• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Kerangka Pikir

Kerangka pikir implementasi Program ASI Eksklusif dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian Adapun definisi istilah pada penelitian ini adalah:

1. Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan program ASI eksklusif meliputi SDM, sarana dan prasarana, serta biaya operasional/anggaran.

a. Sumber daya manusia adalah tenaga kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan yang terlibat dalam pelaksanakan program ASI eksklusif, yaitu petugas puskesmas dan kader posyandu.

b. Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program ASI eksklusif, seperti buku pedoman kader, KMS, pojok ASI, ruangan penyuluhan.

c. Biaya operasional/anggaran adalah dana yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan program ASI eksklusif.

2. Proses adalah seluruh kegiatan dari program ASI eksklusif yaitu penyuluhan dan promosi ASI eksklusif, kelas ibu hamil dan ibu balita, konseling dan

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu fakta, gejala, realita secara lebih jelas dan mendalam. (Sugiyono, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena masih rendahnya cakupan dan implementasi program ASI eksklusif pada tahun 2017 yaitu sebesar 13,8%.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2018 – Mei 2018 3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini diambil secara purposive (bertujuan), yaitu teknik pengambilan informan dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif (Sugiyono,2012). Kriteria pemilihan informan yang dapat mewakili dinas kesehatan, pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan ASI eksklusif, kader posyandu, klinik swasta yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum. Informan

akan diberikan pertanyaan mengenai pelaksanaa program ASI eksklusif sesuai dengan tupoksi dan fungsinya. Adapun informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Informan

No Informan Jumlah

1. Kepala Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Medan

1 Informan

2. Kepala Puskesmas Kota Matsum 1 Informan

3. Petugas Gizi Puskesmas Kota Matsum 1 Informan

4. Klinik Swasta 1 Informan

5. Kader Posyandu 6 Informan

6. Ibu Menyusui 0-6 bulan (berhasil ASI dan tidak) 2 Informan 7. Ibu Menyusui 6-9 bulan (berhasil ASI dan tidak) 2 Informan

Jumlah 14 Informan

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini memperoleh informasi berupa data primer dan sekunder.

a. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan dengan menggunakan alat perekam suara (voice recorder) dan mengacu pada pedoman wawancara yang telah disusun berkaitan dengan pelaksanaan program ASI Eksklusif.

b. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Kota Matsum serta referensi dari buku-buku dan hasil penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan program ASI Eksklusif.

3.5 Instrumen Penelitian

Sesuai karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Wawancara mendalam (indepth interview) peneliti menggunakan pedoman wawancara mendalam disertai dengan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan menggunakan alat bantu berupa recorder untuk merekam suara dan handphone untuk mengambil gambar, notes, dan alat tulis.

3.6 Triangulasi

Triangulasi yaitu merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan melakukan pengecekan atau perbandingan terhadap data yang diperoleh dengan sumber atau kriteria lain untuk meningkatkan keabsahan data.

Untuk menjaga validitas data maka dilakukan dengan triangulasi sumber yang berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2012).

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu menjadi hipotesis.

Miles dan Huberman, sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2012), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data antara lain data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan pola, serta membuang yang tidak perlu. Saat mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah temuan.

b. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchat, dan sebagainya. Menyajikan data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Conclusion Drawing/Verification (Kesimpulan)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang sudah ditentukan, tetapi mungkin juga tidak. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Kota Matsum terletak di Jalan Amaliun No. 75, yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Kelurahan Sei Rengas II.

2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kelurahan Pasar Merah Timur.

3. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kelurahan Sukaramai I dan II.

4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kelurahan Kota Matsum III.

Puskesmas Kota Matsum berada di Kecamatan Medan Medan Area, memiliki luas wilayah 112.40 Ha yang terbagi menjadi empat wilayah kerja, yaitu : Kelurahan Kota Matsum I, Kota Matsum II, Kota Matsum IV dan Sei Rengas Permata. Peta wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum dapat dilihat dari gambar di bawah ini :

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum

Gambar 4.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Per Kelurahan Kecamatan Medan Area

Sumber: Profil Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

Bangunan Puskesmas Kota Matsum belum memenuhi standar Permenkes No. 75 Tahun 2014, sehingga hal ini sangat menghambat proses pelayanan kesehatan, namun karena letak Puskesmas Kota Matsum yang strategis yang berada di perkotaan sehingga mudah dijangkau dengan alat transportasi. Berikut ini gambar bangunan Puskesmas Kota Matsum dilihat dari tampilan depan.

