• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Pengguna ATM (Automated Teller Machines) dalam Sistem Perbankan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Pengguna ATM (Automated Teller Machines) dalam Sistem Perbankan Indonesia"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM

( AUTOMATED TELLER MACHINES ) DALAM SISTIM

PERBANKAN INDONESIA

TESIS

OLEH

DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN

057011014/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM

( AUTOMATED TELLER MACHINES ) DALAM SISTIM

PERBANKAN INDONESIA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan

Dalam Program Studi Kenotariatan Pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH

DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN

NIM : 057011014/MKn

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM ( AUTOMATED TELLER MACHINES ) DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA

Nama : DEASY RISMA ROTUA SIAHAAN Nomor Pokok : 057011014

Program Studi : Magister Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Ketua

Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, H.Hum Notaris Syafnil Gani, SH, M.Hum

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(4)

Telah diuji pada :

Tanggal 02 juli 2007

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua :

Prof.

Dr.

Bismar Nasution, SH, MH.

Anggota : Dr. T. Keizerina Devi A., SH, CN, MHum.

Notaris Syafnil Gani, SH, MHum.

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN.

(5)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM

BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM ( AUTOMATED

TELLER MACHINES ) DALAM SISTIM PERBANKAN

INDONESIA

Deasy Risma Rotua Siahaan* Bismar Nasution** T. Keizerina Devi A.**

Syafnil Gani**

Keberadaan lembaga perbankan memiliki kontribusi yang cukup dominan dalam menjaga keberlangsungan roda perekonomian. Dalam memajukan usaha perbankan peranan nasabah selaku konsumen produk dan jasa bank sangat besar. Dengan semakin banyaknya nasabah yang percaya terhadap sebuah bank maka semakin banyak dana yang dapat dihimpun dari masyarakat. Dengan memamfaat kemajuan teknologi, bank berusaha untuk memberikan fasilitas yang baik dalam melayani nasabah, salah satunya dengan menyediakan ATM. Penggunaan ATM selain memberikan berbagai kemudahan bagi nasabah ternyata dapat menimbulkan masalah bagi pemakainya, misalnya dalam melakukan transaksi penarikan, dan ayang diterima nasabah tidak sesuai dengan dana yang didebet dari rekeningnya. Penulisan tesis ini untuk mengetahui bagaimana pembuktian dalam penggunaan ATM, bagaimana tanggung jawab bank terhadap kerugian yang diderita nasabah pengguna ATM dalam melakukan transaksi, serta perlindungan hukum menurut hukum perbankan bagi nasabah pengguna ATM.

Penulisan tesis ini memakai metode penelitian: penelitian kepustakaan dan melakukan wawancara. Penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan data yang terdiri dari bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder yaitu bahan yang erat hubungannya dengan bahan hokum primer seperti karya ilmiah dan tulisan para ahli. Wawancara dilakukan terhadap Bank mandiri cabang sudirman pematangsiantar dan bank BCA cabang pematang siantar guna memperoleh informasi berkaitan dengan ATM.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada undang-undang khusus ATM, sehingga sangat sulit untuk mencari alat bukti yang sah karena sarana elektronik bukan merupakan alat bukti yang sah menurut 1866 KUHPerdata. Dalam praktek bila terjadi masalah dalam penggunaan ATM maka kita dapat mempergunakan letter elektronik atau struk transaksi sebagai alat bukti dimana berpedoman terhadap undang-undang no. 8 tahun 1997 tentang dokumen perusahaan.

__________________

(6)

Bank akan bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita nasabah pengguna ATM dalam melakukan transaksi ATM, apabila kerugian itu diakibatkan oleh kesalahan bank atau kesalahan mesin ATM. Tetapi bank tidak akan bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita nasabah pengguna ATM yang diakibatkan karena kesalahan nasabah bank pengguna ATM itu sendiri. Perlindungan hokum terhadap nasabah pengguna ATM tidak ada terdapat dalam Undang-Undang Perbankan, Klausula perjanjian antara bank dan nasabah belum dapat sepenuhnya melindungi hak dari nasabah.

Kata Kunci : - Nasabah Pengguna ATM - Bank

(7)

A STUDY ON LAW PROTECTION FOR THE SUBSCRIBERS OF AUTOMATED TELLER MACHINES (ATM) IN

INDONESIA BANKING SYSTEM

Deasy Risma Rotua Siahaan* Bismar Nasution** T. Keizerina Devi A**

Syafnil Gani**

Abstract

The existence of banking institution has dominant contribution for the progress of economy. In making the progress of banking sector, the role of subscribers as the consumers of the products and the service of the bank is very great. The bank may gather a large amount of fund from the society by the more increase of the trust from the society. Using the more sophisticated of technology, bank attempts to use the available facilities in giving good service for the subscribers. One of it is by providing the ATM (Automated Teller Machine). Besides giving the advantages for the subscribers of us providing the ATM, it also has some problems. For instance, in transaction, the fund accepted by the subscribers is not appropriate to the fund released from the bank account. Writing this thesis is intended to know of how to prove the use of ATM, how is liability of bank in transaction process, and the law protection according to the accounting law for the subscribers of ATM.

This thesis uses research method, such as library research and interview. Library research is done to collect the data consisting of primary data such as the rules, and secondary data which are related to the material of primary law such as scientific writing and expert’s writing. The interview is done to the Mandiri Bank, Sudirman Pematang Siantar branch and BCA Bank, Pematang Siantar branch in order to get the related data to the use of ATM.

The result of research shows that there is no special rule the use of ATM. Hence, it is very difficult to get the legal proof because electronic tool can not be said as the legal proof according to the Civil Law 1866. In practice, whenever there is the problem in using ATM, we may use the electronic letter or struck transaction as the proof referring to the Act No 8 of 1997 about the company document.

_________________________________________________

(8)

Bank will be responsible to the loss encountered by subscribers of ATM in making ATM transaction as far as the loss is caused by the error of ATM or ARM machine error. However, bank will not responsible to any mistake made by the subscribers of the ATM. Law protection to the subscribers of ATM is not found in banking rules. The clauses in the agreement between bank and subscribers of ATM can not protect the right s of consumers. Subscribers are the consumers of the bank. Law protection for the subscribers of ATM may refer to the Act No 8 of 1999 related to the protection for the subscribers.

Keywords: - The subscribers of ARM user - Bank

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kepada Sang Maha Pengasih, Tuhan Yesus yang baik, kare na ber kat da n kar uni a Nyala h ma ka penulisa n te sis de nga n j udul " TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BALI NASABAH BANK PENGGUNA ATM (AUTOMATED TELLER MACHINES) DALAM SISTIM PERBANKAN INDONESIA" ini dapat diselesaikan.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar magister di bidang ilmu kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulisan telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari banyak pihak. Karenanya penulis mengucapkan banyak terima kasih teristimewa kepada yang sangat terpelajar Bapak Prof. Bismar Nasution SH, MH. Sebagai pembimbing utama, Dr. T. Keizerina Devi A. SH. CN. MHum. dan Bapak Notaris Syafnil Gani SH, MHum, sebagai pembimbing kedua dan ketiga atas kesediaannya memberikan bimbingan dan petunjuk serta saran sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya penulisan tesis ini.

Melalui kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, SpAK, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara;

2. Prof Dr. Ir. Chairun Nisa B. Msc, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, sebagai Ketua Program Studi Magister Kenotariatan;

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan staf pengajar pada Program Studi Magister Kenotariatan;

(10)

6. Spesial kepada suami tercinta P. Sijabat SH, dan anak-anakku tersayang Mulia Tomu R. M. Sijabat dan Jovanni Tio M. Sijabat, terima kasih atas doa, kesabaran dan cinta kasih dalam mendampingi penulis untuk menyelesaikan pendidikan Pascasarjana ini.

7. Kepada adik-adikku tercinta dan tersayang : Denny T. H. Siahaan SH., Evelyn S. Siahaan dan Erwin F. Siahaan atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat penulis : Merry Sinaga, Linda Tanos, Juniana Hutauruk dan Diana Siallagan.

9. Semua pihak, rekan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi dari tesis ini masih jauh dari memadai. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar tesis ini dapat semakin mendekati kelayakan.

