• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Bimbingan Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spritual Kaum Dhuafa Di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Bimbingan Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spritual Kaum Dhuafa Di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM

MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL REMAJA

DI YAYASAN IRTIQO KEBAJIKAN JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan komunikasi untuk Memenuhi Syarat-Syarat mencapai

Gelar Sarjana Sosial Islam

Oleh:

ARIE MUTYA WULAN SARI NIM : 0052019823

Dibawah bimbingan :

Dra.Hj.Musfirah Nurlaily.M.A

NIP : 150 299 324

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa Diyayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang telah di ujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakrta pada tanggal 20 oktober 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana social Islam ( S.SOS.I ) pada jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta,20 Oktober 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr.Arief Subhan,MA Wati Nilam Sari,M.Si Nip:150 262 442 Nip:150 293 223

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs.M.Lutfi,M.Ag Nasichah,MA. Nip:150 628 782 Nip:150 276

298

Pembimbing

(3)

ABSTRAKSI

ARIE MUTYA WULAN SARI

Pelaksana Bimbingan Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di ayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang

Saat ini fenomena yang terjadi di masyarakat bukanlah sesuatu hal yang baru yaitu adanya kemiskinan Intelektual dan material di kalangan masyarakat, di dalam bahasa agama mereka di sebut kaum dhuafa yang didalamnya terdapat anak tidak atau kurang mampu baik secara moril maupun materil, anak yatim fakir miskin, kaum manula.

Secara umum kaum dhuafa biasanya lemah dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan agama, informasi, kesehatan dan lain-lain, oleh karena itu mengembangkan kualitas kaum dhuafa, yaitu salah satunya kecerdasan spiritual, melalui bimbingan Islam berarti memberdayakan mereka agar merka menjadi manusia seutuhnya ( hant ) dan memiliki pola pemikiran tauhidi serta berperinsip hanya karena Allah.

Penelitian ini dilakukan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual terhadap kaum dhuafa agar menjadi insane bertakwa dan untuk menjelaskan factor pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan Islam terhadap kaum dhuafa.

Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode diskritif dengan penelitian skripsi ini adalah metode diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian diskriptif bertujuan untuk mendekripsikan apa-apa yang saat ini berlaku didalamnya, mencatat analisis dan dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi.

Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa proses bimbingan Islam terjadi dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan secara kekeluargaan dan pendekatan melalui pemahaman Islam.

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar stara 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 20 Oktober

2008

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kaharibaan Allah SWT yang

senantiasa melindungi, memberi kekuatan, kemudahan, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam tak lupa penulis

haturkan kepada Nabi Muhamad SAW, sebagai panutan dalam menjalani

hidup ini.

Penulis menyadari selama pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini

tidak jauh dari kendala dan kesulitan yang terjadi, namun berkat bantuan

dari semua pihak serta rahmat Allah SWT, maka penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yahg

sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas dakwah dan komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Murodi, MA.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. M. Luthfi, M.Ag. dan Dra.

Nasichah, M.Ag., terima kasih atas bimbingan dan arahannya

(6)

3. Pembimbing skripsi ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. Terima kasih

atas bimbingan, arahan dan kesabaran dalam menghadapi penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta, terima kasih atas

sumbangan ilmunya.

5. Ayah dan ibunda tercinta M. Ridwan dan Chalimah, yang telah

begitu banyak memberikan dukungan moril dan materil kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Pimpinan dan staff perpustakaan UIN, perpustakaan Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, terima kasih telah membantu

mempermudah penulisan dalam mendapatkan referensi dan

inspirasi.

7. Pimpinan, Staff Yayasan Irtiqo Kebajikan dan Pembina serta guru

yang mau menyediakan waktu disela-sela kesibukannya membantu

kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Keluarga besar BPI A dan B 2000, teman-teman baik penulis dan

special : Mitri, Diana, Umi, Linda, Sri, Nur, Eva, Kokom, Azka, Elli,

Uun, Neni, Ais, Mimi, Yanti, Winda, Indah, dan Muthmainnah terima

(7)

9. Keluarga besar Bapak Musonif, Keluarga besar Bapak Satiri dan

keluarga besar Bapak Makudi, terima kasih atas do’a dan

dukungannya.

Akhir kata, semoga kepada semua pihak yang telah membantu

penulis, diberikan pahala yang selayaknya oleh Allah SWT. Semoga

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.

Jakarta, 20 Oktober 2008

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN... i

ABSTRAKSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Metologi Penelitian ... 5

E. Sistematika Penelitian... 7

BAB II. KERANGKA TEORI A. Bimbingan Islam 1. Pengertian Bimbingan Islam ... 9

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam... 11

3. Metode bimbingan Islam ... 16 V

(9)

1. Pengertian Kaum Dhuafa ... 18 2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Adanya Mustadhafin ... 20 3. Tanggung Jawab Sosial terhadap Dhuafa ... 21 C. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 24 2. Unsur-unsur kecerdasan Spiritual ... 26 3. Cara Mengingkatkan Kecerdasan Spiritual ... 29

BAB III. GAMBARAN UMUM YAYASAN IRTIQO KEBAJIKAN

A. Sejarah Berdirinya ………. 31

B. Struktur Yayasan Irtiqo Kebajikan... 32 C. Visi dan Misi ……… 33

D. Sarana dan Prasarana ... 33 E. Keadaan Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan ... 34 F. Program Kegiatan ... 37

(10)

BAB IV. PELAKSANAAN BIMBINGAN ISLAM DALAM

MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL KAUM DHUAFA

A. Pelaksanaan Bimbingan Islam terhadap Kaum Dhuafa di

Yayasan Irtiqo Kebajikan ... 42 B. Metode Bimbingan Islam ... 44 C. Faktor Penghambat dan Pendukung Bimbingan Islam di

yayasan Irtiqo Kebajikan ... 46 D. Tujuan Analisa Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di

Yayasan Irtiqo Kebajikan ... 48

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 53 B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

VII

(11)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum kondisi rakyat Indonesia sedang dihadapkan

pada berbagai macam persoalan yang berantai, seolah tidak diketahui

pangkal dan kapan akan berujung. Salah satu dari banyak persoalan

yang sedang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan.

Kondisi ini diperparah dengan banyak terjadi berbagai macam

bencana semakin manambah berat beban masyarakat yang hidup di

bawah garis kemiskinan. Pemutusan hubungan kerja (PHK) banyak

terjadi, melambungnya harga-harga pangan yang kian hari kian

meningkat mengakibatkan masyarakat tidak dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya secara layak.

Dalam kehidupan tatanan social, manusia banyak memiliki

keanekaragaman. Ada masyarakat atau individu yang hidup dengan

perekonomian yang cukup atau bahkan lebih, tetapi ada juga

masyarakat atau individu yang serba kekurangan dalarn rnaterinya

(masyarakat miskin).1

Kaum Dhuafa adalah orang-orang yang benar-benar tidak

mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan harta dan tenaga

yang dimiliki atau orang yang tidak mampu mencukupi kehidupannya.

Kondisi ini pun memaksa kaum dhuafa untuk menghadapinya,

1

(12)

kaum dhuafa dituntut untuk bisa lebih mandiri bertahan di tengah

himpitan hidup. Melihat fenomena di atas, diperlukan adanya sesuatu

pembinaan Islam secara intensif yang dapat mengarahkan dan

mengembangkan potensi-potensi dan fitrah kaum dhuafa, salah

satunya kecerdasan spiritual.

Kecerdasan spiritual merupakan sebuah konsep yang

berhubungan dengan bagaimana seseorang cerdas dalam mengelola

dan mendayagunakan nilai-nilai dan kualitas-kualitas kehidupan

spirituainya. Kehidupan spiritual di sini meliputi hasrat untuk hidup

bermakna (the will to meaning) yang memotivasi kehidupan manusia

untuk senantiasa mencari makna hidup (the meaning of life) dan

mendambakan hidup bermakna (the meaning of life).2

Dengan adanya pengembangan kecerdasan spiritual melalui

bimbingan Islam secara intensif terhadap kaum dhuafa, diharapkan

pengembangan kecerdasan spiritual melalui bimbingan Islam secara

intensif ini mampu mendidik kaum dhuafa menjadi manusia yang

tentram, damai, tabah, tawakal dan percaya pada diri sendiri serta

dapat membentuk manusia menjadi berani berjuang. Dhuafa pun

mampu memberdayakan kemampuannya secara maksimal untuk

mencapai kesejahteraannya secara mandiri.

