• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori penelitian mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau bisa dikatakan sebagai pegangan teoritis.16

Teori merupakan suatu titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti suatu masalah. Beberapa pakar ilmu pengetahuan memberikan defenisi tentang teori yaitu sebagai berikut :17

1. Fred N. Kerlinger menguraikan teori adalah sekumpulan konstruksi yang saling terkait yang menghadirkan suatu pandangan secara sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan di antara beberapa variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena.

2. Braithwaite mengemukakan bahwa teori adalah sekumpulan hipotesis yang membentuk suatu sistem deduktif yaitu sesuatu yang disusun sedemikian rupa sehingga dari beberapa hipotesis yang menjadi dasar pemikiran beberapa hipotesis, semua hipotesis lain secara logis mengikutinya.

3. Menurut Jack Gibbs, teori adalah sekumpulan pernyataan yang saling berkaitan secara logis dalam bentuk penegasan empiris mengenai sifat-sifat dari kelas-kelas yang todak terbatas dari berbagai kejadian atau benda.

4. S. Nasution mengemukakan teori adalah susunan fakta-fakta yang saling berhubungan dalam bentuk sistematis.

5. Kartini Kartono menyatakan bahwa teori adalah suatu prinsip umum yang dirumuskan untuk menerangkan sekelompok gejala-gejala yang saling berkaitan

16 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80

17 Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hal. 113

Fungsi teori sendiri adalah untuk menerangkan, meramalkan, memprediksi, dan menemukan keterpautan fakta-fakta yang ada secara sistematis.18

Untuk memberikan kejelasan dan pemahaman pada penelitian ini dikemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teori Kepastian Hukum

Kepastian merupakan ciri dari yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum bagi setiap orang tanpa nilai kepastian akan kehilangan maknanya karena tidak dapat lagi digunakan sebagai pedoman perilaku orang. Pada saat memahami nilai kepastian hukum yang harus diperhatikan adalah bahwa hukum itu mempunyai suatu relasi yang erat dengan instrumen hukum positif dan peranan Negara dalam mengaktualisasikannya pada suatu hukum positif.19

Kepastian hukum memiliki arti perangkat hukum suatu Negara yang mampu menjamin hak dan kewajiban setiap warga negara.20 Persoalan kepastian selalu dikaitkan dengan hukum, memberikan konsekuensi bahwa kepastian hukum, mempersoalkan hubungan hukum antara warga negara dengan Negara.

Sebagai sebuah nilai, kepastian hukum tidak semata-mata selalu berkaitan dengan Negara, karena esensi dari kepastian hukum adalah masalah perlindungan dari

18 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: 2004), hal.

224

19 Fernando M. Manulang, Pengantar Ke Filsafat Hukum, (Jakarta: Kencana, 2007), hal.

95

20 Anton M. Moelino, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hal. 1028

tindakan kesewenang-wenangan, maka itu, aktor-aktor yang mungkin melakukan kesewenang-wenangan tidak terbatas pada Negara saja, tetapi juga oleh sekelompok pihak lain di luar Negara.21 Artinya kepastian hukum dalam bidang hukum pertanahan adalah para pemegang hak harus memperoleh kepastian mengenai haknya dan adanya instruksi yang jelas bagi pemerintah. Hal ini diwujudkan dengan penyelenggaraan pendaftaran tanah yang bersifat rechtkadaster, sehingga dapat menjamin terwujudnya kepastian hukum.

Menurut Tan Kamello, dalam suatu undang-undang, kepastian hukum (certainty) meliputi dua hal pertama, kepastian hukum dalam perumusan norma dan prinsip hukum yang tidak bertentangan antara satu dengan yang lainnya baik dari pasal-pasal undang-undang itu secara keseluruhan maupun kaitannya dengan pasal-pasal lainnya yang berada di luar undang-undang tersebut. Kedua, kepastian hukum juga berlaku dalam melaksanakan norma-norma dan prinsip prinsip hukum undang-undang tersebut. Jika perumusan norma dan prinsip hukum sudah memiliki kepastian hukum tetapi hanya berlaku secara yuridis saja dalam arti hanya demi undang-undang semata-mata (law in the books), kepastian hukum seperti ini tidak akan dan tidak pernah menyentuh kepada masyarakatnya.

Pendapat ini mungkin peraturan hukum yang demikian disebut dengan norma hukum yang mati (doodregel) atau hanya sebagai penghias yuridis dalam kehidupan manusia. 22 Pada kenyataannya di Indonesia selama ini adalah terjadinya banyak perselisihan dan sengketa dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah. Bahkan jumlah sengketa tanah tersebut

21 Fernando M. Manulang, Op. Cit, hal. 94

22 Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, (Bandung: Alumni, 2004), hal. 117

cenderung meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Untuk itulah diperlukan upaya nyata dan sungguh-sungguh dalam penyelesaian kasus atau sengketa tanah yang telah ada selama ini.23 Hal ini menunjukan bahwa kepastian hukum atas tanah masih belum dapat ditegakan dengan baik.

Jika mengkaitkan teori ini dengan apa yang dikaji dalam penelitian ini bahwa teori kepastian hukum membantu untuk lebih menekankan akan kepastian hukum dari pemberian hak atas tanah seseorang. Teori kepastian hukum dapat diaplikasikan ketika mengkaji masalah perlindungan hukum terhadap pemegang hak atas tanah dimana haknya harus dilindungi dalam suatu bukti tertulis yang mana dibuat secara benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan terbebas dari kemungkinan gugatan di kemudian hari dan berpotensi menimbulkan suatu sengketa.