Medan, 02 Juli 2007 Penulis,

(11)

Daftar Riwayat Hidup

I. Identitas Pribadi : Deasy Risma Rotua Siahaan

Tempat / Tanggal Lahir : Pematangsiantar / 2 Desember 1978

Status : Menikah

Alamat : Jalan Selambo No. 60 Amplas Medan

II. Keluarga

Nama Ayah : D. M. Siahaan Nama Ibu : R. br. Pardede Nama Suami : P. Sijabat SH.

III. Pendidikan

(12)

DAFTAR ISI

INTISARI ... i

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR ISTILAH ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Permasalahan... 12

C. Tujuan Penelitian... 12

D. Manfaat Penelitian... 13

E. Keaslian Penelitian ... 14

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi ... 14

G. Metode Penelitian... 31

BAB II PEMBUKTIAN DALAM PENGGUNAAN ATM MENURUT KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA A. Sistem ATM Bagian Dari Electronic Funds Transfer System (EFTs) ... 35

A. 1. Pengertian Electronic Funds Transfer System (EFTs) ... 35

A. 2. Sistem Elektronik Dalam Lintas Transfer Perbankan ... 37

A. 3. ATM Sebagai Salah Satu Jenis EFTs... 40

B. Pembuktian Dalam Perjanjian ... 43

C. Pembuktian Dalam Perjanjian Penggunaan ATM... 45

(13)

BAB III TANGGUNG JAWAB BANK TERHADAP KERUGIAN YANG DIDERITA NASABAH BANK PENGGUNA ATM DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI

A. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah Dalam

Penggunaan ATM ... 54 B. Tanggung Jawab Bank Terhadap Nasabah Bank Pengguna ATM ... 67

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM DALAM SISTEM HUKUM PERBANKAN INDONESIA

A. Kejahatan Kartu ATM... 76 B. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Dalam Perjanjian

Penggunaan ATM ... 78 C. Perlindungan Hukum terhadap Nasabah Bank Pengguna ATM

Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 98 B. Saran... 100

(14)

DAFTAR SINGKATAN

ATM

=

Automated Teller Machine

ATM

=

Anjungan Tunai Mandiri

CDROM =

Compact Disk-Read Only Memory

CVV

=

Card verification value

EDI =

Electronic

Data

Interchange

EFTs

=

Electronic Found Transfer System

IPTEK

=

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

KUHP

=

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

MT =

Mail

Transfer

PIN

=

Personal Identification Number

TT =

Telegrafic

Transfer

UUD

=

Undang-Undang Dasar

(15)

DAFTAR ISTILAH

Beneficiary =

Pihak

penerima kiriman uang

tersebut

Cash dispenser

=

Mesin uang

Catatan countable

=

Catatan perhitungan

Elektronic documents

=

Dokumen-dokumen elektronik

Electronic record

=

Dicatat secara elektronik

End user

=

Pengguna akhir,

Financial intermediary

=

Perantara keuangan masyarakat

Human error

=

kesalahan manusia.

Lack of funds

=

Kekurangan dana

Money lender

=

Pedagang dana

Paper documents

=

Dokumen-dokumen yang

berbentuk kertas

Paying bank, Transferee bank =

Bayar kepada bank lain

Real evidence

=

bukti nyata

Remitter =

Pengirim

Remitting bank

=

Bank sebagai perantara

Re-played =

Dimainkan

kembali

Surplus of funds

= Kelebihan

dana

Schade vergoeding).

=

Menuntut ganti rugi

Transfer

=

Pengiriman

Teller =

Kasir

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan hukum di Indonesia pada saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, yaitu ditandai dengan adanya peningkatan pada produk materi hukum, pembinaan aparatur, sarana dan prasarana hukum. Pemerintah khususnya badan legislatif sudah cepat tanggap akan perlunya dibuat suatu produk materi hukum tertentu yang timbul dari kebutuhan masyarakat akan suatu aturan tertulis akibat begitu beragamnya aktifitas masyarakat.

Sebagaimana yang tercantum dalam Bab III tentang visi dan misi dari TAP MPR Nomor IV/MPR/2004 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 2004-2009, visi bangsa Indonesia untuk repelita ini adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh masyarakat Indonesia yang mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin diri. Untuk kepentingan tersebut misi khusus yang digariskan bagi bidang hukum adalah terwujudnya sistim hukum nasional, yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran.

(17)

perekonomian dalam menghadapi era perdagangan bebas tanpa merugikan kepentingan nasional. Kegiatan perekonomian yang dimaksud adalah termasuk kegiatan perbankan. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bidang perbankan sangat diperlukan, sehingga kini hukum mempunyai kajian bidang perbankan sendiri yaitu hukum perbankan.

Hukum perbankan adalah kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi, dan

eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang kehidupan lainnya.1

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) juga ada dicantumkan mengenai prioritas pembangunan, yaitu dalam Bab II Sub B tentang prioritas pembangunan nasional, dimana prioritas pembangunan nasional disusun untuk melaksanakan berbagai visi dan misi yang telah ditetapkan pada GBHN 2004-2009 guna mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional Indonesia. Prioritas tersebut disusun dengan mempertimbangkan pengalaman membangun pada masa lalu dan berbagai kemungkinan perkembangan pada masa depan.

Prioritas pembangunan nasional diantaranya adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan sistim ekonomi kerakyatan.

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan tersebut akan dilaksanakan berbagai program pembangunan nasional dibidang ekonomi yang secara terpadu dikelompokkan kedalam tujuh kelompok program percepatan pemulihan sektor ekonomi dan penciptaan landasan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

1

(18)

Prioritas jangka pendek dimana dalam kurun waktu satu atau dua tahun kedepan diberikan perhatian pada program-program untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang meningkat dengan pesat. Prioritas pembangunan ekonomi jangka menengah adalah program-program untuk meletakkan landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Ketujuh kelompok program tersebut diantaranya adalah menciptakan stabilitas ekonomi dan keuangan agar tercipta iklim yang kondusif bagi peningkatan investasi dan ekspor yang sangat penting bagi percepatan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam jangka pendek diupayakan untuk meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi dari makro dan mikro, mempercepat restrukturisasi perbankan dan utang swasta, meningkatkan penerimaan negara dan efektivitas pengeluaran negara dan melaksanakan desentralisasi ekonomi secara bertahap sehingga keseimbangan makro dan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat tetap dipertahankan. Upaya penuntasan rekapitulasi perbankan dan penyelesaian utang swasta harus dipercepat untuk memulihkan proses intermediasi perbankan dan pergerakan sektor riil. Dalam jangka menengah akan dilakukan langkah-langkah untuk terus meningkatkan penerimaan negara, meningkatkan

efektivitas pengelolaan utang negara, memperkuat pengelolaan dan pengawasan

perbankan, mengembangkan lembaga keuangan lainnya diluar perbankan dan memperkuat pengawasan terhadap peningkatan utang swasta untuk mencegah terjadinya krisis moneter.

(19)

kebijakan dalam GBHN yang dicakup adalah mempercepat rekapitulasi di sektor perbankan dan restrukturisasi utang swasta secara transparan agar perbankan nasional dan perusahaan swasta menjadi sehat, terpercaya, adil dan efesien dalam melayani masyarakat dan kegiatan perekonomian. Program nasional yang merupakan arah kebijakan dalam pengembangan lembaga keuangan khususnya perbankan adalah :

a. Jumlah dan jenis pelayanan lembaga keuangan pada masyarakat semakin meningkat;

b. Capital Adequacy Ratio ( CAR ), yaitu perbandingan antara modal yang

disetor dengan aset tertimbang menurut resiko sekurang-kurangnya 8% dalam jangka menengah.

c. Non Performing Loan ( NPL ), yaitu rasio kredit bermasalah terhadap total

kredit yang disalurkan sekitar 5% dalam jangka menengah.

Dalam menciptakan stabilitas ekonomi dan keuangan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat tersebut, lembaga keuangan yang ada, khususnya lembaga perbankan, menempati posisi penting karena segala kegiatan ekonomi memerlukan dukungan dana yang mayoritas di Indonesia masih mempergunakan jasa lembaga perbankan.

