• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

Lembaga keuangan dalam arti luas adalah sebagai perantara dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (

lack of funds ), sehingga peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya yaitu

sebagai perantara keuangan/dana masyarakat ( Financial intermediary ). Dalam arti yang luas ini termasuk di dalamnya lembaga perbankan, peransuransian, dana pensiun, pegadaian dan sebagainya yang menjembatani antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana.15

15

Lembaga keuangan bank sampai saat ini khususnya di Indonesia masih mempunyai peranan yang dominan. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya usaha-usaha perbankan dengan tingkat persaingan yang ketat.

Menurut pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Pada pasal 1 butir (2) Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Menurut J. Milnes Holden16, seperti yang dikutip dari Hart, bank adalah : Seseorang atau perusahaan yang menjalankan usaha dengan menerima uang, mengumpulkan surat-surat berharga, bagi nasabahnya yang akan menerima cek sebagai alat penarikan uangnya berdasarkan jumlah yang tersedia dalam masing-masing rekening mereka.

Kemudian masih menurut Holden, yang dikutipnya dari parker bahwa bank adalah: orang atau perusahaan yang mengkhususkan usahanya dalam bidang perbankan, dengan menerima uang atau simpanan dan melakukan pembayaran atas penarikan cek atau alat penarikan lainnya yang dilakukan nasabahnya.17

16

Holden, J Milnes, Op.cit., hal. 9 17

Kedua pengertian tersebut hampir sama, yang mengartikan bank sebagai seseorang atau perusahaan yang menjalankan usaha perbankan, yaitu dengan menerima uang atau simpanan dalam melakukan pembayaran atas penarikan cek dari nasabahnya.

Pengertian bank yang hampir sama diberikan oleh Zainal Asikin, yang mengutip dari istilah Fockeman , dimana bank diartikan sebagai suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberi uang dari dan kepada pihak ketiga.18

Sementara itu, Melayu SP Hasibuan, yang mengutip dari pendapat Verryn Stuart, berpendapat bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan memberi kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru dalam bentuk kertas atau logam.19

Dari pengertian –pengertian di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan. Bank sebagai badan hukum berarti secara yuridis adalah merupakan subyek hukum yang berarti dapat mengikatkan diri dengan pihak ketiga.20 Pasal 2 Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa perbankan di Indonesia berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam melakukan semua kegiatan usahanya, bank harus menggunakan prinsip kehati-hatian, bukan saja terhadap kegiatan dalam memberikan kredit, tetapi juga bagi usaha bank yang sifatnya memberikan pelayanan dalam sistem mekanisme pembayaran.

18

Zainal Asikin, Pokok-pokok Hukum Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 1995), hal. 4

19

Melayu SP Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 2-3 20

Fungsi perbankan di Indonesia tercantum dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang berbunyi sebagai berikut:

“Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.”

Di Indonesia lembaga keuangan bank memiliki misi dan fungsi yang khusus, jadi perbankan Indonesia selain memiliki fungsi yang lazim, juga memiliki fungsi yang diarahkan sebagai agen pembangunan ( agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. 21

Hal ini berarti bahwa kehadiran bank sebagai suatu badan usaha tidak semata-mata bertujuan bisnis, namun ada misi lain, yaitu guna peningkatan kesejahtraan rakyat pada umumnya.22

Sebagai satu lembaga keuangan yang paling penting bagi masyarakat, bank berfungsi sebagai:23

1. Pedagang dana (money lender)yaitu wahana yang dapat menghimpun,dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien. Bank menjadi tempat penitipan, dan penyimpanan uang yang dalam prakteknya sebagai tanda penitipan dan penyimpanan uang tersebut, maka kepada penitip dan penyimpan diberikan kertas tanda bukti. Sedangkan dalam fungsinya sebagai penyalur dana, maka bank memberikan kredit, atau membelikannya ke dalam bentuk surat-surat berharga. 2. Lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan, dan pembayaran uang.

Bank bertindak sebagai penghubung antara nasabah yang satu dengan yang lainnya jika keduanya melakukan transaksi. Dalam hal ini kedua orang tersebut tidak secara langsung melakukan pembayaran tetapi cukup memerintahkan pada bank untuk menyelesaikannya.

