• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

Kata teori pada dasarnya banyak digunakan, sebanyak seperti dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menurut kamus Concise Oxford Dictionary sebagai suatu indikator dari makna sehari-hari, anggapan yang menjelaskan tentang suatu, khususnya yang berdasarkan pada prinsip-prinsip independen suatu fenomena dan lain – lain yang perlu dijelaskan. Bagi semua ahli, teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum.19

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran/butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem), yang menjadi bahan perbandingan, Pemegangan teoristis.20 Seiring dengan perkembangan masyarakat

pada umumnya, peraturan hukum juga mengalami perkembangan kontinuitas perkembangan ilmu hukum selain bergantung pasca metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi penelitian.21

Dalam pengelolaan perseroan atau perusahaan, para anggota Direksi dan komisaris sebagai salah satu organ vital dalam perusahaan tersebut merupakan pemegang amanah (fiduciary) yang harus berperilaku sebagaimana layaknya pemegang kepercayaan.22

        19

Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan, dan Membuka Kembali, (Bandung : Refika Aditama, 2007), hal. 23.

20

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994), hal. 27. 21

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2005), hal. 6.

22

Bismar Nasution, “Pertanggungjawaban Direksi dalam Pengelolaan Perusahaan”, http://bismar.wordpress.com/2009/12/23 /, diakses tanggal 17 Februari 2011.

Sebagai badan hukum atau artificial person, perseroan terbatas mampu bertindak melakukan perbuatan hukum melalui “wakilnya”. Untuk itu ada yang disebut “agent” yaitu orang yang mewakili Perseroan serta bertinndak untuk dan atas nama Perseroan. Karena itu perseroan juga merupakan subjek hukum, yaitu subjek hukum yang mandiri. Dia bisa mempunyai hak dan kewajiban dalam hubungan hukum sama seperti manusia biasa atau natural person atau naturalijke persoon, dia bisa menggugat ataupun digugat, bisa membuat keputusan dan bisa mempunyai hak dan kewajiban, utang-piutang, mempunyai kekayaan seperti layaknya manusia.23

Allots memandang bahwa hukum sebagai sistem merupakan proses komunikasi, oleh karena itu hukum menjadi subjek bagi persoalan yang sama dalam memindahkan dan menerima pesan, seperti sistem komunikasi yang lain. Ciri yang membedakan hukum adalah keberadaan sebagai fungsi yang otonom dan membedakan kelompok sosial atau masyarakat politis. Ini dihasilkan/dikenakan oleh mereka yang mempunyai kompetensi dan kekuasaan yang sah itu. Suatu sistem hukum tidak hanya terdiri dari norma-norma tetapi juga lembaga-lembaga termasuk fasilitas dan proses. 24

Dalam kaitan teori yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah teori organ yakni teori yang lahir sebagai reaksi terhadap teori fiksi yang dikemukakan oleh Otto Von Gierke. Pada pokoknya teori ini mengemukakan bahwa badan hukum merupakan suatu badan yang membentuk suatu kehendaknya melalui perantaraan

        23

Rachmadi Usman, Op. Cit, hal. 50. 24

alat-alat atau organ-organ badan tersebut, misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya, seperti manusia melakukan segala perbuatannya dengan organ-organ tubuhnya. Menurut teori ini, badan hukum benar-benar ada, berfungsi sama seperti manusia, dan perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan badan hukum itu sendiri. Tujuan badan hukum adalah tujuan yang kolektif, terlepas dari tujuan individu-individu yang menjadi organ-organnya.25

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum namun tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum dengan sendirinya tanpa organ-organ perseroan yang bertindak untuk dan atas nama perseroan dan tanggung jawab badan hukum. Perseroan ini memiliki organ – organ selayaknya manusia untuk melakukan tujuan pendiriannya, sehingga dapat mencapai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha ynag ingin dicapai oleh Perseroan. Organ – organ Perseroan mencakup 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Menurut Pasal 1 ayat (4) Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/ atau anggaran dasar.

