BAB II LANDASAN TEORI
B. Kerangka Teori
1. BMT
a. PengertianNBMT
Baitul Mal wa Tamwil sering dikaitkan dengan istilah Koperasi
Jasa Keuangan Syari’ah. Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang perorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan (Kementrian Agama Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengan Republik Indonesia, 2007).
Prinsip Syari’ah menurut Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 adalah perjanjian berdasarkan Hukum Islam antara Bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha atau kewgiatan lain yang dinyatakan dengan
Syari’ah. Dengan demikian, Kopersai Jasa Keuangan Syari’ah
12
pembiayaan, investasi dan simpanan berdasrakan prinsip bagi hasil
(syari’ah).
Baitul Mal wa Tamwil adalah suatu lembaga keuangan non-bank
yang berdasarkan sistem syari’ah yang terdiri dari simpanan
pinjaman dan sektor riil yang merupakan sumber pembiayaan alternatif yang memberikan bantuan keuangan pada usaha berskala kecil dan menengah, dengan sistem bagi hasil sesuai syariat Islam. BMT menggabungkan dua fungsi yaitu Baitul Mal dan Baitul Tamwil:
1) Baitul Mal
Intitusi atau Lembaga yang usaha pokoknya menerima dan menyalurkan dana dari umat Islam yang sifatnya non komersial. Sumber danaBaitul Mal adalah zakat, Infaq, Shadaqah dan Sumbagan lainnya. Adapun penyalurannya dialokasikan kepada mereka yang berhak yaitu mustahiq terdiri dari fakir, miskin, gharim, mualaf, musafir, hamba sahaya, amil, dan ibnu sabil atau orang-orang yang berjuan di jalan Allah.
2) Baitul Tamwil
Suatu Instansi atau Lembaga umat Islam yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari pihak ketiga (deposan) dan memberikan pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif dan menguntungkan.
13
Dengan demikian BMT menggabungkan dua kegiatan yang berbeda sifatnya dalam suatu lembaga.Namun secara operasioanal, BMT merupakan badan yang terpisah.Dalam perkembangannya, selain bergerak dalam bidang keunagan, BMT dijalankan berdasarkan Prinsip muamalah atau ekonomi Islam.
2. Pembiayaan
Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I believe, I trust, yaitu ‘saya percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’.
Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti bank menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan oleh bank selaku shahibul maal.Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
` Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin menjelaskan,
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil (Rivai,2010:98).
14 3. Mudharabah
a. Definisi Mudharabah
Mudharabah adalah akad antara dua belah pihak untuk salah seorang (salah satu pihak) mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan.Dan laba dibagi dua sesuai kesepakatan (Sabiq, 1987: 31).
Mudharabah adalah akad yang dikenal oleh umat muslim sejak jaman nabi, bahkan telah dipraktikan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad Saw. berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan Khatiah. Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan, baik menurut Al-Quran, Sunah, maupun Ijma’ (Adiwarman,2013: 204).
Mudharabah adalah suatu perkongsian antara dua pihak dimana pihak pertama (shahib al-mal) menyediakan dana, dan pihak kedua (mudharib) bertanggungjawab atas pengelolaan usaha. Keuntungan tanggung jawab atas pengelolaan usaha. Keuntungan dibagi sesuai dengan ratio labayang telah disepakati bersama secara advance, manakala rugi shahib al-malakan kehilangan sebagian imbalan dari kerja keras dan ketrampilan managerial(manager skill) selama proyek berlangsung.
15 b. Dasar hukum 1. Al Qur’an Al Muzammil : 20
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu.dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja16
yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS Al-Jum’ah : 10
apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung QS Al Baqarah : 198
tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasilperniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat.
