• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Konseptual

Pembiayaan adalah suatu hal yang lazim dilakukan oleh bank syariah. Pembiayaan sendiri merupakan tugas bank sebagai media intermediasi, yaitu mengumpulkan dan kemudian meyalurkan dana tersebut.

adapun sifat kegunaanya pembiayaan dapat dibagi dalam:

1. Memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan; dan

2. Produksi dalam bentuk yang luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.8

Dalam melakukan pembiayaan bank syariah pasti dihadapi dengan resiko pembiayaan atau risiko kredit akibat kegagalan bayar nasabah pembiayaan baik disengaja menunda-nunda pembayaran maupun disebabkan karena force majeur.

8

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Menajemen bank Syariah,cet.IV,(jakarta : Pustaka Alvabet,2006), h.200-201.

oleh bank. Yaitu selisih antara nisbah bagi hasil pada nasabah tabungan dengan marjin yang ditetapan bank pada nasabah pembiayaan dengan biasa kita kenal dengan NIM (net interest marjin).

Risiko kredit sulit dikendalikan tanpa menguji portofolia kredit. Faktor kunci bagi pengendalian risiko adalah diversifikasi dari tipe-tipe kredit, diversifikasi dalam wilayah geografis dan jenis-jenis industri yangdiiayai, kebijakan agunan dan sebagainya, dan uang paling penting adalah standar pengendalian kredit yang ditetapkan.9

Untuk meminimalisir risiko kredit atau pembiayaan bank memberlakukan

ta’zir sebagai peringatan atas kelalaian nasabah sekalis ta’widh atau ganti rugi

yang dialami bank secara riill.

Kerangka konseptual

Penyaluran dana pada nasabah

9 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Menajemen bank Syariah,cet.IV,(jakarta : Pustaka

Alvabet,2006),h.61.

Prinsip bagi hasil (laba) Prinsip ujrah (sewa) Prinsip jual beli (marjin)

Wanprestasi (cidera janji)*

Ta’zir dan Ta’widh

Analisis

17

TINJAUAN TEORITIS

A. Pembiayaan

Pembiayaan adalah suatu hal yang lazim dilakukan oleh bank syariah. Pembiayaan sendiri merupakan tugas bank sebagai media intermediasi, yaitu mengumpulkan dan kemudian meyalurkan dana tersebut.

adapun sifat kegunaanya pembiayaan dapat dibagi dalam:

1. Memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan; dan

2. Produksi dalam bentuk yang luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.1

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:2

1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli

Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai’, al-Tijarah

dan al-Mubadalah.3Menurut istilah terminologi yang dimaksud

1 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Menajemen Bank Syariah, cet.IV, (jakarta : Pustaka

Alvabet,2006), h.200-201.

2 Adiwarman A. karim, Bank islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII,(Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.97.

sebagai jual beli ialah menukar barang dengan barang, barang dengan uang, dengan cara melepaskan hak dari yang satu kepada yang lain dengan cara saling rela atau ridho antara kedua belah pihak.

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property ). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.1

Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan pada waktu pembayaran dan penyerahan barangnya kepada pembeli.

a. Pembiayaan Murabahah

Jual beli murabahah termasuk transaksi yang dibolehkan dalam syariat. Murabahah adalah menjual barang dengan harga jelas, sehingga boleh dipraktikan dalam jual beli2

Murabahah (al-bai’ bi tsaman ajil), lebih dikenal sebagai

murabahah saja. Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual- beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai

1 Adiwarman A. karim, Bank islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII,(Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.98.

2 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, (Damaskus: Darul Fikr,

pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (marjin).3

b. Pembiayaan Salam

Akad salam atau salaf adalah penjualan sesuatu yang akan datang dengan imbalan sesuatu yang sekarang, atau menjual sesuatu yang dijelaskan sifatnya dalam tanggungan.4

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakuka tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli

ijon, namun dalam transaksi ini kuatitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.5

c. Pembiayaan Istishna

Istishna’ didefinisikan sebagai akad meminta seseorang untuk

membuat sebuah barang tertentu dalam bentuk tertentu.atau dapat diartikan sebagai akad yang dilakukan dengan seseorang untuk membuat sebuah barang tertentu dalam tanggungan.6

3 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, (Damaskus: Darul Fikr,

2007),h.98.

