• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KOTA MATSUM KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2018 SKRIPSI OLEH: HERVINA TRI WAHYUNI NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KOTA MATSUM KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2018 SKRIPSI OLEH: HERVINA TRI WAHYUNI NIM:"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KOTA MATSUM KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2018

SKRIPSI

OLEH:

HERVINA TRI WAHYUNI NIM: 141000542

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

IMPLEMENTASI PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KOTA MATSUM KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

HERVINA TRI WAHYUNI NIM: 141000542

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

“IMPLEMENTASI PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KOTA MATSUM KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2018

Hervina Tri Wahyuni

(4)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul

IMPLEMENTASI PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KOTA MATSUM KECAMATAN MEDAN AREA

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh

HERVINA TRI WAHYUNI 141000542

Disahkan oleh : Komisi Pembimbing

Pembimbing I

(5)

ABSTRAK

Salah satu cara menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah dengan pemberian ASI eksklusif kepada bayi dari usia 0-6 bulan tanpa makanan apapun.

Namun menurut data kementrian kesehatan pencapaian ASI eksklusif di Indonesia menurun setiap tahunnya, tahun 2011 (54%), 2012 (52%), 2013 (51,07%), 2014 (49,7%). Sedangkan Puskesmas Kota Matsum pada tahun 2017 hanya mencapai 13,7%, masih jauh dari target nasional yaitu 80%. Program ASI eksklusif harus didukung dengan ketersediaan sumber daya manusia, sarana prasarana, biaya operasional, dan kegiatan yang dapat meningkatkan cakupan ASI eksklusif.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan suatu fakta, gejala, realita secara lebih jelas dan mendalam di Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap 14 orang informan. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program ASI eksklusif belum maksimal dikarenakan oleh sumber daya manusia yang kurang dan pelatihan konselor tidak ada diadakan secara rutin, sarana dan prasarana tidak lengkap, kegiatan yang dilakukan belum optimal dikarenakan pemberdayaan petugas kurang dan informasi yang tidak merata, dan hambatan pada ibu menyusui itu sendiri seperti bekerja, persalinan caesar sehingga tidak IMD, dan ibu yang memberi makan selain ASI sebelum umur 6 bulan karena menganggap memberikan ASI saja tidak cukup.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan bahwa adanya penambahan petugas program ASI eksklusif sebanyak 1 orang, melengkapi sarana prasarana seperti alat untuk ruangan laktasi, alat peraga saat penyuluhan dan konseling, menambah dana dari sumber pembiayaan lain yang sah sesuai peraturan, informasi kegiatan disampaikan diluar puskesmas, kegiatan memiliki jadwal yang jelas, dan dapat membentuk kelompok pendukung ASI agar cakupan ASI eksklusif dapat meningkat.

Kata Kunci : Angka Kematian Bayi, ASI eksklusif, Implementasi, Program

(6)

ABSTRACT

One way to reduce infant mortality (IMR) is by exclusive breastfeeding to infants from 0-6 months of age without any food. However, according to data from the Ministry of Health, the achievement of exclusive breastfeeding in Indonesia decreased every year, in 2011 (54%), 2012 (52%), 2013 (51.07%), 2014 (49.7%). While the Puskesmas Kota Matsum in 2017 only reached 13.7%, still far from the national target of 80%. Exclusive breastfeeding programs should be supported by the availability of human resources, infrastructure, operational costs, and activities that can increase the coverage of exclusive breastfeeding.

This research is a qualitative research aims to describe a fact, phenomenon, reality more clearly and deeply in Puskesmas Kota Matsum District Medan Area. The data were collected through in-depth interviews with 14 informants. Data analysis is done descriptively and presented in narrative form.

The results showed that the implementation of exclusive breastfeeding program is not maximized due to lack of human resources and counselor training is not held regularly, facilities and infrastructure is not complete, the activities undertaken are not optimal due to less staff empowerment and uneven information, and barriers to breastfeeding mothers themselves, such as work, caesarean birth so as not to IMD, and mothers who feed other than breast milk before the age of 6 months because they consider breastfeeding alone is not enough.

Based on the results of the study it is expected that the addition of exclusive breastfeeding program officer as much as 1 person, equip infrastructure such as tools for lactation room, props during counseling and counseling, add fund from other legal funding sources according to regulation, activity information submitted outside puskesmas, a clear schedule, and can form a breastfeeding support group to exclusively increase breastfeeding coverage.

Keyword: Exclusive Breastfeeding, Implementation, IMR, Program

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

“Implementasi Program ASI Eksklusif di Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2018”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memeeroleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan juga dukungan dari berbagai pihak dalam bentuk apapun. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, arahan, serta motivasi kepada penulis dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Sri Novita Lubis, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran, arahan, dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Puteri Citra Cinta Asyura Nst., SKM., MPH selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran, arahan dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

(8)

7. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh staf pengajar FKM USU serta Dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

9. Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

10. dr. Suriati selaku Kepala Puskesmas Kota Matsum yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kota Matsum. Ika Maulina Handayani, SKM selaku Kepala Tata Usaha Puskesmas Kota Matsum beserta segenap pegawai yang telah membantu dan mendukung selama penelitian berlangsung.

12. Terkhusus dan teristimewa untuk orang tua tercinta dan tersayang, Ayahanda Muji Rano Putra dan Ibunda Zulfiarti yang senantiasa selalu memberikan do’a, kasih sayang, cinta, perhatian, dukungan, semangat yang tiada henti dalam bentuk apapun kepada anak bungsu tercinta.Kedua saudara kandungku Hendra Wahyu Utomo dan Imam Ari Wibowo yang selalu mendukung, memberikan semangat, dan sebagai tempat berbagi selama proses pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita.

