• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka teori yang mendasari teori Fonologi Generatif adalah teori yang pertama sekali digagas oleh Noam Chomsky dan Morris Halle (1968) dalam bukunya The Sound Pattern of English. Teori yang diacu dalam kajian ini adalah teori Fonologi Generatif oleh Schane (1973; diterjemahkan kedalam bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia tahun 1992). Jika teori Schane telah mengacu pada berbagai macam bahasa sehingga lebih meyakinkan bahwa teori tersebut dapat digunakan dalam analisis bahasa Gayo.

Seperti yang di ketahui bahwa teori Schane tersebut masih berupa kerangka teoritis, yang sudah dilengkapi dengan berbagai studi operasional bidang-bidang khusus. Bidang proses dan kaidah perubahan bunyi dilengkapi dengan pandangan Kenstowicz (1994) dalam Phonology in Generative Grammar.

Bidang artikulasi banyak dibantu oleh Ladefoged (1982) dalam bukunya A Course in Phonetics. Bidang analisis suku kata banyak diikuti oleh pandangan Gussman (2002) dalam bukunya Phonology Analisys and Theory. Sementara mengenai penggambaran fitur dibantu oleh Simanjuntak (1990) dalam bukunya Teori Fitur Distingtif dalam Fonologi Genaratif.

Berdasarkan uraian di atas bahwa kajian ini berusaha membahas fonologi bahasa Gayo, teori yang diikuti tetap teori Fonologi Generatif (standar). Akan tetapi, teori tersebut juga dilengkapi dengan pandangan-pandangan yang relevan dengan fenomena fonologis yang ditemukan di lapangan.

Sesuai dengan pandangan mendasar yang diikuti dalam kajian ini, bahwa bahasa lisan, bunyi menyampaikan makna, dan makna diwujudkan melalui bunyi bahasa (Schane, 1992 : 1). Teori Fonologi Generatif tidak berkembang secara terpisah dari bidang bahasa yang lain, tetapi merupakan bagian dari teori komprehensif bahasa yang disebut gramatika transformasional grammar. Hal itu terlihat jelas dinyatakan oleh Chomsky (1965) dalam Aspect of the Theory of Syntax. Secara khusus hubungan fonologi dan sintaksis dibicarakan oleh Sharon Inkelas dan Draga Zec (1990) dalam buku The Phonology-Syntax Connection.

Seperti diuraikan di atas, bahwa teori fonologi yang digunakan dalam kajian ini hanya menganalisis masalah fonologi leksikal saja (lazimnya penelitian fonologi selama ini).

2.3.1 Sejarah Teori Fonologi Generatif

Perkembangan teori Fonologi Generatif sebenarnya berawal dari gagasan Chomsky pada tahun (1957a), dalam bukunya Syntactic Structure tercetus gagasan baru dalam bidang linguistik yang kemudian dikenal sebagai inovasi dari teori struktural, kemudian diperkembangkan karena adanya kritik dan saran dari berbagai pihak, di dalam buku Chomsky yag kedua yang berjudul Aspect of th Theory of Syntax pada tahun 1965. Teori itu selanjutnya dikenal dengan sebutan Teori Generatif Transformasi. Dalam buku berikutnya yaitu, Fundamentals of Language (1957b), Chomsky menjelaskan gagasannya dalam hal fonologi yang sekarang terkenal sebagai teori Fonologi Generatif Transformasi atau Fonologi Transformasi Generatif.

Uraian tentang Fonologi Generatif lebih terperinci kemudian ditulis oleh Halle dua tahun berikutnya dalam buku yang berjudul The Sound Pattern of Russian (1959). Sejak itu kemudian terbit beberapa karya baru yang makin mengukuhkan teori Fonologi Generatif.

Chomsky bekerja sama dengan Halle menerbitkan satu buku dalam bidang fonologi yang berjudul The Sound Patterns of English tepatnya tahun 1968. Buku tersebut selanjutnya menjadi rujukan utama dalam teori Fonologi Generatif. Fonologi era tahun 70-an ini kemudian dikenal dengan sebutan teori standar. Tahun 1980-an muncul lagi teori baru yang disebut Fonologi Autosegmental. Dalam teori ini dibicarakan khusus tentang fenomena yang lebih besar daripada segmen. Pada teori ini beberapa ciri dianggap mempunyai otonom relatif dari ton segmental. Ide dasar adalah fitur-fitur ton boleh dibentuk pada tahap atau peringkat yang terlepas dari elemen-elemen lain.

Tahun 1990-an muncul lagi teori baru yang dikenal dengan Teori Optimalitas (Optimality Theory). Teori ini digagas oleh Prince dan Smolensky lewat karyanya yang berjudul Optimality Theory: Constraint Interaction in Generative Grammar (1993). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rocca dan Johnson (1999 : xv) bahwa teori Optimalitas adalah teori Fonologi Genetarif. Perbedaanya adalah teori sebelumnya memakai kaidah untuk penjelasan sementara teori Optimalitas menggunakan pembatas. Untuk kajian ini, yang dipakai sebagai rujukan adalah teori Fonologi Generatif dari Sanford A. Schane

(1973) atau disebut juga Teori Fonologi Generatif “Standar” yang diterjemahkan

ke dalam dua bahasa yaitu dalam bahasa Indonesia oleh Kentjanawati G. (1992) dan bahasa Malaysia oleh Zaharani Ahmad dan Nor Hashimah Jalaludin (1992) dari buku aslinya Generative Phonology.