Bimbingan-bimbigan secara intensif ini pun dapat terbentuk

dalam lembaga formal maupun non formal. Lembaga pembinaan

(13)

formal ini seperti lembaga pendidikan atau sekolah, sedangkan non

formal adalah pembinaan yang dilaksanakan alas kesadaran

masyarakat, baik terbentuk secara lembaga maupun dengan adanya

berbagai macam yayasan atau pesantren.

Yayasan Irtiqo kebajikan adalah salah satu dari sekian banyak

yayasan yang ada dan bergerak dalam bidang sosial dan agama.

Penulis merasa tertarik untuk mengkaji pembinaan agama yang

dilakukan oleh Yayasan Irtido Kebajikan, sehingga didasari latar

belakang tersebut penulis menyusun karya ilmiyah ini dengan judul

"Pelaksanaan Bimbingan Islam Dalam Mengembangkan

Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan

Ciputat Tangerang".

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi masalah sebagai berikut :

a. Bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual

kaum dhuafa di yayasan lrtiqo Kebajikan.

b. Kecerdasan spiritual kaum dhuafa pada usia remaja usia 16

tahun sampai 18 tahun.

2. Perumusan masalah

Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan sebagai

(14)

a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan Islam dalam

mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa yang

diterapkan di yayasan Irtiqo Kebajikan ?

b. Apa sajakah metode yang digunakan dalam pelaksanaan

bimbingan Islam di Yayasan Irtqo Kebajikan ?

c. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan di

Yayasan Irtiqo Kebajikan ?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan later belakang dan gambaran masalah di

atasmaka tujuan penelitian ini adalah sebagaiberikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan Islam

dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa

terhadap anak asuh agar menjadi insan yang bertakwa,

b. Untuk menjelaskan faktor dan pendukung dan penghambat

pelaksanaan bimbingan Islam terhadap kaum dhuafa.

2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

1) Dapat dijadikan pengembangan teori-teori keilmuan dakwah

khususnya dalam bimbingan Islam.

2) Sebagai bahan rujukan bagi perpustakaan UIN atau fakultas

(15)

dengan konseling.

b.

Praktis

1 ) Sebagai input bagi yayasan dalam mengembangkan

pelaksanaan pembinaan terhadap anak asuhnya.

2 ) Bagi penulis untuk melengkapi persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada Fakultas

Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah mereka

yang terlibat dalam pelaksanaan bimbingan Islam Yayasan Irtiqa

Kebajikan yang terdiri dari pembimbing Islam Yayasan Irtiqa

Kebajikan dan 4 orang kaum dhuafa yang berada di Yayasan

Irtiqa Kebajikan.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah

deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan secara

tepat tentang suatu keadaan tertentu yang ada kaitannya dengan

masalah yang dibahas. Kemudian penulis akan menganalisis,

mengembangkan konsep dan fakta yang relevan serta

(16)

yang menyeluruh.

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat

Tangerang. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa

yayasan ini telah cukup lama dikelola secara professional yang

menggunakan tenaga ahli dibidangnya dan di Yayasan Irtiko

Kebajikan ini telah diberikan kegiatan bimbingan Islam.

2. Teknik Pengumpulan Data

Ada heberapa teknik pengumpulan data dalam penyusunan

penelitian ini, yaitu :

a. Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung dengan

orang-orang yang dianggap perlu dan mewakili dalam penelitian ini.

Wawancara ini dimaksud untuk fokus mendapatkan data

tentang pelaksanaan bimbingan Islam. Data ini diambil dari

pembimbing yang berjumlah 2 orang, serta untuk mengetahui

hasil bimbingan Islam dan data ini di ambil dari kaum dhuafa

pada usia remaja, usia 16 th -18 th yang berjumlah 4 orang.

b. Observasi (Pengamatan)

Peneliti rnelakukan pengamatan langsung kelapangan

tanpa ada partisipasi alat standar lain terhadap proses

penelitian.

(17)

Dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang

berkaitan dengan penelitian ini, selain itu telaah kepustakaan

juga bertujuan untuk mernperjeias teori yang digunakan. Telaah

Kepustakaan didapat dari sumber informasi seperti buku-buku,

jurnal, Surat kabar dan internet.

3. Metode Analisa Data

Dalam melakukan analisa deskriptif kualitatif yaitu penulis

berusaha memaparkan data yang telah tersusun sebagaimana

adanya, dengan melakukan kajian dan tafsiran data-data tersebut.

sehingga dapat menggambarkan permasalahan secara sistematis

dan representatif faktor-faktor yang berhubungan dengan

fenomena yang diteliti.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan

sistematika penulisan yaitu dengan membagi lima bab. Tiap-tiap bab

terbagi sub-sub bab yaitu :

BAB I : Pendahuluan, pada bab ini dibagi menjadi lima sub bab,

yaitu

mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

(18)

BAB II : Kerangka teori, dalam hal ini meliputi pengertian

bimbingan

Islam, tujuan dan fungsi bimbingan Islam, metodologi

bimbingan Islam, pengertian kaum dhuafa, faktor-faktor

yang menyebabkan kemiskinan, tanggung jawab sosial

terhadap dhuafa, pengertian kecerdasan spiritual,

unsur-unsur kecerdasan spiritual dan cara meningkatkan

kecerdasan spiritual.

BAB III : Meliputi gambaran umum Yayasan Irtido Kebajikan,

sejarah

berdirinya, visi dan misi, struktur, sarana dan prasarana dan

keadaan remaja Yayasan Irtiqo Kebajikan.

BAB IV : Meliputi pelaksanaan bimbingan Islam, metode bimbingan

Islam terhadap kaum dhuafa, faktor pendukung dan

penghambat bimbingan Islam di Yayasan Irtido Kebajikan

dan tinjauan analisis pelaksanaan bimbingan Islam dalam

mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di

Yayasan Irtiqo Kebajikan.

BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran kemudian

selengkapnya

diawali dengan kata pengantar dan daftar isi serta diakhiri

(19)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Bimbingan Islam

1. Pengertian Bimbingan Islam

Secara harfiah kata bimbingan yang merupakan terjemahan dari

bahasa Inggris “to guide” ini mempunyai arti "menunjukan" atau lebih

lenqkapnya adalah memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah

tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dandi

masa mendatang.3

Menurut I. Djumhur dan Muhammad Surya bimbingan adalah

suatu proses pemberi bantuan yang terus menerus dan sistematis

kepada individu dalarn memecahkan masalah yang dihadapinya agar

tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self

understanding), kemampuan menerima dirinya (self direction),

kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization), sesuai

dengan potensi atau kernampuannya dalam mencapai menyesuian diri

dengan lingkungan, baik sekolah, keluarga ataupun masyarakat, dan

bantuan pun diberikan oleh orang-oranq yang memiliki pengalaman

khusus dibidang tersebut.4

3

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Trayen Press, 1994), h. 1.