(9)

Medan, Juni 2018 Penulis,

Hervina Tri Wahyuni

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

RIWAYAT HIDUP ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Progam ASI Eksklusif ... 9

2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif ... 9

2.1.2 Manfaat ASI Eksklusif ... 9

2.1.3 Alasan Pemberian ASI Eksklusif Selama 6 Bulan ... 15

2.1.4 Pengertian Program ASI Eksklusif ... 17

2.1.5 Pengertian Program ASI Ekslusif di Puskesmas ... 18

2.1.6 Kegiatan Program ASI Eksklusif ... 20

2.1.7 Pengertian Implementasi Program ... 23

2.2 Puskesmas ... 23

2.2.1 Pengertian Puskesmas ... 23

2.2.2 Tujuan Puskesmas ... 24

2.2.3 Fungsi Puskesmas ... 25

2.3 Teori Sistem ... 27

2.3.1 Pengertian Teori Sistem ... 27

2.3.1 Teori Sistem dalam Program ASI Eksklusif... 28

2.4 Kerangka Pikir ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 33

3.2.2 Waktu Penelitian ... 33

(11)

3.4 Metode Pengumpulan Data... 34

3.5 Instrumen Penelitian ... 35

3.6 Triangulasi ... 35

3.7 Metode Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

4.1.1 Keadaan Geografis ... 37

4.2 Keadaan Demografis ... 39

4.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 39

4.2.2 Komposisi Penduduk ... 39

4.3 Pendidikan ... 41

4.4 Sarana Kesehatan ... 42

4.5 Tenaga Kesehatan ... 43

4.6 Karakteristik Informan... 44

4.7 Masukan (Input)... 45

4.7.1 Sumber Daya Manusia... 46

4.7.2 Sarana dan Prasarana ... 50

4.7.3 Biaya Operasional/Anggaran ... 53

4.8 Proses (Proccess) ... 56

4.8.3 Penyuluhan dan Promosi ASI Eksklusif ... 56

4.8.4 Kelas Ibu Hamil dan Ibu Balita ... 58

4.8.5 Konseling dan Edukasi ASI Eksklusif ... 61

4.9 Keluaran (Output) ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Informan... 34 Tabel 4.1 Sarana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kota Matsum

Tahun 2017... 42 Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja di Wilayah

Kerja Puskesmas Kota Matsum... 43 Tabel 4.3 Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk di Wilayah

Kerja Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017... 44 Tabel 4.4 Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

Karakteristik Informan... 45

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Teori Sistem... 27 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian... 31 Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum... 37 Gambar 4.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Per

Kelurahan... 37 Gambar 4.3 Bangunan Puskesmas Kota Matsum... 38

(14)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 Komposisi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kota

Matsum Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017... 40 Grafik 4.2 Piramida Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kota

Matsum Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017... 40 Grafik 4.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut

Ijazah Tertinggi yang dimiliki tahun 2017... 41

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Matriks Wawancara Penelitian Lampiran 3. Surat Izin Penelitian FKM USU

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Medan Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Puskesmas

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Klinik Swasta Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 18 Juni 1996, dari pasangan Muji Rano Putra dan Zulfiarti. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 038 Pekanbaru pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Pekanbaru dan lulus pada tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pekanbaru dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis diterima di Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat melalui jalur SBMPTN tertulis. Selama kuliah penulis aktif di organisasi PAMI (Pergerakan Anggota Muda IAKMI) sebagai bendahara umum pada periode 2016-2017. Penulis juga mengikuti organisasi eksternal FKM yaitu WBA Medan.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia merupakan tujuan ketiga dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s). Di dalam tujuan ketiga tersebut terdapat target pada tahun 2030 Indonesia dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Program KIA masuk kembali dalam program SDG’s karena belum tercapainya target di MDG’s.

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) menjadi sangat penting dan perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada generasi mendatang, hal ini mengandung pengertian bahwa dari seorang ibu akan dilahirkan calon-calon penerus bangsa yaitu anak (Arsita Eka, 2012).

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah indikator status kesehatan dalam menerangkan derajat kesehatan masyarakat. (Badriah, 2014). Sekitar 10 juta bayi mengalami kematian di negara berkembang. Pada tahun 2030 Sustainable Development Goals ( SDG’s ) Indonesia menargetkan untuk menurunkan angka kematian bayi 12/1.000 KH , angka kematian ibu 70/100.000 KH, dan angka kematian balita 25/1.000 KH (Bappenas, 2016).

Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat adalah penurunan angka kematian bayi. Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, United Nation Children Fund (UNICEF) dan World Health

(18)

Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun. Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi lamanya pemberian ASI eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan. ASI yang diberikan selama 6 bulan terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan ( Kemenkes RI, 2014).

Pemberian ASI Eksklusif pertama kali dicanangkan pada tahun 1985, yaitu pemberian ASI kepada anak selama 0-4 bulan, kemudian melalui Permenkes No 450 tahun 2004, pemberian ASI eksklusif ditingkatkan sampai anak berumur enam bulan. Sehubungan dengan hal tersebut saat ini telah ditetapkan pada tanggal 1 Maret 2012 Peraturan Pemerintah (PP) No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif yang terdapat pada Bab III Pasal 6 menyatakan bahwa “Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada anak yang dilahirkannya”. ASI eksklusif berdasarkan PP Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).

Saat ini, upaya peningkatan pemberian ASI telah menjadi tujuan global.

Setiap tahun pada tanggal 1-7 Agustus diperingati sebagai pekan ASI sedunia.

Pada saat itu kegiatan program ASI akan dievaluasi. Di Indonesia pemerintah memberlakukan berbagai macam peraturan mengenai ASI eksklusif. Tujuan program ASI eksklusif adalah agar setiap ibu sukses menyusui dan

(19)

mempertahankan menyusui hingga dua tahun sehingga dapat menekan angka kematian neonatal dan bayi (Pedoman PP ASI, 2017).

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009, pemerintah telah membuat kebijakan Peraturan Pendukung ASI yang diatur dalam pasal 128 yaitu setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi medis, dilanjutkan dengan pasal 129 yaitu pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan ASI secara eksklusif, dan pasal 200 berisi peraturan yang menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI eksklusif akan dipidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah.

