• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islam, tujuan dan fungsi bimbingan Islam, metodologi bimbingan Islam, pengertian kaum dhuafa, faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan, tanggung jawab sosial terhadap dhuafa, pengertian kecerdasan spiritual, unsur-unsur kecerdasan spiritual dan cara meningkatkan kecerdasan spiritual.

BAB III : Meliputi gambaran umum Yayasan Irtido Kebajikan, sejarah

berdirinya, visi dan misi, struktur, sarana dan prasarana dan keadaan remaja Yayasan Irtiqo Kebajikan.

BAB IV : Meliputi pelaksanaan bimbingan Islam, metode bimbingan Islam terhadap kaum dhuafa, faktor pendukung dan penghambat bimbingan Islam di Yayasan Irtido Kebajikan dan tinjauan analisis pelaksanaan bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan.

BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran kemudian

selengkapnya

diawali dengan kata pengantar dan daftar isi serta diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran.

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Bimbingan Islam

1. Pengertian Bimbingan Islam

Secara harfiah kata bimbingan yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “to guide” ini mempunyai arti "menunjukan" atau lebih lenqkapnya adalah memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dandi masa mendatang.3

Menurut I. Djumhur dan Muhammad Surya bimbingan adalah suatu proses pemberi bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalarn memecahkan masalah yang dihadapinya agar

tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self

understanding), kemampuan menerima dirinya (self direction), kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization), sesuai dengan potensi atau kernampuannya dalam mencapai menyesuian diri dengan lingkungan, baik sekolah, keluarga ataupun masyarakat, dan bantuan pun diberikan oleh orang-oranq yang memiliki pengalaman khusus dibidang tersebut.4

3

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Trayen Press, 1994), h. 1.

4

Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), h. 28.

Secara terminologi, Rahman Natawijaya mengemukakan

bahwa bimbingan adalah suatu proses penberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinamb,ingan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara walar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah. Dengan demikian la dapat menqecap kebahagian hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.5

Islam dalarn kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat perantara, malaikat Jibril dengan mukjizat terbesarnya yaitu al-Quran al-Karim yang dijadikan sebagai pedoman utama ajaran Islam untuk kebaikan seluruh umat manusia, baik di dunia maupun akhirat.6

Sedangkan Islam secara lughowi (etimologi) adalah berasal dari kata aslamu-yuslimu-assalam, yang artinya selamat. Namun secara doktinair (terminologi) mempunyai arti bahwa Islam adalah agama yang membirnbing umat manusia rnenuju jalan yang diridhai Allah SWT. Siapa

5

Rahman Natawijaya, Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah, (Bandung: CV. Arbarqir, 1998), hal. 7

6

Poerwanto, makalah, Bimbingan dan Konselor di Perguruan Tinggi, (Jakarta: fakultas Ekonomi UI), h. 8-9

saja mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, rnaka ia akan selamat dunia dan akhirat karena kata Islam itu sendiri mempunyai arti "selamat".7

Dan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama Tuhan (Allah) yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW dengan dua pokok ajarannya yakni Alquran dan Assunnah untuk membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.8

Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dari petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat.

Dengan demikian bimbingan Islam merupakan proses bimbingan lain, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya berdasarkan al-Quran dan Sunnah Rasul.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan Islam merupakan proses pemberian bantuan yang tidak menentukan atau rnengharuskan, melainkan sekedar mernbantu individu dan dibimbing agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam

(1) Tujuan Bimbingan Islam

Pada dasarnva tujuan dari bimbingan Islam sama halnya

7

M. Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), h. 186

8 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2000), h. 4.

dengan tujuan bimbingan secara umum. Dalam hal ini penulis akan kemukakan tujuan-tujuan bimbingan antara lain sebagai berikut : 1.1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku. Para ahii

psikologi sepakat bahwa bimbingan bertujuan untuk

rnengadakan perubahan pads kelakuan individu, agar klien hidup lebih produktif dan menikmati kepuasan hidup dengan menghilangkan kelernahan dan ketidak puasannya dengan cara menggunakan semua kemungkinannya.

1.2. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu realita. Kehidupan manusia membuktikan bahwa hampir sernua orang mengalami kesulitan, untuk itu diperlukannya kemampuan, keterampilan dan juga kemauan serta kesanggupan untuk menghadapi masalah tersebut. Hal itu tergantung dari kemampuan dan keterampilan dasar yang dimiliki, apakah ia bisa mengatasi atau tidak.