4

(20)

Secara terminologi, Rahman Natawijaya mengemukakan

bahwa bimbingan adalah suatu proses penberian bantuan kepada

individu yang dilakukan secara berkesinamb,ingan supaya individu

tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan

dirinya dan dapat bertindak secara walar, sesuai dengan tuntunan dan

keadaan lingkungan sekolah. Dengan demikian la dapat menqecap

kebahagian hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti

kepada kehidupan masyarakat. Bimbingan membantu individu mencapai

perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.5

Islam dalarn kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai

wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW

melalui malaikat perantara, malaikat Jibril dengan mukjizat terbesarnya

yaitu al-Quran al-Karim yang dijadikan sebagai pedoman utama ajaran

Islam untuk kebaikan seluruh umat manusia, baik di dunia maupun

akhirat.6

Sedangkan Islam secara lughowi (etimologi) adalah berasal dari

kata aslamu-yuslimu-assalam, yang artinya selamat. Namun secara

doktinair (terminologi) mempunyai arti bahwa Islam adalah agama yang

membirnbing umat manusia rnenuju jalan yang diridhai Allah SWT. Siapa

5

Rahman Natawijaya, Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah, (Bandung: CV. Arbarqir, 1998), hal. 7

6

Poerwanto, makalah, Bimbingan dan Konselor di Perguruan Tinggi, (Jakarta: fakultas Ekonomi UI), h. 8-9

(21)

saja mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, rnaka ia akan

selamat dunia dan akhirat karena kata Islam itu sendiri mempunyai arti

"selamat".7

Dan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah

agama Tuhan (Allah) yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW

dengan dua pokok ajarannya yakni Alquran dan Assunnah untuk

membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.8

Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap

individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dari petunjuk

Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat.

Dengan demikian bimbingan Islam merupakan proses bimbingan

lain, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya

berdasarkan al-Quran dan Sunnah Rasul.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan Islam

merupakan proses pemberian bantuan yang tidak menentukan atau

rnengharuskan, melainkan sekedar mernbantu individu dan dibimbing

agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam

(1) Tujuan Bimbingan Islam

Pada dasarnva tujuan dari bimbingan Islam sama halnya

7

M. Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), h. 186

(22)

dengan tujuan bimbingan secara umum. Dalam hal ini penulis akan

kemukakan tujuan-tujuan bimbingan antara lain sebagai berikut :

1.1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku. Para ahii

psikologi sepakat bahwa bimbingan bertujuan untuk

rnengadakan perubahan pads kelakuan individu, agar klien hidup lebih produktif dan menikmati kepuasan hidup dengan menghilangkan kelernahan dan ketidak puasannya dengan cara menggunakan semua kemungkinannya.

1.2. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu realita. Kehidupan manusia membuktikan bahwa hampir sernua orang mengalami kesulitan, untuk itu diperlukannya kemampuan, keterampilan dan juga kemauan serta kesanggupan untuk menghadapi masalah tersebut. Hal itu tergantung dari kemampuan dan keterampilan dasar yang dimiliki, apakah ia bisa mengatasi atau tidak.

1.3. Meningkatkan kemampuan dalam menentukan

keputusan-keputusan akhir dari masalah klien harus rnerupakan keputusan yang ditentukan oleh klien itu sendiri dengan bantuan konselor. Membuat suatu keputusan sering kali harus

mempertimbangkan berbaqai faktor berpengaruh dan

memperhatikan cara-cara dalam meiakukan penilaian. Namun sering kali cara peninjauan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dan sistematika berpikir, rrasih sering perlu diiatih dan ditunjukan oleh orang lain dalam hal ini konselor atau pembimbing. Padahal dalam kehidupan ini kita harus mengambil keputusan, tentunya dari yang paling ringan dan sederhana, sampai yang berat dan rumit dan beresike besar. 1.4. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan. Sebagai

mahluk sosial, seseorang diharapkan mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan sosialnya mulai dari ketika kecil di sekolah dengan teman sebayanya, rekan seprofesi dan dalam keluarga. Kegagalan dalam hubungan antar perorangan adalah kegagalan dalam penyesuaian diri yang antara lain disebabkan oleh kurang tepatnya memandang atau menilai diri sendiri atau kurangnya keterampilan untuk menyesuaikan diri.

(23)

Setiap orang pada hakikatnya memiliki kemampuan namun terkadang kemampuan tersebut kurang berfungsi atau berfungsi tapi tidak maksimal sebagaimana keadaan yang sebenarnya yang mungkin dicapai, disinilah tugas konselor atau pembimbing untuk membantu memfungsikan kemampuan klien agar dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.9

Dari beberapa tujuan bimbingan di atas secara singkat dapat

dikaitkan bahwa tujuan bimbingan adalah suatu usaha yang diberikan

seseorang kepada orang lain dengan maksud agar ia memiliki

kemampuan untuk :

1. Mengenal dan memahami dirinya secara pribadi dengan lebih

bijaksana, termasuk di dalamnya kelebihan dan kekurangannya.

2. Mengenal dan menerima lingkungannya dengan baik.

3. Menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya

4. Berusaha sebaik mungkin dengan kekuatan yang ada pada

dirinya untuk mengatasi masalahnya.

5. Mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.10

Mengacu pada tujuan bimbingan secara, umum, maka dapat

diketahui kemampuan dan kernatangan individu baik secara sosial,

emosional, intelektual dan spiritual untuk menjadi diri yang terbaik

(insan kamil) dan mengusahakan yang terbaik (ikhtiar) sesuai

dengan potensi yang dimilikinya berdasarkan

9

(24)

ajaran-ajaran Islam. Hal ini juga merupakan suatu proses untuk

meneliti dan lebih mengenal diri sendiri dalam upaya nya meraih kunci

rahasia kesuksesan untuk lebih mengenal (ma'rifat) Allah SWT.11

2. Fungsi Bimbingan Islam

Dalam rangka mennsukseskan tugas dan fungsi bimbingan

Islam maka, seseorang pembimbing perlu memahami dan mengenal

sasaran kegiatan yang diprograrnkan rnencakup bagaimana watak

klien, kehidupan keluarganya dan situasi serta kondisi yang

dialaminya. Maka fungsi dari bimbingan Islam adalah :

2.1. Mengusahakan agar klien terhindar dari gangguan dan hambatan yang mengancam kelanjutan proses perkembangan dan pertumbuhan.

2.2. Mengarahkan klien agar dapat mengenali dan memahami masalah yang sedang dihadapi.

2.3. Mengungkapkan kenyataan tentang psikologis dari klien yang bersangkutan menyangkut kemampuan diri sendiri, minat dan bakat yang dimiliki serta berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapai.

2.4. Membantu individu dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan agar berani dalam memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukarannya sehingga menghasilkan berupa kemajuan dari keseluruhan orang yang bersangkutan. 2.5. Bimbingan Islam juga dapat memberikan psikoterapi dari sudut

keagamaan melalui tuntunan al-Quran dan al-Hadits.

2.6. Bimbingan Islam dalam fungsinya juga lebih bersifat protektif (melindungi) dan pencegahan dalam bentuk terapi. Bimbingan Islam sangat signifikan sebagai upaya

(25)

praktis selain psikoterapi psikiatrik karena bimbingan Islam mengandung kekuatan spiritual yang membangkitkan rasa percaya diri dan sikap optimis untuk memperoleh kesembuhan rohaninya.12

Menurut Yusak Burhanuddin dalam bukunya kesehatan mental,

menyatakan bahwa bimbingan Islam juga berfungsi sebagai pendamai

diri dan pengendali moral. Disebut pendamai diri karena seseorang

yang merasa bersalah dan berdosa dapat mencapai kedamaian batin

melalui bimbingan Islam yang diberikan. Disebut pengendali moral,

karena moral adalah kelakuan yang disesuaikan dengan nilai-nilai

masyarakat yang timbul dari hati dan disertai oleh rasa tanggung

jawab atas kelakuan tersebut, sehingga dengan bimbingan Islam

orang dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku dan sikap

yang diridhai Allah SWT.13

Aunur Rahim pun meriambahkan. secara 'ingkas fungi dan

birribingan Islam adalah sebagai berikut :

Fungsi preventif atau pencegahan kepada seseorang agar terhindar dari masalah.

Fungsi kuratif atau korektif yakni membantu seseorang memecahkan masalah yang dihadapi atau dialaminya.

Fungsi preservatif yakni membantu seseorang menjaga situasi dan kondisi agar yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.