1) Hadis
َلاَمْلا َعَفَد اَذِإ ِبِِّلَطُمْلا ِدْبَع ُنْب ُساَّبَعْلا اَنُدِِّيَس َناَك
ِهِب ِحاَص ىَلَع َط َرَتْشِاةَب َراَضُم
َلا َو ،اًرْحَب ِهِب َكُلْسَي َلا ْنَأ
ِهِب َل ِزْنَي
َلَعَف ْنِإَفةَبْط َر ٍدِبَك َتاَذ ًةَّباَد ِهِب َي ِرَتْشَي َلا َو ،اًيِدا َو
17
ِهِلآ َو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله َل ْوُس َر ُهُط ْرَش َغَلَبَف ،َنِمَض َكِلَذ
َزاَجَأَف َمَّلَس َو
Adalah Abbas bin Abdul Muththalib, apabila ia menyerahkan sejumlah harta dalam investasi mudharabah, maka ia membuat syarat kepada mudharib, agar harta itu tidakdibawa melewati lautan, tidak menuruni lembah dan tidak dibelikan kepada binatang, Jika mudharib melanggar syarat2 tersebut, maka ia ikasdiajukan Abbas tersebut sampai kepada Rasulullah Saw, lalu Rasul membenarkannya” (HR ath_Thabrani).
2) Ijma’
Imam Zailani dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus akan legitimasi pengelolaan harta anak yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadis yang dikutip oleh Abu Ubaid dalam kitabnya Al-Amwal Hadis tersebut berarti
“Rosulullah SAW.telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yng ada ditanganmu janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat”
Indikasi hadis ini adalah apabila menginvestasikan harta anak yatim secara mudharabah dalam harta sendiri. Adapun pengertian zakat disini adalah seandainya harta tersebut diinvestasikan, maka zakatnya akan dambil dari return on investment (keuntungan) bukan dari modal. Dengan demikian harta aman tersebut akan senantiasa berkembang, bukan berkurang (Muhammad,2001:15).
18
a. Rukun
Rukun Mudahrabah adalah ijab dan qabul yang keluar dari orang yang memiliki keahlian. Tidak disyaratkan adanya lafaz tertentu, tetapi dapat dengan bentuk apa saja yang menunjukkan makna mudharabah. Karena yang dimaksud dalam akad ini adalah tujuan dan maknanya, bukan lafaz dan susunan kata (Sabiq, 1987: 33).
Faktor-faktor yang harus ada dalam akad mudharabahadalah :
1) Pelaku (pemilik modal maupun pelaku usaha)
2) Objek mudharabah (modal dan kerja )
3) Persetujuan antara dua belah pihak (ijab dan qabul )
4) Nisbah keuntungan
Pelaku,dalam akad mudharabah sedikitnya harus ada dua orang yaitu pelaku usaha (mudharib) dan pemilik modal (shahib al mal ). Objek,merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku.Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai
objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan
kerjanya sebagai objek mudhrabah.Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau baranga yang dirinci berapa nilai uangnya.Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian atau skill, ketrampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain. Persetujuan,yaitu persetujuan dua belah pihak, merupakan konsekuensi dan prinsip antara an-tarradin minkum (sama-sama rela).Disini antara kedua belah pihak harus secara rela bersepakat
19
untuk mengikatkan diri kedalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dalam perannya untuk menkontribusikan dana, sementara pelaksana setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja. Nisbah,adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan
yang berhak diterima oleh dua belah pihak yang
bermudharabah.Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-mal mendapatkan imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya peselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
b. Syarat-Syarat
Di dalam mudharabah, disyaratkan sebagai berikut:
1) Bahwa modal itu berbentuk uang tunai, jika ia berbentuk emas atau perak batangan (tabar), atau barang perhiasan atau barang dagangan,maka tidak sah.
2) Bahwa ia diketahui dengan jelas, agar dapat diperdagangkan dengan keuntugan yang dibagikan untuk kedua belah pihak, sesuai dengan kesepakatan
3) Bahwa keuntugan yang menjadi milik pekerja dan pemilik modal jelas prosentasenya. Seperti setengah, sepertiga atau seperempat.