(20)

cepat dan bervariasinya aktivitas masyarakat umumnya, dan para pelaku usaha khususnya dalam bidang perekonomian.

Pergerakan ekonomi yang demikian cepatnya menuntut adanya sarana dan prasarana yang memadai, yang dapat mendukung serta mempercepat transaksi-transaksi bisnis baik yang sifatnya sektoral maupun lintas sektoral. Sehubungan dengan hal tersebut, kepercayaan masyarakat mulai bergeser kepada peranan ekomoni yang secara nyata mengutamakan kecepatan dan efisiensi bagi transaksi yang diadakan oleh masyarakat, termasuk peranan ekonomi dalam perbankan.

Sosialisasi dalam peranan teknologi dalam pelayanan jasa perbankan dilakukan dengan sedemikian gencarnya oleh bank-bank di Indonesia sehingga masyarakat sudah menjadi terbiasa dengan penggunaan teknologi dalam kegiatan perbankan mereka dan sudah menjadi suatu kebutuhan.

Peranan dan fungsi perbankan secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan ekonomi, yaitu memberikan jasa dalam mekanisme sistim pembayaran. Didukung oleh penggunaan teknologi yang canggih, eksistensi perbankan menjadi semakin penting dan sangat diperlukan.

Perkembangan jasa perbankan yang menggunakan teknologi sebagai tenaga pendukung harus disertai pula perangkat hukum yang memadai. Bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat harus dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat pengguna jasa bank, terutama dalam memberikan perlindungan hukum bagi para nasabah bank. Perlindungan hukum yang memadai dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut dan dengan sendirinya dapat meningkatkan jumlah nasabah bank yang bersangkutan.

(21)

sebagai lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.2

Bentuk dan jenis sesuatu sangat banyak dipengaruhi keadaan kondisi lingkungan, baik dari segi sosial budaya maupun segi alam, dan sejarah perkembangannya. Demikian pula corak perbankan di Indonesia, yang mempunyai kekhasan sebagai berikut: 3

1. Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utamanya adalah sebagai penghimpun dan pengatur dana masyarakat, dan bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

2. Perbankan Indonesia sebagai sarana untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional, juga guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945, pelaksanaan perbankan Indonesia harus banyak memperhatikan keserasian, keselarasan, dan kesinambungan unsur-unsur Trilogi Pembangunan.

3. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsi, dan tanggung jawabnya kepada masyarakat tetap harus senantiasa bergerak cepat guna menghadapi tantangan-tantangan yang semakin besar dan luas dalam perkembangan perekonomian nasional maupun internasional.

Dalam rangka sifat atau kekhasan perbankan Indonesia tersebut dalam point 3 diatas, tentunya perbankan harus bergerak cepat dalam semua aspek kegiatannya, termasuk dalam pelayanan jasa bank, khususnya dalam hal layanan jasa transfer.

Salah satu pelayanan jasa bank adalah layanan transfer dana. Pemindahan uang atau pengiriman (transfer atau remittence) maksudnya bank melakukan pengiriman sejumlah uang baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing yang ditujukan kepada pihak tertentu ditempat yang berbeda. Pengiriman uang tersebut dapat berdasarkan kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

Adapun cara pengiriman uang tersebut dapat dilakukan dengan surat bukti pengiriman uang yang pemberitahuannya dapat dilakukan melalui.

1. surat atau pos (Mail Transfer/MT);

2. telex/telegram (Telegrafic Transfer/TT) atau kawat;

2

Ibid., hal. 86 3

(22)

3. cara memberikan wesel tunjuk diantara sesama kantornya, tetapi dapat juga dengan penarikan atas saldo kredit yang ada pada bank koresponden secara telegram, wesel tunjuk atau dengan cek;

4. melalui sarana elektronik lainnya (Electronic Found Transfer System/ EFTs) seperti melalui ATM, penggunaannya saat ini telah banyak dilakukan tetapi terbatas oleh mereka yang mempunyai rekening tabungan pada bank tertentu.4

Mekanisme transfer uang melalui Automated Teller Machine (ATM) diperkenalkan pada tahun 1967 di Amerika dengan nama “cash dispenser” atau “mesin uang”. Hal ini dimaksud agar orang dapat mengambil uang pada akhir pekan dimana bank tutup, baik siang atau malam hari.5

Akan halnya di Indonesia, penggunaan sistem ATM (Anjungan Tunai Mandiri) sangat terlambat. Namun demikian perkembangan selanjutnya sudah cukup meningkat dengan bervariasinya layanan jasa yang dapat dilakukan dengan kartu ATM.

Masyarakat menginginkan pembayaran yang lebih efisien yang memberikan kemudahan-kemudahan dalam melakukan transaksi perbankan, antara lain melakukan penarikan uang tunai, mereka tidak perlu untuk antri panjang di depan

teller atau kasir yang akan memakan waktu yang lama, begitu juga untuk pembayaran

pada saat belanja tidak perlu bawa uang kontan dalam jumlah besar, pemindahan dana dari satu tempat ke tempat lain ataupun pembayaran gaji/upah bulanan dari perusahaan mereka bekerja langsung dikreditkan ke rekening masing-masing. Secara ringkas sistim pembayaran secara elektronik dapat memberikan kenyamanan, biaya yang lebih murah, proses yang lebih cepat dan efisien, serta lebih aman bagi nasabah. Kemudahan-kemudahan yang dapat diberikan oleh sistim elektronik dalam perbankan

4

Ibid, hal. 313 5

(23)

tentunya mempunyai sifat yang lebih cepat dan efisien, yang dapat mendukung kinerja aktivitas masyarakat secara luas.

Telah menjadi keyakinan global bahwa peran teknologi informasi berpotensi untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan budaya. Teknologi informasi juga mempengaruhi kondisi sosial pada masa yang akan datang, seperti sistim pelayanan medis, sistim pelayanan pendidikan dan berbagai aspek kehidupan lainnya. 6

Selain keuntungan dan kemudahan yang dimiliki oleh transaksi secara elektronik (EFTs), khususnya ATM, fasilitas tersebut tentunya juga memiliki kekurangan atau dampak negatif yang perlu diperhatikan. Dampak-dampak negatif tersebut antara lain adalah:

1. Terjadinya pendebetan yang tidak dikehendaki oleh pemilik rekening; 2. Kerusakan mesin sehingga nasabah tidak bisa mengambil uangnya; 3. Terjadinya kesalahan transfer yang dilakukan melalui ATM; 4. Terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga;

Dampak negatif tersebut dapat mengurangi keunggulan jasa elektronik dalam perbankan serta menimbulkan kerugian bagi pihak nasabah bank pengguna ATM. Dilihat dari kedudukan nasabah bank dalam perjanjian ATM, tentunya pihak nasabah bank memerlukan perlindungan-perlindungan khusus agar tidak menderita kerugian, dimana kiranya agar kerugian yang mungkin diderita nasabah dapat ditutupi oleh pihak yang berkewajiban untuk itu. Namun umumnya perjanjian ATM hanya dibuat dalam bentuk perjanjian pembukaan rekening tabungan biasa, yang bentuknya sudah dibuat oleh salah satu pihak saja, yaitu pihak bank, dengan tambahan fasilitas ATM.

6

Mariam Darus Badrulzaman, Kontrak Dagang Elektronik Tinjauan dari Aspek Hukum

Perdata, Makalah Yang disampaikan pada seminar tentang Arbitrase dan E-Commerce,

(24)

Dalam lingkungan dimana transaksi-trnsaksi berlangsung dengan menggunakan dokumen-dokumen yang berbentuk kertas (peper documents) pada umumnya mudah untuk mengatasi masalah-masalah. Suatu Purchase order yang dibuat diatas kertas tidak dapat dimodifikasi tanpa meninggalkan jejak atau bukti yang dapat dipakai untuk menunjukkan telah terjadinya modifikasi tersebut. Namun apabila para pihak melaksanakan transaksinya secara paperless atau berdasarkan dokumen-dokumen elektronik (Elektronic documents), maka ancaman-ancaman dari dampak-dampak negatif tersebut diatas menjadi sangat besar. Bukan saja perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap dokumen-dokumen elektronik itu dapat dilakukan tanpa meninggalkan tanda-tanda yang dapat dilihat dengan mata, melainkan dokumen-dokumen tersebut dapat “dimainkan kembali” (re-played) secara demikian rupa sehingga transaksi itu akan nampak seakan-akan merupakan transaksi yang bonafit.7

Sehubungan dengan masalah pembuktian, yang menjadi bahan pemikiran adalah apakah dokumen elektronik dalam praktek penggunaan ATM mempunyai kekuatan pembuktian telah terjadinya transaksi bisnis melalui jasa perbankan, terutama bila dilihat dari hukum dan ketentuan yang berlaku di Indonesia.