4Ibid., h.240.

5 Adiwarman A. karim, Bank islam dan Analisis Keuangan,cet.VIII,(Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.99.

6 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, (Damaskus: Darul Fikr,

Akad ini menyerupai akad salam (membeli barang dalam tanggungan dengan harga kontan), karena akad ini merupakan jual beli

barang yang tidak ada (ma’duum) saat akad. Dalam akad ditetapkan

bahwa barang yang dipesan berada dalam tanggungan pembuat (penjual). 7

Produk istishna’ menyerupai produk salam, tetapi dalam

istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa

kali (termin) pembayarn. Skim istishna’ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan kosntruksi. Ketentuan umum pembiayaan istishna’ adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya.8

1. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah)

Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya ialah

al-iwadh yang arti dalam bahasa Indosesianya ialah ganti dan upah.9

Ada yang menterjemahkan ijarah sebagai jual beli jasa (upah-mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang menerjemahkan sewa-menyewa.10 Jumhur ulama fiqih berpendapat bahwa

7 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, (Damaskus: Darul Fikr,

2007), h.268.

8Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.100.

9 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), hal.114. 10 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalat, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h.122.

ijarah adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya.

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, sedangkan pada ijarah objek transaksnya adalah jasa.11

Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syarian dikenal

ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.12

Al-Bai’ wal ijarah muntahhiyah bit tamlik (IMBT) merupakan

rangkaian dua buah akad, yakni akad al-Bai’ dan akad ijarah muntahia bit tamlik (IMBT). Al-Bai’ merupakan akad jual beli, sedangkan IMBT merupakan kombinasi antara sewa-menyewa (ijarah) dan jual beli atau

hibah di akhir masa sewa.13 2. Pembiayaan Bagi Hasil (syirkah)

a. Pembiayaan Musyarakah

11 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.101.

12Ibid,. 13 Ibid,. h.149.

Syirkah menurut bahasa berarti al-ikhtilath yang artinya campur atau percampuran. Demikian dinyatakan oleh Taqiyuddin. Maksud percampuran disisni ialah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.14

Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah

atau syarikah). Transaksi Musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang berkerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud.15

b. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata al-Dharb, yang berarti secara harfiah adalah berpergian atau berjalan.16 Sedangkan arti secara terminology menurut sayyid sabiq berpendapat, mudharabah ialah akad antara dua belah pihak untuk salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi dua sesuai dengan perjanjian.17

14 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.125. 15 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.102.

16 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.135. 17Ibid,. h.137.

Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahib al-Maal) mempercaka sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.18

Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah

terletak pada besarnya konstribusi atas menajemen dan keuangan atau salah satu diantara itu. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.19

3. Pembiayaan dengan Akad Pelengkap a. Hiwalah

Menurut bahasa, yang dimaksud dengan hiwalah ialah al-Intiqal

dan al-Tahwil, artinya ialah memindahkan atau mengoperkan.20 Secara terminology hiwalah ialah pemindahan utang dari tanggungan seseorang yang berutang kepada orang lain, di mana orang lain mempunyai utang pula kepada yang memindahkannya.21

18 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.103.

19Ibid.,

20 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.99. 21Ibid., hal 101

Dalam perbankan tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas pemindahan piutang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berutang dan kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang berutang.22

b. Rahn (gadai)

Menurut bahasa ar-Rahn berarti al-tsubut dan al-habs yaitu penetapan dan penahanan.23 Menurut Sayyid Sabiq gadai adalah

menjadikan suatu benda berharga dalam pandagan syara’ sebagai

jaminan atas utang selama ada dua kemungkinan, untuk mengembalikan uang itu atau mengambil sebagian benda itu.24

Tujuan akad rahn diperbankan untuk memberikan jaminan kepada bank sewaktu waktu nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya (wanprestasi).

Apabila nasabah wanprestasi, bank dapat melakukan penjualan barang yang digadaikan atas perintah hakim. Nasabah mempunyai hak menjual barang tersebut dengan seizin bank. Apabila hasil penjualan

22 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.105.