Pencapaian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2011 sebesar 54%, tahun 2012 sebesar 52%, tahun 2013 sebesar 51,07%, dan menurun pada tahun 2014 sebesar 49,7%. Hal ini menunjukkan keadaan yang cukup memprihatinkan, sehingga perlu upaya serius dan bersifat segera ke arah yang dapat meningkatkan keberhasilan program ASI eksklusif (Kemenkes RI, 2014). Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat (79,74%), diikuti oleh Sumatera Selatan (74,49%), Nusa Tenggara Timur (74,37%), sedangkan jumlah presentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di Maluku (25,21%), Jawa Barat (33,65%), Sulawesi Utara (34,67%) dan Sumatera Utara (41,26%) (Kemenkes, 2013).

Menurut Riskesdas (2013), proses mulai menyusui terbanyak terjadi pada 1-6 jam setelah kelahiran (35,2%) dan kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui dini)

(20)

sebesar 34,5%. Sedangkan proses mulai menyusui terendah terjadi pada 7-23 jam setelah kelahiran yaitu sebesar 3,7%. Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) mengatakan beberapa provinsi di Indonesia masih memiliki masalah besar untuk kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan SDKI 2012 Angka Kematian Bayi di Sumatera Utara sebesar 40 per 1000 kelahiran hidup atau sekitar 33%. Angka tersebut masih jauh dari target SDG’s 2030, yaitu AKB kurang dari 12 per 1000 kelahiran hidup (Datin Sumatera Utara, 2013).

Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara, Sumatera Utara memiliki 33 kabupaten/ kota yang terdiri dari 570 puskesmas. Kota Sibolga memiliki cakupan pemberian ASI eksklusif paling tinggi yaitu 78,58%, sedangkan Kota Medan termasuk 10 kabupaten/kota yang memiliki cakupan pemberian ASI eksklusif terendah yaitu 26,22%. Angka tersebut masih jauh dari target yang ditentukan oleh PROPENAS yaitu sebesar 80% (Profil Kesehatan Sumut,2014).

Berdasarkan Profil kesehatan Kota Medan tahun 2016 menunjukkan jumlah bayi yang ada di seluruh puskesmas (39 puskesmas) Kota Medan sebanyak 5135 bayi tetapi hanya 1589 bayi (30,9%) yang mendapat ASI eksklusif. Kecamatan Medan Area memiliki 3 puskesmas, Puskesmas Medan Area Selatan cakupan ASI Eksklusif sebesar 41,0%, Puskesmas Sukaramai cakupan ASI eksklusif sebesar 26,1%, Puskesmas Kota Matsum merupakan puskesmas yang memiliki cakupan ASI eksklusif cukup rendah.

Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Kota Matsum dari tahun 2014- 2016, tahun 2014 dari target 327 bayi (80%) cakupan hanya 20 bayi (6,27%), tahun 2015 dari target 373 bayi (80%) cakupan hanya 43 bayi (11,53%), tahun

(21)

2016 dari target 310 bayi (80%) cakupan hanya 41 bayi (10,6%), tahun 2017 dari target 246 bayi (80%) cakupan hanya 34 bayi (13,8%). Membuktikan bahwa masih sangat banyak ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dan meskipun ada bayi yang sudah diberi ASI eksklusif, tetapi sayang tidak dilanjut sampai bayinya berusia 6 bulan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2013), pemberian ASI eksklusif masih dirasakan sangat kurang dalam pengimplementasiannya, karena banyak ibu atau keluarga yang menganggap bahwa pemberian ASI eksklusif tidak mungkin karena melihat bayi yang sering menangis dianggap lapar, dan belum lagi produksi ASI si ibu kurang bisa mencukupi kebutuhan bayinya.

Berdasarkan hasil penelitian Veronika (2015), implementasi tentang pemberian ASI eksklusif di puskesmas masih rendah dan pelaksanaan IMD belum optimal, hal ini dikarenakan petugas kesehatan kurang mengikuti sosialisasi dan pelatihan, tawaran penyediaan susu formula masih susah dikendalikan karena kurangnya pengawasan dari pihak penanggung jawab sehingga peraturan pemerintah tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI sangat sempurna dan sangat sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi (Badriah, 2014). Semua tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif yang mengacu kepada Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) sesuai dengan Kepmenkes No 450 tahun 2004.

(22)

Hasil penelitian yang dilakukan Hutasoit (2017) dapat dilihat bahwa tenaga kesehatan puskesmas khususnya petugas KIA masih kurang melakukan tugas dalam melaksanakan (LMKM), kurang dalam memperkenalkan ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan, dan kurang dalam melakukan penyuluhan-penyuluhan ke masyarakat. Penyuluhan yang dilakukan juga hanya melalui posyandu dan itu dirasakan kurang maksimal, karena masih banyak ditemukan ibu-ibu yang belum mengetahui pemberian ASI eksklusif dan manfaat jika diberikan pada bayinya, dilain kondisi walaupun sudah tahu apa itu ASI eksklusif dan manfaatnya pada bayi tapi masih tetap tidak dapat memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan dengan alasan produksi ASI nya sedikit.

Maritalia (2014), petugas kesehatan memiliki peranan yang sangat penting dan istimewa dalam menunjangan pemberian ASI dan keberhasilan menyusui.

Peran petugas kesehatan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik. Faktor pemungkin (enabling factors) gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya penyuluhan atau pengarahan tentang ASI eksklusif dari posyandu, puskesmas, dan masih ada pemberian susu formula sebagai prelaktal, sedangkan faktor penguat (reinforcing factors) gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya penyuluhan atau pengarahan dari bidan seputar menyusui saat memeriksakan kehamilan.