1.3. Meningkatkan kemampuan dalam menentukan

keputusan-keputusan akhir dari masalah klien harus rnerupakan keputusan yang ditentukan oleh klien itu sendiri dengan bantuan konselor. Membuat suatu keputusan sering kali harus

mempertimbangkan berbaqai faktor berpengaruh dan

memperhatikan cara-cara dalam meiakukan penilaian. Namun sering kali cara peninjauan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dan sistematika berpikir, rrasih sering perlu diiatih dan ditunjukan oleh orang lain dalam hal ini konselor atau pembimbing. Padahal dalam kehidupan ini kita harus mengambil keputusan, tentunya dari yang paling ringan dan sederhana, sampai yang berat dan rumit dan beresike besar. 1.4. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan. Sebagai

mahluk sosial, seseorang diharapkan mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan sosialnya mulai dari ketika kecil di sekolah dengan teman sebayanya, rekan seprofesi dan dalam keluarga. Kegagalan dalam hubungan antar perorangan adalah kegagalan dalam penyesuaian diri yang antara lain disebabkan oleh kurang tepatnya memandang atau menilai diri sendiri atau kurangnya keterampilan untuk menyesuaikan diri.

Setiap orang pada hakikatnya memiliki kemampuan namun terkadang kemampuan tersebut kurang berfungsi atau berfungsi tapi tidak maksimal sebagaimana keadaan yang sebenarnya yang mungkin dicapai, disinilah tugas konselor atau pembimbing untuk membantu memfungsikan kemampuan klien agar dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.9

Dari beberapa tujuan bimbingan di atas secara singkat dapat dikaitkan bahwa tujuan bimbingan adalah suatu usaha yang diberikan seseorang kepada orang lain dengan maksud agar ia memiliki kemampuan untuk :

1. Mengenal dan memahami dirinya secara pribadi dengan lebih bijaksana, termasuk di dalamnya kelebihan dan kekurangannya. 2. Mengenal dan menerima lingkungannya dengan baik.

3. Menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya

4. Berusaha sebaik mungkin dengan kekuatan yang ada pada dirinya untuk mengatasi masalahnya.

5. Mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.10

Mengacu pada tujuan bimbingan secara, umum, maka dapat diketahui kemampuan dan kernatangan individu baik secara sosial, emosional, intelektual dan spiritual untuk menjadi diri yang terbaik (insan kamil) dan mengusahakan yang terbaik (ikhtiar) sesuai dengan potensi yang dimilikinya berdasarkan

9

Singgih D. Gunarsa, koseling dan Psikoterapi, (Jakarta : PT. Bpk Gunung Mulya, 1992), h.10 10 Ibid., h. 15.

ajaran-ajaran Islam. Hal ini juga merupakan suatu proses untuk meneliti dan lebih mengenal diri sendiri dalam upaya nya meraih kunci rahasia kesuksesan untuk lebih mengenal (ma'rifat) Allah SWT.11

2. Fungsi Bimbingan Islam

Dalam rangka mennsukseskan tugas dan fungsi bimbingan Islam maka, seseorang pembimbing perlu memahami dan mengenal sasaran kegiatan yang diprograrnkan rnencakup bagaimana watak klien, kehidupan keluarganya dan situasi serta kondisi yang dialaminya. Maka fungsi dari bimbingan Islam adalah :

2.1. Mengusahakan agar klien terhindar dari gangguan dan hambatan yang mengancam kelanjutan proses perkembangan dan pertumbuhan.

2.2. Mengarahkan klien agar dapat mengenali dan memahami masalah yang sedang dihadapi.

2.3. Mengungkapkan kenyataan tentang psikologis dari klien yang bersangkutan menyangkut kemampuan diri sendiri, minat dan bakat yang dimiliki serta berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapai.

2.4. Membantu individu dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan agar berani dalam memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukarannya sehingga menghasilkan berupa kemajuan dari keseluruhan orang yang bersangkutan. 2.5. Bimbingan Islam juga dapat memberikan psikoterapi dari sudut

keagamaan melalui tuntunan al-Quran dan al-Hadits.

