• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.2 Kerangka Pikir

IPS Terpadu merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dimulai dari SD sampai dengan SMP yang dimana mengkaji seperangkat peristiwa yang berkaitan dengan isu sosial. Pembelajaran di sekolah dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan dasar yang berfungsi sebagai permulaan atau dasar keilmuan dan membantu mengoptimalkan perkembangan anak melalui pembelajaran yang dibimbing oleh guru. IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Pembelajaran IPS memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai. Dalam pembelajaran IPS sesuai dengan kemampuan masing-masing individu siswa biasanya dapat berfikir mengenai persoalan isu-isu sosial. Cara pandang siswa tentang persoalan sosial mempengaruhi pola pikir tentang penyelesaian yang dilakukan. Pembelajaran IPS memiliki beberapa tujuan yang digariskan dalam suatu kurikulum pembelajaran salah satunya bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, kreatif dan inovatif , mampu berkomunikasi, bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. (Solihatin dan Raharjo, 2011:15)

Belen dalam Hazar (2011) mengemukakan tujuan dari pembelajaran IPS yaitu mengembangkan tiga keterampilan yang dimiliki siswa. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan berfikir (intelektual), sosial dan psikomotor. Keterampilan –keterampilan tersebut muncul dalam diri individu siswa jika pembelajaran IPS dapat dikembangkan dengan baik dan tepat sesuai dengan tujuan yang diharapkan khususnya bagi siswa di tingkat sekolah dasar. Materi yang diberikan pada mata pelajaran IPS di tingkat sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak sekolah dasar dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi di sekitar siswa.

Pembelajaran IPS pada kenyataannya, kemampuan berfikir kritis siswa sering mengalami kesulitan karena peserta didik kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya juga kurang percaya diri serta tidak berani mengemukakan pendapat, sehingga diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat menstimulus siswa agar siswa dapat belajar secara aktif untuk menyelesaikan soal dengan berbagai cara , berinteraksi dan bekerjasama antar teman.

Kemampuan berfikir kritis dalam kehidupan bermasyarakat dapat menolong seseorang untuk menghindari kekeliruan dalam memutuskan hal-hal penting, jelas dan logis. Hal ini sejalan dengan pemikiran Verlinden dalam Liliasari (2005) bahwa penguasaan berfikir kritis dapat membantu warganegara untuk melindungi diri.

Berfikir kritis adalah semacam aspek pemikiran yang berhubungan dengan berfikir secara teliti dengan tidak hanya sekedar menerima begitu saja informsi yang diterima akan tetapi berkaitan dengan aktifitas berfikir seperti watak( dispotitions), kriteria(criteria), argumen (argument), pertimbangan atau pemikiran (reasonings), sudut pandang (point of view), prosedur penerapan kriteria (procedure for applying criteria). Kemampuan berfikir kritis merupakan cara berfikir reflektif dan beralasan yang berfokus penentuan apa yang dipercaya atau dilakukan seperti mengidentifikasi unsur-unsur yang merupakan alasan dari kasus khususnya hubungan sebab akibat, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi. Berfikir kritis dapat berguna untuk secara kritis mengevaluasi apa yang dipelajari di kelas.

Berfikir kritis sangat penting dikuasai sebagai generasi penerus bangsa, dengan penguasaan kemampuan berfikir kritis bagi warga negara dapat menghindarkan terjadinya bebabagi konflik sosial. Untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis bagi siswa dalam proses pembelajaran IPS diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat, maka pembelajaran cooperative tipe Two Stay Two Stray diprediksi dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa sehingga digunakan sebagai salah satu perlakuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS yang dalam hal ini merupakan salah satu tujuan daripada pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar.

Pembelajaran cooperative tipe Two Stay Two Stray / Dua Tinggal Dua Tamu merupakan metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi. Model pembelajaran cooperative tipe two stay two stray (TSTS) dapat meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa dengan cara memberikan suasana belajar diskusi yang menyenangkan, kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif melakukan pertukaran informasi dan materi dengan sesama teman, menyampaikan gagasan kepada teman, menyampaikan jawaban dan pertanyaan terhadap permasalahan diskusi, serta membutuhkan kerjasama dalam kelompok. Dengan kemampuan awal siswa, guru dapat menetapkan dari mana harus memulai pelajaran dan strategi merupakan strategi yang cocok untuk dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS. Lalu

selanjutnya diadakan tes akhir, bila hasil pembelajaran IPS sudah meningkat berarti proses pembelajaran melalui pembelajaran cooperative tipe Two Stay Two Stray sangat berpengaruh terhadap kemampuan berfikir kritis siswa. Penggunaan pembelajaran Two Stay Two Stray dalam proses pembelajaran diduga akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa.

Penggunaan model Two Stay Two Stray ini lebih sesuai dengan mata pelajaran IPS terpadu karena memungkinkan terjadinya kerjasama yang baik untuk saling bertukar informasi , bertukar ide dan membangun keterampilan sosial untuk saling bekerjasama yang baik menyelesaikan tugas diskusi yang diberikan, siswa juga belajar untuk mendengar, mengajukan dan menyampaikan pertanyaan menyelidik kepada temannya sehingga dengan demikian akan dapat meningkatkan keaktifan anak, sehingga dapat meningkatkan keaktifan mereka serta dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran.

Pembelajaran two stay two stray ini diharapkan siswa dapat lebih giat belajar, berkonsentrasi dalam proses pembelajaran termasuk memperhatikan penjelasan guru dan aktif menjawab setiap informasi yang ditanyakan kepada teman sehingga akan tercipta suatu komunikasi yang baik. Siswa terbiasa untuk dapat berbicara dan memberikan dan berbagi pendapat atas materi yang disajikan, dengan demikian kemampuan berfikir kritisnya akan terasah dan sebagai pembandingnya adalah pembelajaran snowball throwing.

Pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu tipe pembelajaran cooperative yang merupakan satu modifikasi dari teknik bertanya sehingga melatih siswa untuk lebih tanggap menerima dan menyampaikan pesan dari dan untuk orang lain yang dikemas dalam bentuk permainan yang menarik yaitu dengan saling melemparkan bola salju yang berisi pertanyaan kepada temannya. Antar siswa diajak untuk saling berargumentasi dengan cara membuat pertanyaan pada suatu kertas dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan teman dengan demikian siswa benar-benar harus siap untuk mengkaji soal-soal yang diberikan pada masing-masing kelompok.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun kerangka pikir yang menghasilkan suatu hipotesis. dimana kerangka pikir mempunyai arti suatu serangkaian konsep dan kejelasan hubungan antara konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan digunakan untuk memberikan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti. Dalam menjawab permasalahan tersebut didukung oleh bukti-bukti dan menggunakan kesimpulan tersebut untuk diperlakukan sebagai hipotesis yang baru untuk membuktikan lebih lanjut dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Two Stay Two Stray dan Snowball Throwing.

Selanjutnya dijelaskan bahwasanya variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah penggunaan pembelajaran cooperative tipe Two Stay Two Stray dan variabel terikat (Y) adalah kemampuan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran

IPS. Sejalan dengan uraian di atas untuk memperjelas kerangka pikir digambarkan sebagai berikut.

Diagram Kerangka Pikir

Gambar 1. Paradigma Penelitian

Dokumen terkait