Kegiatan promosi ASI yang dilakukan di Puskesmas Kota Matsum hanya berupa kegiatan penyuluhan kelas ibu hamil dan ibu balita yang dijadwalkan sekali sebulan setiap hari Kamis pada minggu ke-4 ditiap bulannya. Peneliti juga mewawancarai beberapa ibu menyusui, mereka mengatakan tidak memberikan

(23)

ASI eksklusif karena bekerja, produksi ASI yang tidak cukup, masih banyak ibu yang menganggap bayi pada usia 4 bulan tidak cukup hanya diberikan ASI sehingga ibu memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan.

Program ASI eksklusif merupakan salah satu program gizi yang termasuk 5 program esensial Puskesmas Kota Matsum. Ketersediaan dana, sarana dan prasarana seperti ruangan khusus laktasi yang memerlukan peralatan untuk memerah dan menyimpan ASI, leaflet dan poster saat penyuluhan, menjadi input untuk mendukung kegiatan program ASI eksklusif.

Berdasarkan latar belakang tersebut menumbuhkan keinginan peneliti untuk meneliti bagaimana implementasi program ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah:

1. Bagaimana ketersediaan input (SDM, sarana dan prasarana, dana) dalam pelaksanaan program ASI eksklusif?

2. Bagaimana pelaksanaan proses kegiatan program ASI eksklusif?

3. Bagaimana cakupan program ASI eksklusif?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan input (SDM, sarana dan prasarana, dana) dalam pelaksanaan program ASI eksklusif di Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area.

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan proses kegiatan program ASI eksklusif di Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area.

(24)

3. Untuk mengetahui bagaimana cakupan program ASI eksklusif di Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan tentang pelaksanaan program ASI eksklusif di Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area.

2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Kota Matsum dalam melaksanakan program ASI eksklusif dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif.

3. Sebagai bahan informasi dan pengembangan wawasan keilmuan dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian berkelanjutan.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Progam ASI Eksklusif

2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif

Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. ASI adalah minuman yang dianjurkan untuk semua neonatus, termasuk bayi prematur. ASI memiliki manfaat nutrisi, imunologis dan fisiologis dibandingkan dengan susu formula atau susu jenis lainnya.

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal (setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-buahan, biskuit, bubur, susu, bubur nasi, dan nasi tim (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (PP RI No. 33 Tahun 2012).

2.1.2 Manfaat ASI Eksklusif

ASI eksklusif memiliki manfaat yang sangat banyak bagi bayi maupun bagi ibu, antara lain:

(26)

1. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Bayi

Berbagai keunggulan yang terdapat pada ASI memberikan banyak manfaat pada bayi.

a. Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi

Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain: lemak, karbohidrat, protein, garam, dan mineral serta vitamin. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan, kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua (Martalia,2014).

b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang didapat dari ibunya melalui plasenta. Tetapi, segera setelah bayi lahir kadar zat ini akan turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi immunoglobulin dalam jumlah yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan menurun, sementara produksi sendiri belum mencukupi, bisa muncul kesenjangan immunoglobulin pada bayi. ASI berperan bisa menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesenjangan yang mungkin timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur.

colostrum (cairan pertama yang mendahului ASI) mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak dari ASI.

(27)

c. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.

Pada saat bayi kontak kulit dengna ibunya, maka akan timbul rasa aman dan nyaman bagi bayi. Perasaan ini sangat penting untuk menimbulkan rasa percaya (basic sence of trust) (Martalia,2014).

d. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik.

Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki tumbuh kembang yang baik.

Hal ini dapat dilihat dari kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan otaknya.

e. Mengurangi kejadian caries dentis.

Insidensi caries dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI. Kebiasaan menyusui dengan botol atau dot akan menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula sehingga gigi menjadi lebih asam.

f. Mengurangi kejadian maloklusi.

Penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusui dengan botol dan dot.

g. Terhindar dari alergi

Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

(28)

h. ASI meningkatkan kecerdasan bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI Eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

2. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Ibu a. Aspek kesehatan ibu

Hisapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin yang membantu involusi uteri dan mencegah terjadinya pendarahan pasca persalinan, mengurangi prevalensi anemia dan mengurangi terjadinya karsinoma indung telur dan mammae, mengurangi angka kejadian osteoporosis dan patah tulang panggul setelah menopouse, serta menurunkan kejadian obesitas karena kehamilan (Martalia,2014).

b. Aspek keluarga berencana

Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. Hormon yang mempertahankan laktasi menekan ovulasi sehingga dapat menunda terjadinya ovulasi. Menyusui secara eksklusif dapat digunakan sebagai kontrasepsi alamiah yang sering disebut Metode Amenorrhea Laktasi (MAL).

(29)

c. Aspek psikologis

Perasaan bangga dan dibutuhkan membuat ibu senantiasa memperhatikan bayinya sehingga tercipta hubungan atau ikatan batin antara ibu dan bayi (Martalia, 2014).

d. Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

3. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Keluarga a. Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

(30)

b. Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

c. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan di mana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain.

4. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah.

Kejadian diare paling tinggi terdapat anak di bawah 2 tahun dengan penyebab rotavirus. Anak yang tetap diberikan ASI, mempunyai volume tinja lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit, serta lebih cepat sembuh dibanding anak yang tidak mendapat ASI.

Bagi bayi yang diberi ASI ternyata juga terlindungi dari diare karena kontaminasi makanan yang tercemar bakteri lebih kecil, mendapatkan antibodi terhadap shigela dan imunitas seluler dari ASI, memacu pertumbuhan flora usus yang berkompetisi terhadap bakteri. Adanya

(31)

antibodi terhadap Helicobacter jejuni dalam ASI melindungi bayi dari diare oleh mikroorganisme tersebut. Anak yang tidak mendapat ASI mempunyai resiko 2-3 kali lebih besar menderita diare karena Helicobacter jejuni dibanding anak yang mendapat ASI (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

b. Menghemat devisa negara

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

c. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat susu formula.

d. Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

2.1.3 Alasan Pemberian ASI Eksklusif Selama 6 Bulan

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009) terdapat 6 alasan pemberian ASI eksklusif selamat 6 bulan itu pentig, yaitu:

1. Sistem imun bayi berusia kurang dari 6 bulan belum sempurna. MPASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman terutama bila makanan disajikan secara tidak higienis.

