• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengenai gejala spesifik atau proses sesuatu terjadi48dan teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Suatu hal yang semula tampak bagaikan cerita cerai berai tanpa makna sama sekali, melalui pemahaman secara teori bisa dilihat sebagai sesuatu yang lain, sesuatu yang mempunyai wujud yang baru dan bermakna tertentu.49

Mengenai konsep teori M. Solly Lubis yang mengatakan bahwa “Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan (problem) yang bagi pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya, ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti.”50 Dalam penelitian hukum dibutuhkan kerangka teori agar permasalahan yang akan diteliti menjadi jelas dan tepat sasaran.

Pada penelitian ini, kerangka teori diarahkan kepada teori organ (organ

48

M.Hisyam,Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, FE UI, Jakarta, 1996, hal. 203.

49

Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum : Esai-Esai Terpilih, Genta Publishing, Yogyakarta, 2010, hal. 1.

50

theory). Teori ini yang memberikan status perseroan terbatas tersebut sama seperti organ manusia dimana yang melakukan pengurusan adalah organ perseroan. Hal ini merupakan salah satu prinsip dari sebuah perseroan terbatas.

Teori organ menganggap badan hukum tidak sebagai suatu fiksi atau perumpamaan melainkan sebagai suatu kenyataan belaka (realitas). Para penganut teori ini menggambarkan badan hukum sebagai sesuatu yang tidak berbeda dari seorang manusia.51

Kalau seorang manusia bertindak dengan alat-alatnya (organ) berupa tangan, kaki, jari, mulut, otak, dan lain sebagainya, maka badan hukum juga bertindak dengan alat-alatnya berupa rapat anggota atau ketuanya dari badan hukum. Oleh karena alat-alat ini berupa orang-orang manusia juga, maka apabila ada syarat-syarat dalam peraturan hukum yang melekat pada tubuh manusia syarat-syarat ini dapat juga dipenuhi oleh badan hukum.52

Teori organ atau teori peralatan atau kenyataan (Otto von Gierke), menurut teori ini badan hukum adalah sesuatu yang sungguh-sungguh ada di dalam pergaulan yang mewujudkan kehendaknya dengan perantaraan alat-alatnya (organ) yang ada padanya (pengurusnya), jadi bukanlah sesuatu yang fiksi tetapi merupakan makhluk yang sungguh-sungguh ada secara abstrak dari konstruksi yuridis.53

Menurut teori organ, badan hukum merupakan een bestaan, dat hun realiteit

dari konstruksi yuridis seolah-olah sebagai manusia, yang sesungguhnya dalam lalu lintas hukum juga mempunyai kehendak sendiri yang dibentuk melalui alat-alat kelengkapannya, yaitu pengurus dan anggotanya dan sebagainya. Putusan yang dibuat oleh pengurus adalah kemauan badan hukum.54

51

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi Di Indonesia,

Penerbit Dian Rakjat, 1969, Jakarta, hal. 10.

52Ibid 53

R. Soeroso,Perbandingan Hukum Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal 153.

54

H.Salim, HS, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal.180.

Prinsip pengurusan oleh suatu organ dalam suatu perseroan terbatas timbul sebagai akibat dari sifat perseroan terbatas yang merupakan asosiasi modal dan mempunyai sifat mobilitas atas penyertaan. Sifat asosiasi modal dalam perseroan terbatas adalah bahwa perseroan itu merupakan wadah penghimpun modal yang dibagi dalam saham. Sifat mobilitas atas penyertaan artinya bahwa pemegang saham yang telah menyertakan modalnya dalam perseroan dapat memperoleh kembali modalnya dengan cara menjual bagian saham yang dimilikinya sehingga modal dalam perseroan tidak terpecah.

Maksud dari PT sebagai wadah penghimpun modal adalah sedemikian rupa agar sekali modal telah terkumpul harus benar-benar dijaga jangan sampai tercerai berai kembali.55

Oleh karena itu, dalam suatu perseroan terbatas tidak mungkin diadakan suatu pengurusan oleh semua pemegang saham. Dalam hubungan itu, menurut ajaran, pengurusan pada PT harus dilakukan oleh suatu organ. Apa artinya oleh suatu “organ”, maksudnya tidak oleh para pemegang saham, melainkan oleh suatu lembaga tersendiri, yang terpisah kedudukannya sebagai pemegang saham.56

Dalam UUPT diatur bahwa organ perseroan terbatas adalah RUPS, Direksi dan komisaris.