23 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.105. 24Ibid., 106

melebihi kewajibannya, kelebihan tersebut menjadi milik nasabah. Dalam hal hasil penjualan tersebut lebih kecil dari kewajibannya, maka nasabah harus menutupi kekurangannya.25

c. Qardh

Qardh adalah pinjaman uang, aplikasi qardh dalam perbakan biasanya ada 4 hal:

1. Sebagai pinjaman talangan haji.

2. Sebagai pinjaman tunai dari produk kartu kredit syariah.

3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, di mana menurut perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah atau bagi hasil.

4. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan mengembalikan dana pinjaman itu secara cicilan melalui pemotongan gajinya.26 d. Wakalah (perwakilan)

al-Wakalah menurut bahasa berarti hifdz, Kifayah, al-dhaman,dan al-Tafwidh (penyerahan, pendelegasian, pemberian mandat).27 Adapun pengertian secara terminologi al-wakalah ialah

25 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.106.

26 Ibid.,

penyeraha dari seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu, perwakilan berlaku selama yang mewakilkan masih hidup.28

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu., seperti pembukaan L/C, inkaso dan transfer uang. Kelalaian dalam menjalankan kuasa menjadi tanggung jawab bank, kecuali kegagala karena force majeure menjadi tanggung jawab nasabah.29

e. Kafalah (garansi bank)

Al-kafalah menurut bahasa berarti al-Dhaman (jaminan),

hamalah (beban), dan za’amah (tanggungan).30 Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan al-Kafalah atau ad-Adhaman

sebagaimana yang dijelaskan menurut Sayyid Sabiq ialah proses pengabungan tanggungan kafil menjadi beban ashil dalam tuntutan dengan benda (materi) yang sama, baik utang, barang, maupun pekerjaan.31

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu keawajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan

28 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.233. 29 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.107.

30 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010), h.187. 31 Ibid., hal 188

nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai

rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip

wadi’ah.35

B. Ta’zir

1. Pengertian Ta’zir

Kata ta’zir berakar dari kata ‘azzara yang secara arti kata mengandung arti membantu, membantu menghindarkan dari suatu yang tidak menyenangkan; membantu melepaskan diri dari kejahatan; membantu keluar dari kesulitan.36

Kata yang berakar pada kata ‘azzara terdapat dalam tiga ayat al-quran yaitu pada surat al-Maidah ayat 12;

قܰقخقث ۡܯقݐقلقغ۞ ه َّٱ هݗهݟۡݜقم اقݜۡثق݇قبقغ قݔيقءٓ قرۡسقإ ك قِقب قݎٰ قثيقم ۡ قِۡ ٱ قظاقققغ ۖامܞيقݐقن ق قَقع ه َّٱ هݗهܢۡݙققث ۡݚقئقل ۖۡݗهكق݇قم قكّقإ ٱ قةٰݠقݖ َص هݗهܢۡيقتاقءقغ قةٰݠقكَܲ ٱ هݗهܢ ۡضقܱۡققثقغ ۡݗههݠهݙه ۡرَܲقعقغ قِهسهܱقب ݗهܢݜقماقءقغ ق َّٱ قق ا ًضܱۡ قكيقس ۡݗهكݜقع َنقܱقكݍق ه ََ امݜ قسقح ل ٰ َٰقن ۡݗهكَݜقݖقخۡله قَقغ ۡݗهكقتا اقݟقܢَۡ ݚقم يقܱۡق َق هٰܱ قهۡنق َۡٱ قءكاقݠقس َݔ قض ۡܯقݐق ۡݗهكݜقم قݑقٰقذ قܯۡ݇قب قܱقݍق ݚقݙق قݔيقب َس ٱ ٢

Artinya: “Dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya aku beserta kamu, Sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik Sesungguhnya aku akan menutupi dosa-dosamu. dan Sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka Barangsiapa yang kafir di

35 Adiwarman A. Karim, Bank Islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada,2011), h.107.

antaramu sesudah itu, Sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (Q.S 5

ayat 12)

al-‘Araf ayat 157:

قݚيقَٱَ قنݠه݇قܞَتقي قظݠهسَܱ ٱ َ قبَنٱ َ قكمه َۡٱ يقَٱَ هݝقنغهܯق قَ ۥ قِ ۡݗههقܯݜقع اًبݠهܢۡݓقم قܟٰىقرۡݠَتٱ قغ قݔيقجقۡٱۡ قب ݗهههܱه ۡܕقي ٱ قفغهܱۡ݇قݙۡ قݚقع ۡݗهݟٰىقݟۡݜقيقغ قܱقݓݜهݙۡٱ هݗهݟق ُݔقحهيقغ ق ٰ قبقكي َطلٱ هݗقݟۡيقݖقع هعقكܱقحهيقغ قܣقئٓ قبقۡٱۡ قغ ۡݗههق ۡۡقإ ۡݗهݟۡݜق ه݅ قضقيقغ قݔٰقلۡغق َۡٱ قتَلٱ ۡݗقݟۡيقݖقع ۡ قنقَ قف قݚيقَٱَ قݝقب ْاݠهݜقماقء ۦ قنقغ هعغهرَܲقعقغ قغ هعغه قَ ْاݠه݇قܞَ ٱ قرݠُنٱ كيقَٱَ هݝق݇قم قظقܲنهث كۥ هݗهه قݑقئٓقلْغهث قنݠهحقݖۡݍهݙۡٱ ٧

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”

(Q.S 7 ayat 157)

al- Fath ayat 9:

كظ

ْاݠهݜقمۡܖهتق฀ قب ق َّٱ ققلݠهسقرقغ ۦ ًًي قصقثقغ مةقܱۡكهب هعݠهحقكܞ قسهتقغ هعغهܱقكققݠهتقغ هعغهرقكܲق݇ه قغ ٩

Artinya: “Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (Q.S 48 ayat 9)

Kesemuanya dari tiga ayat quran diatas mengandung pengertian “membantu” sebagaimana tersebut sebelumnya. Bila kata ini dihubungkan kepada kata “hukuman”,

berarti hukuman yang bersifat membantu atau hukuman yang bersifat mendidik.37

Bentuk-bentuk hukuman ta’zir adalah seperti, hukuman ta’zir dalam bentuk teguran dan peringatan keras, hukuman ta’zir dengan dipenjara, pukulan, denda dengan

37

harta, dan hukuman ta’zir dalam hukuman mati bagi residivis yang berulang kali melakukan kejahatan dan tidak pernah merasa jera serta dalam kasus kejahatan terhadap keamanan Negara menjadi agen mata-mata, perilaku seks sesama jenis (sodomi, liwaath), menghina dan menghujat nabi Muhammad SAW.38

Dalam kaitannya dengan ta’zir pada lembaga keuangan syariah, ta’zir adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yag mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan disengaja. Ta’zir disini, dikenakan apabila terjadi penundaan pembayaran yang disengaja oleh nasabah dengan alasan yang tidak

dibenarkan oleh syar’i dan tidak mempunyai kemauan dan itikad baik unntuk membayar hutangnya.39

Adapun nasabah yang belom mampu membayar kewajibannya disebabkan force majeur maka tidak boleh dikenakan ta’zir. Karena ta’zir menurut DSN-MUI hanya untuk nasabah yang mampu tetapi tidak mau melaksanakan kewajibannya. Adapun jumlah tergantung kesepakatan atara kedua belah pihak yang berakad ketika penanda tanganan kontrak akad.

2. Landasan hukum

38 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, (Damaskus: Darul Fikr,

2007), h.260.

