• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.8 Suatu teori harus dikaji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.

8 JJJ.Wuisman, penyunting M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, jilid I, FE UI Jakarta, 2006, hal.203

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi perbandingan pegangan teoretis.9 Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori living law dari teori Eugeen Erlich dan teori keadilan dari John Rawls.

Teori Living Law yang dikemukakan oleh Eugeen Erlich dalam bukunya yang berjudul Grundlegung der Soziologis des Rechts yang menyatakan bahwa titik berat perkembangan hukum tidak terletak pada perkembangan juga tidak dalam keputusan pengadilan maupun dalam ilmu pengetahuan di bidang hukum, tetapi dalam masyarakat itu sendiri. Perkembangan hukum terjadi dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat dikatakan teori living law adalah hukum yang berkembang dan hidup di dalam masyarakat. Hukum yang berkembang dan hidup di dalam masyarakat harus dapat diimbangi dan dimasukkan ke dalam peraturan undangan yang berlaku, sehingga peraturan perundang-undangan tersebut dapat mengatur hubungan hukum masyarakat antara seseorang dengan orang lain dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.

Teori living law yang dikemukakan oleh Eugeen Erlich digunakan dalam penelitian ini berhubung karena pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah untuk kepentingan lahan pertanian antara pemilik tanah dengan pihak penyewa tanah adalah didasarkan kepada hukum adat yaitu hukum yang tumbuh hidup dan berkembang dalam masyarakat adat tertentu dalam hal ini adalah masyarakat hukum adat Mandailing yang telah berlangsung secara turun temurun dan tetap

9 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 2003, hal.80.

dipatuhi oleh masyarakat hukum adat Mandailing tersebut.10 Apabila pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah untuk kepentingan tanah tersebut mengalami permasalahan antara pemilik tanah dan penyewa tanah tersebut maka ketentuan hukum yang berlaku adalah ketentuan hukum adat Mandailing yang telah berlaku secara turun temurun dan dipatuhi oleh masyarakat hukum adat Mandailing tersebut.11

Menurut Rawls, suatu konsepsi keadilan sosial harus dipandang sebagai instansi pertama, standar dari mana aspek distributif struktur dasar masyarakat dinilai. Konsepsi seperti itu haruslah menetapkan cara menempatkan hak-hak dan kewajiban di dalam lembaga-lembaga dasar masyarakat, serta caranya menetapkan pendistribusian yang sesuai sebagai hasil dari beban kerja. Pandangan ini dituangkan Rawls dalam konsepsi umum keadilan intuitif berikut: Semua nikmat primer kemerdekaan dan kesempatan, pendapatan dan kekayaan, dan dasar-dasar kehormatan diri harus dibagikan secara sama (equally), pembagian tak sama (unequal) sebagian atau seluruh nikmat tersebut hanya apabila menguntungkan semua pihak.12

Konsep umum di atas menampilkan unsur-unsur pokok keadilan sosial Rawls. Bahwa (1) prinsip pokok keadilan sosial adalah equality atau kesamaan;

yaitu: (2) kesamaan dalam distribusi; atas (3) nikmat-nikmat primer (primary goods); namun (4) ketidaksamaan (inequalities) dapat ditoleransi sejauh

10 Haposan Nasution, Hukum Adat Mandailing, Suatu Pengantar, Suluh Ilmu, Jakarta, 2006, hal. 21

11 Pardomuan Sinaga, Karakteristik Hukum Adat Batak, Pustaka Ilmu Jakarta 2006, hal.

45

12 Priyono, Teori Keadilan John Rawls dalam Tim Redaksi Driyarkardi (Ed.) Diskursus Kemasyarakatan dan Kemanusiaan, Gramedia Pustaka, Jakarta, 2010,hal.62

menguntungkan semua pihak. Dalam konsepsi umum ini, tampak bahwa teori keadilan Rawls mencakup dua sisi dari masalah keadilan: kesamaan (equality) dan ketidaksamaan (inequality). Di satu sisi, keadilan sosial adalah penerapan prinsip kesamaan dalam masalah distribusi nikmat-nikmat primer. Sementara di lain sisi, diakui, ketidaksamaan dapat ditoleransi sejauh hal itu menguntungkan semua, terutama golongan yang tertinggal.13

Bagi John Rawls, konsepsi keadilan harus berperan menyediakan cara di dalam mana institusi-institusi sosial utama mendistribusikan hak-hak fundamental dan kewajiban, serta menentukan pembagian hasil-hasil dan kerja sama sosial.