2. Teori Keadilan

Keadilan memang merupakan konsepsi yang abstrak. Namun demikian di dalam konsep keadilan terkandung makna perlindungan hak, persamaan derajat dan kedudukan di hadapan hukum, serta asas proporsionalitas antara kepentingan individu dan kepentingan sosial. Sifat abstrak dari keadilan adalah karena keadilan tidak selalu dapat dilahirkan dari rasionalitas, tetapi juga ditentukan oleh atmosfir sosial yang dipengaruhi oleh tata nilai dan norma lain dalam masyarakat, keadilan juga memiliki sifat dinamis yang tidak dapat diwadahi dalam hukum positif.24

23 Ibid, hal. 142

24 Moh. Mahfud MD, Penegakan Hukum DanTata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Bahan pada Acara Seminar Nasional , Saatnya Hati Nurani Bicara, yang diselenggarakan oleh DPP Partai HANURA. Mahkamah Konstitusi Jakarta, 8 Januari 2009

Keadilan menurut hukum atau yang sering disebut keadilan hukum (legal justice) adalah keadilan yang telah dirumuskan oleh hukum dalam bentuk hak dan

kewajiban, dimana pelanggaran terhadap keadilan ini akan ditegaskan lewat proses hukum.25

Menurut Filusuf Yunani Aristoteles, ukuran suatu keadilan dapat dilihat dari :26

a. Seseorang tidak melanggar hukum yang berlaku sehingga keadilan berarti sesuai hukuman atau lawfull yaitu hukum tidak boleh dilanggar dan aturan hukum harus diikuti.

b. Seseorang tidak boleh mengambil lebih dari haknya, sehingga keadilan berarti persamaan hak “equal”. Dalam hal ini equality merupakan proporsi yang benar, titik tengah, atau jarak yang sama antara terlalu banyak dengan terlalu sedikit.

Keadilan kemudian diartikan sebagai keadilan yang bersifat distributif dalam peraturan perundang–undangan artinya peraturan yang adil yang didalamnya terdapat keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang dilindungi, atau setiap orang memperoleh sebanyak mungkin yang menjadi bagiannya.27

Dalam sila kelima dari Pancasila telah dengan tegas mengamanatkan keserasian antara hak dan kewajiban yang hidup dalam masyarakat. Hak dan kewajiban akan selalu bergandengan dalam kehidupan masyarakat, oleh karena itu untuk menciptakan keadilan, maka hak dan kewajiban ini harus diberikan secara seimbang.28 Keadilan dalam hukum tidak saja harus mencari keseimbangan antara

25 Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), hal. 118

26 Ibid, hal. 93

27 L.J.Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Terjemahan Oetarid Sadino, (Jakarta:

Pradnya Paramita, 2009), hal. 11

28 I Nyoman Alit Puspadma, “Perpanjangan Hak Guna Bangunan Oleh Perseroan Terbatas Menuju Investasi Yang Berkelanjutan Dan Menyejahterakan Rakyat, Kajian Terhadap

berbagai kepentingan yang bertentangan satu sama lain, namun harus juga mendapatkan keseimbangan antara tuntutan keadilan dan tuntutan kepastian hukum.29

Hubungan teori keadilan ini dengan permasalahan yang dikaji mengenai sengketa pertanahan ini adalah lebih menekankan pada hak dan kewajiban yang seharusnya dilindungi kepada para pihak yang mempunyai kepentingan didalamnya sehingga tidak saling mengganggu kepentingan masing-masing secara terbuka, transparan, dan tidak memihak pada siapapun, dan penerapan putusan hukum yang telah dikeluarkan bisa memberikan rasa keadilan bagi kedua belah pihak yang berkepentingan.

Dalam Penelitian ini juga dikemukakan kerangka konsep yang dijadikan landasan operasional dan definisi operasional. Adapun kerangka konsep yang dimaksud adalah :

1. Sengketa adalah perselisihan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio politis.30

2. Penguasaan adalah hubungan yang nyata antara seseorang dengan barang yang ada dalam kekuasaannya.

3. Sertifikat adalah surat tanda bukti yang diterbitkan pemerintah dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pendaftaran tanah untuk mencapai tertib administrasi pertanahan.31

Kepastian Hukum Dan Keadilan”, Disertasi Pascasarjana Universitas Brawijaya, (Malang: 2013), hal. 68

29 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), hal. 41

30 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus Pertanahan, Pasal 1 Angka 2

4. Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi : pengumpulan, pengelolaan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang dan satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan satuan-satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.32

5. Tanah adalah suatu benda yang bernilai ekonomis menurut pandangan bangsa Indonesia yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, yang sering memberikan getaran di dalam kedamaian dan sering pula menimbulkan guncangan dalam masyarakat, dan sering pula menimbulkan sendatan dalam pelaksanaan pembangunan.33

6. Hak Milik adalah hak untuk menikmati sesuatu benda dengan sepenuhnya dan untuk berbuat sebebas-bebasnya terhadap benda itu, asal tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berwenang menetapkannya, dan tidak menimbulkan gangguan terhadap hak-hak orang lain, dengan tidak mengurangi kemungkinan pencabutan hak itu untuk kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang-undang.34

31 Kamus Besar Bahasa Indonesia

32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 1 Angka 1

33 John Salindeho, Undang-Undang Gangguan Dan Masalah Lingkungan, (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), hal. 23

34 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 570

7. Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang.35

8. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri selama jangka waktu tertentu.

Dokumen terkait