2. Direksi

        25

Hardijan Rusli, Badan Hukum dan Bentuk Perusahaan di Indonesia, (Jakarta : Huperindo, 1989), hal. 7.

Menurut Pasal 1 ayat (5) Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Direksi adalah organ perseroan yang berwewenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

3. Dewan Komisaris

Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/ atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberikan nasihat kepada Direksi.

Teori fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undang-undang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan pribadi seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasan-bawahan sesaat.25

Doktrin fiduciary duty berasal dari sistem hukum Common Law yang berasal dari Inggris dan hingga kin mempengaruhi sistem hukum negara-negara bekas jajahannya dan juga dianut di Amerika Serikat. Karena hubungan hukum antara perseroan dan Direksi didasarkan pada doktrin fiduciary duty, maka berdasarkan doktrin ini Direksi dalam menjalankan kepengurusan mempunyai duty of care dan

duty of loyalty terhadap perseroan.26

        25

Bismar Nasution, Op. Cit, diakses tanggal 17 Februari 2011. 26

Perseroan Terbatas sebagai salah satu subjek hukum (recht person) memiliki status, kedudukan,dan kewenangan yang dipersamakan dengan subjek hukum lainnya seperti manusia yang memiliki maksud dan tujuan dalam proses pendiriannya namun tidak dapat bertindak secara sendiri. Keberadaan Perseroan Terbatas sebagai status badan hukum diperoleh ketika Perseroan Terbatas tersebut telah memperoleh pengesahan dan pejabat yang berwenang, yang memberikan hak-hak, kewajiban serta harta kekayaan sendiri bagi Perseroan tersebut, terpisah dari hak, kewajiban, dan harta kekayaan para pendiri Perseroan Terbatas, para pemegang saham dan para pengurus Perseroan Terbatas.

Hak dan kewajiban tiap anggota badan hukum ditetapkan dalam peraturan-peraturan yang menjadikan badan hukum atau perkumpulan tersebut didirikan atau diakui, menurut akta pendirian sendiri, perjanjian sendiri, atau peraturan perundang-undangan. Para anggota badan hukum sebagai perseorangan tidak bertanggung jawab atas perjanjian-perjanjian perkumpulannya. Semua hutang perkumpulan itu hanya dapat dilunasi dengan harta benda perkumpulan.27

Dengan kata lain pertanggungjawaban tersebut adalah pertanggungjawaban terbatas atau tanggung jawab terbatas berkaitan dengan tindakan pengurus, pemegang saham maupun perseroan terbatas itu sendiri. Jadi makna terbatas itu sekaligus mengandung arti keterbatasan, baik dari sudut perseroan terbatas, penanam modal maupun pengurus perseroan terbatas. Oleh karena itulah tanggung jawab terbatas

        27

Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris Perseroan Terbatas (PT), (Jakarta : Visimedia, 2009), hal. 4.

mengandung arti penting sebagai umpan pendorong agar orang bersedia ikut serta menanamkan modal. Jadi dengan pertanggungjawaban terbatas itu sudah dapat diramalkan seberapa besar maksimal resiko kerugian yang mungkin diderita.28

Dalam Pasal 97 ayat (3) UUPT menyatakan bahwa:

“Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).”

Perseroan dan Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas) merupakan suatu sistem keberadaan organ-organ Perseroan yang melakukan kegiatan usaha. Keberadaan organ-organ Perseroan ini memiliki fungsi dan kedudukan yang telah ditentukan, serta memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan dilakasanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Sehingga, wewenang dan tanggung jawab organ-organ Perseroan, Direksi dapat dibenarkan atau dipersalahkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.