Perjanjian ATM antara bank dengan nasabahnya tersebut merupakan dasar terjadinya perikatan antara bank dengan nasabah. Dari perjanjian ATM tersebut timbul hubungan hukum antara bank dengan nasabah, dimana masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban. Perikatan adalah ikatan dalam bidang hukum harta benda (vermogens recht) antara dua orang atau lebih, dimana satu pihak berhak atas sesuatu dan pihak lainnya berkewajiban untuk melaksanakannya.8

Perikatan merupakan hubungan hukum. Hubungan hukum ialah hubungan yang terhadapnya hukum meletakkan “hak”9 pada suatu pihak dan melekatkan “kewajiban” pada pihak lainnya.10

7

Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Siber Sistem Pengamanan E- Commerce, makalah yang disampaikan pada seminar tentang Peran Penegak Hukum Dalam Kaitannya Dengan Transaksi Perbankan, diselenggarakan oleh Bank Mandiri, (Jakarta : 18 Januari 2001).

8

R.M. Suryonodinigrat, Azas-azas Hukum Perikatan, (Bandung : Tarsito, 1985), hal. 14. 9

Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika) atau consument/consument ( Belanda). Pengertian dari consumer ini tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harafiah arti kata konsumen adalah “lawan dari dari produsen, setiap orang yang menggunakan barang”. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, pada pasal 1 ayat (2) bahwa konsumen adalah setiap pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga maupun mahkluh lainnya dan tidak untuk diperdagangkan.

10

(25)

Dilihat dari fungsi bank, yaitu fungsi pengerahan dana dan penyaluran dana, hubungan hukum antara bank dengan nasabah dibedakan menjadi dua, yaitu:11 1. Hubungan hukum antara bank dengan nasabah penyimpan dana; dan

2. Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur.

Dalam hal perjanjian ATM, hubungan hukum antara bank dengan nasabah bank pengguna ATM adalah merupakan hubungan hukum bank dengan nasabah penyimpan dana. Berdasarkan hubungan hukum antara bank dengan nasabah bank tersebut, yang dituangkan dalam perjanjian ATM, bank adalah pihak yang mempunyai kemungkinan terbesar harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita nasabah pengguna ATM.

Tanggung jawab adalah suatu kewajiban seseorang yang terhadapnya telah dilakukan suatu tindakan yang merugikan, baik oleh orang tersebut maupun oleh orang yang dibawah kekuasaannya.12 Pertanggungjawaban bank dalam hal ini didasarkan atas tindakan merugikan yang telah dilakukan bank, terlepas dari unsur kesengajaan.

Kerugian yang dimaksud disini adalah kerugian karena kerusakan atau berkurangnya barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur.13 Dalam hal ini nasabah bank pengguna ATM berkedudukan sebagai kreditur dan bank sebagai debitur.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan melalui media elektronik perlu didukung perangkat hukum dalam rangka melindungi masyarakat. Mengingat bahwa kegiatan

11

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi

Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993) hal.

127. 12

Roscoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum, diterjemahkan oleh Muhammad Radjab, (Jakarta : Bhratara, 1972), hal. 90-94

13

(26)

dengan mempergunakan media elektronik telah berkembang di Indonesia, maka kegiatan itu perlu didukung dengan perangkat hukum yang memadai.14

Kedudukan nasabah bank pengguna ATM, yang mana ATM adalah salah satu produk elektronik perlu perlindungan hukum yang jelas. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas Penulis mencoba menguraiakan lebih lanjut mengenai perlindungan hukum bagi nasabah bank pengguna ATM.

B. Permasalahan

Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pembuktian dalam penggunaan ATM menurut ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia?

2. Bagaimana tanggung jawab bank terhadap kerugian yang diderita nasabah bank pengguna ATM dalam melakukan transaksi.

3. Bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah bank pengguna ATM dalam sistem hukum perbankan di Indonesia?

C. Tujuan penelitian

Karya tulis ini dibuat untuk menjelaskan penggunaan ATM sebagai salah satu produk EFTs (Elektronic Funds Transfer System) serta kedudukan nasabah bank pengguna ATM kepada pembaca umumnya dan kepada nasabah bank, khususnya pengguna ATM.

Selain itu tujuan khusus karya tulis ini adalah:

14

(27)

1. Untuk mengetahui pembuktian dalam praktek penggunaan ATM menurut ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban yang dapat diberikan oleh bank berkenaan dengan kerugian yang diderita nasabah bank pengguna ATM dalam melakukan transaksi, baik yang disebabkan oleh kesalahan manusia, maupun karena kerusakan mesin ATM.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum dalam sistem hukum di Indonesia yang dapat diberikan kepada nasabah bank pengguna ATM.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikut :

1. Segi Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum umumnya dan ilmu hukum perbankan khususnya. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

kepada pendidikan ilmu hukum mengenai pelaksanaan kaidah-kaidah hukum di dalam penerapannya.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah dalam menetapkan kebijakan lebih lanjut, dalam upaya meningkatkan taraf hidup rakyat melalui kebijakan perbankan.

2. Segi Praktis

(28)

E. Keaslian Penelitian

Setelah melakukan penelusuran judul penelitian yang terdapat di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, baik yang telah rampung menjadi sebuah hasil penelitian ataupun yang masih berjalan (dikerjakan), judul penelitian “Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Pengguna ATM (Automated Teller Machines) Dalam Sistem Perbankan Indonesia” belum ada. Namun sebagai perbandingan telah ada judul tesis yang mengangkat masalah ATM oleh Farida Hanum, pasca sarjana ilmu hukum, dengan judul Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Pemegang Kartu ATM. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan tesis tersebut adalah: Apakah hambatan-hambatan dalam penggunaan ATM, bagaimana alternatif penyelesaian terhadap masalah yang timbul dalam penggunaan ATM dan bagaimana peranan YLKI sebagai lembaga yang melindungi hak-hak dari konsumen. Permasalahan yang diteliti penulis berbeda dengan saudara Farida tersebut. Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

Lembaga keuangan dalam arti luas adalah sebagai perantara dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (

lack of funds ), sehingga peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya yaitu

sebagai perantara keuangan/dana masyarakat ( Financial intermediary ). Dalam arti yang luas ini termasuk di dalamnya lembaga perbankan, peransuransian, dana pensiun, pegadaian dan sebagainya yang menjembatani antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana.15

15

(29)

Lembaga keuangan bank sampai saat ini khususnya di Indonesia masih mempunyai peranan yang dominan. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya usaha-usaha perbankan dengan tingkat persaingan yang ketat.

Menurut pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Pada pasal 1 butir (2) Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Menurut J. Milnes Holden16, seperti yang dikutip dari Hart, bank adalah : Seseorang atau perusahaan yang menjalankan usaha dengan menerima uang, mengumpulkan surat-surat berharga, bagi nasabahnya yang akan menerima cek sebagai alat penarikan uangnya berdasarkan jumlah yang tersedia dalam masing-masing rekening mereka.

Kemudian masih menurut Holden, yang dikutipnya dari parker bahwa bank adalah: orang atau perusahaan yang mengkhususkan usahanya dalam bidang perbankan, dengan menerima uang atau simpanan dan melakukan pembayaran atas penarikan cek atau alat penarikan lainnya yang dilakukan nasabahnya.17

16

Holden, J Milnes, Op.cit., hal. 9 17

(30)

Kedua pengertian tersebut hampir sama, yang mengartikan bank sebagai seseorang atau perusahaan yang menjalankan usaha perbankan, yaitu dengan menerima uang atau simpanan dalam melakukan pembayaran atas penarikan cek dari nasabahnya.