(32)

2. Pada 6 bulan pertama kehidupan organ pencernaan bayi masih belum matang sehingga membutuhkan asupan gizi yang mudah dicerna. Saat bayi berumur 6 bulan keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MPASI.

3. Mengurangi resiko terkena alergi. Saat bayi berumur kurang dari 6 bulan sel-sel di sekitar usus belum siap untuk kandungan dari makanan sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.

4. Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari akibat proses pemecahan sari-sari makanan yang belum sempurna.

5. Masa kehamilan hingga bayi berusia 2 tahun merupakan periode pertumbuhan otak yang paling cepat. Periode ini disebut periode lompatan pertumbuhan otak yang cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi bayi secara langsung dapat memengaruhi pertumbuhan, termasuk pertumbuhan otak.

Pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan akan mengoptimalkan kecerdasan bayi diusia selanjutnya.

6. Apabila bayi diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, bayi akan sering berada dalam dekapan ibu. Bayi akan mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.

(33)

2.1.4 Pengertian Program ASI Eksklusif

Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Program kesehatan diadakan sebagai realisasi dari rencana program kesehatan di bidang kesehatan yang akan memberikan dampak pada peningkatan kesehatan. Program ASI eksklusif merupakan salah satu program kesehatan keluarga dan gizi. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang utama yang wajib diberikan pada semua bayi yang baru dilahirkan. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang utama dan wajib diberikan pada semua bayi yang baru dilahirkan.

Menindaklanjuti anjuran WHO, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif Pada Bayi (sejak lahir sampai umur 6 bulan). Hal ini dapat dilaksanakan dengan menerapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan adanya keharusan tenaga kesehatan memberikan informasi kepada semua ibu yang melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif dengan mengacu pada 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM).

Tiga kementrian juga mendukung upaya tersebut dalam wujud terbitnya Peraturan bersama antara Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (Nomor 48/Men PP/XII/2008), Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (PER.27/MEN/XII/2008) dan Menteri Kesehatan (1177/Menkes/PB/XII/2008) tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja. Kementerian kesehatan menetapkan salah satu indikator pelaksanaan surveilans gizi adalah program pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan dengan pencapaian target sebesar 80% yang dapat dicapai pada tahun 2014.

(34)

Rendahnya pencapaian tersebut tentu menimbulkan pertanyaan mengingat banyaknya manfaat yang diperoleh jika semua bayi mendapatkan ASI eksklusif.

Dukungan pemerintah mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan suatu program, salah satu bentuk dukungan terhadap program pemberian ASI eksklusif selain peraturan bersama tiga kementrian adalah dikeluarkannya PP No. 33 tahun 2012 meliputi 10 Bab dan 43 Pasal tentang pemberian ASI eksklusif, khususnya pada bab I pasal 1 ayat 2. Peraturan ini memberikan memberikan jaminan pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak 0 sampai 6 bulan, jaminan perlindungan ibu dalam memberikan ASI eksklusif, meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat dan pemerintah, serta adanya sanksi administrasi pada setiap tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan peraturan tersebut.

Program ASI eksklusif sendiri baru digiatkan kembali pada tahun 2010 (salah satu indikator kinerja surveilans gizi). Secara keseluruhan program ini telah berjalan lebih dari 10 tahun, namun hingga akhir tahun 2014 target yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan RI, sulit dicapai.

2.1.5 Pengertian Program ASI Ekslusif di Puskesmas

Dalam meningkatkan penggunaan ASI, masalah utama dan prinsipal adalah bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung, sehingga menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya dengan sukses, ditambah lagi pada umumnya para ibu mau patuh dan menurut nasehat petugas kesehatan sehingga nasehat yang diberikan oleh petugas akan diikuti oleh ibu-ibu untuk menyusui sendiri bayinya.

(35)

Sesuai dengan Juklak Depkes tahun 2007 tugas ini hanya akan berdampak positif bila petugas kesehatan berpengetahuan cukup. Mengenai cara memberikan informasi yang diperlukan serta mendidik ibu dalam mengatasi masalah yang timbul serta didukung oleh kebijakan yang sesuai dengan Permenkes Nomor : 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), pengetahuan petugas sangat tergantung pada pengetahuan yang diterima selama pendidikan, ditambah pengetahuan selama bekerja melalui kontak dengan petugas kesehatan lainnya.

Program ASI eksklusif di puskesmas merupakan salah satu pelaksanaan program pembangunan kesehatan yang bertujuan menurunkan angka kematian bayi dan anak di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan diadakannya gerakan nasional peningkatan pemberian ASI eksklusif melalui Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012. Sejalan dengan itu kampanye dan penyuluhan PP-ASI perlu dilaksanakan lebih intensif lagi agar persentase ibu-ibu yang menyusui ekslusif dapat meningkat.

Dalam pelaksanaan program ASI eksklusif di puskesmas selalu berpedoman pada pelaksanaan Permenkes Nomor : 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) dimana tertuang didalamnya pokok-pokok kebijaksanaan peningkatan pemberian ASI secara eksklusif.

1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.

(36)

2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hai pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penata laksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.

5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.

8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KPASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/ Sarana Pelayanan Kesehatan.