39 Ani Fitriyani,Pengaruh Pengenaan Ta’zir Terhadap Tingkat NPF,” (Skripsi S1 Fakutas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2012), h.67.

firman Allah surat al-Maidah ayat 1:

ي

اقݟُيأك฀ٰ฀ق฀ق قݚيقَٱَ قب ْاݠهفۡغقث ْاكݠهݜقماقء قلݠهݐه݇ۡلٱ هܟقݙيقݟقب ݗهكقل ۡ َݖقحهث قݗٰ قعۡنق َۡٱ قكِق هُ ق ۡۡق ۡݗهكۡيقݖقع ٰقِۡܢهي اقم ََقإ قܯۡي َص ٱ نقثقغ ۡݗهܢ َنقإ ۗ عهܱهح ق َّٱ هܯيقܱهي اقم هݗهكۡ قَ ١

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (QS. 5 ayat 1)

Dasar hukum dari adanya hukuman ta’zir itu adalah ijtihad ulama yang berlandaskan kepada umumnya hadist nabi yang mengatakan.

Laa dharara wa laa dhirara (HR. Ibn Majah)

Artinya: ”tidak boleh ada kerusakan terhadap seseorang dan tidak boleh pula seeorang melakukan perusakan terhadap orang lain” 40 (HR. Ibn Majah)

Mathlul ghanii dzulmun …. (HR Nasa’i)

Artinya:“menunda-nunda( pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu

adalah suatu kedhaliman…. (HR Nasa’i)

Layyul waajidu yuhillu ‘irdhahu wa ‘uquubatuhu (HR. Nasa’i)

Artinya: “menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orng mampu

menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya” (HR. Nasa’i) Adapun kaidah fiqh:

Al-ashlu fii mu’amalaati al ibaahatu illa yadulla daliilun ‘ala tahriimihaa.

Artinya: “pada dasarnya, segala bentuk mu’amalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

Al-dhararu yuzaalu

Artinya: “bahaya (beba berat) harus dihilangkan” C. TA’WIDH

1. Pengertian Ta’widh

Kata al-ta’widh bersal dari kata ‘iwadha yang mempunyai artimemberi ganti atau mengganti, sedangkan kata ta’widh sendiri mempunyai arti secara bahasa mengganti.41

Secara umum pengertianta’widh adalah menutup kerugian yang terjadi akibat pelanggaran atau kekeliruan dengan ketentuan kerugian rill yang dapat diperhitungkan dengan jelas dengan upaya untuk memperoleh pembayaran dan bukan kerugian yang diperkirakan akan terjadi karena adanya peluang yang hilang.42

2. Ganti Rugi menurut KUH Perdata

Ada dua sebab timbulnya ganti rugi, yaitu ganti rugi Karena wanprestasi dan perbuatan melawan hukum.43

41 Tim Kashiko, Kamus Lengkap Arab Indonesia, (Surabaya: Kashiko, 2000),h.449. 42 Samnur Abdullah, Mekanisme Penetapan Ta’widh di Bank BNI Syariah Pada Produk Hasanah Card,”(Skripsi S1 Fakutas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2012), h.90.

Ganti rugi Karena perbuatan melawan hukum adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada orang yang telah menimbulkan kesalahan kepada pihak yang telah dirugikan. Ganti rugi itu timbul karena adanya kesalahan, bukan karena adanya perjanjian.44

Ganti rugi karena wanprestasi adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi isi perjanjian yang telah dibuat antara debitur dan kreditur. Misalnya, A berjanji akan mengirimkan barang kepada B pada tanggal 10 januari 1998. Akan tetapi, pada tanggal yang telah ditentukan, A belum juga mengirimkan barang tersebut kepada B. supaya B dapat menuntut ganti rugi karena keterlambatan tersebut maka B harus memberikan peringatan (somasi) kepada A, menimal tiga kali.45

Apabila peringatan atau teguran telah dilakukan, maka barulah B dapat menuntut kepada A untuk membayar ganti kerugian,. Jadi, momentum timbulnya ganti rugi pada saat telah dilakukan somasi.46

Ganti kerugian yang dapat dituntut oleh kreditur kepada debitur adalah sebagai berikut:47

44 Salim H.S, Hukum Kontrak, cet.IV, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.100. 45 Ibid.,

46 Ibid., 47 Ibid., h.101

1. Kerugian yang telah dideritanya, yaitu berupa penggantian biaya-biaya dan kerugian.

2. Keuntungan yang sedianya akan diperoleh ( pasal 1246 KUH Perdata), ini ditunjukan kepada bunga-bunga.

Untuk ketentuan yang nomor dua itu dilarang dalam syariat islam karena bunga itu merupakan riba, yang dalam prekteknya bank syariah mengharamkan dan tidak menerapkan bunga dalam setiap transaksi perbankan.