Pengertian bank yang hampir sama diberikan oleh Zainal Asikin, yang mengutip dari istilah Fockeman , dimana bank diartikan sebagai suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberi uang dari dan kepada pihak ketiga.18

Sementara itu, Melayu SP Hasibuan, yang mengutip dari pendapat Verryn Stuart, berpendapat bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan memberi kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru dalam bentuk kertas atau logam.19

Dari pengertian –pengertian di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan. Bank sebagai badan hukum berarti secara yuridis adalah merupakan subyek hukum yang berarti dapat mengikatkan diri dengan pihak ketiga.20 Pasal 2 Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa perbankan di Indonesia berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam melakukan semua kegiatan usahanya, bank harus menggunakan prinsip kehati-hatian, bukan saja terhadap kegiatan dalam memberikan kredit, tetapi juga bagi usaha bank yang sifatnya memberikan pelayanan dalam sistem mekanisme pembayaran.

18

Zainal Asikin, Pokok-pokok Hukum Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 1995), hal. 4

19

Melayu SP Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 2-3 20

(31)

Fungsi perbankan di Indonesia tercantum dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang berbunyi sebagai berikut:

“Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.”

Di Indonesia lembaga keuangan bank memiliki misi dan fungsi yang khusus, jadi perbankan Indonesia selain memiliki fungsi yang lazim, juga memiliki fungsi yang diarahkan sebagai agen pembangunan ( agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. 21

Hal ini berarti bahwa kehadiran bank sebagai suatu badan usaha tidak semata-mata bertujuan bisnis, namun ada misi lain, yaitu guna peningkatan kesejahtraan rakyat pada umumnya.22

Sebagai satu lembaga keuangan yang paling penting bagi masyarakat, bank berfungsi sebagai:23

1. Pedagang dana (money lender)yaitu wahana yang dapat menghimpun,dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien. Bank menjadi tempat penitipan, dan penyimpanan uang yang dalam prakteknya sebagai tanda penitipan dan penyimpanan uang tersebut, maka kepada penitip dan penyimpan diberikan kertas tanda bukti. Sedangkan dalam fungsinya sebagai penyalur dana, maka bank memberikan kredit, atau membelikannya ke dalam bentuk surat-surat berharga. 2. Lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan, dan pembayaran uang.

Bank bertindak sebagai penghubung antara nasabah yang satu dengan yang lainnya jika keduanya melakukan transaksi. Dalam hal ini kedua orang tersebut tidak secara langsung melakukan pembayaran tetapi cukup memerintahkan pada bank untuk menyelesaikannya.

Kesimpulan dari uraian fungsi perbankan diatas adalah bahwa perbankan Indonesia secara ekonomi makro mempunyai fungsi untuk mendayagunakan dana masyarakat, meningkatkan taraf hidup rakyat, pemerataan penghasilan , serta peningkatan lapangan kerja, peningkatan potensi masyarakat, dan sebagainya. Dalam hal sosial budaya pun pertumbuhan perbankan Indonesia berhasil menjalankan

21

Muhamad Djumhana, Op. cit., hal. 86 22

Sentosa Sembiring, Op. cit., 23

(32)

fungsinya dengan meningkatkan pola berfikir masyarakat, yaitu berupa peningkatan pola kehidupan masyarakat dengan mendekatkan diri pada lembaga perbankan.24

Jadi perbankan di Indonesia pada dasarnya mempunyai fungsi dan tujuan yang lebih luas, yaitu dengan adanya fungsi sebagai lembaga yang menjadi penunjang utama pembangunan nasional yang menjalankan usaha dengan mendasarkan pada asas-asas yang terdapat pada pancasila.

Pasal 5 ayat (1) Undang Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan menurut jenisnya, bank terdiri dari :

a. Bank Umum;

b. Bank perkreditan rakyat.

Dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan antara lain bahwa usaha Bank Umum meliputi:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;

b. Memberikan kredit;

c. Menerbitkan surat pengakuan hutang;

d. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya surat-surat berharga;

e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

f. Menempatkan dana pada peminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain;

g. Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;

24

(33)

h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

i. Melakukan kegiatan penitipan untuk untuk penitipan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;

j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat dalam bursa efek;

k. Membeli melalui pelanggan agunan baik semua maupun sebahagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank;

l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat;

m. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip syariah; Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.

Dari usaha-usaha bank umum tersebut, sifat usaha bank dapat dibedakan menjadi: 25

a. Sisi pasiva, yaitu kegiatan melakukan penarikan dana dari masyarakat dan pihak ketiga lainnya dengan berbagai instrumen utang;

b. Sisi Aktiva, yaitu kegiatan usaha yang berhubungan dengan penggunaan atau pengelokasian dana terutama dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan; c. Sisi jasa, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pemberian jasa-jasa dalam

mekanisme pembayaran.

Usaha perbankan yang paling utama adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Usaha bank yang sifatnya pemberian jasa adalah usaha perbankan dalam rangka

ekstensifikasi usaha. Namun pada perkembangannya, usaha inilah yang menjadi daya

tarik bagi masyarakat, terutama pelayanan jasa yang mempermudah berbagai macam transaksi perbankan yang dilakukan oleh masyarakat.

Selanjutnya dalam pasal 1 butir 9 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan:

25

(34)

“Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,bilyet giro,dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.”

Usaha lain bank seperti yang tercantum dalam pasal 6 huruf e Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan adalah memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. Pemindahan ini berlaku terhadap tabungan milik nasabah.

Pemindahan uang atau yang disebut dengan transfer uang melalui bank adalah pengiriman uang atas permintaan pihak pengirim (transfetor) dengan menggunakan bank sebagai perantara (transfetor bank), dimana bank tersebut memberikan instruksi bayar kepada bank lain ( transferee bank), agar uang tersebut dibayar kepada pihak yang dituju (beneficiary, transferee).26

Dalam pelaksanaan usaha-usaha tersebut,sebagai suatu badan usaha, bank juga saling bersaing untuk mendapat nasabah. Persaingan usaha ini tidak saja bersifat nasional, tapi juga internasional. Dalam arti bahwa bank-bank nasional juga turut bersaing dengan bank-bank milik asing yang menjalankan usahanya di Indonesia.

Dengan demikian maka tingkat pelayanan jasa perbankan dan tingkat jaminan keamanan tentunya jadi topik utama dalam pelaksanaan usaha bank, karena hanya dengan pelayanan dan keamanan yang baiklah para nasabah tertarik untuk menggunakan jasa bank yang bersangkutan. Tingkat layanan perbankan ini berhubungan erat dengan kualitas sumber daya manusia penyedia jasa perbankan itu sendiri. Selain itu pelayanan jasa perbankan tidak lepas pula dari pengaruh teknologi

26

(35)

yang berkembang pada masanya. Persaingan perbankan sekaligus dapat menjadi persaingan teknologi.

Pada dasarnya setiap penemuan dan teknologi baru, cara/metoda memproduksi baru serta daya pemanfaatan teknologi baru akan segera menjadi komoditi baru yang dapat segera ditransaksikan di dalam kegiatan bisnis pada umumnya. Dunia bisnis adalah dunia yang penuh dengan kreatifitas dan inovasi yang sangat efektif dan bergerak dengan sangat cepat. Keadaan ini adalah sejalan dengan sasaran yang selalu ingin dicapai oleh dunia bisnis pada umumnya, yaitu pembaharuan. Pembaharuan itu sendiri merupakan hasil kreatifitas dan inovasi yang terus menerus dilakukan, dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar.27

Kemajuan di bidang teknologi mempengaruhi secara langsung terhadap sistem transfer uang dari satu tempat ketempat lain. Interaksi antara bidang teknologi dengan bidang hukum dan bisnis sangat intens. Kemajuan dibidang penggunaan teknologi komunikasi, seperti meluasnya penggunaan telegram, teleks, telepon, komputer bahkan internet sangat mempengaruhi pola-pola transfer uang via bank. Apa yang disebut Home Banking28, yakni mengirim perintah kepada bank oleh pengirim yang hanya berada dirumahnya atau berada ditempat-tempat tertentu dengan menggunakan kartu plastik sudah menjadi tren saat ini dan akan meningkat dimasa depan.