Fungsi developmental atau pengembangan yakni membantu seseorang mernelihara dan rnengembangkan situasi dan

kondisi yang telah baik atau menjadi lebih baik.14

12

Jalaludin dan Rahmayus, pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, (Jakarta : Kalam Mulia, 1993),cet 13

Yusak Burhanudin, kesehatan mental, (bandung : pusataka mulia, 1999), cet.1, hal.37 14

(26)

3. Metode Bimbingan Islam.

Dalam hal ini metode akan diklasifikasikan berdasarkan segi

komunikasi, pengelompokan menjadi :

(1) Metode komunikasi langsung atau metode langsung.

(2) Metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung. 1. Metode Langsung

Adalah metode dimana pembimbing melakukan

komunikasi lansung (bertatap muka) dengan orang yang membimbingnya, metode ini dapat dirinci menjadi :

a. Metode Individual

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dapat diilakukan dengan mempergunakan teknik :

1. Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbingnya. 2. Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing

mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan dirumah klien sekaligus untuk mengamati keadaaan rumah klien dan lingkungannya.

3. Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing atau konseling jabatan melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya.

b. Metode Kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung

dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan

dengan teknik-teknik :

1. Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan

(27)

bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang

sama.

2. Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan

secara langsung daengan mempergunakan karya wisata

sebagai forumnya.

3. Sosiodrama, yakni bimbingan atau konseling yang

dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan

atau mencegah tirnbulnya masalah (psikologis).

4. Psikodrama, yakni bimbingan atau konseling yang

dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan

atau mencegah timbulnya masalah (psikologis).

5. Group Teaching, yakni memberikan bimbingan konseling

dengan memberikan rnataeri bimbingan atau konseling

tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah

disiapkan.15

2. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak

langsung ) adalah metode bimbingan atau konseling yang

dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat

dilakukan secara individual maiipun kelompok, bahkan massal.

15

(28)

a. Metode Individual

1) Melalui surat menyurat;

2) Melalui telepon dsb;

b. Metode Kelompok atau massal

1) Melalui papan bimbingan;

2) Melalui surat kabar atau majalah;

3) Melalui brosur;

4) Melalui radio (media audio);

5) Melalui televisi;16

Metode dan teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan

bimbingan atau konseling tergsantung pada :

a. Masalah/problem yang sedang dihadapi/digarap b. Tujuan penggarapan masalah

c. Keadaan yang dibirnbing/klien

d. Kemampuan pembimbing/konselor menggunakan rnetode atau teknik

e. Sarana dan prasana tersedia

f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar

g. Organisasi dan administrasi layanan dan bimbingan konseiing h. Biaya yang tersedia17

B. Kaum Dhuafa

1. Pengertian Kaum Dhuafa

Dhuafa adalah bentuk jama' dari kata dha'if, artinya “orang-

16

Faqih,Bimbingan dan Konseling dalam Islam,h.54. 17

(29)

orang lemah"18 Dalam literatur hukum Islam istilah dhuafa dibedakan

dengan fakir, dari telaah kitab fiqih, Ali Yafie membuat rumusan definisi

miskin, ialah "yang memiliki harta benda atau mata pencaharian,

kedua--duanya hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok19.

Sedangkan yang disebut fakir adalah "mereka yang tidak memiliki

sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata pencaharian tetap atau

mernpunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang dari seperdua

kebutuhan pokok20. Ada dua golongan orang-orang yang lemah

ekonominya yaitu :

a. Orang fakir adalah "orang yang amat sengsara hidupnya, tidak

mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya".

b. Orang miskin adalah "orang yang tidak cukup penghidupannya dan

dalam keadaan kekurangan"21.

Konsep Lewis (1966) tentang budaya kemiskinan bahwa"golongan

miskin itu menjadi miskin karena memang mereka miskin, anak-anak

rnakan tidak layak, menerima pendidikan yang minim dan menerima

anggapan keluarga atau Leman sejawat bahwa kemiskinan sobagai

18

.Ahmad Zuhdi Muhdlor “Kamus konteporer Arab-Indonesia”,(Jakarta,Multi Karya Grafik,2003),h.233.

19

.Ibid,.h.235. 20

.Ahmad Sanusi,Agama ditengah kemiskinan, (Jakarta : Logos, 1999),h.12-13 21

(30)

suatu keniscayaan"22.

2 . Faktor-faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Mustadh’afin

Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya Mustadh’afin

yaitu :

a. Pendidikan yang rendah.

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan

seseorang kurang mempunyai keterampilan yang dimiliki

menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja.

b. Malas bekerja

Sikap malas bekerja merupakan suatu masalah yang cukup memprihatinkan, karena masalah ini menyangkut mentalitas dan keprihadian seseorang.

c. Keterbatasan lapangan kerja.

Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi Kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal banyak orang yang mengatakan bahwa seseorang atau masyarakat harus mampu menciptakan lapangan kerja barn, tetapi secara faktual hal ini kecil kernungkinannya, karena adanya keterbatasan kemampuan sesorang baik yang berupa skill maupun modal.

Sedangkan menurut Ginandjar Kartasasmita, kondisi

kemiskinan dapat disebabkan sekurang-kurangnya karena empat faktor, sebagai berikut :

a. Rendahnya taraf pendidikan.

Rendahnya taraf pendidikan mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sampitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki.

b. Rendahnya taraf kesehatan

Rendahnya taraf kesehatan yang ditandai dengan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik,daya tahan fikir dan prakarsa.

c. Terbatasnya Lapangan Kerja

Terbatasnya lapangan kerja inipun disebabkan rendahnya taraf pendidikan dan adanya keterbatasan keterampilan dan modal23.

22

.Parsudi, Suparlan, Kemiskinan di perkotaan, (Jakarta, yayasan Obor Indonesia, 1993),h.5. 23

(31)

d. Kondisi Keterisolasian.

Kondisi keterisolasian mengakibatkan banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terisolasi sehingga sulit

atau tidak terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan daya gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lain24.

3 . Tanggung Jawab Sosial Terhadap Dhuafa

Perhatian Islam yang besar terhadap penanggulangan problema

kemiskinan/sosial dan orang-orang miskin dapat dilihat dari kenyataan

khususnya bahwa agama Islam semenjak baru muncul di kota mekkah

masih banyak orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang sulit dan

belum mempunyai pemerintahan. Juga organisasi politik tetapi Islam

sudah memiliki konsep yang jelas yaitu kitab suci al-Quran yang

memberikan perhatian penuh dan kontinyu untuk semua aspek

kehidupan termasuk aspek sosial dan kaum dhuafa.

Al-Quran merumuskannya dengan kata-kata member makan

orang-orang miskin, mengeluarkan sebagian rezeki yang diberikan oleh

Allah SWT, memberikan hak-hak orang-orang yang meminta-minta,

membayar zakata dan lain-lain.

Dalam al-Quran surat al-Fajr, Allah SWT membentuk

orang-orang jahiliyah yang menelantarkan anak yatim dan orang-orang-orang-orang 24

.Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan,

(32)

miskin.

Artinya : “sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak

memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak

memberi Makan orang miskin” (QS. 89 : 17 – 18)

Kata tahaadh “saling menolong” dalam ayat tersebut

mengandung arti “bahu membahu”25. Dengan demikian ayat ini

merupakan ayat seruan agar masyarakat bertanggung jawab

sepenuhnya dalam menangani kemiskinan. Masyarakat dan bangsa

perlu meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa mencintai kaum dhuafa

dengan memberikan perhatian kepada mereka, baik dalam bidang

ekonomi, social maupun dalam pendidikan merupakan suatu keharusan.

Membiarkan mereka hidup terlantar dengan terlunta-lunta adalah sama

dengan mendustakan agama.

Kemiskinan menimbulkan banyaknya pengangguran. Hal ini

merupakan salah satu masalah social. Menurut Daldjuni (1985) masalah

social adalah suatu kesulitan atau ketimpangan yang bersumber dalam

masyarakat sendiri dan membutuhkan pemecahan segera, sementara

itu orang-orang masih percaya akan masih dapatnya masalah itu

25

(33)

dipecahkan. Ukuran-ukuran masalah social menyangkut dengan

masalah kejahatan, perceraian dan kemiskinan.

