• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Teori

Dalam dokumen Oleh : Arsit Sidik NIM : (Halaman 28-31)

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

Muhammad Abdul Aziz bin Baz14 menjelaskan seorang pendakwah hendaknya memelihara al-haq, bersikap lembut terhadap mad‟u (orang yang didakwahinya), berusaha untuk senantiasa ikhlas karena Allah dan mengatasi berbagai perkara dengan cara yang telah digariskan oleh Allah, yaitu berdakwah dengan hikmah (ilmu), nasehat/wejangan yang baik dan bantahan yang lebih baik. Semua ini harus berdasarkan ilmu sehingga sasarannya merasa puas untuk menerima al-haq dan agar menghilangkan keraguan dari orang yang telah diliputi keraguan serta agar hati orang yang keras dan membatu pun menjadi luluh, karena hati manusia itu bisa luluh dengan seruan dakwah, wejangan yang baik dan penjelasan tentang kebaikan di sisi Allah bagi yang mau menerima al-haq serta tentang bahaya besar bagi yang menolak al-haq setelah al-haq itu datang menghampirinya, dan nasehat-nasehat hal yang senada.

Kemudian tentang mereka yang melaksanakan amar makruf nahi mungkar, hendaknya berperilaku dengan adab-adab sesuai dengan syariat, ikhlas karena Allah dalam beraktifitas, berakhlaq dengan akhlaq para pendakwah, yaitu lembut dan tidak kasar kecuali jika itu memang

14Muhammad Abdul Aziz bin Baz adalah seorang ulama kontemporer yang ahli dalam bidang sains hadits, aqidah, dan fiqh, beliau lahir di Riyadh Arab Saudi tahun 1909 M/1330 H.

diperlukan, misalnya saat menghadapi kezhaliman, kesombongan dan penentangan, maka saat itu perlu menggunakan kekuatan.15 Sebagaimana firman Allah Swt. menjelaskan: “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zhalim di antara mereka”. (Q.S al-„Ankabut [29]: 46).

Muhammad Shâlih al-Utsimin16 beliau menjelaskan jika seseorang tidak merasa tidak bermanfaat ketika mendatangi orang yang berbuat munkar, maka wajib baginya menyerahkan kepada yang berwenang yang berhak mengurusi orang ini. Jika telah menyerahkanya, maka gugurlah kewajibannya dan ia selamat dari dosa. Adapun bagi yang berwenang hendaknya menegakkan perbaikan yang telah Allah Swt wajibkan atas mereka.

Sesungguhnya umat tidak akan menjadi kuat dan terpandang hingga mereka bersatu, dan hal itu tidak mungkin tercapai kecuali tegak amar makruf nahi mungkar. Sehingga umat berada dalam satu agama dalam akidah, ucapan, amalan dan jalan yang lurus. Jika tidak, maka fondasi Islam akan roboh.17

Muhammad Shâlih al-Utsaimin ketika menjelaskan hadits nabi Muhammad Saw

.

“Barangsiapa di antara kalian yang menyaksikan suatu kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, maka jika ia tidak mampu dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman.”

Muhammad Shâlih al-Utsaimîn menjelaskan hadits diatas pengubahan terhadap kemungkaran itu melalui tiga tahapan.

1. Pengubahan dengan tangan

Jika anda berkuasa merubah kemungkaran dengan tangan anda, maka lakukanlah. Dan hal itu memungkinkan dilakukan oleh seseorang jika kemungkaran tersebut terjadi di rumahnya dan dialah yang berkuasa di rumah

15Muhammad Abdul Aziz bin Baz, Majmu‟ fatâwa Ibnu Baz, juz 4, hal. 240

16Muhammad Shâlih al-Utsimin adalah ulama era komtemporer yang ahli dalam bidang fqih, dilahirkan di kota Unaizah pada tahun 1928.

17Muhammad Bin Shâlih Al-Utsaimîn, Adl-Dhiyâul Lawâmi Minal Khuthâbil Jawâmi, hal. 371–378.

18Muslim bin Hajjaj, Shahîh al-Muslim kitab al-Iman, Kairo: Dâr al-Hadîts, 1412H.

No. 49, dari sahabat Sa‟id al-Khudry Radiyallâhu „anhu dan syarh al-Arbain an-Nawawiyah li al-Utsaimîn, hal. 255.

itu, maka dia dalam kondisi ini dapat mengingkari kemungkaran tersebut dengan tangannya. Maka seandainya seseorang masuk ke dalam rumahnya lalu ia menemukan kemungkaran, karena itu adalah rumahnya, anak itu anaknya, dan keluarga itu adalah keluarganya, maka memungkinkan baginya untuk merubah kemungkaran tersebut dengan tangannya.

2. Pengubahan dengan lisan

Jika ia tidak mampu mengubah kemungkaran dengan tangannya maka dapat berpindah pada tahapan yang kedua yaitu pengubahan kemungkaran dengan lisan. Dan pengubahan dengan lisan (dapat dilakukan) dengan dua cara. Pertama, Dengan mengatakan kepada pelaku kemungkaran, tinggalkan kemungkaran ini, dan berbicara dengannya serta memarahinya jika menuntut demikian. Kedua, Jika ia tidak dapat melakukan hal tersebut maka hendaklah ia menyampaikan kepada para penguasa (waliy al-amri).

3. Pengubahan dengan hati

Jika ia tidak sanggup melakukan pengubahan terhadap kemungkaran dengan tangan atau dengan lisan maka hendaknya ia megingkarinya dengan hati dan itu merupakan selemah-lemah keimanan. Pengingkaran dengan hati adalah dengan membenci kemungkaran itu dan membenci keberadaannya serta menginginkan agar ia tidak ada.

Disini terdapat satu point yang harus kita perhatikan, dan ia diisyaratkan oleh Nabi Saw. dalam hadits ini, “Barangsiapa di antara kalian yang melihat”.

Penglihatan disini, apakah ia adalah penglihatan dengan mata atau berdasarkan pengetahuan atau secara sangkaan? Adapun secara sangkaan maka tentu bukanlah yang dimaksud di sini, karena tidak boleh memberi sangkaan yang buruk terhadap seorang muslim. Jika demikian maka yang tersisa adalah penglihatan/pandangan dengan mata atau berdasarkan pengetahuan.

Dengan mata, maksudnya jika seseorang melihat langsung kemungkaran tersebut. Adapun berdasarkan pengetahuan: Jika ia hanya mendengar namun tidak melihatnya, atau jika seseorang yang dapat dipercaya memberitahukannya tentang kemungkaran tersebut.

Disini jelaslah bagi kita bahwa Rasulullâh Saw. menginginkan agar kita tidak tergesa-gesa dalam menghukumi seseorang dalam kemungkaran hingga kita melihatnya, barangsiapa di antara kalian yang menyaksikan suatu kemungkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu hendaklah ia merubahnya dengan lisannya, jika ia tidak mampu hendaklah ia merubahnya dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman.19

19Muhammad Shâlih al-Utsaimîn , al-Shahwah Al-Islâmiyah Dhawâbith wa Taujîhât, Riyadh: Dâr al-Wathan 1426 H, hal. 54.

Dalam dokumen Oleh : Arsit Sidik NIM : (Halaman 28-31)