2.6. Bimbingan Islam dalam fungsinya juga lebih bersifat protektif (melindungi) dan pencegahan dalam bentuk terapi. Bimbingan Islam sangat signifikan sebagai upaya

11 Aunur rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, ( Yogyakarta : UII Press, 2001),h.4

praktis selain psikoterapi psikiatrik karena bimbingan Islam mengandung kekuatan spiritual yang membangkitkan rasa percaya diri dan sikap optimis untuk memperoleh kesembuhan rohaninya.12

Menurut Yusak Burhanuddin dalam bukunya kesehatan mental, menyatakan bahwa bimbingan Islam juga berfungsi sebagai pendamai diri dan pengendali moral. Disebut pendamai diri karena seseorang yang merasa bersalah dan berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui bimbingan Islam yang diberikan. Disebut pengendali moral, karena moral adalah kelakuan yang disesuaikan dengan nilai-nilai masyarakat yang timbul dari hati dan disertai oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan tersebut, sehingga dengan bimbingan Islam orang dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku dan sikap yang diridhai Allah SWT.13

Aunur Rahim pun meriambahkan. secara 'ingkas fungi dan birribingan Islam adalah sebagai berikut :

Fungsi preventif atau pencegahan kepada seseorang agar terhindar dari masalah.

Fungsi kuratif atau korektif yakni membantu seseorang memecahkan masalah yang dihadapi atau dialaminya.

Fungsi preservatif yakni membantu seseorang menjaga situasi dan kondisi agar yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.

Fungsi developmental atau pengembangan yakni membantu seseorang mernelihara dan rnengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik atau menjadi lebih baik.14

12

Jalaludin dan Rahmayus, pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, (Jakarta : Kalam Mulia, 1993),cet 13

Yusak Burhanudin, kesehatan mental, (bandung : pusataka mulia, 1999), cet.1, hal.37 14

3. Metode Bimbingan Islam.

Dalam hal ini metode akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi, pengelompokan menjadi :

(1) Metode komunikasi langsung atau metode langsung.

(2) Metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung. 1. Metode Langsung

Adalah metode dimana pembimbing melakukan

komunikasi lansung (bertatap muka) dengan orang yang membimbingnya, metode ini dapat dirinci menjadi :

a. Metode Individual

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dapat diilakukan dengan mempergunakan teknik :

1. Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbingnya. 2. Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing

mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan dirumah klien sekaligus untuk mengamati keadaaan rumah klien dan lingkungannya.

3. Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing atau konseling jabatan melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya. b. Metode Kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung

dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik :

1. Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan

bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.

2. Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung daengan mempergunakan karya wisata sebagai forumnya.

3. Sosiodrama, yakni bimbingan atau konseling yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah tirnbulnya masalah (psikologis).

4. Psikodrama, yakni bimbingan atau konseling yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah (psikologis).

5. Group Teaching, yakni memberikan bimbingan konseling dengan memberikan rnataeri bimbingan atau konseling tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan.15

2. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung ) adalah metode bimbingan atau konseling yang dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat

dilakukan secara individual maiipun kelompok, bahkan massal.

15

a. Metode Individual

1) Melalui surat menyurat; 2) Melalui telepon dsb;

b. Metode Kelompok atau massal 1) Melalui papan bimbingan;

2) Melalui surat kabar atau majalah; 3) Melalui brosur;

4) Melalui radio (media audio); 5) Melalui televisi;16

Metode dan teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan bimbingan atau konseling tergsantung pada :

a. Masalah/problem yang sedang dihadapi/digarap b. Tujuan penggarapan masalah

c. Keadaan yang dibirnbing/klien

d. Kemampuan pembimbing/konselor menggunakan rnetode atau teknik

e. Sarana dan prasana tersedia

f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar

g. Organisasi dan administrasi layanan dan bimbingan konseiing h. Biaya yang tersedia17

B. Kaum Dhuafa

1. Pengertian Kaum Dhuafa

Dhuafa adalah bentuk jama' dari kata dha'if, artinya “orang-

16

Faqih,Bimbingan dan Konseling dalam Islam,h.54. 17

orang lemah"18 Dalam literatur hukum Islam istilah dhuafa dibedakan dengan fakir, dari telaah kitab fiqih, Ali Yafie membuat rumusan definisi miskin, ialah "yang memiliki harta benda atau mata pencaharian, kedua--duanya hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok19.

Sedangkan yang disebut fakir adalah "mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata pencaharian tetap atau mernpunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang dari seperdua kebutuhan pokok20. Ada dua golongan orang-orang yang lemah ekonominya yaitu :

a. Orang fakir adalah "orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya".

b. Orang miskin adalah "orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan"21.

Konsep Lewis (1966) tentang budaya kemiskinan bahwa"golongan miskin itu menjadi miskin karena memang mereka miskin, anak-anak rnakan tidak layak, menerima pendidikan yang minim dan menerima anggapan keluarga atau Leman sejawat bahwa kemiskinan sobagai

18

.Ahmad Zuhdi Muhdlor “Kamus konteporer Arab-Indonesia”,(Jakarta,Multi Karya Grafik,2003),h.233.