Kaum dhuafa’ disebut oleh Nabi Muhammad sebagi orang-orang

yang sangat dekat dengan Nabi kelak di akhirat. Hidup mereka lebih

berharga dari mereka yang memakan uang rakyat.

Doa orang-orang Mustadh’afin (orang yang terlemahkan) akan cepat

dikabulkan oleh Allah SWT. Bahkan Nabi Muhammad bersabda, bahwa

kelak Nabi akan bersama kaum dhuafa’ di akhirat. Maka sudah

selayaknya, sebagai umat Nabi Muhammad SAW untuk membela

kepentingan para dhuafa’, berjuang memperoleh hak hidup yang layak

dan hak hidup yang adil dalam memperoleh makan dan minum serta

lapangan pekerjaan. Apabila kaum dhuafa’ dibiarkanmenderita maka

bangsa ini akan mendapatkan generasi-generasi lemah dan tidak

berdaya. Dengan memberdayakan kaum dhuafa’ maka mereka akan

bangkit dengan sendirinya untuk mengubah hidupnya26.

Salah satu langkah konkret yang seyogyanya dilakukan secara

bersama-sama adalah membangun lembaga pendidikan bagi kaum

dhuafa yang berkualitas tetap terjangkau oleh kemampuan mereka atau

lebih baik lagi jika diberikan secara gratis, yang tersebar di berbagai

daerah terutama di kantong-kantong kemiskinan, baik dilakukan secara

26

(34)

formal maupun nonformal. Hal yang sama juga dilakukan dalam bidang

kesehatan, dengan mendirikan klinik-klinik atau layanan kesehatan

Cuma-Cuma27.

C. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa kecerdasan ialah

perihal cerdas, kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti

kepandaian, ketajaman pikiran) dan spiritual adalah kejiwaan, rohani,

batin, mental dan moral.

Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, seperti yang

dikutip oleh Ary Ginanjar bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

jiwa. la adalah kecerdasan yang membantu kita menyempurnakan dan

membangun diri kita secara utuh. Yang dimaksud di sini ialah

kecerdasan yang berasala dari energi jiwa yang sangat besar, yang

mampu menggerakan potensi dari pusat diri menuju permukaan atau

lapisan ego. Bila kita mengalami penyakit spiritual, maka kecerdasan

spiritual adalah sarana yang dapat kita gunakan untuk bergerak dari

suatu yang satu ke yang lain, sarana yang dapat menyembuhkan diri

27

(35)

kita sendiri28.

Dalam bentuk kata jadian bahasa inggris kuno, “health”

(kesehatan), “wholeness” (keutuhan), dan “healing” (penyembuhan),

semuanya berasal dari akar yang sama, dan “recollection” (ingatan),

kendaraan kecerdasan spiritual secara harfiah berarti “recollect”

(mengambil), atau “gather” (mengumpulkan) kepingan-kepingan diri kita

yang terbelah29.

Salah satu usaha untuk menyembuhkan diri dapat dilakukan

dengan berbagai cara, misalnya dengan kasih sayang dari orang-orang

yang kita cintai, oleh penasehat, dengan mendekatkan diri dengan alam

dan dengan mengambil simbol spiritual yang member makna pada kita.

Sedangkan menurut Ary Ginanjar Agustian, Quetion Spiritual

adalah “kemampuan untuk makna ibadah terhadap setiap perilaku dan

kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah,

menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola

pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah30.

Begitu pula menurut pak MU (Muhammad Zuhri), s eperti

yang dikutip oleh Ir. Agus Nggermanto memberikan definisi yang

menarik “Quetion Spiritual adalah kecerdasan manus ia yang

28

.Ahmad Sanusi,Agama ditengah kemiskinan, (Jakarta : Logos, 1999),h.12-13 29

.Hamka, Tafsir Al-azhar Juz 10, (Jakarta, PT.Pustaka Panjimas),hal.148-249

(36)

digunakan untuk berhubungan dengan tuhan”31.

Potensi Quetion Spiritual setiap orang sangat besar dan

tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan atau matari lainnya.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kes impulan bahwa

kec erdasan spiritual adalah kemampuan manusia yang tidak

terbatas untuk dapat memaknai setiap aspek kehidupan dengan

makna ibadah dan bersifat fitrah,

agar menjadi manusia seutuhnya (hanif) dan memiliki "pola

pemi kiran tauhidi (integralistik) serta berprinsip hanya karena

Allah". Dimana dalam setiap aspek kehidupan itu sendiri, manusia terus

mela kukan aktiv itas nya yang bermacam-macarn dan secara

kreatif mampu menentukan ni lai-nilai baru, baik dala m

berhubungan atau ketika menjalani hubungan dengan tuhannya.

2. Unsur - unsur Kecerdasan Spiritual

a. Zero Mind Proccess (Penjernihan Emosi)

Pa da mas a Ras ullallah dic eritakan, ad a s es eo rang

ha mba sahaya bernarna bilal, yang dipaksa agar meninggalkan

agamanya c lan dis iks a s ecara fis ik oleh kau m qurais y.

Namun Bilal tetap bertahan dan hanya berucap ahad...

(37)

ahad ... ahad32. Mes ki Bilal adalah budaknya yang tidak

merdeka secara fis ik t e t ap i B i la l te t ap me me g a n g t e gu h

p ri ns i p, me mp e rt ah a n k a n keyakinan,apapun resiko yang

akan dihadapinya, termasuk nyawa s ekalipun. Bilal melalui

kekuatan prinsipnya, mampu mengeluarkan d a n me mi s a h ka n

a n t a ra f is i k (t u b u h n ya ) ya n g t er b a ta s d a n terbelenggu,

dengan hatinya yang bebas merdeka. Tetapi

batu itu tidak ma mpu mene ka n jiwanya yang bebas .

Ba hkan Bilal tidak pernah mengizinkan pikirannya sendiri

untuk merasa tertekan. Bilal adalah raja atas pikiran dan hatinya

sendiri.

la telah mengetahui menguasai batinnya, ia mampu

keluar dari dirinya sendiri melihat jasadnya yang dihimpit

batu. Inilah makna "ahad", satu prinsip, tidak ada lain, bahkan

tidak pula untuk jasadnya sendiri.

Langkah-langka h di da lam penjernihan emosi agar

mampu mengambii tindakan secara tepat adalah :

1. Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan berprasangka balk kepada orang lain.

2. Berprinsiplah selalu kepada Allah yang Maha Abadi.

3. Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang

(38)

membelenggu pikiran.

4. Dengarlah suara hati, peganglah prinsip "karena Allah ", berpikirlah melingkar sebelum menentukan kepentingan dan prioritas.

5. Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana

berdasarkan suara-suara hati yang bersumber dari asmaul husna (99 thinking hats).

6. Menilai sesuatu dengan obyektif dan apa adanya.

7. Ingatlah bahwa segala sesuatu ilmu pengetahuan adalah sumber dari Allah SWT33.

b. Membangun Mental

Dalam membangun mental dibutuhkan prinsip-prinsip :

1. Suara hati manusia itu pads dasarnya bersifat universal.

2. Keteladanan malaikat. Keteladanan yang bisa diambil dari

sifat malaikat s ecara umum adalah kepercayaan

yang dimiliki, loyalitas dan integritasnya yang sangat

mengagumkan

3. Kepemimpinan semua orang adalah pemimpin minimal

terhadap dirinya sendiri. Diharapkan pemimpin dapat

menjadi pemimpin yang dicintai, dipercaya, membimbing,

mempunyai kepribadian baik dan pemimpin abadi yang

dikenang sepanjang masa.

4. Pembelajaran. Diharapkan untuk tidak berhenti belajar.

5. Memiliki visi yang jelas.

33

(39)

6. Mengerjakan segala sesuatu dengan manajemem yang baik34.

c. Ketangguhan Pribadi

Untuk mengikuti pribadi yang tangguh diperlukan

prinsip-prinsip :

1. Menetapkan misi secara benar

2. Membangun karakter lewat s halat sebagai kekuatan

afirmas i (u ntu k me n ye lar as ka n ni lai -n i la i ke i ma na n

d en gan re al i tas kehidupan)

3. Melatih pengendalian diri dengan puasa

d. Ketangguhan Sosial

Ketangguhan sosial dapat dibangun dengan prinsip zakat.