4) Bahwa mudharabah itu bersifat mutlak, pemilik modal tidak
20
atau memperdagangkan barang tetentu,atau perdangan pada waktu terentu, sementara di waktu lain tidak, atau ia hanya bermuamalah kepada orang-orang terentu dan syarat-syarat lain misalnya. Karena persyaratan yang mengikat sering kali dapat menyimpangkan tujuan akad, yaitu keuntungan. Karena itu harus tidak ada persyaratannya tanpa itu mudharabah menjadi fasid. Demikian menurut mazhab
Maliki dan Syafi’i.
Adapun Abu Hanifah Dan Ahmad, kedua orangini tidak
mensaratkan syarat tertentu mereka mengatakan “sesungguhnya
sebagaimana mudharabah menjadi sah dengan mutlak, sah pula
dengan muqayad (terikat)”. Dalam keadaan mudharabah muqayad,
pelaksanaan tidak boleh melewati syarat-syarat yang telah ditentukan. Jika ketentuan tesebut dilanggar, maka ia wajib menjaminnya.
c. Implementasi Akad Mudharabah dalam Lembaga Keuangan
Syariah
Dalam sistem perekonomian modern,khususnya
perbankan,menjadi berkembang. Pihak yang terlibat dalam kerjasama ini ada tiga yaitu pihak yang menyimpan dana (depositor), pihak yang membututuhkan dana atau pengusaha (debetor), dan pihak yang mempertemukan antara keduanya (bank). pihak yang pertama,depositor, inilah seharusnya menjadi shahibul mal sebab dia yang memiliki dana yang secara sadar akan
21
di gunakan untuk kepentingan usaha.Sementara pihak
kedua,debitur,adalah mudharib-nya depositor karena dia yang menggunakan dana depositor untuk digunakan sebagai modal usaha. Sedangkan pihak ketiga, bank adalah pihak yang menjembatani keinginan keduanya (pihak pertama dan pihak kedua).
Jadi, fungsi bank dalam kontrak mudharabah adalah
menerima dan menyimpan danashahib al-mal serta menyerahkan kepada mudharib yang membutuhkan modal. Dengan kata lain, jika shahib al-mal mendayagunakan dananya, harus melewati
bank,begitu juga ketika mudharib menghendaki dana untuk
usahanya.
Kerjasama mudharabah dalam system perbankan syariah
menempatkan bank sebagai mudharib sekaligus sebagai shahib al-mal. Sebagai mudharib, bank mengelola dana yang dititipkan depositor untuk mencari keuntungan. Sementara sebagi shahib al-mal, bank memberikan dana para depositor kepada debitur untuk dikelola sebuah usaha.
Posisi bank yang berstandar ganda tersebut sedikit banyak membuat rancu pengertian mudharabah yang dikembangkan ulama
fikih. Sebab antara shahib al-mal sebagai pemilik modal
22
usahayang rill tidak bertemu secara langsung,tetapi terus melewati bank.
Sementara bank sebagai lembaga usaha yang bergerak di bidang keuangan yang kegiatn oprasionalnya harus didasarkan pada tingkat evisiensi, produktivitas dan profitabilatas yang layak mempunyai beberapa ketentuan-ketentuan khusus yang mengatur lalu lintas keuangan yang di lakukan oleh shohibul mal dan mudharib. Ketentuan tersebut tentu saja diatur sedemikian rupa sehingga proses intermediary berjalan tanpa hambatan dan dapat memberikan keuntungan khususnya bagi shahibul mal dan bank itu sendiri (Muhammad, 2008: 30)
23 BAB III
LAPORAN OBJEK
A. Gambaran Umum BMT
1. Sejarah Berdirinya BMT
KJKS BMT Syari’ah Sejahtera Boyolali didirikan pada 6 Juni
2009.Kemudian memiliki cabang otonom yaitu di Ampel. Kemudian pada 21 Januari 2012, cabang Ampel memisahkan diri dengan nama KJKS BMT Syamil (BMT Syariah Mandiri Ampel) yang dipercayakan kepada 5 orang karyawan, yang beroperasi mengelola keuangan wilayah Pasar Ampel, dan sekitarnya.