Kesimpulan dari uraian fungsi perbankan diatas adalah bahwa perbankan Indonesia secara ekonomi makro mempunyai fungsi untuk mendayagunakan dana masyarakat, meningkatkan taraf hidup rakyat, pemerataan penghasilan , serta peningkatan lapangan kerja, peningkatan potensi masyarakat, dan sebagainya. Dalam hal sosial budaya pun pertumbuhan perbankan Indonesia berhasil menjalankan

21

Muhamad Djumhana, Op. cit., hal. 86 22

Sentosa Sembiring, Op. cit., 23

fungsinya dengan meningkatkan pola berfikir masyarakat, yaitu berupa peningkatan pola kehidupan masyarakat dengan mendekatkan diri pada lembaga perbankan.24

Jadi perbankan di Indonesia pada dasarnya mempunyai fungsi dan tujuan yang lebih luas, yaitu dengan adanya fungsi sebagai lembaga yang menjadi penunjang utama pembangunan nasional yang menjalankan usaha dengan mendasarkan pada asas-asas yang terdapat pada pancasila.

Pasal 5 ayat (1) Undang Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan menurut jenisnya, bank terdiri dari :

a. Bank Umum;

b. Bank perkreditan rakyat.

Dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan antara lain bahwa usaha Bank Umum meliputi:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;

b. Memberikan kredit;

c. Menerbitkan surat pengakuan hutang;

d. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya surat-surat berharga;

e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

f. Menempatkan dana pada peminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain;

g. Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;

24

h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

i. Melakukan kegiatan penitipan untuk untuk penitipan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;

j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat dalam bursa efek;

k. Membeli melalui pelanggan agunan baik semua maupun sebahagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank;

l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat;

m. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip syariah; Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.

Dari usaha-usaha bank umum tersebut, sifat usaha bank dapat dibedakan menjadi: 25

a. Sisi pasiva, yaitu kegiatan melakukan penarikan dana dari masyarakat dan pihak ketiga lainnya dengan berbagai instrumen utang;

b. Sisi Aktiva, yaitu kegiatan usaha yang berhubungan dengan penggunaan atau pengelokasian dana terutama dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan; c. Sisi jasa, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pemberian jasa-jasa dalam

mekanisme pembayaran.

Usaha perbankan yang paling utama adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Usaha bank yang sifatnya pemberian jasa adalah usaha perbankan dalam rangka

ekstensifikasi usaha. Namun pada perkembangannya, usaha inilah yang menjadi daya

tarik bagi masyarakat, terutama pelayanan jasa yang mempermudah berbagai macam transaksi perbankan yang dilakukan oleh masyarakat.

Selanjutnya dalam pasal 1 butir 9 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan:

25

“Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,bilyet giro,dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.”

Usaha lain bank seperti yang tercantum dalam pasal 6 huruf e Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan adalah memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. Pemindahan ini berlaku terhadap tabungan milik nasabah.

Pemindahan uang atau yang disebut dengan transfer uang melalui bank adalah pengiriman uang atas permintaan pihak pengirim (transfetor) dengan menggunakan bank sebagai perantara (transfetor bank), dimana bank tersebut memberikan instruksi bayar kepada bank lain ( transferee bank), agar uang tersebut dibayar kepada pihak yang dituju (beneficiary, transferee).26

Dalam pelaksanaan usaha-usaha tersebut,sebagai suatu badan usaha, bank juga saling bersaing untuk mendapat nasabah. Persaingan usaha ini tidak saja bersifat nasional, tapi juga internasional. Dalam arti bahwa bank-bank nasional juga turut bersaing dengan bank-bank milik asing yang menjalankan usahanya di Indonesia.

Dengan demikian maka tingkat pelayanan jasa perbankan dan tingkat jaminan keamanan tentunya jadi topik utama dalam pelaksanaan usaha bank, karena hanya dengan pelayanan dan keamanan yang baiklah para nasabah tertarik untuk menggunakan jasa bank yang bersangkutan. Tingkat layanan perbankan ini berhubungan erat dengan kualitas sumber daya manusia penyedia jasa perbankan itu sendiri. Selain itu pelayanan jasa perbankan tidak lepas pula dari pengaruh teknologi

26

Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 83-84.

yang berkembang pada masanya. Persaingan perbankan sekaligus dapat menjadi persaingan teknologi.