Electronic Funds Tranfer system (EFTs) merupakan salah satu jenis

pelayanan transfer dana atau uang dengan menggunakan teknologi elektronik yang kini banyak digunakan di dunia perbankan, termasuk perbankan di Indonesia. Sistem ini lebih dipilih oleh masyarakat luas umumnya karena mempunyai keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh sistem pembayaran konvensional lainnya. Apa bila pada masa sekarang ini dimana transaksi-transaksi bisnis nasional maupun internasional dituntut untuk melakukan secara cepat dan efisien.

27

Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, (Bandung : CV. Mandar Maju, 2000), hal. 33.

28

(36)

Salah satu jenis jasa EFTs yang paling nyata dan dominan adalah ATM

(Automated Teller Machine, dalam bahasa Indonesia diartikan dengan “Anjungan

Tunai Mandiri”). ATM adalah alat kasir otomatis tanpa orang, ditempatkan di dalam atau di luar pekarangan bank, yang sanggup mengeluarkan uang tunai dan menangani transaksi-transaksi keuangan yang rutin. ATM dapat tersedia 24 (dua puluh empat jam) sehari untuk transaksi-transaksi rutin, seperti penyetoran, penarikan uang tunai, transfer antar rekening, dan pelunasan kredit. ATM dapat diletakkan di lobi sebuah lembaga, di dinding luar suatu lembaga deposito, atau dalam kompleks perumahan, pusat perbelanjaan, dan pabrik. Pemakaian ATM untuk transaksi-transaksi rutin membebaskan kasir untuk jasa-jasa yang lebih khusus dan dalam jangka panjang tentulah akan mengurangi biaya penyerahan jasa-jasa keuangan kepada konsumen. ATM adalah jasa EFTs yang paling pesat pertumbuhannya.29

Kartu ATM merupakan kartu plastik yang dilengkapi dengan magnetic stripe. Pada magnetic stripe akan terekam secara elektronik nomor kartu ATM, nama pemilik kartu, dan informasi-informasi lainnya yang diperlukan oleh sistim komputer.30

Pada dasarnya ATM adalah salah satu usaha bank dalam bentuk tabungan. Sekalipun dalam penarikan uang digunakan kartu, tetapi nasabah tidak harus memiliki jaminan apapun, sebab dalam penggunaan kartu ATM hanyalah ada penarikan uang tunai sebesar berapa jumlah uang direkening milik nasabah, dan bukan pemberian kredit.31

Dengan menggunakan sistem ATM, nasabah bank tidak perlu datang ke bank bersangkutan hanya untuk menarik dana dari rekening miliknya, tapi cukup dengan menggunakan kartu ATM, dan memberikan nomor identitas khusus di mesin ATM yang tersedia. Dengan begitu nasabah tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar kemanapun ia pergi. Penggunaan ATM yang sangat praktis inilah yang menarik

29

Allen H. Lipis, dkk, Perbankan Elektronik, diterjemahkan oleh A. Hasymi Ali, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 3.

30

Bagus Djajengtara, Kejahatan perbankan elektronik, makalah satuan kerja Audit Intern Bank International Indonesia

31

(37)

nasabah untuk menggunakannya dalam melakukan aktifitasnya khususnya dalam hal perbankan.

ATM juga dapat dipergunakan untuk kemudahan-kemudahan lainnya, seperti fungsinya sebagai kartu debit belanja yaitu ; sebagai sarana pembayaran berbagai rekening (rekening listrik, rekening telepon, angsuran kredit), atau fungsi-fungsi lainnya yang diselenggarakan oleh masing-masing pihak bank. Ternyata dalam praktek penggunaannya, kartu ATM tidak lagi hanya sebagai kartu untuk layanan Transfer secara secara elektronik, tetapi juga telah berkembang menjadi kartu yang multiguna.

Disamping segi-segi positif tersebut, pengguna ATM juga tidak lepas dari kekurangan atau dampak yang sifatnya negatif. Kekurangan tersebut misalnya kesalahan dalam transfer atau kerusakan mesin, yang tentunya dapat merugikan nasabah pengguna ATM. Selain itu dengan kecanggihan teknologi yang ada, patut diperhatikan adanya kemungkinan kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam transaksi melalui ATM, misalnya dengan penggunaan langsung kartu ATM nasabah yang telah diketahui nomor PIN (Personal Identification Number)-nya, pemalsuan kartu, atau pencurian data nasabah pengguna ATM.

Pengiriman uang via elektronik (seperti lewat komputer bahkan mungkin juga lewat internet) atau lewat telepon akan tidak mempunyai bukti tertulis sama sekali. Hal ini tentu akan rentan terhadap timbulnya kerawanan-kerawanan dan timbul masalah dikemudian hari, disamping itu dapat terjadi pula penipuan/pemalsuan.32

Dengan sifatnya yang unik (peperless, waktu yang lebih fleksibel tanpa perlu kehadiran di counter bank, dan sebagainya), ATM telah memberikan keunggulan

32

(38)

sebagaimana dikemukakan diatas. Namun harus disadari bahwa dengan sifatnya yang unik tersebut perlindungan nasabah dapat menjadi tidak jelas, yang pada akhirnya mengakibatkan masalah-masalah yang timbul dari transaksi ini belum dapat diselesaikan dengan baik, bahkan nasabah sering berada pada pihak yang dirugikan.

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, bank sebagai lembaga kepercayaan yang diharuskan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan segala kegitan usahanya, dalam hal ini termasuk layanan transfer melalui sistem ATM, usaha yang dapat dilakukan bank untuk menciptakan kepercayaan nasabahnya adalah dengan memberikan jaminan keamanan yang jelas dan transparan.

Adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut diatas, hukum muncul sebagai kekuatan yang memberikan solusi antara lain memberikan perlindungan terhadap kemungkinan pelanggaran hak dan sebagainya terhadap semua pihak yang beritikad buruk .33

Hukum merupakan alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat. Akan tetapi dalam masyarakat yang sedang membangun dan berkembang termasuk Indonesia, yang dalam defenisi kita berarti masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidak mungkin memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu proses perubahan masyarakat itu.34

Hukum dalam pembangunan ini mempunyai empat fungsi, yaitu: 35 1. Hukum sebagai pemeliharaan ketertiban dan keamanan;

2. Hukum sebagai sarana pembangunan;

33

Sri Redjeki Hartono, Op.Cit., hal. 32. 34

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan

Nasional, (Bandung : Bina Cipta, 2002), hal. 11

35

(39)

3. Hukum sebagai penegak keadilan;

4. Hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat.

Dalam hal fungsi hukum sebagai sarana pembangunan, pembentukan hukum harus mendahului dalam pelaksanaan pembangunan dibidang-bidang lain, untuk melancarkan pembangunan di bidang itu dan terutama untuk menjaga agar supaya pembangunan masyarakat itu tidak akan mengakibatkan ketidakadilan di dalam masyarakat itu sendiri, sekalipun hubungan-hubungan masyarakat dan hubungan antar manusia mengalami perubahan yang terus menerus dan bertubi-tubi. Inilah inti dari arti hukum sebagai suatu sarana pembangunan dan juga guna keadilan. 36

Hukum harus menjadi alat pembaharuan masyarakat yang menempati posisi di depan, guna mengarahkan masyarakat yang tengah membangun tersebut. Artinya hukum harus telah ada guna mengantisipasi segala persoalan yang mungkin timbul dalam masyarakat.

Berkenaan dengan penggunaan ATM, hukum perbankan khususnya belum mempunyai aturan-aturan mengenai ATM dalam suatu peraturan yang bersifat khusus dan menyeluruh.

Dasar hukum transfer uang via bank dalam sistim perundang-undangan Indonesia adalah:37

1. Pasal 6 huruf e Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu memindahkan uang untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khusus untuk perjanjian antara nasabah pengirim transfer dengan bank, terdapat tiga kemungkinan, yaitu:

a. Perjanjian Pengiriman uang, yang merupakan perjanjian titipan barang dalam hal ini bank sebagai pihak penitip, vide pasal 1694 sampai dengan pasal 1739 KUH Perdata.

b. Perjanjian Pengiriman uang yang merupakan perjanjian untuk melakukan jasa tertentu oleh bank, vide pasal 1601 KUHPerdata;

c. Perjanjian Pengiriman uang sebagai perjanjian khusus yang tidak termasuk ke dalam perjanjian bernama dalam KUHPerdata, sehingga hanya ketentuan perjanjian yang umum saja yang berlaku, yaitu mulai dari pasal 1233 sampai dengan pasal 1456 KUHPerdata. Selebihnya berlaku ketentuan-ketentuan dalam perjanjian yang dibuat para pihak yang terkait, dan ketentuan-ketentuan perbankan, baik syarat-syarat yang diatur oleh pihak bank itu sendiri maupun oleh peraturan yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah.