Gambar 4.3. Bangunan Puskesmas Kota Matsum Sumber: Profil Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

4.2 Keadaan Demografis

4.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Medan adalah 33.713 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 29.573 jiwa/km2. Daerah yang lebih banyak penduduknya adalah Kelurahan Kota Matsum I yang mempunyai penduduk berjumlah 12.008 jiwa dengan kepadatan penduduk 35.318 jiwa/km2 (Luas Wilayah : 0,34 km2) sedangkan daerah yang paling sedikit penduduknya adalah Kelurahan Sei Rengas Permata, dengan jumlah penduduk sebesar 3.744 jiwa dengan kepadatan penduduk 14.400 jiwa/km2 (Luas Wilayah : 0,26 km2).

Jumlah rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum sebesar 9.113 dengan jumlah rumah tangga lebih banyak pada Kelurahan Kota Matsum I sebesar 2859 rumah tangga dengan rata – rata jiwa per rumah tangga sebesar 4,20 sedangkan jumlah rumah tangga yang paling sedikit adalah Kelurahan Sei Rengas Permata sebesar 1027 rumah tangga dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebesar 3,65.

4.2.2 Komposisi Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum dilihat dari komposisi berdasarkan jenis kelamin memperlihatkan bahwa jumlah penduduk perempuan dengan laki-laki tidak terlalu jauh perbedaannya yaitu penduduk perempuan 16.909 orang (50,15%) dan laki-laki 16.804 orang (49,85%), dengan ratio jenis kelamin (sex ratio) 99,36 yang berarti bahwa terdapat 99 laki-laki di antara 100 perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik 4.1

Grafik 4.1 Komposisi Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017

Sumber: Profil Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

Komposisi penduduk menurut umur dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari penduduk muda, dewasa dan tua. Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk.

Grafik 4.2 Piramida Penduduk wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

Sumber: Profil Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017 49.85%

0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 0 - 4

Pada grafik 4.2 dapat ditunjukkan struktur penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum. Badan piramid membesar, ini menunjukkan banyaknya penduduk pada usia produktif. Dalam bidang kesehatan dapat dilakukan upaya promotif dan preventif agar usia produktif dapat tetap produktif dan sehat saat memasuki usia non produktif.

4.3 Pendidikan

Pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan.

Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (presdisposing) dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan. Ijazah tertinggi yang dimiliki seseorang merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal.

Grafik 4.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas menurut Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Tahun 2017

Sumber: Profil Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017 1% 4%

Pada grafik 4.3 ijazah tertinggi yang dimiliki terbanyak pada tingkat SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) sebesar 40 %, dan yang terendah yang tidak memiliki ijazah SD sebesar 1 %.

4.4 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada haruslah senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan dapat dijangkau oleh masyarakat baik dari sisi biaya maupun letak / lokasi. Pada bagan ini akan diuraikan tentang sarana kesehatan.

Tabel 4.1 Sarana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

TNI/Polri BUMN Swasta Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Sumber: Profil Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan, perlu dilibatkan peran serta masyarakat sebagai objek sekaligus subjek pembangunan kesehatan tersebut. Berbagai upaya dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Untuk itu dikembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). Bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat yang telah terbentuk adalah posyandu berjumlah 37 Posyandu, dimana seluruh posyandu yang ada 100% adalah posyandu dengan strata

Purnama. Rasio posyandu per 100 balita adalah 1. Di samping itu juga terdapat 4 Posbindu yang dilaksanakan pada masing-masing kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum yang mendukung program Kelurahan Siaga dalam UKBM.

4.5 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas di samping ketersediaan sumber daya yang lain. Secara terperinci jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum tahun 2017 yang terdapat di berbagai unit kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan menurut Unit Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

