasinya terhadap masyarakat dan kebudayaan semakin
lama semakin besar sesuai perkembangan kemampuan yang dimilikinya dan
kemungkinan-kemungkinan yang diberikan oleh lingkungannya (Tilaar,
2002:146).
Dalam dinamika proses individualisasi terdapat dua kekuatan transformatif
yaitu: (1) kekuatan dari dalam dan (2) kekuatan dari luar yang interaktif. Kekuatan
99
seorang individu sebagai budaya dasar. Kekuatan luar merupakan kondisi
kebudayaan dimana individu itu berada. Antara kekuatan dari dalam dan kekuatan
dari luar terdapat hubungan interaktif saling mengisi dan melengkapi. Dalam
proses interaksi terwujud pribadi (person) yang merupakan hasil transformasi
masyarakat dengan individu yang aktif dan partisipatif dan juga kreatif.
Hubungan interaksi saling mengisi dapat digambarkan seperti Gambar 8.
Anak dgn Budaya dasarnya unik (Keinginan, kemauan,kemampuan)
Gambar 8. Interaksi Budaya Dasar Anak dengan Lingkungan Budayanya
Pendidikan merupakan proses berkesinambungan terus menerus melalui
berbagai interaksi dengan lingkungannya (Tilaar, 2002:28). Proses pendidikan
tidak akan pernah selesai, tidak pernah berhenti, berkembang terus sejalan
perkembangan lingkungan budaya serta lingkungan alamnya. Melalui berbagai
proses interaksi dengan berbagai faktor yang ada dalam lingkungannya anak akan
berkembang eksistensinya. Proses pendidikan adalah proses mewujudkan
100
negativisme tugas pendidikan alah menjaga pertumbuhan anak. Faktor-faktor
perusak yang ada dalam lingkungan harus disingkirkan.
Seorang anak dengan budaya dasar yang tinggi mudah menangkap stimulus
dari lingkungan budayanya. Sedangkan pada anak dengan budaya dasar yang
rendah memerlukan stimulus yang besar untuk membangun proses individualisasi.
Pengembangan budaya dasar anak yang berlangsung efektif dari lahir hingga
berumur 4 tahun menjadi sangat penting maknanya. Peran keluarga menjadi
sangat sentral dalam pengembangan budaya dasar anak. Gambar 9 menunjukkan
ilustrasi interaksi stimulus dan respon budaya dasar anak.
Anak dgn Budaya dasar Rendah
Anak dgn Budaya dasar Tinggi
Gambar 9. Interaksi Stimulus Dan Respon Budaya Dasar Anak.
Menurut Tilaar (2002) proses interaksi berlangsung seumur hidup.
Bersamaan berjalannya waktu maka proses pengembangan identitas meluruh
karena identitas semakin terbentuk sedangkan partisipasi membesar sesuai
kemampuan seseorang. Akhirnya akan semakin meredup sesuai kemampuan jiwa
101
individu yang memiliki identitas agung seperti Bung Karno, Mahatma Gandi, Ki
Hadjar Dewantara, John Dewey dan sebagainya setelah kematian raganya,
partisipasi non aktifnya terus berjalan karena jiwanya yang telah beridentitas tidak
pernah mati. Kualitas proses dan hasil pendidikan seseorang juga dapat diukur
dari aspek partisipasi non aktifnya di samping yang tidak kalah pentingnya adalah
partisipasi aktifnya selama hidup. Interaksi identitas diri dan partisipasi individu
digambarkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Interaksi Identitas dan Partisipasi Individu
Dinamika perkembangan individu sesuai dengan perjalanan manusia
diwujudkan dalam siklus kehidupan. Proses individualisasi dalam perwujudan
identitas seseorang tergantung perkembangan psikis dan fisik manusia. Proses
individualisasi adalah proses transformatif bagi semua yang berkepentingan
(stakeholder). Kepentingan pendidikan bukan hanya satu arah dari pemerintah,
tetapi melingkupi peserta didik, para pendidik, orang tua, masyarakat, lembaga
masyarakat. Finlay (1998) menggambarkan dalam sistem pendidikan dan
102
(2) Institusional stakeholders; (3) Individual stakeholders; (4) Employer
stakeholders.