2. Visi,Misi dan Tujuan
Komitmen dalam syariah, amanah dalam muamalah. TujuandidirikannyaBMTSYAMIL adalahuntuk:
a. Meningkatkankesejahteraan dantarafhidupanggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
b. Sebagaiwadahpemberdayaanekonomianggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
c. Sebagai gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tataran perekonomian nasional.
d. Sebagai alternatif pilihan model pengelolaan usaha koperasi.
3. Identitas BMT
Alamat : Jl. Ampel-Candi No. 8 ( Timur Tugu Lilin ) Ampel, Boyolali 57352
24 Telepon : (0276) 334 7000 4. Struktur Organisasi
Bagan 3.1
I. PENGURUS
1) Ketua : Joko Purnomo, M.Pd
2) Sekretaris : Nur Arifin
3) Bendahara : Catur Riyanto
II. PENGAWAS
1) Ketua : Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc, M.Si
2) Anggota : a. Ahmad Hasyim, S.Si
b. Abdul Rachman III. PENGELOLA Rapat Anggota PENGURUS Kabag Operasional Pengawas syari’ah Kabag Pemasaran Pembukuan/ Akunting Teller SDM dan Umum Admin Pembiayaan Staff Pemasaran Staff Penagihan
25
1) Manajer : Sumiyati, S.Hi
2) Admin & Teller : Fitri Yunia Romadhoni, A.Md.Ei
3) Marketing : a. Arief Suryanto, S.Pd
b. Putri Noviant
c. Eva Hindun Khasanah, A.Md
5. Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian
a. Dewan Pengawas Syari’ah
1) Identitas Jabatan
Dewan Pengawas Syariah (DPS) harus terdiri dari para alim ulama dibidang syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan umum di
bidang “baytun tamwiil” (keuangan bank dan atau
koperasi).Persyaratan lebih lanjut mempertimbangkan ketentuan Dewan Syariah Nasional (DSN).
Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, DPS wajib mengikuti fatwa DSN dalam rangka kesesuaian produk atau jasa KJKS dengan ketentuan dan prinsip syariah Islam.
2) Fungsi Utama Jabatan
Melakukan pengawasan terhadap keseluruhan aspek organisasi dan usaha KJKS sehingga benar-benar sesuai dengan prinsip syariah Islam.
3) Tanggung Jawab
26
b) Memastikan tata laksana manajemen dan pelayanan sesuai dengan
syariah
c) Terselenggaranya pembinaan anggota yang dapat mencerahkan dan
membangun kesadaran bersama sehingga anggota siap dan konsisten bermuamalah secara Islami melalui wadah KJKS.
4) Tugas-Tugas Pokok
a) Memastikan produk dan jasa KJKS sesuai dengan syariah
b) Memastikan tata laksana manajemen dan pelayanan sesuai dengan
syari’ah
c) Membantu pengurus dengan memberikan penjelasan dan atau
nasehat,diminta atau tidak diminta,tentang keadaan anggota pada khususnya dan KJKS pada umumnya ditinjau dari aspek kesyariahan. Penjelasan itu dapat disampaikan di dalam maupun di luar Rapat Pengurus.
d) Membantu terlaksananya pendidikan anggota yang dapat
meningkatkan kualitas aqidah, syari’ah dan akhlaq anggota.
5) Wewenang
a) Meneliti barang, catatan, berkas, bukti-bukti dan dokumen lainnya yang ada pada KJKS
b) Mendapatkan keterangan yang diperlukan baik dari pengurus, manajemen atau staf dan anggota.
c) Memberikan koreksi, saran dan peringatan kepada pengurus dan manajemen KJKS.