Menurut undang-undang, RUPS adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.57

55

Rudhi Prasetya,Op. Cit., hal. 14.

56Ibid., hal. 16

57

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.58 Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.59

RUPS merupakan wadah tempat para pemegang saham dapat menyatakan pendapatnya mengenai pengurusan yang dilakukan oleh direksi dan komisaris.60 Melalui RUPS, para pemegang saham memberikan persetujuan ataupun menolak terhadap suatu bentuk rencana usaha yang mempunyai risiko besar terhadap perseroan seperti misalnya menjaminkan atau mengalihkan asset perseroan, pembubaran, penggabungan perusahaan (merger), dan pengalihan perseroan. Hal-hal demikianlah yang disebut sebagai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi dan komisaris.

Pelaksanaan pengurusan sehari-hari dijalankan oleh suatu organ yang dinamakan direksi. Direksi dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang. Pejabatnya dinamakan direktur. Dalam menjalankan pengurusan perseroan, direksi mempunyai wewenang yang cukup luas dalam mengelola usaha perseroan mulai dari bidang keuangan, pemasaran, manajemen dan lainnya yang menyangkut operasional

58

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentangPerseroan Terbatas 59

Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentangPerseroan Terbatas 60

Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek Dalam Gugatan Perdata di Pengadilan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2007. hal. 63.

perusahaan. Oleh karena itu, untuk mengawasi setiap kebijakan direksi dalam menjalankan pengurusan perseroan agar sesuai dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam anggaran dasar perseroan, maka undang-undang memasukkan dewan komisaris sebagai salah satu organ perseroan.

Teori lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang doktrin/teori mengenai fiduciary duty. Prinsip fiduciary duty bagi komisaris dapat dilihat dalam Pasal 114 ayat (2) Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, yang menyatakan bahwa Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

Dalam teori manajemen pengelolaan perseroan terbatas dikenal suatu konsep yang disebut agency theory. Pengelola perusahaan atau direksi adalah suatu pihak (agent) yang diberikan kepercayaan oleh pemilik modal untuk melaksanakan tugas untuk kepentingan mereka berdasarkan suatu kesepakatan, dan untuk itu agent mendapat imbalan. Untuk melaksanakan tugas ini tidak cukup bila diserahkan begitu saja, karena bukan mustahil bahwa pihak pengelolaan akan lebih banyak melihat kepentingannya daripada kepentingan pemilik modal, maka diperlukan berbagai perangkat untuk mengawasi pengelola serta memberikan imbalan yang memadai yang tentunya merupakan tambahan bagi pelaksanaannya.61

Undang-undang menetapkan satu organ yang tugasnya adalah mengawasi setiap tindakan pengurus perseroan yakni direksi, agar setiap keputusan yang diambil

61

Moenaf H. Regar,Pembahasan Kritis Aspek Manajemen dan Akuntansi Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995, Penerbit Pustaka Quantum, Jakarta, 2001, hal. 11-12.

oleh direksi tetap berada pada koridor maksud dan tujuan serta demi kepentingan perseroan semata-mata, dan organ dimaksud dinamakan dewan komisaris.

Sama halnya dengan direksi, yang mana dewan komisaris dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang. Pejabatnya dinamakan komisaris.

Dewan komisaris selain berfungsi sebagai pengawas juga berkewajiban dalam memberikan nasihat dan masukkan kepada direksi dalam pengelolaan perusahaan, bahkan dalam hal tertentu dewan komisaris diperkenankan untuk memberikan bantuan kepada direksi apabila hal tersebut diatur dalam anggaran dasar.62

Komisaris bertugas mengawasi pekerjaan direksi, memberi nasehat kepada direksi, dan bilamana perlu memberhentikan sementara direksi yang dianggap menyimpang dari tujuan perseroan. Rincian lebih lengkap mengenai lingkup hak dan kewenangan komisaris diatur dalam akta perseroan, sehingga kita melihat bahwa pengawasan terhadap direksi itu sesungguhnya dapat dilakukan.63

Namun dalam prakteknya fungsi dewan komisaris sering juga menyangkut masalah yang menentukan kebijakan serta mengambil keputusan yang penting yang tidak dapat dilakukan oleh dewan direksi, seperti keputusan melakukan investasi dan melakukan penyertaan pada perusahaan dalam jumlah yang besar. Melakukan fungsi pengawasan oleh dewan komisaris tidak dapat diartikan bahwa direksi harus tunduk kepada dewan komisaris, walaupun dikatakan dewan komisaris dapat memberhentikan sementara dewan direksi.64

62

Frans Satrio Wicaksono , Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas, Malang: Visimedia, 2009. hal. 76.