Prinsip zakat adalah "memberi" member kepada

lingkungan sosial adalah salah satu modal awal untuk

membentuk suatu sinergi dalam rangka me mbangun

"ketangguhan s os ial" za kat a dalah bentuk pelatihan dan

aplikasi konkrit dari "prinsip dan keseimbangan bismillah"35.

Cara Meningkatkan Kecerdasan Spiritual

Perubahan Spiritual Quetion dari yang rendah ke yang lebih

tinggi melalui beberapa iangkah utama sebagai berikut :

1. Sebaiknya setiap individu hares menyadari dimana dirinya

34

.ibid,h.45 35

(40)

sekarang. Misalnya, bagaimana situasi dirinya saat ini? apakah

konsekuensi dan reaksi yang ditimbulkannya? apakah setiap

individu dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain? Langkah

ini menuntut setiap individu untuk menggali kesadaran diri, yang

pada gilirannya menuntut dirinya untuk menggali kebiasaan

merenungkan pengalaman.

2. Jika renungan dapat mendorong setiap individu untuk

merasakan bahwa perilaku, hubunga n, kehid upan, atau

has il kerja dapat menjadi adi lebih baik, maka sebaiknya

setiap individu itu pun harus memiliki keinginan untuk berubah.

Berjanji dalam hati untuk berubah. Iri akan menuntut setiap

individu untuk memikirkan secara jujur apa yang harus dilakukan

demi peruabhan itu dalam bentuk energi dan pengorbanan.

Apakah setiap individu siap berhenti

untuk minum-minum atau merokok? Memberikan perhatian

lebih bes tir untuk mendengarkan diri sendiri atau orang lain?

menjalankan disiplin sehari-hari, seperti membaca atau olah

raga atau merawat seekor hewan?

3. Kini dibutuhkan tingkat perenungan yang lebih dalam. Setiap

(41)

motiv asi yang paling dalam. Jika setiap individu berpikir akan

mati minggu depan, apa yang ingin individu tersebut bisa

katakan mengenai apa yang bisa dicapai atau disumbangkan

dalam kehidupan? Jika individu diberi waktu setahun lagi,

apa yang akan dilakuka n oleh setiap individu dengan waktu

tersebut.

4. Apakah penghalang yang merintangi setiap individu? apa yang

mencegah setiap individu sehingga menjalani kehidupan diluar pusat

diri mereka? kemarahan? kerakusan? rasa bersalah? sekedar

kemalasan? kebodohan? Kemanjaan diri? Kini setiap individu

sebaiknya membuat daftar hat yang menghambat dan

mengembangkan pemahaman tentang bagaimana diri mereka dapat

menyingkirkan penghalang-penghalang ini. Mungkin itu berupa

tindakan sederhana, seperti kesadaran untuk ketetapan hati, atau

perasaan memuncak seperti yang disebut dengan kaum buddhis.

"Perubahan perasaan-perasaan", muak terhadap diri sendiri. Akan

tetapi, mungkin juga suatu proses

yang panjang dan lambat serta akan membutuhkan pembimbing, ahli

terapi, sahabat dan penasehat spiritual. Langkah ini sering

diabaikan, namun sangat penting dan membutuhkan perhatian terus

(42)

5. Praktek atau disiplin apa yang seharusnya setiap individu ambil?

jalan apa yang seharusnya diikuti? komitmen apa yang akan

bermanfaat? pada tahap ini, setiap individu perlu menyadari berbagai

kemungkinan untuk bergerak maju. Curahkan usaha mental clan

spiritual untuk menggali berbagai kemungkinan ini, dan membiarkan

setiap individu bermain dalam imajinasi, dan mereka dapat

menemukan tuntutan praktis yang dibutuhkan dan diputuskan

kelayakan setiap tuntutan tersebut bagi setiap individu.

6. Setiap individu harus menetapkan hati pada satu jalan dalam

kehidupan dan berusaha menuju pusat, sementara individu tersebut

pun melangkah di jalan itu. Diperlukan adanya perenungan setiap

hari. Apakah diri setiap individu telah berusaha sebaik-baiknya demi

diri sendiri dan orang lain? apakah telah mengambil manfaat

sebanyak mungkin dari setiap situasi? apakah setiap individu merasa

damai dan puas dengan keadaan sekarang? apakah ada makna

bagi setiap individu disini? menjalani hidup dijalan menuju ibadah

terns menerus, memunculkan kesucian alamiyah yang ada dalam

setiap situasi

yang bermakna.

7. Dan akhirnya, sementara setiap diri individu rnelangkah di jalan yang

(43)

yang lain, seharusnya tetap ada. Menghormati mereka yang

melangkah di jalan-jalan tersebut karena ada kemungkinan setiap

diri individu tersebut dapat mengambil jalan-jalan tersebut36.

(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN

IRTIQO KEBAJIKAN

A. SEJARAH BERDIRINYA.

Banyak fenomena di mas yarakat yang harus menjadi

p erh atian serta menuntut kepedulian kita, orang-orang yang diuntungkan

oleh nasib untuk mengantisipasi dan mengatasi secara transparan

dan operasional, yaitu tuntutan sebuah peran yang lebih nyata dan

menyentuh langsung terhadap fenomena yang ada tersebut.

Fenomena tersebut yaitu adanya kemiskinan intelektual di

kalangan umat Islam. Di dalam bahasa agama, mereka yang

mengalami fenomena tersebut iaiah kaum dhuafa yang didalamnya

terdapat anak yatim piatu, fakir miskin, kaum manula, anak tidak atau

kurang mampu baik secara materil maupun akibat keretakan keluarga.

Melihat kenyataan tersebut di atas, para pendiri Yayasan lrtiqo

Kebajikan berusaha berperan aktif untuk "memberdayakan" dan

menempatkan mereka ditempat yang seharusnya mereka berada, hal

tersebut pun didorong oleh sebab lain yang tak kalah penting yakni,

"lebih balk memberi kail dari pada ikan". Berawal dari keprihatinan

para pendiri Yayasan Irtiqo Kebajikan dan bantuan dari seorang

muallaf, maka Yayasan R. Tiko Hidayah dibentuk pada tanggal 24

(45)

Oktober 1997. Namun dengan adanya kritis moneter, muallaf

tersebut mengundurkan diri, sebagai gantinya pada tanggal 31 Desember

1997 terjadi perubanan Hama Yayasan R. Tiko Hidayah menjadi

Yayasan Irtiqo Kebajikan, dan secara res mi disyahkan di depan

notaris Ny. Lanny Ratna Ekowati Soebnoto, S.H. dengan nomor akte

notaris 14837.

Dan seiring perjalanan waktu Yayasan Irtiqo Kebajikan

berkembang sehingga memiliki beberapa divisi dan bertambahnya

jumlah pembina, walau jumlahnya masih terbilang sedikit dan

mengakibatkan posisi pembina dan guru masih dirangkap oleh semua

pengurus. Namun hal tersebut di atas tidak menyurutkan semangat

Yayasan Irtiqo Kebajikan untuk memenuhi kebutuhan primer anak asuh

baik sandang, pangan maupun pendidikan.

B. Struktur Organisasi Yayasan Irtiqo Kebajikan

1. Dewan Pendiri

a. M. Gozali, A.Md

b. Tri Esti Rahmaningsih, S.Pd

c. Komaruddin, S.Ag

d. Tubagus Yamin, S.Ag

e. Maskuroh, S.Ag

(46)

2. Penasehat

a. Hj. Soeharto Djokojahjono

b. Mosyanif Munir

3. Badan Pengurus Harian

Ketua : Komaruddin, S.Ag

Wakil Ketua & Bendahara : Tri Esti Rahmaningsih

Sekretaris & Kabid Pembinaan : Muslim

Kabid Pendidikan : Neneng Khaerunnisa

Kabid Rurnah Tangga : Sri Inawati

Kabid Usaha : Sholeh38

C. Visi Dan Misi

Yayasan Irtiqo Kebajikan mempunyai visi untuk meningkatkan

kualitas kaum dhuafa yakni kualitas intelektual, moral dan spiritual.