2.1.6 Kegiatan Program ASI Eksklusif 1. Pelaksanaan Kelas ASI Ekslusif

(37)

Pelaksanaan kelas ASI eksklusif berupa serangkaian kegiatan antara lain pendataan sasaran, pembentukan kelas ASI, Pemberian materi dan konseling menyusui, pembuatan contoh makanan pendamping ASI dengan bahan lokal serta monitoring dan evaluasi. Berdasarkan serangkaian kegiatan tersebut, bayi yang menjadi peserta dalam kelas ASI secara tidak langsung mendapatkan pendampingan dalam pelaksanaan pemberian ASI hingga tercapainya ASI eksklusif hingga 6 bulan penuh.

a. Pendataan Sasaran

Pendataan sasaran dilaksanakan oleh bidan desa. Sasaran adalah ibu beserta bayinya (bayi usia 0-5 bulan 29 hari) dan ibu hamil trimester akhir.

b. Pembentukan Kelas ASI Eksklusif

Pembentukan kelas ASI Eksklusif dipandu oleh bidan desa dan tenaga KIA puskesmas, akan lebih baik bila didampingi oleh penggerak PKK di desa masing-masing. Setiap kelas terdiri dari 12-15 orang ibu hamil trimester akhir dan atau ibu menyusu1 (bayi usia 0-5 bln 29 hari).

c. Pemberian Materi dan Konseling Menyusui

Materi-materi yang akan disampaikan dalam kelas ASI eksklusif antara lain :

1) Pentingnya ASI dan menyusui.

2) Tatalaksana Inisiasi Dini Menyusui (IMD)

3) Ringkasan perbedaan antara susu sapi, susu formula dan ASI.

4) Kandungan dan kegunaan kolostrum.

5) Bahaya pemberian susu formula.

(38)

6) Anatomi payudara.

7) Penghambat produksi ASI.

8) Pelekatan yang baik dan akibat pelekatan yang tidak baik.

9) Kiat-kiat sukses menyusui.

10) Kiat menyusui untuk wanita pekerja.

11) Teknik yang tepat menyimpan ASI di rumah.

Selain materi-materi di atas, tenaga puskesmas juga melayani konsultasi mengenai masalah-masalah dalam menyusui yang sering kali dihadapi oleh anggota kelas tersebut. Konseling tersebut dapat dilakukan langsung dalam pelaksanaan kelas ASI eksklusif dengan metode diskusi disertai dengan pemecahan masalah-masalah yang dipaparkan oleh peserta.

d. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilaksanakan oleh petugas dengan mengisi check list/blanko monitoring kelas ASI eksklusif. Evaluasi dilakukan setiap selesai siklus dengan memperhatikan pelaksanaan pada siklus sebelumnya.Selain itu juga mempertimbangkan apakah metode yang dilaksanakan dalam pemberian materi dan konsultasi ataupun dalam pendekatan masyarakat sudah sesuai dengan kondisi masyarakat tersebut.

2. Indikator Keberhasilan

Adapun indikator keberhasilan program kelas ASI eksklusif ini antara lain : 1. Meningkatnya cakupan bayi yang mendapatkan ASI.

2. Meningkatnya cakupan bayi dengan ASI eksklusif hingga usia 5 bulan 29 hari.

(39)

2.1.7 Pengertian Implementasi Program

Implementasi program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan. Program merupakan salah satu komponen dalam suatu kebijakan.

Program merupakan upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan. Terdapat tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan program yaitu :

1. Pengorganisasian

Struktur oganisasi yang jelas diperlukan dalam mengoperasikan program sehingga tenaga pelaksana dapat terbentuk dari sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas.

2. Interpretasi

Pelaksana harus mampu menjalankan program sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

3. Penerapan atau Aplikasi

Perlu adanya pembuatan prosedur kerja yang jelas agar program kerja dapat berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan sehingga tidak berbenturan dengan program lainnya.

2.2 Puskesmas

2.2.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas merupakan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut

(40)

Permenkes No. 75 tahun 2014, puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya pelayanan kesehatatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan peventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah kerjanya. Program kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas merupakan program pokok (public health essential) yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah untuk melindungi penduduknya, termasuk mengembangkan program khusus untuk penduduk miskin (Muninjaya, 2011).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin, golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Permenkes No. 75 Tahun 2014).

2.2.2 Tujuan Puskesmas

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:

1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat.

(41)

2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.

3. Hidup dalam lingkungan sehat.

4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2.2.3 Fungsi Puskesmas

Menurut Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, dalam melaksanakan tugasnya puskesmas menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas berwenang untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

(42)

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas berwenang untuk:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif.

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi.

f. Melaksanakan rekam medis.

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan.

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan.

(43)

2.3 Teori Sistem

2.3.1 Pengertian Teori Sistem

Teori sistem dalam manajamen dikembangkan sejak awal tahun 1960-an untuk memenuhi kebutuhan perubahan lingkungan manajemen. Sistem adalah suatu rangkaian komponen atau bagian yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai tujuan yang jelas. Generik sebuah sistem adalah input, process, output. Effect dan outcome adalah bagian dari output yang terkait dengan lingkungan. Pendekatan sistem digunakan oleh manajer untuk mengantisipasi perubahan lingkungan manajemen secara holistik dan komprehensif. Perubahan lingkungan manajemen muncul sebagai akibat pesatnya penggunaan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas pelayanan kesehatan (Muninjaya, 2011).

Hubungan elemen-elemen dalam sistem dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Teori Sistem

Dalam program kesehatan, komponen sebuah sistem terdiri dari masukan (input), proses (process), keluaran (output), effect dan out-come/impact (Muninjaya, 2011).

Umpan Balik

Outcome Effect

Output Process

Input

Lingkungan

(44)

a. Masukan (input) dalam program kesehatan terdiri dari 6 M yaitu : Man (staf), Money (dana untuk kegiatan program), Material (peralatan yang dibutuhkan, termasuk logistik), Method (ketrampilan, prosedur kerja, peraturan, kebijaksanaan, dsb), Minute (jangka waktu pelaksanaan kegiatan program), Market (sasaran masyarakat yang akan diberikan pelayanan program serta persepsinya).

b. Proses (process) terdiri dari Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan dan Pelaksanaan program, pengawasan dan pengendalian untuk kelancaran kegiatan dari program kesehatan.

c. Keluaran (output) dapat berupa cakupan kegiatan program.

d. Effect yaitu perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang diukur dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.

e. Outcome (impact) merupakan dampak program yang diukur dengan peningkatan status kesehatan masyarakat yaitu : tingkat dan jenis morbiditas (kejadian sakit), mortalitas (tingkat kematian spesifik berdasarkan sebab penyakit tertentu, serta indikator yang paling peka untuk menentukan status kesehatan di suatu wilayah.