27
d) Menggunakan fasilitas yang tersedia untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya atas persetujuan pengurus.
e) Melaporkan kepada DSN dan pihak berwenang tentang keadaan kesyari’ahan KJKS.
a. MANAGER
1) Identitas Jabatan
Posisi dalam Organisasi: Di bawah Badan Pengurus; membawahi langsung Kepala Bagian (Kabag) Operasional, Kabag. Pemasaran.
2) Fungsi Utama Jabatan
a) Memimpin Usaha KJKS di wilayah kerjanya sesuai dengan tujuan
dan kebijakan umum yang telah ditentukan KJKS.
b) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh
aktivitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari anggota dan lainnya serta penyaluran dana yang merupakan kegiatan utama lembaga serta kegiatan-kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas utama tersebut dalam upaya mencapai target.
c) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam
tanggung jawabnya.
d) Membina hubungan dengan anggota, calon anggota, dan pihak lain
(customer) yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan pelayanan yang lebih baik.
28
3) Tanggung Jawab
a) Menjabarkan kebijakan umum KJKS yang telah dibuat Pengurus dan disetujui Rapat Anggota.
b) Menyusun dan menghasilkan rancangan anggaran KJKS dan
rencana jangka pendek, rencana jangka panjang, serta proyeksi (finansial maupun non finansial) kepada pengurus yang selanjutnya akan dibawa pada Rapat Anggota.
c) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tak melampaui batas
wewenang manajemen.
d) Mengusulkan kepada pengurus tentang penambahan,
pengangkatan, pemberhentian karyawan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan operasional KJKS.
e) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan
biaya-biaya harian dan Tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan.
f) Mengamankan harta kekayaan KJKS agar terlindungi dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan dan kerusakan, serta seluruh asset KJKS.
4) Tugas- Tugas Pokok
a) Menjabarkan kebijakan umum KJKS yang telah dibuat Pengurus dan disetujui Rapat Anggota.
b) Menyusun dan menghasilkan rancangan anggaran KJKS dan
29
(finansial maupun non finansial) kepada pengurus yang selanjutnya akan dibawa pada Rapat Anggota.
c) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tidak melampaui batas wewenang manajemen.
d) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan
biaya-biaya harian dan tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan.
e) Membuka peluang atau akses kerja sama dengan jaringan/ lembaga
lain dalam upaya mencapai target.
f) Mengamankan harta kekayaan KJKS agar terlindungi dari bahaya
kebakaran, pencurian, perampokan dan kerusakan.
g) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan
biaya-biaya harian dan tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan.
5) Wewenang
a) Memimpin Rapat Komite untuk memberikan keputusan terhadap
pengajuan pembiayaan.
b) Menyetujui atau menolak secara tertulis pengajuan rapat komite secara musyawarah dengan alasan-alasan yang jelas.
c) Menyetujui atau menolak pencairan dropping pembiayaan sesuai
dengan batasan wewenang.
d) Menyetujui pengeluaran uang untuk pembelian aktiva tetap sesuai dengan batas wewenang.
30
e) Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan biaya operasional lain sesuai dengan batas wewenang.
f) Melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g) Mengusulkan promosi, rotasi dan PHK sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
h) Mengadakan kerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
lembaga dalam upaya mencapai target proyeksi dan tidak merugikan lembaga.
b. KEPALA BAGIAN OPERASIONAL
1) Identitas Jabatan
Unit Kerja: Bagian Operasional
Posisi dalam Organisasi: Di bawah Manajer KJKS sejajar Kabag. Pemasaran, membawahi seksi- Pembukuan atau Akuntansi, Layanan Mitra usaha, Teller, serta SDM dan Umum.
2) Fungsi Utama Jabatan
Merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh aktivitas dibidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan profesionalisme KJKS atau UJKS Koperasi khususnya dalam pelayanan terhadap mitra maupun anggota KJKS
31
a) Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service excellence) kepada mitra atau anggota KJKS.
b) Terevaluasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang ada dalam operasional KJKS.
c) Terbitnya laporan keuangan, laporan perkembangan pembiayaan dan laporan mengenai penghimpunan dana secara lengkap, akurat dan sah baik harian, bulanan ataupun sesuai dengan periode yang dibutuhkan.
d) Terarsipkannya seluruh dokumen-dokumen keuangan, dokumen
lembaga, dokumen pembiayaan serta dokumen penting lainnya.