36

Ibid, hal. 19 37

(40)

Perjanjian ATM dibuat seperti perjanjian pembukaan rekening tabungan biasa, tapi dengan tambahan fasilitas kartu ATM. Perjanjian pembukaan rekening ini merupakan salah satu bentuk penghimpunan dana yang dilakukan bank untuk penerimaan simpanan dari masyarakat. Perjanjian yang ditandatangani nasabah bank tersebut tentunya sudah dalam bentuk perjanjian baku yang dibuat oleh pihak bank dan disetujui dengan ditandatangani oleh nasabah bank. Dalam perjanjian ATM ini, calon nasabah bank menyimpan identitasnya di bank yang bersangkutan dan menyimpan atau menyetor sejumlah uang yang menjadi saldo pertama calon nasabah tersebut. Perjanjian itu memuat syarat-syarat yang tidak diatur secara khusus oleh KUHPerdata. Oleh karena itu, landasan hukum yang digunakan dalam perjanjian ATM ini masih menggunakan dasar atau landasan hukum perjanjian, sebagai mana diatur dalam Buku Ketiga KUHPerdata tentang perikatan.

Adapun yang menjadi landasan hukum perjanjian ATM ini menurut KUHPerdata adalah:

1. Pasal 1319 KUH Perdata, yang berbunyi:

“Semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum.

2. Pasal 1320 KUHPerdata, yang berbunyi:

“untuk sahnya perjanjian-perjanjian diperlukan empat syarat: a. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c. suatu hal tertentu;

(41)

3. Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Perjanjian menerbitkan perikatan. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan suatu perikatan. Perikatan paling banyak diterbitkan oleh adanya suatu perjanjian, sumber lain yang melahirkan perikatan adalah undang-undang. Perikatan adalah suatu pengertian abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa tertentu. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju melakukan sesuatu. Perjanjian dan persetujuan mempunyai arti yang sama.38

Perikatan adalah suatu hubungan hukum, yang artinya hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum, hubungan hukum ini perlu dibedakan dengan hubungan-hubungan yang terjadi dalam pergaulan hidup berdasarkan kesopanan, kepatutan, dan kesusilaan.39

Subjek-subjek dari perikatan adalah kreditur atau si berpiutang, yaitu pihak yang berhak atas prestasi dan merupakan pihak yang aktif, dan debitur atau si berhutang, yaitu pihak yang wajib memenuhi prestasi atau pihak yang pasif.40

Objek dari perikatan adalah prestasi, yaitu pihak debitur berkewajiban, atas suatu prestasi, yaitu debitur berkewajiban atas suatu pemenuhan prestasi dan

pihak kreditur berhak atas suatu prestasi tersebut.41

Dasar hukum dari kekuatan suatu kontrak atau perjanjian adalah pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata42 yang menyatakan bahwa suatu kontrak yang dibuat secara sah

38

Subekti, Op.Cit, hal. 1-3. 39

R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Bandung : Putra Abardin, 1999), hal. 3. 40

Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, (Bandung : Alumni, 1996), hal. 3.

41

Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Perikatan, (Bandung : CV. Mandar Maju, 1994), hal. 2-3.

42

(42)

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.43 Ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata tentang perikatan, khususnya yang berkaitan dengan perjanjian berlaku terhadap baik perjanjian bernama, yaitu perjanjian yang telah mempunyai nama dan oleh undang-undang telah diatur secara khusus dalam Bab V sampai dengan Bab XVII ditambah titel VIIA KUH Perdata, maupun perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian yang tidak diatur secara khusus.

Dari perjanjian ATM yang dibuat antara bank dengan nasabahnya, yang menjadi masalah adalah bagaimana kedudukan dan perlindungan hukum bagi nasabah bank pengguna ATM bila terjadi salah satu dampak negatif yang telah disebutkan diatas, sementara perjanjian tersebut dibuat hanya oleh salah satu pihak, yaitu pihak bank. Kerugian yang diderita nasabah tentunya harus ada yang menanggung, dengan berdasarkan perjanjian yang dibuat antara bank dengan nasabah.

Dalam pasal-pasal yang lain dari Undang-Undang Perbankan tidak diatur secara khusus mengenai tanggungjawab bank atas kerugian yang mungkin diderita oleh nasabah banknya, khususnya nasabah bank pengguna ATM.

Hal tersebut diatas tentunya tidak berarti bahwa nasabah bank pengguna ATM tidak memiliki sama sekali perlindungan atas kerugian yang mungkin dideritanya. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dapat dijadikan dasar perlindungan hukum bagi nasabah bank. Hukum di Indonesia harus dapat memberikan perlindungan khusus yang bisa menyelesaikan segala kemungkinan masalah yang timbul dari perjanjian ATM antara bank dengan nasabahnya.

atau karena alasan-alasan yang oleh karena undang-undang dinyatakan cukup untuk itu . Suatu perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik.

43

(43)

Hukum sebagai nilai-nilai yang menggambarkan abstraksi dari hati nurani manusia dan rasa kemanusiaan mengenai adil dan tidak adil, benar dan tidak benar, sah dan tidak sah, patut dan tidak patut, dimana pada hakekatnya mampu untuk menjawab atas persoalan diatas.44

Secara rinci, hukum akan menampakkan diri sebagai seperangkat peraturan yang didalamnya mengandung nilai-nilai mengenai antara lain:45

1. pemanfataan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (iptek) secara maksimal yang tidak membahayakan manusia dan kehidupan;

2. tidak melanggar kepentingan dan hak-hak pribadi maupun hak-hak publik/masyarakat;

3. pengakuan dan prosedur pengakuan hak oleh negara di bidang hak milik intelektual;

4. pengaturan tentang/mengenai keseimbangan antara kepentingan publik terhadap kepentingan individu sebagai keseimbangan kepentingan diantara para pihak.

Mengingat luasnya dan sekaligus tipisnya batas antara nilai kemanfaatan dengan dampak negatif yang akan timbul dari teknologi, maka sangat dibutuhkan berbagai aspek hukum sekaligus untuk mengatur penggunaan teknologi pada umumnya. Berbagai aspek hukum yang dimaksud meliputi baik aspek hukum publik maupun aspek hukum perdata.46

Dengan demikian hukum juga akan mampu memberikan solusi dan jawaban atas kemungkinan timbulnya hal-hal negatif dan merugikan dalam penggunaan dan pemanfataan iptek sementara penggunaan iptek sebesar-besarnya bermanfaatan guna kelangsungan kehidupan kemanusiaan. Untuk itu perlu diciptakan dari berbagai aspek hukum, baik publik maupun perdata.

G. Metode Penelitian

Adapun langkah-langkah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

44

Sri Redjeki Hartono, Op.Cit., hal 31. 45

Ibid. 46

(44)

1. Metode Pendekatan

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistimatika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.47

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,48 yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder, berupa hukum positif dan bagaimana implementasinya.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis49 yang menggambarkan peraturan-peraturan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dalam praktek pelaksanaannya yang menyangkut permasalahan yang diteliti. Peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah peraturan mengenai perbankan. Masalah yang menjadi objek penelitian adalah penerapan peraturan mengenai perbankan dalam perjanjian ATM antara bank dengan nasabah bank pengguna ATM.

3. Metode penelitian

Metode penelitian yang dilakukan Penulis adalah:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu mengumpulkan data yang terdiri dari:

47

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. 3, (Jakarta: UI-Press, 1986), hal. 43 48

Pada penelitian hukum normatif bahan pustaka merupakan dasar yang digolongkan sebagai data sekunder yang : a) ada dalam keadaan siap terbuat, b) bentuk dan isinya telah disusun peneliti-peneliti terdahulu, c) dapat diperoleh tanpa terikat waktu atau tempat, Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu tinjauan Singkat, Edisi Pertama, cetakan ke 7, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 37.