2.3.1 Teori Sistem dalam Program ASI Eksklusif 1. Masukan (Input)

a. Sumber Daya Manusia

Menurut Sondang P. Siagian (2014) sumber daya manusia adalah aset yang sangat penting untuk menjamin kelancaran dan keberhasilan suatu usaha,

(45)

sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu faktor produksi dalam usaha keberhasilan program kesehatan. Pengelolaan sumber daya manusia yang tepat hanya dapat dilakukan apabila manusia yang dikelola adalah manusia yang mau belajar, mau bekerja sama, dan mau dikelola oleh puskesmas, selain sumber daya manusia juga harus memiliki keterampilan dan keahilan di bidang masing-masing.

b. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (KBBI).

Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang jenis, jumlah, dan mutunya sesuai dengan kebutuhan dapat juga mendorong keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. Suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan sempurna tanpa adanya sarana maupun prasarana untuk menggerakkan sumber daya lainnya dalam organisasi.

c. Biaya Operasional dan Anggaran

Menurut Muninjaya (2011) anggaran yang digunakan untuk mendukung pengembangan kegiatan program puskesmas terdiri dari dana rutin (gaji pegawai) dan dana operasional untuk masing-masing program. Dana operasional diarahkan untik menunjang pelaksanaan kegiatan program oleh masing-masing staf pelaksana program. Alokasinya digunakan untuk biaya kunjungan pembinaan ke lapangan, pemeliharaan, dan pembelian alat penunjang kegiatan rutin program dan sebagainya.

(46)

2. Proses (Process)

Proses (Process) adalah semua kegiatan sistem. Melalui proses akan diubah input menjadi output. Proses dari program kesehatan adalah semua kegiatan yang meliputi program mulai dari persiapan, tempat, kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dilakukan oleh staf puskesmas dan kader kesehatan.

Semua kegiatan yang ada di puskesmas antara lain penyuluhan dan promosi ASI eksklusif, pelaksanaan kelas ibu hamil dan ibu balita, konseling dan edukasi ASI eksklusif.

a. Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Dalam Marzuki (2008), penyuluhan adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan non formal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan keterampilan, dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih untuk mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahannya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan.

Promosi kesehatan adalah upaya perubahan atau perbaikan perilaku dibidang kesehatan disertai dengan upaya memengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan

(47)

Promosi kesehatan ASI eksklusif pada ibu menyusui merupakan upaya perubahan perilaku yang dapat berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi yang diberikan ASI eksklusif. Secara nasional promosi kesehatan ASI ekskusif diselenggarakanya Pekan ASI sedunia yang dilaksanakan setiap tahun pada bulan Agustus minggu pertama.

b. Pelaksanaan kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, melalui praktik dengan menggunakan KIA (Depkes, 2009).

Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemeuhan pelayanan kesehatan, gizi, dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator, dalam hal ini digunakan buku KIA.

c. Menurut Tolbert dalam Prayitno dan Erman (2009) dalam Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan seorang ahli disebut konselor atau pembimbing kepada sasaran (dalam hal ini ibu menyusui) yang mengalami suatu masalah. Edukasi merupakan proses pembelajaran untuk mengembangkan kepribadian, kecerdasan ibu-ibu agar lebih memahami mengenai ASI eksklusif.

3. Keluaran (Output)

Keluaran (output) adalah hasil langsung suatu sistem. Output dari program

(48)

2.4 Kerangka Pikir

Kerangka pikir implementasi Program ASI Eksklusif dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian Adapun definisi istilah pada penelitian ini adalah:

1. Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan program ASI eksklusif meliputi SDM, sarana dan prasarana, serta biaya operasional/anggaran.

a. Sumber daya manusia adalah tenaga kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan yang terlibat dalam pelaksanakan program ASI eksklusif, yaitu petugas puskesmas dan kader posyandu.

b. Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program ASI eksklusif, seperti buku pedoman kader, KMS, pojok ASI, ruangan penyuluhan.

c. Biaya operasional/anggaran adalah dana yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan program ASI eksklusif.

2. Proses adalah seluruh kegiatan dari program ASI eksklusif yaitu penyuluhan dan promosi ASI eksklusif, kelas ibu hamil dan ibu balita, konseling dan edukasi ASI eksklusif.

Masukan (Input):

1. Sumber Daya Manusia 2. Sarana dan Prasarana 3. Biaya

Operasional/Anggaran

Keluaran (Output):

Cakupan Program ASI Eksklusif Proses (Process):

1. Penyuluhan dan Promosi ASI eksklusif

2. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil dan Ibu Balita 3. Konseling dan Edukasi

Asi Eksklusif

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu fakta, gejala, realita secara lebih jelas dan mendalam. (Sugiyono, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena masih rendahnya cakupan dan implementasi program ASI eksklusif pada tahun 2017 yaitu sebesar 13,8%.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2018 – Mei 2018 3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini diambil secara purposive (bertujuan), yaitu teknik pengambilan informan dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif (Sugiyono,2012). Kriteria pemilihan informan yang dapat mewakili dinas kesehatan, pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan ASI eksklusif, kader posyandu, klinik swasta yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum. Informan

(50)

akan diberikan pertanyaan mengenai pelaksanaa program ASI eksklusif sesuai dengan tupoksi dan fungsinya. Adapun informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Informan

No Informan Jumlah

1. Kepala Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Medan

1 Informan

2. Kepala Puskesmas Kota Matsum 1 Informan

3. Petugas Gizi Puskesmas Kota Matsum 1 Informan

4. Klinik Swasta 1 Informan

5. Kader Posyandu 6 Informan

6. Ibu Menyusui 0-6 bulan (berhasil ASI dan tidak) 2 Informan 7. Ibu Menyusui 6-9 bulan (berhasil ASI dan tidak) 2 Informan

Jumlah 14 Informan

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini memperoleh informasi berupa data primer dan sekunder.

a. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan dengan menggunakan alat perekam suara (voice recorder) dan mengacu pada pedoman wawancara yang telah disusun berkaitan dengan pelaksanaan program ASI Eksklusif.