Sedangkan misinya ialah membina kaum dhuafabaik jasmani maupun

rohani dalam bentuk pendidikan yang diharapkan menjadi pribadi yang

memiliki integritas tinggi, beriman dan berakhlakul karimah.

D. Sarana dan Prasarana

Realitas yang dimiliki berdasarkan data dokumentasi dan

observasi terdiri dari atas 2 ruang belajar, 1 ruang kantor, 2 ruang

38

(47)

asrama putra, 4 ruang asrama puteri, 1 ruang perpustakaan, 1

Sumber :AD/ART Yayasan Irtiqo Kebajikan

(48)

A n a k a d a l a h i n v es t as i t e rb es a r ya n g h a r us d i j a g a

s e be ra p a b es a r perhatian orang tua pada anaknya sejumlah itulah

investasi ditanam, semakin kecil perhatian berarti semakin

kecil jumlah investasi.

Kaum dhuafa pada usia remaja di Yayasan Irtiqo Kebajikan

terdiri dari laki-l aki dengan jumlah 12 orang dan wanita yang

b erjumlah 15 orang. Mereka sangat memperhatikan rasa

kebersamaan, kekeluargaan dan rasa keperdulian antar sesama tinggi

sekali, sehingga terciptalah suasana yang damai dan tentram di Yayasan

lrtiqo Kebajikan39.

Ana k as uh di Ya yas a n Irtiqo Ke baji ka n ini mere ka dididi k

d engan pengetahuan agama, pengetahuan sosial dan pengetahuan

umum yang mereka dapat di bangku sekolah dan yayas an, agar

mereka menjadi anak-anak yang saleh dan berguna bagi kedua

orangtuanya dan masyarakat pada umumnya, agar mereka tidak tertinggal

dengan teman-temannya. Yakni anak yang mampu hidup beribadah

dengan cara yang benar, mampu memperlihatkan kebenaran sekaligus

mendakwahkannya.

Di bawah ini adalah table tentang kaum dhuafa pada usia remaja di

Yayasan Irtiqo Kebajikan.

39

(49)

Tabel 1

Keadaan Kaum Dhuafa Di Yayasan Irtiqo Kebajikan

! " # $

% & & ' ( ! $

% ) * ! '

+ % , & * ! ' $

- . #

" - )/ ) % ) + #

-) 0 1 2344 ! $

. 5 ) % ! ) " !

' . ) /

6/ / + 5 7 !

% #

) % ' '

(50)

+ & % ! ) # ' $

8 & + ) ) $

" 5 8 8 " "

5 & #

5 % ! $

' % ) # $

# & % ! ) 5 ! '

#

9 & # * ! $

, / : ) ! " $

+ ! : ) ! " $

) / % #

" 8 . % !

F. Program Kegiatan

P r o g r a m Ya ya s a n Irt i q o Ke b a j i ka n d a l a m me n g a mb i l

a n a k a s u h h a rus me me n u h i p e rs y a ra t a n te r l e b i h d a h u l u ,

m u l a i d a ri ke l e n g ka p a n c l o k u me n , tentang anak yang akan

dididik, keberadaa n orang tuanya, letak tempat tinggal sampai

tujuan apa yang di harapkan untuk diasuh di Yayasan Irtiqo kebajikan, hal

ini dilakukan karena yayasan tidak menginginkan suatu saat ada

tuntutan dari pihak keluarga.

Dalam menjalankan aktifitasnya agar lebih terarah Yayasan Irtiqo

(51)

Kebajikan yaitu :

1. Mengadakan shalat fardhu dan sunnah berjamaah, yaitu : shalat

fardhu lima waktu, shalat tahajjud dan dhuha berjamaah.

Pada hari senin sampai dengan minggu. Shalat fardhu berjamaah

ini lebih diharuskan atau diwajibkan dilaksanakan pada waktu

shalat Maghrib, Isya, dan Subuh karena anak-anak asuh mulai

melakukan aktifitas diyayasan setelah mereka pulang dari sekolah.

2. Mengadakan hafalan al-Qur’an dan do’a Qur’ani

3. Mengadakan Tadarus intifiradi dan jama’i

Kegiatan ini dilaksanakan setelah melaksanakan shalat fardhu dan

sunnah berjamaah.

4. Mengadakan Tausiah dan Dzikir

Kegiatan ini dilaksanakan setelah shalat fardhu clan sunnah.

5. Mengadakan Program wajib belajar disekolah formal, yaitu : tidak

semua anak asuh mengikuti wajib belajar formal disekolah yang sama.

6. Mengadakan latihan bahasa Indonesia-Arab-Inggris, Pendidikan

agama Islam, Pendidikan Sosial dan Eksakta, keterampilan dan

kursus-kursus dan perpustakaan serta mading sebagai bentuk kreatifitas dari

anak-anak asuh.

7. Mengadakan atau penerapan adab.-adab Islami yaitu menerapkan

(52)

8. Mengadakan program sharing.

Materi program sharing ini berkaitan dengan mata pelajaran yang

dipelajari disekolah, materi umum yang diberikan oleh yayasan

dan permasalahan yang biasa dihadapi oleh anak asuh.

Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan jiwa, kcerdasan dimana adanya

kemampuan manusia yang terbatas untuk dapat memaknai setiap aspek

kehidupan dengan makna ibadah dan bersifat agar menjadi manusia seutuhnya

( hanif ) dan memiliki “pola pemikiran tauhid ( Integralistik ) serta

berprinsip hanya karena Allah”.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya kecerdasan

spiritual bagi kehidupan manusia, oleh karenanya yayasan irtiqo kebajikan

berusaha menerapkan unsur-unsur kecerdasan spiritual di setiap program

kegiatan yaitu :

1. Mengadakan shalat fardhu dan sunnah berjama’ah, yaitu : shalat fardhu

lima waktu, shalat tahajjud dan dhuha berjama’ah.

Unsur kecerdasan spiritual yang diterapkan disinilah ialah penjernihan

emosi. Dengan melaksanakan shalat fardhu dan sholat sunnah. Artinya

kaum dhuafa dapat melatih secara berulang-ulang baik hati, pikiran dan

tindakan yang bertujuan untuk mensucikan fitrah ketika melakukan

shalat akan memberikan suatu peringatan dini dan kesadaran diri akan

(53)

landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual

seseorang.

Beberapa hal dalam sholat yang bisa melatih serta menjaga ke jernihan hati

dan pikiran adalah sebagian berikut :

a. Wudhu

“Sukakah anda tunjukan suatu amal yang dapat menghapus segala dosa

dan sekaligus mengangkat derajat ?”

Jawab mereka, “Tentu ya Rasullah”

Sabda Beliau, “menyempurnakan wudhu disaat-saat segan, membanyakan

langkah ke masjid, dan menunggu waktu shalat, itulah cara yang menguasai

diri yang baik.”

Membasuh wajah melambangkan penjernihan –H.R. Muslim no. 197

Dan pensucian hati serta pikiran. Membasuh tangan melambangkan penyucian

segala kegiatan. Membasuh kepala melambangkan pikiran yang suci dan

membasuh kaki adalah melambangkan langkah lurus dan bersih.

b. Do’a Iftitah

Doa iftitah ini diucapkan setiap kali sholat, memuji Allah yang selalu suci

sepanjang pagi dan petang. Ini adalah pujian dan pengakuan kepada

tuhan, Rabb yang selalu suci dalam berpikir dan suci dalam bertindak.

(54)

Menyatakan secara berulang-ulang tentang kesucian Allah, hal ini akan

mendoktrin jiwa seseorang untuk selalu mengikuti teladannya yaitu Allah

Yang Maha Suci.