Pendidikan adalah proses yang berkenaan dengan pemanusiaan atau
humanisasi. Menurut Tilaar (2002) manusia adalah kemungkinan-kemungkinan
dan jawaban terhadap kemungkinan-kemungkinan, berada dalam kondisi
pegangan diantara ada dan tiada (being dan non being). Dia ada apabila dia telah
mengambil pilihan yaitu relasi terhadap dunia sekitarnya, terhadap sesama
manusia dalam kebudayaannya.
Proses individualisasi merupakan proses kontinum, yaitu dialog antara
“Aku” dan “Aku yang lain” di dalam dunia kehidupan. Proses individualisasi
merupakan integrasi dari proses mencari identitas. Manusia memiliki potensi-
potensi yang unik tidak ada yang sama. Potensi itu semula belum mempunyai
arah. Melalui interaksi dan dialog pendidikan potensi-potensi tersebut mulai
terarah. Dalam dialog antara “Aku” dan “Aku yang lain” terjadi kemungkinan-
kemungkinan: (1) saling membatasi antara dua kekuatan tetapi tetap poreus
membuka diri secara terbatas; (2) saling bersinergi mencari kesamaan dan
perbedaan dan menemukan dan mencapai kesepakatan yang perspektif. Antara
“Aku” dan “Aku yang lain” berada dalam keterbukaan yang memungkinkan
terjadinya dialog, partisipasi dalam satu kesatuan dinamik memasuki kehidupan
yang semakin beragam.
Dialog antara “Aku” dan “Aku yang lain” berwujud sebagai ibu/bapak,
pendidik, anggota keluarga, anggota masyarakat, masyarakat sekolah dalam
103
individu anak mulai dari keluarga, banjar, desa, kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, nasional, regional, global seperti ilustrasi Gambar 11.
Propinsi NASIONAL
DUNIA
Gambar 11. Interaksi Spiral Individu Dengan Lingkungan
Kualitas pendidikan individu siswa sangat dipengaruhi oleh: (1) kuantitas
dan kualitas interaksi; serta (2) kualitas dan ragam lingkungan. Seorang siswa
pada mulanya melakukan interaksi dalam lingkungan keluarga, banjar, dan desa.
Maka kualitas dan ragam lingkungan keluarga, banjar, dan desa akan menentukan
kualitas pembentukan identitas individu anak. Karena perkembangan dan
dukungan ipteks dalam bentuk teknologi informasi, komunikasi, transportasi
maka individu anak dapat memperluas interaksi menuju lingkaran lebih luas pada
tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan dunia global. Bahkan
sangat mungkin interaksi individu anak akan melompat dari rumah keluarga ke
lingkaran regional dan internasional. Dalam kaitannya dengan SMK maka sekolah
itu bisa saja berada di tingkat banjar, desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,
104
Proses mencari identitas terjadi dalam partisipasi antara “Aku” dengan “Aku
yang lain” dan dunia kehidupan proksimitas yaitu dunia yang paling dekat dan
dihayati oleh individu. Rumah adalah tempat pertemuan atau rumah kediaman
(home) bukan hanya merupakan tempat berteduh (house). Sebagai rumah
pertemuan ada rasa kehangatan sebagai bagian dari rasa kemanusiaan bermuatan
emosi dan empati untuk saling berdialog dan berinteraksi. Rumah merupakan
ajang pertemuan dari individu yang otonom, dinamis dan membuka diri. Terjadi
penghalusan dan pengarahan kekuatan yang ada pada setiap individu.
Anggota keluarga menjadi syarat eksistensi atau keberadaan seorang
individu. Dalam mencari identitas setiap individu melalui proses partisipasi secara
seimbang. Proses individualisasi dalam menemukan identitas semakin lama
semakin besar dalam mencari bentuk dan mencari arah melalui partisipasinya
dengan dunia kehidupan yang dinamis. Dunia kehidupan diberi arti terus menerus
(Tilaar, 2002:277)
Karya serta aktivitas individu telah menghasilkan bentuk-bentuk dan cara-
cara kehidupan, baik hubungan antara sesama kehidupan maupun dengan alam
seluruhnya membentuk apa yang disebut dengan kebudayaan. Kebudayaan pada
hakekatnya merupakan proses individualisasi serta pengembangan dunia terus
menerus. Kebudayaan merupakan ciptaan kreativitas dinamika manusia. Tindakan
manusia ditentukan oleh lingkungan kebudayaannya. Praktek kependidikan secara
ontologis dan epistemologis merupakan tindakan yang berinteraksi dengan
kebudayaan. Pendidikan tidak terlepas dari kebudayaan dan kebudayaan tidak
105