Pada dasarnya setiap penemuan dan teknologi baru, cara/metoda memproduksi baru serta daya pemanfaatan teknologi baru akan segera menjadi komoditi baru yang dapat segera ditransaksikan di dalam kegiatan bisnis pada umumnya. Dunia bisnis adalah dunia yang penuh dengan kreatifitas dan inovasi yang sangat efektif dan bergerak dengan sangat cepat. Keadaan ini adalah sejalan dengan sasaran yang selalu ingin dicapai oleh dunia bisnis pada umumnya, yaitu pembaharuan. Pembaharuan itu sendiri merupakan hasil kreatifitas dan inovasi yang terus menerus dilakukan, dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar.27

Kemajuan di bidang teknologi mempengaruhi secara langsung terhadap sistem transfer uang dari satu tempat ketempat lain. Interaksi antara bidang teknologi dengan bidang hukum dan bisnis sangat intens. Kemajuan dibidang penggunaan teknologi komunikasi, seperti meluasnya penggunaan telegram, teleks, telepon, komputer bahkan internet sangat mempengaruhi pola-pola transfer uang via bank. Apa yang disebut Home Banking28, yakni mengirim perintah kepada bank oleh pengirim yang hanya berada dirumahnya atau berada ditempat-tempat tertentu dengan menggunakan kartu plastik sudah menjadi tren saat ini dan akan meningkat dimasa depan.

Electronic Funds Tranfer system (EFTs) merupakan salah satu jenis

pelayanan transfer dana atau uang dengan menggunakan teknologi elektronik yang kini banyak digunakan di dunia perbankan, termasuk perbankan di Indonesia. Sistem ini lebih dipilih oleh masyarakat luas umumnya karena mempunyai keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh sistem pembayaran konvensional lainnya. Apa bila pada masa sekarang ini dimana transaksi-transaksi bisnis nasional maupun internasional dituntut untuk melakukan secara cepat dan efisien.

27

Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, (Bandung : CV. Mandar Maju, 2000), hal. 33.

28

Salah satu jenis jasa EFTs yang paling nyata dan dominan adalah ATM

(Automated Teller Machine, dalam bahasa Indonesia diartikan dengan “Anjungan

Tunai Mandiri”). ATM adalah alat kasir otomatis tanpa orang, ditempatkan di dalam atau di luar pekarangan bank, yang sanggup mengeluarkan uang tunai dan menangani transaksi-transaksi keuangan yang rutin. ATM dapat tersedia 24 (dua puluh empat jam) sehari untuk transaksi-transaksi rutin, seperti penyetoran, penarikan uang tunai, transfer antar rekening, dan pelunasan kredit. ATM dapat diletakkan di lobi sebuah lembaga, di dinding luar suatu lembaga deposito, atau dalam kompleks perumahan, pusat perbelanjaan, dan pabrik. Pemakaian ATM untuk transaksi-transaksi rutin membebaskan kasir untuk jasa-jasa yang lebih khusus dan dalam jangka panjang tentulah akan mengurangi biaya penyerahan jasa-jasa keuangan kepada konsumen. ATM adalah jasa EFTs yang paling pesat pertumbuhannya.29

Kartu ATM merupakan kartu plastik yang dilengkapi dengan magnetic stripe. Pada magnetic stripe akan terekam secara elektronik nomor kartu ATM, nama pemilik kartu, dan informasi-informasi lainnya yang diperlukan oleh sistim komputer.30

Pada dasarnya ATM adalah salah satu usaha bank dalam bentuk tabungan. Sekalipun dalam penarikan uang digunakan kartu, tetapi nasabah tidak harus memiliki jaminan apapun, sebab dalam penggunaan kartu ATM hanyalah ada penarikan uang tunai sebesar berapa jumlah uang direkening milik nasabah, dan bukan pemberian kredit.31

Dengan menggunakan sistem ATM, nasabah bank tidak perlu datang ke bank bersangkutan hanya untuk menarik dana dari rekening miliknya, tapi cukup dengan menggunakan kartu ATM, dan memberikan nomor identitas khusus di mesin ATM yang tersedia. Dengan begitu nasabah tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar kemanapun ia pergi. Penggunaan ATM yang sangat praktis inilah yang menarik

29

Allen H. Lipis, dkk, Perbankan Elektronik, diterjemahkan oleh A. Hasymi Ali, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 3.