(51)

b. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Kota Matsum serta referensi dari buku-buku dan hasil penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan program ASI Eksklusif.

3.5 Instrumen Penelitian

Sesuai karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Wawancara mendalam (indepth interview) peneliti menggunakan pedoman wawancara mendalam disertai dengan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan menggunakan alat bantu berupa recorder untuk merekam suara dan handphone untuk mengambil gambar, notes, dan alat tulis.

3.6 Triangulasi

Triangulasi yaitu merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan melakukan pengecekan atau perbandingan terhadap data yang diperoleh dengan sumber atau kriteria lain untuk meningkatkan keabsahan data.

Untuk menjaga validitas data maka dilakukan dengan triangulasi sumber yang berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2012).

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu menjadi hipotesis.

(52)

Miles dan Huberman, sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2012), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data antara lain data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan pola, serta membuang yang tidak perlu. Saat mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah temuan.

b. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchat, dan sebagainya. Menyajikan data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Conclusion Drawing/Verification (Kesimpulan)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang sudah ditentukan, tetapi mungkin juga tidak. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Kota Matsum terletak di Jalan Amaliun No. 75, yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Kelurahan Sei Rengas II.

2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kelurahan Pasar Merah Timur.

3. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kelurahan Sukaramai I dan II.

4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kelurahan Kota Matsum III.

Puskesmas Kota Matsum berada di Kecamatan Medan Medan Area, memiliki luas wilayah 112.40 Ha yang terbagi menjadi empat wilayah kerja, yaitu : Kelurahan Kota Matsum I, Kota Matsum II, Kota Matsum IV dan Sei Rengas Permata. Peta wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum dapat dilihat dari gambar di bawah ini :

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum

(54)

Gambar 4.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Per Kelurahan Kecamatan Medan Area

Sumber: Profil Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

Bangunan Puskesmas Kota Matsum belum memenuhi standar Permenkes No. 75 Tahun 2014, sehingga hal ini sangat menghambat proses pelayanan kesehatan, namun karena letak Puskesmas Kota Matsum yang strategis yang berada di perkotaan sehingga mudah dijangkau dengan alat transportasi. Berikut ini gambar bangunan Puskesmas Kota Matsum dilihat dari tampilan depan.

Gambar 4.3. Bangunan Puskesmas Kota Matsum Sumber: Profil Puskesmas Kota Matsum Tahun 2017

(55)

4.2 Keadaan Demografis

4.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Medan adalah 33.713 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 29.573 jiwa/km2. Daerah yang lebih banyak penduduknya adalah Kelurahan Kota Matsum I yang mempunyai penduduk berjumlah 12.008 jiwa dengan kepadatan penduduk 35.318 jiwa/km2 (Luas Wilayah : 0,34 km2) sedangkan daerah yang paling sedikit penduduknya adalah Kelurahan Sei Rengas Permata, dengan jumlah penduduk sebesar 3.744 jiwa dengan kepadatan penduduk 14.400 jiwa/km2 (Luas Wilayah : 0,26 km2).

Jumlah rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum sebesar 9.113 dengan jumlah rumah tangga lebih banyak pada Kelurahan Kota Matsum I sebesar 2859 rumah tangga dengan rata – rata jiwa per rumah tangga sebesar 4,20 sedangkan jumlah rumah tangga yang paling sedikit adalah Kelurahan Sei Rengas Permata sebesar 1027 rumah tangga dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebesar 3,65.

4.2.2 Komposisi Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum dilihat dari komposisi berdasarkan jenis kelamin memperlihatkan bahwa jumlah penduduk perempuan dengan laki-laki tidak terlalu jauh perbedaannya yaitu penduduk perempuan 16.909 orang (50,15%) dan laki-laki 16.804 orang (49,85%), dengan ratio jenis kelamin (sex ratio) 99,36 yang berarti bahwa terdapat 99 laki-laki di antara 100 perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik 4.1

Gambar

Gambar 2.1 Teori Sistem
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian  Adapun definisi istilah pada penelitian ini adalah:
Gambar 4.1  Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum
Gambar 4.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Per  Kelurahan  Kecamatan Medan Area
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kesimpulan, kesimpulan dari karya ilmiah ini adalah semua pasien (Ny.R, Nn.Sa, Ny.Su) mengalami peningkatan terhadap kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi. Saran, saran

Karna harga pesanan yang dihitung metode full costing lebih efisien karna semua unsure biaya di masukan kedalam perhitungan harga jual sehingga mendapatkan hasil harga yang

[r]

Kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan yang berkesinambungan antara lain dengan memperbesar volume penjualan yang nantinya akan meningkatkan laba. Untuk menaikkan volume

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah, telah

Dalam menyusun penulisan ilmiah ini, penulis membatasi masalah hanya pada perhitungan biaya depresiasi dan akuntansi depresiasi aktiva tetap berwujud yang berupa mesin las dan

3) Tidak selalu memberikan gambaran obyek yang seharusnya (R. Ibrahim dan Nana Syahodih, 1993 : 82) Kelemahan-kelemahan yang diuraikan di atas hendaknya dapat diatasi

Bahwa pada tanggal 12 Januari 2010, Saksi mendapat perintah dari Pasi Intel Yonif 754/ENK (Lettu Inf.Fery) untuk membantu melakukan pencarian terhadap Terdakwa