No Tenaga Kesehatan Puskesmas Puskesmas Pembantu

Sumber: Profil Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

No Tenaga Kesehatan Rasio / 100.000

Penduduk

1 Dokter Spesialis 136,45

2 Dokter Umum 186,87

3 Dokter Gigi 29,66

4 Bidan 77,12

5 Perawat 335,18

6 Perawat Gigi 11,86

7 Apoteker/Tenaga Kefarmasian 11,9

8 Tenaga Teknis Kefarmasian 29,7

9 Analis Kesehatan 0,28

10 Kesehatan Masyarakat 0,14

11 Nutrisionis / Dietisien 0,18

12 Sanitasi 0

13 Teknisi Medis dan Fisioterapis 0,05

14 Tenaga Rekam Medis 0,14

Sumber: Profil Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum pada tahun 2017 bahwa setiap 100.000 penduduk ada sejumlah 136 atau 137 dokter spesialis (Indikator Indonesia Sehat : 6), ada sejumlah 186 atau 187 dokter umum (Indikator Indonesia Sehat : 40), ada sejumlah 29 atau 30 dokter gigi (Indikator Indonesia Sehat : 11), ada sejumlah 77 atau 78 bidan (Indikator Indonesia Sehat : 100), ada 345 atau 346 perawat (Indikator Indonesia Sehat : 117,5 ), ada 11 atau 12 apoteker / tenaga kefarmasian (Indikator Indonesia Sehat : 10), ada 0,141 tenaga kesehatan masyarakat (Indikator Indonesia Sehat : 40), ada 0 tenaga sanitasi (Indikator Indonesia Sehat : 22), ada 0,18 tenaga gizi (Indikator Indonesia Sehat : 40) dan ada 0,05 tenaga teknisi medis dan fisioterapis yang memberikan pelayanan kesehatan.

4.6 Karakteristik Informan

Jumlah informan penelitian sebanyak 14 informan, yang terdiri dari 1 informan Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota

Medan, 1 informan Kepala Puskesmas, 1 informan Petugas Gizi Puskesmas, 6 informan kader posyandu, 4 informan ibu menyusui. Wawancara terhadap informan dilaksanakan pada tanggal 10 April 2018 – 9 Mei 2018 di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum. Adapun karakteristik informan berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Karakteristik Informan

2. dr. Suriati 55 Perempuan S1 Kedokteran Kepala Puskesmas

3. Rosdiana 40 Perempuan D4 Gizi Petugas Gizi Puskesmas

4. Hj.Umi Kalsum

67 Perempuan D3 Kebidanan Bidan Praktik Klinik Swasta Budi Kemuliaan

5. Rosmini 54 Perempuan SMEA Kader Posyandu

6. Zaenab 38 Perempuan SMP Kader Posyandu

7. Mulyana 47 Perempuan S1 Fisip Kader Posyandu

8. Ade Suryandayani 45 Perempuan SMA Kader Posyandu

9. Irma Safitri 39 Perempuan SMA Kader Posyandu

Input merupakan komponen yang memberikan masukan untuk berfungsinya satu sistem seperti sistem pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan (input) dalam pelaksanaan program ASI eksklusif yaitu : sumber daya manusia, sarana dan prasarana kesehatan, dan biaya operasional.

4.7.1 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah tenaga kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan yang terlibat dalam pelaksanakan program ASI eksklusif, yaitu petugas puskesmas dan kader posyandu.

A. Ketersediaan Sumber Daya Manusia

Hasil wawancara tentang ketersediaan sumber daya manusia di Puskesmas Kota Matsum dijelaskan oleh Kepala Puskesmas Kota Matsum sebagai berikut:

“Kalau petugas untuk program ASI eksklusif dari petugas gizi ada 1 orang. Sebenarnya kalau bisa ditambah 1 orang lagi, karena kan kalau hanya 1 pekerjaannya tidak fokus, beban kerjanya ada 2, pekerjaan di dalam puskesmas, kegiatan di luar puskesmas sehingga kegiatan juga jadi tidak maksimal. Untuk kader posyandu ada 5 kader setiap posyandu, di wilayah ini ada 37 posyandu, kadernya tidak ada khusus ASI eksklusif, kadernya hanya secara umum saja, jadi tidak ada dibeda-bedakan keahliannya, karena juga kalau mau dibuat kader khusus ASI eksklusif berarti pelatihannya ada yang khusus lagi, sedangkan dari dinas kesehatan pelatihan konselor ASI hanya ditujukan kepada puskesmas.

Kalau kita mengikuti konselor ASI dari pihak swasta akan dikenakan biaya, puskesmas tidak menyediakan dana untuk pelatihan tersebut, dan jika kader disuruh mengeluarkan biaya pasti mereka tidak mau.”(Informan 2)

Kutipan tersebut ditambahkan oleh informan lain yang mengemukakan:

“Kalau petugas untuk ASI eksklusif yang menjadi penanggung jawab hanya saya sendiri. Kalau untuk kader ada 5 setiap posyandunya, jumlah posyandu ada 37. Totalnya dikalikan saja dek .(Informan 3)

Kutipan di atas didukung dengan pernyataan kader posyandu yang mengemukakan:

“Kader disini ada 5 orang dek. Semuanya aktif kok, kalau lagi gak bisa hadir biasanya dibilang. Kalau petugas puskesmas biasanya yang datang ke posyandu cuma 1 orang” (Informan 5-10)

Berdasarkan kutipan di atas diperoleh informasi bahwa petugas untuk

cukup untuk melaksanakan kegiatan yang maksimal, dikarenakan beban pekerjaan yang terbagi antara di dalam dan di luar gedung puskesmas. Sedangkan kader posyandu sebanyak 5 kader aktif di setiap posyandunya, wilayah Puskesmas Kota Matsum terdapat 37 posyandu. Tidak ada pembentukan tim ASI eksklusif bagi kader posyandu karena menurut pernyataan dari Kepala Puskesmas Kota Matsum jika ada dibentuk kader khusus ASI eksklusif harus ada pelatihannya seperti mengikuti konselor ASI, sedangkan pelatihan konselor ASI hanya ditujukan kepada petugas puskesmas.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alifah (2012) mengatakan bahwa ketersediaan sumber daya manusia program ASI eksklusif dirasakan masih kurang dikarenakan pekerjaan petugas yang overload.

Dibutuhkannya tenaga spesifik untuk program ASI eksklusif, motivator, dan konselor ASI agar penggerakan lebih optimal. Menurut Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (2011) ketersediaan konselor ASI tidak hanya dari petugas puskesmas, tetapi bisa dari kalangan mana saja baik itu petugas medis maupun non medis.

Konselor ASI berarti seseorang yang telah mengikuti pelatihan konselor ASI berdasarkan modul 40 jam WHO. Konselor ASI diadakan oleh AIMI setahun sekali dan akan dikenakan biaya sebesar Rp. 1.500.000.

Berdasarkan pernyataan informan hasil penelitian mengenai ketersediaan sumber daya manusia di Puskesmas Kota Matsum masih kurang, dikarenakan petugas program ASI eksklusif yang ditentukan dari Dinas Kesehatan hanya 1 orang, sedangkan keadaan di puskesmas memerlukan 1 orang lagi agar dapat membagi tugas pokok antara kegiatan di dalam dan di luar puskesmas sehingga

tidak terjadinya overload pekerjaan. Puskesmas tidak membentuk kader khusus ASI eksklusif karena tidak tersedianya pelatihan konselor ASI untuk kader dari pihak Dinas Kesehatan dan puskesmas tidak menyediakan dana untuk kader jika ingin mengikuti pelatihan konselor ASI dari organisasi ibu menyusui, sehingga Puskesmas Kota Matsum memiliki hambatan untuk memberdayakan sumber daya yang tersedia.

B. Pelatihan Sumber Daya Manusia

Hasil wawancara tentang pelatihan terhadap tenaga kesehatan di Puskesmas Kota matsum dijelaskan oleh Kepala Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Medan sebagai berikut:

“Pelatihan untuk tenaga puskesmasnya ada, tahun kemaren baru diadakan. Kalau untuk petugas ASI eksklusif namanya konselor ASI.

Pelatihannya ini gak wajib setahun sekali karena kita mengadakannya menyesuaikan jika tersedianya anggaran. Kalau untuk pelatihan kader diserahkan kepada puskemas masing-masing.” (Informan 1)

Pelatihan untuk tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Matsum dijelaskan oleh informan sebagai berikut:

“Kalau pelatihan untuk saya sebagai petugas ASI eksklusif pernah ikut konselor ASI tahun kemaren, diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Kalau pelatihan untuk kader ada namanya penyegaran kader diadakan oleh puskesmas, biasanya setahun sekali. Sistemnya seperti kita memberikan informasi atau pengetahuan jika ada yang berubah mengenai pelaksanaan posyandu. Pelatihan tentang ASI eksklusif juga kita kasi, tapi tidak setiap pelatihan temanya ASI eksklusif, ganti-ganti seperti imunisasi KB. Kalau yang melatih kader ya dari petugas puskesmas. Pelatihan sebenarnya untuk semua kader, tapi ya pasti ada kader yang tidak datang.” (Informan 3)

Kader posyandu menyatakan pernah mengikuti pelatihan:

“Pernah ikut pelatihan, tapi lupa pernah ikut berapa kali karena saya tidak rutin pelatihan. Biasanya setahun sekali memang ada pelatihan di puskesmas” (Informan 5,6,10)

Sementara untuk kader yang belum pernah mendapatkan pelatihan. Hal tersebut dikemukakan oleh informan sebagai berikut:

“Belum pernah ikut pelatihan, mungkin ada tapi tidak tahu infonya.