4) Tugas-Tugas Pokok
a) Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service excellence)
kepada mitra atau anggota KJKS.
b) Terevaluasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang ada dalam operasional KJKS.
c) Terbitnya laporan keuangan, laporan perkembangan pembiayaan dan laporan mengenai penghimpunan dana secara lengkap, akurat dan sah baik harian, bulanan maupun sesuai dengan periode yang dibutuhkan d) Terarsipkannya surat masuk dan keluar serta notulasi rapat manajemen
dan rapat operasional
e) Terselenggaranya absensi kehadiran karyawan dan dokumentasi hasil penilaian seluruh karyawan serta pengajuan gaji.
32
5) Wewenang
a) Mengeluarkan biaya operasional rutin dalam batas wewenang
b) Mengajukan biaya operasional dan kebutuhan lain yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan di bidang operasional kepada Manajer KJKS untuk dipertimbangkan
c) Menyetujui pengeluaran kas untuk penarikan tabungan dalam batas wewenang
d) Melakukan kontrol terhadap kehadiran karyawan
e) Memeriksa seluruh laporan dalam bidang operasional
f) Menegur karyawan bidang operasional apabila bekerja tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku
g) Menyetujui pemotongan biaya administrasi tabungan untuk tabungan yang tidak bermutasi selama 6 bulan atau sesuai dengan kebijakan KJKS
h) Meminta pihak-pihak tertentu yang memegang tanggung jawab dana KJKS (uang muka biaya, TL pembiayaan lainnya) untuk cepat menyelesaikannya, apabila waktu yang disepakati sudah tiba
i) Memberikan masukan dan membantu bagian operasional lainnya yang
memerlukan bantuan, dalam kapasitasnya sebagai Kabag Operasional
c. TELLER
1) Identitas Jabatan
Unit Kerja: Bagian Operasional
33
2) Fungsi Utama Jabatan
Merencanakan dan melaksanakan seluruh transaksi yang sifatnya tunai
3) Tanggung Jawab
a) Mengelola fisik kas dan terjaganya keamanan kas b) Terselesaikannya laporan kas harian
c) Tersedianya laporan arus kas pada akhir bulan untuk keperluan evaluasi
d) Menerima setoran dan penarikan tabungan serta simpanan berjangka
4) Tugas-Tugas Pokok
a) Mengelola fisik kas dan terjaganya keamanan kas
1) Melakukan penghitungan kas pada pagi dan sore hari saat akan dimulainya hari kerja dan akhirnya hari kerja yang harus disaksikan oleh petugas yang berwenang
2) Meneliti setiap keaslian uang masuk agar terhindar dari uang palsu 3) Menjaga ruang dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan
4) Mengarsipkan laporan mutasi vault pada tempat yang aman
5) Melakukan cross check antara vault dengan neraca dan rekapitulasi kas.
b) Terselesaikannya laporan kas harian
1) Menerima dan mengeluarkan transaksi tunai sesuai dengan batas wewenang
2) Melakukan pengesahan pada bukti transaksi baik paraf maupun validasi
34
3) Menyusun bukti-bukti transaksi keluar dan masuk serta
memberikan nomor bukti
4) Membuat rekapitulasi transaksi masuk dan keluar serta meminta validasi dari pihak yang berwenang
5) Melakukan cross check antara rekapitulasi kas dengan mutasi vault dan neraca
6) Tersedianya laporan arus kas pada akhir bulan untuk keperluan evaluasi
7) Membuat laporan kas masuk dan keluar pada setiap akhir bulan untuk setiap akun-akun yang penting
8) Meminta pengesahan laporan arus kas dari yang berwenang sebagai laporan yang sah