30

Bagus Djajengtara, Kejahatan perbankan elektronik, makalah satuan kerja Audit Intern Bank International Indonesia

31

Retnowulan Sutantio, Kapita Selekta Hukum Ekonomi dan Hukum Perbankan, Seri Varia Yustisia 1, 1996, hal. 11.

nasabah untuk menggunakannya dalam melakukan aktifitasnya khususnya dalam hal perbankan.

ATM juga dapat dipergunakan untuk kemudahan-kemudahan lainnya, seperti fungsinya sebagai kartu debit belanja yaitu ; sebagai sarana pembayaran berbagai rekening (rekening listrik, rekening telepon, angsuran kredit), atau fungsi-fungsi lainnya yang diselenggarakan oleh masing-masing pihak bank. Ternyata dalam praktek penggunaannya, kartu ATM tidak lagi hanya sebagai kartu untuk layanan Transfer secara secara elektronik, tetapi juga telah berkembang menjadi kartu yang multiguna.

Disamping segi-segi positif tersebut, pengguna ATM juga tidak lepas dari kekurangan atau dampak yang sifatnya negatif. Kekurangan tersebut misalnya kesalahan dalam transfer atau kerusakan mesin, yang tentunya dapat merugikan nasabah pengguna ATM. Selain itu dengan kecanggihan teknologi yang ada, patut diperhatikan adanya kemungkinan kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam transaksi melalui ATM, misalnya dengan penggunaan langsung kartu ATM nasabah yang telah diketahui nomor PIN (Personal Identification Number)-nya, pemalsuan kartu, atau pencurian data nasabah pengguna ATM.

Pengiriman uang via elektronik (seperti lewat komputer bahkan mungkin juga lewat internet) atau lewat telepon akan tidak mempunyai bukti tertulis sama sekali. Hal ini tentu akan rentan terhadap timbulnya kerawanan-kerawanan dan timbul masalah dikemudian hari, disamping itu dapat terjadi pula penipuan/pemalsuan.32

Dengan sifatnya yang unik (peperless, waktu yang lebih fleksibel tanpa perlu kehadiran di counter bank, dan sebagainya), ATM telah memberikan keunggulan

32

sebagaimana dikemukakan diatas. Namun harus disadari bahwa dengan sifatnya yang unik tersebut perlindungan nasabah dapat menjadi tidak jelas, yang pada akhirnya mengakibatkan masalah-masalah yang timbul dari transaksi ini belum dapat diselesaikan dengan baik, bahkan nasabah sering berada pada pihak yang dirugikan.

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, bank sebagai lembaga kepercayaan yang diharuskan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan segala kegitan usahanya, dalam hal ini termasuk layanan transfer melalui sistem ATM, usaha yang dapat dilakukan bank untuk menciptakan kepercayaan nasabahnya adalah dengan memberikan jaminan keamanan yang jelas dan transparan.

Adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut diatas, hukum muncul sebagai kekuatan yang memberikan solusi antara lain memberikan perlindungan terhadap kemungkinan pelanggaran hak dan sebagainya terhadap semua pihak yang beritikad buruk .33

Hukum merupakan alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat. Akan tetapi dalam masyarakat yang sedang membangun dan berkembang termasuk Indonesia, yang dalam defenisi kita berarti masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidak mungkin memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu proses perubahan masyarakat itu.34

Hukum dalam pembangunan ini mempunyai empat fungsi, yaitu: 35 1. Hukum sebagai pemeliharaan ketertiban dan keamanan;

2. Hukum sebagai sarana pembangunan;

33

Sri Redjeki Hartono, Op.Cit., hal. 32. 34

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan

Nasional, (Bandung : Bina Cipta, 2002), hal. 11

35

CFG. Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, (Bandung : Binacipta, 1988), hal. 10.

3. Hukum sebagai penegak keadilan;

4. Hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat.

Dalam hal fungsi hukum sebagai sarana pembangunan, pembentukan hukum harus mendahului dalam pelaksanaan pembangunan dibidang-bidang lain, untuk melancarkan pembangunan di bidang itu dan terutama untuk menjaga agar supaya pembangunan masyarakat itu tidak akan mengakibatkan ketidakadilan di dalam masyarakat itu sendiri, sekalipun hubungan-hubungan masyarakat dan hubungan antar manusia mengalami perubahan yang terus menerus dan bertubi-tubi. Inilah inti dari arti hukum sebagai suatu sarana pembangunan dan juga guna keadilan. 36

Hukum harus menjadi alat pembaharuan masyarakat yang menempati posisi di depan, guna mengarahkan masyarakat yang tengah membangun tersebut. Artinya hukum harus telah ada guna mengantisipasi segala persoalan yang mungkin timbul dalam masyarakat.