Pemakaian buku Schane (1973, 1992) tersebut dengan beberapa pertimbangan. Pertama, Schane pada prinsipnya menerima Fonologi Generatif Chomsky dan Halle diterima juga dengan cukup baik oleh ahli-ahli Transformasi Generatif lain (Simanjuntak, 1990 : 46-48, Chaiyanara, 2007 : 155-157).

Kedua, teori Fonologi Generatif Schane ini telah dilengkapi dengan contoh data analisis dari berbagai macam bahasa (teori Chomsky menggunakan contoh bahasa Inggris) yang berarti telah dicobakan pada bahasa non-bahasa Inggris walaupun contoh bahasa Inggris masih mendominasi. Buku tersebut juga telah diterjemahkan ke dalam dua bahasa (1992) dan disertai buku latihan yang paralel dengan buku teorinya (Suparwa, 2007 : 53).

Teori Chomsky terus-menerus mengalami penyempurnaan, yaitu model Syntactic Structures (1957), Standard Theory (1965), Revised standard Theory

1970’an), dan Government and Building (1980’an), pandangan para linguis

generatif tentang komponen dalam tata bahasa tetap terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen sintaksis, komponen semantik, dan komponen fonologi (Palmatier, 1972 ; Chomsky, 1975).

2.3.2 Kerangka Dasar Transformasi Generatif

Bahwa tujuan utama dari pemaparan teori linguistik dalam “Syntactic Structures” adalah pada dasarnya menggambarkan sintaksis dalam bentuk kaidah-kaidah grammatikal yang mendasari pembentukan kalimat-kalimat tunggal maupun kalimat luas. Dalam teori standar yang dikemukakan pada tahun 1965 tujuan itu lebih diperluas sehingga teori ini mampu menjelaskan hubungan-hubungan linguistik yang terdapat antara sistem bunyi dan sistem makna. Dalam usaha mencapai tujuan makna itu tata bahasa itu harus mempunyai tiga komponen yaitu:

(a) komponen sintaksis yang menghasilkan dan menggambarkan strukutr kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.

(b) Komponen fonologi yang menggambarkan struktur bunyi dari struktur-struktur yang dihasilkan oleh komponen sintaksis, dan

(c) Komponen semantik yang menggambarkan struktur makna kalimat yang dihasilkan oleh komponen sintaksis.

Dari ketiga komponen yang disebutkan di atas jelas kelihatan bahwa komponen sintaksis itu merupakan pusat tata bahasa tersebut, sedangkan komponen fonologi dan komponen semantik hanya bersifat interpretatif atau bersifat menafsirkan. Denga kata lain, komponen sintaksislah yang menghasilkan semua kalimat sedangkan kedua komponen lainnya hanya menggambarkan bunyi dan arti kalimat yang dihasilkan. Komponen fonologi dan komponen semantik tidak menghasilkan kalimat.

Agar kedua komponen yang disebutkan di atas dapat memberikan tafsiran fonologi dan tafsiran semantik, maka komponen sintaksis itu harus mempunyai dua jenis struktur untuk setiap kalimat yaitu:

(a) struktur dalam yang menentukan tafsiran semantik, dan (b) struktur permukaan yang menentukan tafsiran fonetik.

Kedua struktur itu mempunyai bentuk yang berbeda. Struktur permukaan ditentukan oleh hasil pemakaian yang biasa disebut dengan transformasi gramatikal, sedangkan struktur dalam merupakan struktur dasar. Jadi komponen sintaksis harus menghasilkan struktur dalam dan struktur permukaan untuk setiap kalimat dalam menghubungkan kedua struktur tersebut.

Komponen sintaksis itu terdiri dari dua bahagian yaitu dasar dan transformasi. Dasar komponen sintaksis terdiri dari kaidah-kaidah yang menghasilkan untaian dasar yang mempunyai deskripsi struktur yang disebut pemarkah frase dasar. Pemarkah dasar inilah yang membentuk struktur dalam. Karena struktur dalam inilah yang menentukan penafsiran arti kalimat, maka kalimat-kalimat yang berbeda artinya akan mempunyai struktur dalam yang

berbeda pula. Sub komponen transformasi menghasilkan kalimat-kalimat, termasuk struktur permukaan, dari struktur yang dihasilkan oleh dasar komponen sintaksis, komponen sintaksis itu juga memiliki leksikon yang memuat semua morfem yang terdapat dalam bahasa yang bersangkutan. Leksikon inilah yang mengisi struktur yang telah dihasilkan oleh dasar tersebut.

Berikut ini adalah penggambaran komponen-komponen tata bahasa generatif transformasi model standar Chomsky.

Bagan 2.3 Komponen-komponen Tata Bahasa menurut Transformasi

Dokumen terkait