19

.Ibid,.h.235. 20

.Ahmad Sanusi,Agama ditengah kemiskinan, (Jakarta : Logos, 1999),h.12-13 21

suatu keniscayaan"22.

2 . Faktor-faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Mustadh’afin

Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya Mustadh’afin yaitu :

a. Pendidikan yang rendah.

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan

seseorang kurang mempunyai keterampilan yang dimiliki

menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja.

b. Malas bekerja

Sikap malas bekerja merupakan suatu masalah yang cukup memprihatinkan, karena masalah ini menyangkut mentalitas dan keprihadian seseorang.

c. Keterbatasan lapangan kerja.

Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi Kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal banyak orang yang mengatakan bahwa seseorang atau masyarakat harus mampu menciptakan lapangan kerja barn, tetapi secara faktual hal ini kecil kernungkinannya, karena adanya keterbatasan kemampuan sesorang baik yang berupa skill maupun modal.

Sedangkan menurut Ginandjar Kartasasmita, kondisi

kemiskinan dapat disebabkan sekurang-kurangnya karena empat faktor, sebagai berikut :

a. Rendahnya taraf pendidikan.

Rendahnya taraf pendidikan mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sampitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki.

b. Rendahnya taraf kesehatan

Rendahnya taraf kesehatan yang ditandai dengan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik,daya tahan fikir dan prakarsa.

c. Terbatasnya Lapangan Kerja

Terbatasnya lapangan kerja inipun disebabkan rendahnya taraf pendidikan dan adanya keterbatasan keterampilan dan modal23.

22

.Parsudi, Suparlan, Kemiskinan di perkotaan, (Jakarta, yayasan Obor Indonesia, 1993),h.5. 23

d. Kondisi Keterisolasian.

Kondisi keterisolasian mengakibatkan banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terisolasi sehingga sulit

atau tidak terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan daya gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lain24.

3 . Tanggung Jawab Sosial Terhadap Dhuafa

Perhatian Islam yang besar terhadap penanggulangan problema kemiskinan/sosial dan orang-orang miskin dapat dilihat dari kenyataan khususnya bahwa agama Islam semenjak baru muncul di kota mekkah masih banyak orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang sulit dan belum mempunyai pemerintahan. Juga organisasi politik tetapi Islam sudah memiliki konsep yang jelas yaitu kitab suci al-Quran yang memberikan perhatian penuh dan kontinyu untuk semua aspek kehidupan termasuk aspek sosial dan kaum dhuafa.

Al-Quran merumuskannya dengan kata-kata member makan orang-orang miskin, mengeluarkan sebagian rezeki yang diberikan oleh Allah SWT, memberikan hak-hak orang-orang yang meminta-minta, membayar zakata dan lain-lain.

Dalam al-Quran surat al-Fajr, Allah SWT membentuk orang-orang jahiliyah yang menelantarkan anak yatim dan orang-orang-orang-orang 24

.Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan,

miskin.

Artinya : “sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi Makan orang miskin” (QS. 89 : 17 – 18)

Kata tahaadh “saling menolong” dalam ayat tersebut

mengandung arti “bahu membahu”25. Dengan demikian ayat ini merupakan ayat seruan agar masyarakat bertanggung jawab sepenuhnya dalam menangani kemiskinan. Masyarakat dan bangsa perlu meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa mencintai kaum dhuafa dengan memberikan perhatian kepada mereka, baik dalam bidang ekonomi, social maupun dalam pendidikan merupakan suatu keharusan. Membiarkan mereka hidup terlantar dengan terlunta-lunta adalah sama dengan mendustakan agama.

Kemiskinan menimbulkan banyaknya pengangguran. Hal ini merupakan salah satu masalah social. Menurut Daldjuni (1985) masalah social adalah suatu kesulitan atau ketimpangan yang bersumber dalam masyarakat sendiri dan membutuhkan pemecahan segera, sementara itu orang-orang masih percaya akan masih dapatnya masalah itu

25

Ahmad Zuhdi Muhdlor, kamus Kontemporer Arab Indonesia, ( Jakarta : Multi karya grafik, 2003), h.233.

dipecahkan. Ukuran-ukuran masalah social menyangkut dengan masalah kejahatan, perceraian dan kemiskinan.