Berkenaan dengan penggunaan ATM, hukum perbankan khususnya belum mempunyai aturan-aturan mengenai ATM dalam suatu peraturan yang bersifat khusus dan menyeluruh.

Dasar hukum transfer uang via bank dalam sistim perundang-undangan Indonesia adalah:37

1. Pasal 6 huruf e Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu memindahkan uang untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khusus untuk perjanjian antara nasabah pengirim transfer dengan bank, terdapat tiga kemungkinan, yaitu:

a. Perjanjian Pengiriman uang, yang merupakan perjanjian titipan barang dalam hal ini bank sebagai pihak penitip, vide pasal 1694 sampai dengan pasal 1739 KUH Perdata.

b. Perjanjian Pengiriman uang yang merupakan perjanjian untuk melakukan jasa tertentu oleh bank, vide pasal 1601 KUHPerdata;

c. Perjanjian Pengiriman uang sebagai perjanjian khusus yang tidak termasuk ke dalam perjanjian bernama dalam KUHPerdata, sehingga hanya ketentuan perjanjian yang umum saja yang berlaku, yaitu mulai dari pasal 1233 sampai dengan pasal 1456 KUHPerdata. Selebihnya berlaku ketentuan-ketentuan dalam perjanjian yang dibuat para pihak yang terkait, dan ketentuan-ketentuan perbankan, baik syarat-syarat yang diatur oleh pihak bank itu sendiri maupun oleh peraturan yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah.

36

Ibid, hal. 19 37

Perjanjian ATM dibuat seperti perjanjian pembukaan rekening tabungan biasa, tapi dengan tambahan fasilitas kartu ATM. Perjanjian pembukaan rekening ini merupakan salah satu bentuk penghimpunan dana yang dilakukan bank untuk penerimaan simpanan dari masyarakat. Perjanjian yang ditandatangani nasabah bank tersebut tentunya sudah dalam bentuk perjanjian baku yang dibuat oleh pihak bank dan disetujui dengan ditandatangani oleh nasabah bank. Dalam perjanjian ATM ini, calon nasabah bank menyimpan identitasnya di bank yang bersangkutan dan menyimpan atau menyetor sejumlah uang yang menjadi saldo pertama calon nasabah tersebut. Perjanjian itu memuat syarat-syarat yang tidak diatur secara khusus oleh KUHPerdata. Oleh karena itu, landasan hukum yang digunakan dalam perjanjian ATM ini masih menggunakan dasar atau landasan hukum perjanjian, sebagai mana diatur dalam Buku Ketiga KUHPerdata tentang perikatan.

Adapun yang menjadi landasan hukum perjanjian ATM ini menurut KUHPerdata adalah:

1. Pasal 1319 KUH Perdata, yang berbunyi:

“Semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum.

2. Pasal 1320 KUHPerdata, yang berbunyi:

“untuk sahnya perjanjian-perjanjian diperlukan empat syarat: a. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c. suatu hal tertentu;

3. Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Perjanjian menerbitkan perikatan. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan suatu perikatan. Perikatan paling banyak diterbitkan oleh adanya suatu perjanjian, sumber lain yang melahirkan perikatan adalah undang-undang. Perikatan adalah suatu pengertian abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa tertentu. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju melakukan sesuatu. Perjanjian dan persetujuan mempunyai arti yang sama.38

Perikatan adalah suatu hubungan hukum, yang artinya hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum, hubungan hukum ini perlu dibedakan dengan hubungan-hubungan yang terjadi dalam pergaulan hidup berdasarkan kesopanan, kepatutan, dan kesusilaan.39

Subjek-subjek dari perikatan adalah kreditur atau si berpiutang, yaitu pihak yang berhak atas prestasi dan merupakan pihak yang aktif, dan debitur atau si berhutang, yaitu pihak yang wajib memenuhi prestasi atau pihak yang pasif.40

Objek dari perikatan adalah prestasi, yaitu pihak debitur berkewajiban, atas suatu prestasi, yaitu debitur berkewajiban atas suatu pemenuhan prestasi dan

pihak kreditur berhak atas suatu prestasi tersebut.41

Dokumen terkait