• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Bagi penulis sendiri, penelitian ini memiliki manfaat dalam mengembangkan kemampuan berfikir dan kemampuan

1.7 KERANGKA TEORI

Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian ini,maka diperlukan suatu kerangka teori maupun konsep-konsep sebagai

landasan berfikir untuk menjelaskan dan menganalisis secara gamblang tentang sistem presidensial di Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum amandemen dan persamaannya dengan konsep kekuasaan Thomas Hobbes sehingga mampu menjadi gagasan yang bermanfaat. Adapun kerangka teori maupun konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.7.1 Kekuasaan

Kekuasaan adalah salah satu dari sekian banyak konsep politik yang banyak dibahas dan dipermasalahkan,oleh karena itu tidak mengherankan konsep ini sangat krusial dalam ilmu sosial pada umumnya dan dalam ilmu politik khususnya22

22

Ibid, hlm 59

. Bahkan banyak orang awam yang mengartikan politik itu adalah kekuasaan itu sendiri. Hal tersebut tidak mengherankan oleh karena Machiavelli,seorang pemikir filsafat politik dari Florence,Italia, pernah mengatakan bahwa , “Politik adalah sejumlah sarana yang dibutuhkan untuk mendapat kekuasaan,mempertahankan

kekuasaan dan memanfaatkan kekuasaan untuk mencapai kegunaan yang maksimal23

Bila didefinisikan,akan banyak defenisi-defenisi kekuasaan yang telah diutarakan oleh para ahli. Akan tetapi kebanyakan sarjana berpangkal tolak dari perumusan sosiolog Max Weber dalam bukunya Wirtschaft and Gesselshaft (1992)

”.

24

Sarjana yang kira-kira sama dengan pemikiran ini adalah Harold D.Laswell dan Abraham Kaplan yang defenisinya sudah menjadi rumusan klasik

:

Kekuasaan adalah kemampuan untuk,dalam suatu hubungan sosial,melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan,dan apapun dasar kemampuan ini

(Macht beduetet jede chance innerhaibeiner soziale Beziehug den eignen Willen durchzusetchen auch gegen Widerstreben durchzustzen,gleichviel worauf diese chance beruht).

25

Kekuasaan adalah suatu hubungan di mana seseorang atau kelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan dari pihak pertama

(Power is a relationship in which one person or group is able to determine the action of another in the direction of the former’s own ends)

:

26

23

Leo Agustino, Op.Cit, hlm 71

24

Miriam Budiardjo, Op.Cit hlm 60

25Ibid, hlm 60

26

Lihat Harold D.Laswell dan Abraham Kaplan, Power and Society (New Heaven : Yale University Press,1950), hlm.74

Defenisi Laswell dan Kaplan sejalan juga dengan defenisi yang ditawarkan oleh Charles Andrain di mana ia mengatakan bahwakekuasaan sebagai penggunaan sejumlah sumber daya (aset,kemampuan) untuk memperoleh kepatuhan (tingkah laku meyesuaikan) dari orang lain27. Hal serupa atas defenisi di atas dapat kita temukan dari scolar lain, Ramlan Surbakti misalnya,yang mengatakan bahwa kekuasaan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber berpengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi perilaku pihak lain,sehingga pihak lain berperilaku sesuai dengan kehendak pihak yang mempengaruhi28

Kekuasaan menurut Inu Kencana, kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan terentu. Kekuasaan yaitu kemampuan untuk mmempengaruhi pihak lain untuk kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan jadi,

.

27

Leo Agustino, Op.Cit. hlm 72

28

kekuasaan dapat didefenisikan sebagai hasil pengaruh yang diinginkan seseorang atau sekelompok orang.29

Kemudian ada juga beberapa hal yang melekat dalam konsep kekuasaan tersebut yaitu legitimasi dan wewenang. Legitimasi secara umum diartikan sebagai keyakinan anggota masyarakat bahwa kekuasaan yang ada pada seseorang,kelompok,atau penguasa adalah wajar dan patut dihormati

Dari berbagai defenisi yang sudah disebutkan di atas dapat kita artikan bahwa kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi perilaku pihak lain sehingga pihak lain tersebut berperilaku seperti yang dikehendaki oleh pihak yang mempengaruhi tersebut. Artinya memang dalam kekuasaan tersebut ada suatu hubungan perilaku antara pihak yang memiliki kekuasaan (penguasa) dengan yang dikuasai.

30

29

Inu kencana, Ilmu Politik, Jakarta: Rineke Cipta, 2000, hal. 53.

30

Ibid, hlm 73

. Sedangkan otoritas merupakan suatu legitimasi (hak) atas dasar suatu kepercayaan untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu. Jadi kewenangan adalah

merupakan suatu bentuk kekuasaan yang sah atau memiliki legitimasi31

Legitimasi sedemikian penting maknanya sebagai dasar daripada kekuasaan. Hal ini berlaku di semua lingkungan masyarakat tanpa terkecuali,dalam lembaga-lembaga yang diakui secara sah oleh masyarakat seperti dalam keluarga (kekuasaan orangtua atas anak),agama (kekuasaan moral),kekuasaan lembaga fungsional (kekuasaan atas dasar hubungan kerja) dan kekuasaan dalam negara (kekuasaan politik) adalah kekuasaan yang timbul karena legitimasi politik dan inilah yang mendasari kekuasaan dalam suatu negara untuk melaksanakan kehendak negara pada rakyatnya (Wahidin,2007 : 2)

. Dalam bahasa lain Laswell dan Kaplan menyebut otoritas sebagai kekuasaan formal (formal power).

32

Pada akhirnya ada beberapa karakteristik yang muncul ketika kita membahas tentang konsep kekuasaan yaitu

.

33

31

P.Anthonius Sitepu, Op.Cit . hlm 52

32Ibid, hlm 52

33

Leo Agustino, Op.Cit, hlm 74-75

Kekuasaan baru akan muncul ketika terjadi interaksi antar aktor (baik itu aktor individu,kelompok,institusi,ataupun negara). Kekuasaan baru akan terkuak manakala subjek dan objek melakukan interaksi. Oleh karenanya,tidak akan pernah berlaku konsep kekuasaan antar aktor manakala mereka tidak pernah melakukan interaksi. Kekuasaan memerlukan periodisasi waktu di mana satu aktor akan terlihat begitu mendominasi atau menghegemoni dibandingkan aktor lainnya.

Pemegang kekuasaan adalah aktor yang memiliki sumber kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang diperintah.

Pemegang kekuasaan akan mempengaruhi aktor lain untuk melakukan kehendaknya dengan menggunakan kekuasaan yang dimilkinya tersebut. Secara konseptual bahwa kekuasaan adalah kemampuan aktor untuk mempengaruhi pihak lain untuk mengikuti perintah/keinginannya,maka jelas bahwa kekuasaan akan sangat berhubungan dengan

upaya pengaruh (influence),manipulasi,ancaman,tekanan fisik dan lain sebagainya.

Ada 6 (enam) sumber daya kekuasaan menurut Wahidin

Dokumen terkait