49

(45)

1). Bahan-bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan misalnya:

a). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( KUHPerdata )

b). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1972 Tentang Perbankan.

c). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

d). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan 2). Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan bahan-bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis bahan-bahan hukum primer, seperti misalnya karya ilmiah dan tulisan para ahli.

b. Melakukan wawancara50, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung kepada informan atau pihak yang berkepentingan untuk memperoleh data pendukung. Dalam hal ini pihak yang berkepentingan adalah Bank Mandiri Cabang Sudirman Pematang Siantar.

4. Analisa data

Analisis data adalah sebuah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan kesatuan uraian dasar.51

50

Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1997), hal. 71, mengatakan wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam wawancara yaitu: pewawancara (interviewer), responden (interviewere), pedoman wawancara dan situasi wawancara.

51

(46)

Penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul dilakukan dengan menggunakan metode analisis normatif kualitatif. Disebut dengan normatif karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang ada dan berlaku sebagai hukum positif. Sedangkan disebut dengan Kualitatif52 karena merupakan analisis data yang berasal dari informasi-informasi hasil wawancara. Dengan demikian akan merupakan analisis data tanpa mempergunakan rumus dan angka-angka.

52

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar grafika, 1996), hal. 14 menyatakan terhadap data yang sudah terkumpul dapat dilakukan analisis kualitatif apabila:

a. Data yang terkumpul tidak berupa angka-angka yang dapat dilakukan pengukurannya; b. Data tersebut sukar diukur dengan angka;

c. Hubungan antar variabel tidak jelas;

(47)

BAB II

PEMBUKTIAN DALAM PENGGUNAAN ATM MENURUT KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU

DI INDONESIA

A. Sistim ATM Bagian Dari Electronic Funds Transfer System (EFTs)

Sistim ATM merupakan sistim transfer yang banyak digunakan oleh masyarakat, nasabah bank pada khususnya. Sistim ini merupakan bagian atau salah satu dari produk Elektronik Funds Transfer System (EFTs) yang secara sederhana adalah sistim transfer dana yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik dan juga komputer.

A.1. Pengertian Electronic Funds Transfer System (EFTs)

Dalam dunia perbankan Indonesia, penggunaan teknologi bukanlah hal yang aneh atau asing lagi, sebaliknya sekarang ini merupakan suatu keharusan yang dituntut oleh tingginya mobilitas masyarakat dan pesatnya perkembangan teknologi yang ada. Dalam hal transfer dana atau uang, perbankan di Indonesia telah memamfaatkan teknologi yang menggunakan komputer, yaitu melalui Elektronic

Funds Transfer System (EFTs).

EFTs di Indonesia merupakan bagian dari teknologi sistem informasi yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pelaksanaan tugas dan pelayanan bank kepada pihak masyarakat luas.

(48)

keuangan dan pelayanan jasa perbankan secara elektronik dengan menggunakan sarana komputer, telekomunikasi dan sarana elektronik lainnya.

Sementara menurut panduan pengamanan penggunaan teknologi sistim informasi oleh bank yang merupakan lampiran dari Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tersebut, EFTs adalah suatu jenis sistim komunikasi elektronik yang dikomputerisasikan yang memungkinkan dilakukan transfer atau pemindahan informasi keuangan dari suatu lokasi pusat komputer ke lokasi lainnya tanpa menggunakan dokumen-dokumen kertas.

EFTs adalah suatu sistim yang pada umumnya diterapkan di bank, dimana dengan bantuan peralatan komputer maka telah memungkinkan seseorang dapat melakukan pemindahan/transfer uang dari satu bank kepada bank lain secara otomatis tanpa bantuan tenaga manusia.53

Menurut Salmidjas Salam, seperti yang dikutip dari Anu Aurora, EFTs adalah : any transfer of funds, other than a transaction initiated by a chegue or other similar

paper instrument, made through an electronic terminal or computer or by means of

magnetic tape so as to order, instruct or authorize a participating financial institution

to credit or debit an account.54

Pada dasarnya EFTs adalah transfer dana, yaitu pemindahan uang dari satu

lokasi ke lokasi yang lain, yang dilakukan dengan suatu sistim komputerisasi tanpa

menggunakan dokumen kertas.

Melalui sistim komputerisasi tersebut, hanya dengan memberi perintah atau petunjuk melalui peralatan elektronik yang telah tersedia, maka nasabah dapat

53

Dedi Rusmadi, Kamus Komputer, (Bandung: M2S, 1989), hal. 104 54

(49)

melakukan transfer pada saat itu juga, tanpa harus datang ke bank. Transfer melalui EFTs ini jauh lebih efesien dan sangat membantu nasabah yang mempunyai mobilitas yang tinggi.

A.2. Sistim Elektronik Dalam Lalu Lintas Transfer Perbankan

Transfer adalah salah satu jenis pelayanan perbankan yang banyak digunakan oleh masyarakat pengguna jasa perbankan. Berbagai macam transaksi dapat dilaksanakan melalui transfer perbankan. Cara ini lebih aman dan efesien bagi nasabah karena nasabah tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah yang besar pada saat bepergian.

Pengertian transfer atau mentransfer adalah : 55 1. Memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain 2. Menyerahkan atau mengalihkan hak milik kepada orang lain; 3. Mengirim;

4. Mengalihkan.

Dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan. Transfer dana adalah pengiriman uang lewat bank, yang dalam bahasa Inggris disebut remittance atau bank transfer. Transfer dapat terjadi karena pembayaran dimana pembayar dan penerima pembayaran tidak saling bertemu misalnya karena keduanya berada di lain kota atau lain negara.56

Transfer dana yang menggunakan peralatan elektronik dan teknologi komputer sebenarnya bukan merupakan barang baru bagi perbankan Indonesia.

55

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal. 574

56

(50)

Perkembangannya mulai tahun 1980-an yang kemudian menjadi lebih pesat dengan dikeluarkannya kebijakan yang menyebabkan menjamurnya bank-bank di Indonesia. Walaupun penggunaan EFTs di Indonesia masih sangat jauh dibandingkan dengan EFTs yang berkembang di luar negeri, namun perkembangan di Indonesia menunjukkan arah yang positip, karena ternyata kini EFTs menjadi suatu kebutuhan dan keharusan.

Electronic Transfer merupakan transfer dana dimana satu atau lebih bagian dalam transfer dana yang dahulu digunakan dengan memakai warkat atau transfer secara fisik diganti dengan teknik elektronik. Bagian-bagian yang dalam transfer dana sebelumnya memakai paper based, diganti dengan sistim elektronik, antara lain sebagai berikut:57

1) Pengirim pesan elektronik antara bank pengirim dengan bank penerima. Misalnya model lama telegraphic transfer diganti dengan instruksi pembayaran via teleks atau hubungan computer to computer ;

2) Data penting yang dahulunya dibuat den

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi eksponensial yang penting dan sering kita jumpai adalah fungsi eksponensial dengan eksponen negatif; fungsi ini dianggap mulai muncul pada x = 0 walaupun faktor u

Untuk koreksi stasiun, dalam penelitian ini memiliki satu buah stasiun yang sama dengan penelitian Puspito (1996) serta memiliki nilai koreksi stasiun yang sama

Penelitian ini merupakan bagian dari pengembangan media pembelajaran Gelombang dan Optik berbasis DIL yaitu mengembangkan instrumen pretes untuk pembelajaran

Menurut Van Hamel dalam Adami Chazawi (2002: 154), Pengertian Tindak Pidana ialah suatu serangan atau suatu ancaman terhadap hak-hak orang lain.Setiap tindak

Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2010), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status

Ante Natal Care adalah perawatan fisik dan mental sebelum persalinan atau dalam masa hamil. ANC bersifat preventif care yang bertujuan mencegah hal-hal yang

Sebuah penelitian yang membandingkan kondisi antara manula yang memiliki hewan peliharaan dan yang tidak memelihara hewan ( dalam Pet Benefits and Iriformation, para 1)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, pemberian larutan unsur hara berupa nutrisi anorganik (AB mix) pada tanaman selada merah yang ditanam