Suatu masyarakat tertata benar (well-ordered) apabila tidak hanya dirancang untuk memajukan nilai yang-baik (the good) warganya, melainkan apabila dikendalikan secara efektif oleh konsepsi publik mengenai keadilan, yaitu:

a. Setiap orang menerima dan tahu bahwa yang lain juga menerima prinsip keadilan yang sama, dan

b. Institusi-institusi sosial dasar umumnya puas dan diketahui dipuaskan oleh prinsip-prinsip ini.

John Rawls mengemas teorinya dalam konsep justice as fairness, bukan karena ia mengartikan keadilan sama dengan fairness, tapi karena dalam konsep keadilan tersebut terkandung gagasan bahwa prinsip-prinsip keadilan bagi struktur dasar masyarakat merupakan objek persetujuan asal dalam posisi simetris dan fair.

Dalam kesamaan posisi asal wakil-wakil mereka menetapkan syarat-syarat fundamnetal ikatan mereka, menetapkan bentuk kerja sama sosial yang akan

13 Ibid, 63

mereka masuki, dan bentuk pemerintahan yang akan didirikan. Cara memandang prinsip-prinsip keadilan seperti itu disebut Rawls justice as fairness.

Teori keadilan dari John Rawls akan digunakan dalam melakukan pembahasan terhadap pelaksanaan sewa menyewa tanah berdasarkan hukum adat Mandailing yang dilakukan secara lisan antara pemilik tanah dengan penyewa tanah. Pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah untuk kepentingan lahan pertanian tersebut harus dilandasi dengan asas-asas keadilan antara pihak pemilik tanah dengan pihak penyewa tanah sehingga dalam pelaksanaan sewa menyewa tanah untuk lahan pertanian berdasarkan hukum adat Mandailing tersebut tercermin suatu asas keadilan bagi pihak pemilik tanah dan pihak penyewa tanah dan masing-masing pihak memperoleh haknya secara proporsional sesuai dengan kewajiban yang telah dilaksanakan oleh para pihak tersebut.14

Penggunaan teori living law dan keadilan menurut nilai-nilai budaya dan hukum adat yang berlaku di masyarakat hukum adat pada umumnya dan masyarakat Mandailing di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. Di dalam penelitian ini akan dikaitkan dengan prinsip keadilan dalam pelaksanaan perjanjian parbolaan yang dilakukan berdasarkan hukum adat Mandailing di Kabupaten Tapanuli Selatan. Keadilan di dalam pelaksanaan perjanjian parbolaan merupakan keadilan yang dipandang sesuai berdasarkan hukum yang hidup dalam berkembang secara turun temurun di dalam masyarakat adat Mandailing di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan, sehingga para pihak telah memandang ketentuan hukum adat yang ditetapkan terhadap pihak pemilik tanah

14 Muchtar Wardiman, Asas-Asas Dan Susinan Hukum Adat Di Sumatera, Citra Aditya Bakti Bandung, 2009, hal. 69

maupun pihak penyewa wajib dilaksanakan dengan sebaik-baiknya karena ketentuan hukum yang digunakan di dalam pelaksanaan perjanjian parbolaan tersebut merupakan hukum adat Mandailing yang merupakan hukum yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat adat Mandailing di Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Konsepsi

Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan “definisi operasional”.15 Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan yaitu:

a. Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik dan merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat untuk kehidupan mahluk hidup termasuk manusia.16

b. Sistem bagi hasil adalah suatu bentuk kerjasama yang dibuat dalam suatu perjanjian lisan dan memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak yaitu pemilik tanah maupun pihak yang menyewa tanah dengan kompensasi berupa pembagian hasil dari keuntungan pengelolaan tanah yang dilakukan oleh pihak penyewa yang dapat berupa bagian hasil panen maupun dalam bentuk material

15 Bambang Sunggono, Methode Penelitian Hukum, Harvarindo, Jakarta, 2013, hal.59

16 Ibid, hal. 13

uang dimana persentase pembagiannya disesuaikan dengan kesepakatan yang didasarkan kepada andil masing-masing pihak.17

c. Parbolaan adalah suatu perjanjian sewa menyewa tanah secara lisan yang dilakukan oleh pemilik tanah dengan penyewa tanah berdasarkan ketentuan hukum adat yang berlaku di dalam masyarakat hukum Adat Mandailing 18 d. Adat Mandailing adalah suatu sistem hukum yang tumbuh dan berkembang di

lingkungan kehidupan masyarakat hukum adat Mandailing yang ketentuannya dipatuhi dan ditaati oleh seluruh anggota masyarakat hukum adat Mandailing tersebut.19

e. Masyarakat Mandailing adalah masyarakat adat bersuku Mandailing yang ada di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan.

G. Metode Penelitian

Dokumen terkait