63

Todung Mulya Lubis,Menuju Good Corporate Governance (I), http://www. hukumonline. com/berita/baca/hol2593/menuju-igood-corporate-governancei-i terakhir kali diakses tanggal 20 Agustus 2011.

64

Meskipun kedudukan komisaris adalah mandiri dan terlepas dari kekuasaan direksi maupun rapat umum pemegang saham, tetapi tidak ada larangan jika yang menduduki jabatan komisaris adalah pihak pemegang saham itu sendiri. Hanya untuk perusahaan terbuka, perundang-undangan di bidang pasar modal mengharuskan perusahaan untuk memiliki yang namanya” Komisaris Independen”, yakni yang tidak terafiliasi dengan pihak direksi maupun pemegang saham.65

“Komisaris Independen adalah komisaris yang tidak ada hubungan keluarga atau hubungan bisnis dengan direksi maupun dengan pemegang saham. Komisaris Independen dapat pula dipahami sebagai komisaris yang bukan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat ataupun seseorang yang berhubungan secara langsung dengan ataupun tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan.”66

Mengenai Keberadaan komisaris independen ini dapat kita temukan dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Seperti pada Undang-undang No. 40 tahun 2007, sebagaimana diatur dalam Pasal 108-121 adanya 1 (satu) orang atau lebih Komisaris Indepeden dan 1 (satu) orang Komisaris Utusan.

Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan PraktikGood Corporate Governancepada Badan Usaha Milik Negara. Paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari anggota Komisaris harus berasal dari kalangan di luar BUMN.67 Selain itu, PT. Bursa Efek Indonesia di dalam peraturan Pencatatan Efek No. I-A: tentang Ketentuan Umum

65

Munir Fuady,Op.Cit.,hal. 107.

66

Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan terbatas, Permata Aksara, Jakarta, 2012, hal. 105

67

Pasal 13 ayat (1) Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/ MBU/2011 tentang Penerapan PraktikGood Corporate Governancepada Badan Usaha Milik Negara

Pencatatan Efek yang berisi tentang rasio komisaris independen yaitu komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh yang bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari seluruh jumlah anggota komisaris.

Independensi merupakan hal yang diharuskan dalam pada perusahaan publik agar komisaris dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan efektif. Agar suatu perusahaan menjadi efektif dalam melaksanakan tugasnya, maka jumlah komisaris independen dalam perusahaan harus ditingkatkan.

Keberadaan komisaris independen dimaksud untuk menciptakan iklim yang objektif dan independen, serta untuk menjaga fairness ( kesetaraan) serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan para kepentingan stakeholders lainnya. Tujuan menghadirkan seorang komisaris independen adalah sebagai penyeimbang pengambilan keputusan dewan komisaris.

Dalam menjalankan tugas pengawasannya, dewan komisaris dapat membentuk komite, yang anggotanya seorang atau lebih merupakan anggota dewan komisaris. Komite tersebut bertanggungjawab kepada anggota dewan komisaris. 2. Konsepsi

Dalam rangka melakukan penelitian ini, perlu di susun serangkaian operasional dan beberapa konsep yang di pergunakan dalam penulisan ini. Yaitu untuk menghindari salah pengertian dan untuk memberikan pegangan pada proses

penelitian. Definisi operasional dari berbagai istilah yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Peranan adalah merupakan aspek dinamis dari kedudukan apabila seseorang melaksanakan hal-hal serta kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia telah melakukan sebuah peranan.68

b. Tanggung-jawab dalam artiresponsibilitydiartikan sebagai sikap moral untuk melaksanakan kewajibannya atau pertanggungjawaban mutlak. Jadi, setiap anggota dewan komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.69

c. Dewan Komisaris adalah organ Perseroan Terbatas yang yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kinerja direksi secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.70

d. Komisaris Independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan.

68

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta 1986, hal 268.

69

Abdul R. Saliman, Hermansyah, Ahmad Jalis, Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori & Contoh Kasus,Kencana, Jakarta, 2006., hal. 35.

70

Martono Anggusti, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Book Terrace & Library, Bandung, 2010., hal.14.

e. Perseroan Publik adalah perseroan yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan.71 f. Perseroan Terbuka adalah Perseroan publik atau Perseroan yang melakukan

penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan di bidang pasar modal.72