Kaum dhuafa’ disebut oleh Nabi Muhammad sebagi orang-orang yang sangat dekat dengan Nabi kelak di akhirat. Hidup mereka lebih berharga dari mereka yang memakan uang rakyat.

Doa orang-orang Mustadh’afin (orang yang terlemahkan) akan cepat dikabulkan oleh Allah SWT. Bahkan Nabi Muhammad bersabda, bahwa kelak Nabi akan bersama kaum dhuafa’ di akhirat. Maka sudah selayaknya, sebagai umat Nabi Muhammad SAW untuk membela kepentingan para dhuafa’, berjuang memperoleh hak hidup yang layak dan hak hidup yang adil dalam memperoleh makan dan minum serta lapangan pekerjaan. Apabila kaum dhuafa’ dibiarkanmenderita maka bangsa ini akan mendapatkan generasi-generasi lemah dan tidak berdaya. Dengan memberdayakan kaum dhuafa’ maka mereka akan bangkit dengan sendirinya untuk mengubah hidupnya26.

Salah satu langkah konkret yang seyogyanya dilakukan secara bersama-sama adalah membangun lembaga pendidikan bagi kaum dhuafa yang berkualitas tetap terjangkau oleh kemampuan mereka atau lebih baik lagi jika diberikan secara gratis, yang tersebar di berbagai daerah terutama di kantong-kantong kemiskinan, baik dilakukan secara

26

formal maupun nonformal. Hal yang sama juga dilakukan dalam bidang kesehatan, dengan mendirikan klinik-klinik atau layanan kesehatan Cuma-Cuma27.

C. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa kecerdasan ialah perihal cerdas, kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran) dan spiritual adalah kejiwaan, rohani, batin, mental dan moral.

Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, seperti yang dikutip oleh Ary Ginanjar bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. la adalah kecerdasan yang membantu kita menyempurnakan dan membangun diri kita secara utuh. Yang dimaksud di sini ialah kecerdasan yang berasala dari energi jiwa yang sangat besar, yang mampu menggerakan potensi dari pusat diri menuju permukaan atau lapisan ego. Bila kita mengalami penyakit spiritual, maka kecerdasan spiritual adalah sarana yang dapat kita gunakan untuk bergerak dari suatu yang satu ke yang lain, sarana yang dapat menyembuhkan diri

27

kita sendiri28.

Dalam bentuk kata jadian bahasa inggris kuno, “health” (kesehatan), “wholeness” (keutuhan), dan “healing” (penyembuhan), semuanya berasal dari akar yang sama, dan “recollection” (ingatan), kendaraan kecerdasan spiritual secara harfiah berarti “recollect” (mengambil), atau “gather” (mengumpulkan) kepingan-kepingan diri kita yang terbelah29.

Salah satu usaha untuk menyembuhkan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kasih sayang dari orang-orang yang kita cintai, oleh penasehat, dengan mendekatkan diri dengan alam dan dengan mengambil simbol spiritual yang member makna pada kita.

Sedangkan menurut Ary Ginanjar Agustian, Quetion Spiritual adalah “kemampuan untuk makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah30.

Begitu pula menurut pak MU (Muhammad Zuhri), s eperti yang dikutip oleh Ir. Agus Nggermanto memberikan definisi yang menarik “Quetion Spiritual adalah kecerdasan manus ia yang

28

.Ahmad Sanusi,Agama ditengah kemiskinan, (Jakarta : Logos, 1999),h.12-13 29

.Hamka, Tafsir Al-azhar Juz 10, (Jakarta, PT.Pustaka Panjimas),hal.148-249

30 .Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Spiritual (ESQ) : Berdasarkan 6 Rukun Iman 5 Rukun Islam,(Jakarta : Arga,2002),h.4

digunakan untuk berhubungan dengan tuhan”31.

Potensi Quetion Spiritual setiap orang sangat besar dan tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan atau matari lainnya. Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kes impulan bahwa kec erdasan spiritual adalah kemampuan manusia yang tidak terbatas untuk dapat memaknai setiap aspek kehidupan dengan makna ibadah dan bersifat fitrah,

agar menjadi manusia seutuhnya (hanif) dan memiliki "pola pemi kiran tauhidi (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah". Dimana dalam setiap aspek kehidupan itu sendiri, manusia terus mela kukan aktiv itas nya yang bermacam-macarn dan secara kreatif mampu menentukan ni lai-nilai baru, baik dala m berhubungan atau ketika menjalani hubungan dengan tuhannya.

2. Unsur - unsur Kecerdasan Spiritual

Dokumen terkait