Teori Business Judgement Rule yang merupakan salah satu teori yang sangat populer untuk menjamin keadilan bagi para Direksi yang mempunyai itikad baik. Penerapan teori ini mempunyai misi utama, yaitu untuk mencapai keadilan, khususnya bagi para direktur sebuah perusahaan terbatas dalam melakukan suatu

        28

Prasetya Rudhi, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas dan Pertanggungjawaban Terbatas dari Perseroan Terbatas, (Surabaya : Airlangga University Pers, 1983), hal. 12.

keputusan bisnis, artinya tidak terdapat kepentingan pribadi yang dilakukan oleh Direksi dalam menjalankan perusahaan.

Menurut Plato, keadilan adalah:

“apabila seorang itu menjalankan pekerjaannya dalam hidup ini sesuai dengan kemampuan yang ada padanya.”

Setiap anggota masyarakat mempunyai tugas-tugasnya sendiri yang khusus dan hendaknya membatasi pekerjaannya kepada pelaksanaan dari tugas-tugas tersebut.29

Dalam mengurus Perseroan, anggota Direksi tidak boleh “sembrono” (carelessly) dan lalai (negligence). Apabila ia sembrono dan lalai melaksanakan kepengurusan, menurut hukum ia telah melanggar kewajiban berjhati-hati (duty care) atau bertentangan dengan “prudential duty”. Apabila patokan kehati-hatian ini diabaikan oleh anggota Direksi dalam menjalankan Perseroan, dia dianggap bersalah melanggar kewajiban mesti melaksanakan pengurusan penuh dengan tanggung jawab. Tiada maaf bagi seseorang yang menduduki jabatan anggota Direksi dengan gaji dan tunjangan yang cukup besar, tetapi tidak hati-hati melaksanakan pengurusan Perseroan.30

Dalam praktek agak sulit untuk membedakan mana suatu perbuatan yang benar-benar dilakukan dengan itikad baik dan makna perbuatan yang memang sudah sewajarnya dalam menjalankan tugas yang diembannya, Pada umumnya, setelah

        29

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 256. 30

terjadi perseroan menderita kerugian yang merupakan suatu akibat, barulah dapat diketahui baik atau buruknya perbuatan seseorang.31

Berdasarkan ketentuan dalam pasal-pasal 1365 dan 1366 KUHPerdata, Direksi (artinya semua anggota Direksi) secara pribadi dapat ikut dipertanggungjawabkan atas kerugian yang diderita pihak ketiga karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan.32

2. Kerangka Konsepsi

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut operational definition.33

Dalam pemberian suatu konsep atau pengertian merupakan salah satu unsur pokok yang penting dalam suatu penelitian hukum, sehingga untuk menghindari terjadinya salah pengertian atau salah tafsir dan pemahaman yang berbeda mengenai tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Pentingnya defenisi konsepsional adalah untuk menghindari perbedaan pengertian dan penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.34

Maka perlu diuraikan beberapa konsep yang menjadi pemegangan dalam proses penelitian, yakni :

        31

Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta : Djambatan, 2007), hal. 86. 32

Ningrum Natasya Sirait, Modul Hukum Perusahaan I, (Medan : Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 12.

33

Samadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 3. 34

1. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.35

2. Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang saham, Direksi, dan

Komisaris.36

3. Direksi adalah organ perseroan yang berwewenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.37

4. Corporate Opportunity adalah suatu doktrin yang mengajarkan bahwa seorang

direktur, komisaris atau pegawai perseroan lainnya ataupun pemegang saham utama, tidak diperkenankan mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi manakala tindakan yang dilakukannya tersebut sebenarnya merupakan perbuatan yang semestinya dilakukan oleh perseroan dalam menjalankan bisnisnya itu. Dengan demikian, manakala tindakan tersebut merupakan kesempatan (opportunity) bagi perseroan dalam menjalankan bisnisnya, Direksi tidak boleh mengambil kesempatan tersebut untuk kepentingan pribadinya.38

        35

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Nomor 106 Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756.

36

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Nomor 106 Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756.

37

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Nomor 106 Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756.

38

G. Metodologi Penelitian

Dokumen terkait