Dalam pasal 1249 KUH Perdata ditentukan bahwa penggantian kerugian yang disebabkan wanprestasi hanya ditentukan dalam bentuk uang.48

3. Landasan Hukum QS. al-Maidah ayat 1: اقݟُيقأٓ قي قݚيقَٱَ قب ْاݠهفۡغقث ْاكݠهݜقماقء قلݠهݐه݇ۡلٱ هܟقݙيقݟقب ݗهكقل ۡ َݖقحهث قݗٰ قعۡنق َۡٱ قكِق هُ ق ۡۡق ۡݗهكۡيقݖقع ٰقِۡܢهي اقم ََقإ قܯۡي َص ٱ نقثقغ ۡݗهܢ َنقإ ۗ عهܱهح ق َّٱ هܯيقܱهي اقم هݗهكۡ قَ ١

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”.

QS. al-Isra’ ayat 34

غ

ق َق฀ قظاقم ْاݠهبقܱۡݐق قݗيقتقۡٱۡ قب َقإَ قتَلٱ هعَܯ هشقث ق݈هݖۡܞقي ٰ َتقح هݚ قسۡحقث ق قِ ۥ قب ْاݠهفۡغقثقغ قܯۡݟق݇ۡلٱ َنقإ قܯۡݟق݇ۡلٱ ۡسقم قن قَ م َݠ ٤

Artinya: “dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.

QS. al-Baqarah ayat 194: هܱۡݟ َش ٱ هعاقܱقۡٱۡ قب قܱۡݟ َش ٱ قعاقܱقۡٱۡ قغ ه ٰ قمهܱهۡٱۡ قݚقݙق صا قصقق ٰىقܯقܢۡ ٱ قف ۡݗهكۡيقݖقع ْاغهܯقܢۡ ٱ اقم قݔۡثقݙقب قݝۡيقݖقع ٰىقܯقܢۡ ٱ قغ ۡݗهكۡيقݖقع ْاݠهݐَ ٱ ق َّٱ قغ ْاكݠهݙقݖۡعٱ َنقث ق َّٱ ق݅قم قيقݐَܢهݙۡٱ ٤

Artinya: “bulan Haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, Berlaku hukum qishaash. oleh sebab itu Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa”.

QS. al-Baqarah ayat 279-280

ف

نقإق฀ قݚقكم لبܱۡق قِ ْاݠهنقمۡܕقف ْاݠهݖق݇ۡݍق ۡݗَل ق َّٱ ققلݠهسقرقغ ۖۦ قنݠهݙقݖ ݄ۡه َقغ قنݠهݙقݖ ݄ۡق ق َ ۡݗهكقلٰ قوۡمق قث هسغهءهر ۡݗهكقݖقف ۡݗهܢۡبهت نِ ٩ نِ قنݠهݙقݖۡ݇ق ۡݗهܢݜهك نقإ ۡݗهكَل ۡۡقخ ْاݠهقَܯ قصقت نقثقغ لةق قۡۡيقم ٰقَقإ ةقܱق݄قݜق لةق ۡۡهع غهم قنقَ ٠

Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka

ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan

tidak (pula) dianiaya”.

280. dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Laa dharara wa laa dhirara (HR. Ibn Majah)

Artinya: ”tidak boleh ada kerusakan terhadap seseorang dan tidak boleh pula

seeorang melakukan perusakan terhadap orang lain” 49 (HR. Ibn Majah)

Mathlul ghanii dzulmun …. (HR Nasa’i)

Artinya:“menunda-nunda( pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu

adalah suatu kedhaliman…. (HR Nasa’i)

Layyul waajidu yuhillu ‘irdhahu wa ‘uquubatuhu (HR. Nasa’i)

Artinya: “menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orng mampu

menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya” (HR. Nasa’i) Adapun kaidah fiqh:

Al-ashlu fii mu’amalaati al ibaahatu illa yadulla daliilun ‘ala tahriimihaa.

Dokumen terkait