Karena terkadang yang ikut pelatihan ketua lapangan di posyandu. Kan ada 4 wilayah, jadi masing-masing ada ketua lapangannya. Tapi ketua nya juga gak ada ngasi informasi ke kami. Kalaupun kami tahu infonya, waktunya tidak pas, jadi gak bisa datang ”(Informan 7,8,9)

Berdasarkan kutipan informan di atas dapat diperoleh informasi bahwa petugas puskesmas program ASI eksklusif sudah diberikan pelatihan pada tahun 2017 yang disebut konselor ASI. Pelatihan diadakan tidak wajib setahun sekali karena menyesuaikan jika tersedia anggaran. Sedangkan untuk pelatihan kader sudah dilaksanakan setahun sekali yang disebut dengan penyegaran kader.

Penyegaran kader dengan cara memberikan pengetahuan dan informasi terbaru kepada kader, baik itu tentang ASI eksklusif, KB, imunisasi dan lainnya. Namun 3 kader menyatakan tidak pernah mengikuti pelatihan karena informasi yang tidak belum merata. Kader posyandu yang sering hadir adalah kader yang sudah senior, atau yang sudah menjadi ketua lapangan.

Sejalan dengan hasil penelitian Rostinah,dkk (2015) pelatihan kader belum berjalan dengan baik sehingga kualitas SDM masih rendah, belum memiliki pedoman pelatihan dengan metode belajar. Mengacu pada Kepmenkses 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang sepuluh langkah LMKM point ke 2, adanya melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut. Konselor ASI sebagai seorang petugas yang sudah dilatih diharapkan dapat membantu masyarakat yang mengalami kesulitan

berkesinambungan dapat meningkatkan kemampuan konselor dalam membantu masyarakat dalam pemberian ASI eksklusif.

Keberadaan konselor ASI menjadi salah satu faktor penting untuk meningkatkan jumlah ibu menyusui di Indonesia. Konselor ASI memiliki peran aktif untuk memberikan dukungan pada ibu menyusui melalui bantuan praktis dan juga pemberian informasi relevan yang dibutuhkan oleh ibu. Sejalan dengan hasil penelitian Prihanti,dkk (2015), pelatihan konselor ASI berpengaruh pada petugas untuk mendukung ibu dalam memberikan ASI eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelatihan sumber daya manusia di Puskesmas Kota Matsum diketahui bahwa pelatihan kader dan tenaga puskesmas belum dilaksanakan secara maksimal karena konselor ASI tidak menjadi kegiatan rutin setahun sekali. Pelatihan konselor ASI baru diadakan pada tahun 2017 oleh Dinas Kesehatan Kota Medan, artinya pihak Dinas Kesehatan tidak melakukan pelatihan secara berkesinambungan sehingga kemampuan sumber daya manusia mengenai ASI eksklusif masih rendah.

4.7.2 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program ASI eksklusif, seperti buku pedoman kader, KMS, pojok ASI, ruangan penyuluhan

Hasil penelitian mengenai sarana dan prasarana program ASI eksklusif dinyatakan oleh Kepala Puskesmas Kota Matsum sebagai berikut:

“Ya sebenarnya ada pojok ASI di belakang di ruangan pemeriksaan KIA, tapi sebenarnya gak bisa digunakan karena alatnya gak ada. Ruangannya juga tidak nyaman karena sempit. Terkadang juga ruangan itu dipakai

kurang, jadi kita sulit menyusun ruangannya. Kalau untuk poster ada, tapi yang tentang ASI eksklusif sedikit, posternya ada dari dinas, puskesmas, atau dikasi mahasiswa yang magang. Sedangkan kalau ada acara kita hanya bicara menggunakan mic saja, tidak ada proyektor LCD dan leaflet”(Informan 2)

Berikut pernyataan dari petugas puskesmas program ASI eksklusif mengenai sarana dan prasarana di Puskesmas Kota Matsum mengemukakan:

“Kalau untuk sarana dan prasarana disini ada pojok ASI dibelakang, tapi tidak ada yang gunakan, karena kan di puskesmas jarang yang menggunakan., alat-alatnya juga tidak ada, kadang kita pakai juga untuk

“Kalau untuk sarana dan prasarana disini ada pojok ASI dibelakang, tapi tidak ada yang gunakan, karena kan di puskesmas jarang yang menggunakan., alat-alatnya juga tidak ada, kadang kita pakai juga untuk

Dokumen terkait