Secara sadar atau melalui pikiran bawah sadar, dokterin ini akan

mengubah atau menjaga sikap dan karakter seseorang agar selalu suci

dan bersih. Inilah dasar dan landasan sebuah kecerdasan emosi dan

spiritual ( ESQ ) yaitu kemampuan untuk bebas dan mereka dari

berbagai belenggu hati dan pikiran, dimana hasil akhir yang diharapkan

adalah sebuah fitrah atau yang sangat cerdas.

c. Rukun dan Sujud

Pujian adalah sebuah pengakuan dan keinginan. Didalam ruku’ dan

sujud, dilafdzkan pujian dan keinginan. Memuji kepada Allah Yang

Maha Suci dan Maha Agung bisa diartikan bahwa seseorang yang

melakukan sholat sangat menjunjung tinggi sifat suci dan jernih yang

pada akhirnya menghasilkan keagungan. Memuji artinya menjunjung dan

orang yang menjunjung akan menempatkan sesuatu hal pada tempat

yang tinggi. Ini akan menghasilkan pemikiran yang juga selalu

menjunjung tinggi kesucian atau kejernihan hati, pikiran dan tindakan

yang bebas dari berbagai belenggu. Lapun akan menyakini bahwa

(55)

keagungan tindakan dan langkah ini dilakukan 17 kali dalam sehari atau

6.250 kali dalam setahun.

Bisa di bayangkan, betapa suatu maha dokterin yang telah di berikan

oleh sang pencipta jiwa manusia. Ini seharusnya akan bisa

menghasilkan suatu fitrah yang cerdas, sekaligus membentengi God

Spot tersebut. Hal ini sangat bermanfaat bgi orang yang memahami arti

(56)

BAB IV

PELAKSANAAN BIMBINGAN ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN

KECERDASAN SPIRITUAL KAUM DHUAFA

A. Pelaksanaan Bimbingan Islam Terhadap Kaum Dhuafa

Petatalaksanaan bimbingan Islam yang dilaksanakan di Yayasan

Irtigo Kebajikan meliputi :

1. Pembimbing

Pembimbing merupakan orang yang memberikan bimbingan

kepada orang lain, dalam hal ini adalah anak asuh, dalam upaya

memecahkan permasalahan, serta memberikan motivasi agar anak

asuh tidak merasa asing (beda) dengan anak yang lain. Nama-nama Pembina dan Profesinya

1. Komaruddin, S.Ag. usianya 40 tahun. Profesinya sebagai pembina di

yayasan irtiqo kebajikan dan tenaga pengayar di Al-azhar

2. Tri Esti Rahmaningsih. Usianya 32 tahun. Profesinya sebagai

pembina di yayasan irtiqo kebajikan.

3. Muslim . usianya 27 tahun. Profesinya sebagai pembina di yayasan

irtiqo kebajikan dan mahasiswa fakultas tarbiyah di UIN Syarif

(57)

4. Sri Inawati. Usianya 35 tahun. Profesinya sebagai Pembina di

yayasan Irtiqo kebajikan dan mahasiswi Akademi Bahasa Asing (

ABA )

5. Sholeh. Usianya 35 tahun. Profesi sebagai pembina di yayasan Irtiqo

kebajikan

6. Wati. Usianya 30 tahun. Profesi sebagai pembina di yayasan Irtiqo

kebajikan dan asisten dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Materi Bimbingan Islam

Materi yang dis ampaikan pembirnbing adalah hal-hal yang

berkaitan dengan kecerdasan spiritual seperti : membaca I-qur'an,

Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih,

akhlak clan pengetahuan umum lainnya.

Pokok-pokok materi yang disampaikan oleh para pembimbing

bersumber dari I-qur'an clan Al-hadits Nabi karena kedua sumber

ini merupakan pedoman hidup bagi manusia.

3. Media Bimbingan Islam

Media yang digunakan dalam proses bimbingan ini adalah

ayatayat Al-qur'an Hadits Nabi dan pengetahuan umum yang

borkaitan dengan kecerdasar. spiritual. M e d i a l a i n ya n g wri n g

d i g u n a ka n p e mb i mb i n g a d a l a h me d i a elektronik, yaitu melalui

kaset-kaset yang berisi tentang kekuasaan Allah SWT.

Pembimbing juga biasanya menggunakan selebaran atau foto 44

(58)

copy tentang materi yang akan disampaikan, biasanya

selebaran itu pemb imbing peroleh dari bu ku-buku, majala

h-majal ah d an s itus internet, selanjutnya s elebaran itu diberikan

kepada anak as uh untuk dipelajari dan jika ada sesuatu yang

tidak dipahami maka anak asuh bisa menanyakannya kepada

pembimbing.

4. Waktu Bimbingan Islam

Pela ks ana an bi mbin gan Is la m di Ya yas an lrtiqo

Kebaji kan dilaksanakan setiap hari diwaktu sore hari pada

pukul 15.00 W IB atau me njelang ashar s ampai dengan pukul

21.00 W IB dengan me tode d an l a ma k egiata n yang berbe

da-beda s es uai de ngan jadwal yang telah ditentukan.

5. Tempat Bimbingan Islam

Tempat merupakan komponen yang paling mendasar dari suatu

aktivitas atau kegiatan bimbingan dan pembinaan. Adapun

tempat yang digunakan untuk melaksanakan program pembinaan Islam

di Yayasan lrtlqo Kebajikan bias anya berpus at pada 2 tempat,

yaitu aula dan ruang belajar. Aula digunakan sebagai pusat

pembinaan dalam aspek ibadah dan ceramah, sedangkan belajar

(59)

B. Metode Bimbingan Islam

1. Metode Individual

Pembimbing mempunyai peranan penuh dalam

mengarahkan sesuai dengan rnasalah yang dihadapi anak asuh pada

usia remaja clan ini biasanya dilakukan secara personal. Pembimbing

dengan remaja duduk berdua bertatap muka setelah itu remaja

tersebut b,,3)( langsung menceritakan masalah yang sedang

dihadapi.

D a l a m m e t o d e i n d i v i d u i n i j u g a p e m b i m b i n g

b i a s a n y a mel akukan me to de wawancara atau perc akapan

pribadi dengan remaja. Menanyakan bagaimana ia bisa berada

diyayasan tersebut, tujuan dan keinginannya sekarang.

Menan yakan pe ndapatnya tentang dirinya dan kondis i

yayas an s erta pengertiannya tentang kecerdasan spiritual

bias anya pada awal bimbingan remaja tidak langsung menjawab

dengan jujur, ia akan menjawab seadanya. Padahal ji ka kita liha t

di usia remaja tersebut banyak hal yang perlu remaja konsultasikan.

Sebelum melakukan bimbingan individu, terlebih dahulu para

pembimbing mengadakan pengamatan terhadap perilaku kaum

dhuafa pada usia remaja ini. Pengamatan ini dilakukan dengan cara

Gambar

Grafik,2003),h.233. 19 .Ibid,.h.235.
Tabel 1 Sarana dan Prasarana
Tabel 1 Keadaan Kaum Dhuafa Di Yayasan Irtiqo Kebajikan

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kepuasan pelanggan Perum Damri adalah sebesar 0.77 berdasarkan hasil analisis indeks kepuasan konsumen nilai tersebut menggambarkan bahwa penilaian pelanggan

Stasiun Pu*o an Stasiun data curah hu*an meningkatan dikumpulkan persentase polygon curah hu*an beda sam statistik& Berdasarkan pengu*ian curah hu*an tahun

pipa pada proses produksi yang berasal dari unit kerja PPL

Table 3.1 Data Presentation of Power Exercises in Pretty Little

1) Perlu ditingkatkan dan dikembalikan nama dan fungsi sedahan dan dan sedahan agung sebagai wadah koordinasi pengelola subak dari unsur pemerintah melalui peraturan daerah

Sejarah Web dimulai pada tahun 1989 ketika tim Berner-Lee yang berkerja di laboraturium Fisika Partikel Eropa atau yang dikenal dengan nama CERN (Consei European pour la

[r]

[r]