• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPRESIF STRUKTUR KALIMAT PADA ANAK TUNARUNGU KELAS V DI SLBN 02 LENTENG AGUNG JAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPRESIF STRUKTUR KALIMAT PADA ANAK TUNARUNGU KELAS V DI SLBN 02 LENTENG AGUNG JAKARTA."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPRESIF STRUKTURKALIMAT PADA ANAK TUNARUNGU KELAS V DI SLBN 02 LENTENG AGUNG JAKARTA

(PenelitianEksperimendenganDesainSingle Subject Research (SSR)padaSiswaTunarungu kelas V di SLBN 02 LentengAgung Jakarta)

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhiSebagian SyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan

Departemen PendidikanKhusus

Oleh

DWI PURWANTI

1106485

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PADA ANAK TUNARUNGU KELAS V DI SLBN 02 LENTENG AGUNG JAKARTA (PenelitianEksperimendenganDesainSingle Subject Research (SSR)padaSiswaTunarungu

kelas V di SLBN 02 LentengAgung Jakarta)

JURNAL

DiajukanUntukMemenuhiSebagiandariSyaratMemperoleh GelarSarjanaPendidikanJurusanPendidikanKhusus

Oleh

DWI PURWANTI

1106485

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(3)

kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta)

Oleh Dwi Purwanti

1106485

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Dwi Purwanti, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(4)

PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPRESIF STRUKTUR KALIMAT PADA ANAK TUNARUNGU KELAS V DI SLBN 02 LENTENG AGUNG JAKARTA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. Budi Susetyo,M. Pd NIP.195809071987031001

Pembimbing II

Dr. H Dudi Gunawan, M.Pd NIP.196211211984031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

(5)

Gambar 2.2 Kartu bergambar kegiatan sehari-hari …………....……. 31

Gambar 2.3 Tempat/wadah ……….. 31

(6)

viii

Dwi Purwanti, 2014

Penggunaan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta (penelitian eksperimen dengan desain single subject research (SSR) pada siswa tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ………. i

ABSTRAK …...……….. ii

KATA PENGANTAR ……….………. iii

DAFTAR ISI ………..………... viii

DAFTAR TABEL …………...……… xi

DAFTAR GAMBAR ………...……….. xiii

DAFTAR GRAFIK ……….……….………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .……….. 1

B. Identifikasi Masalah ……..…...………... 5

C. Batasan Masalah …………...………..…………. 6

D. Rumusan Masalah ………...………..……….. 6

E. Tujuan dan Kegunaan ……….……….... 6

1. Tujuan Penelitian ………..……….………... 6

2. Kegunaan Penelitian ……..………... 6

F. Variabel Penelitian …………..………... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Ketunarunguan ……...…………..………. 10

1. Pengertian Anak Tunarungu ………...…..……… 10

2. Klasifikasi Ketunarunguan …………...…..………….. 12

3. Dampak Ketunarunguan ………...……...………. 14

(7)

ix

Dwi Purwanti, 2014

Penggunaan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta (penelitian eksperimen dengan desain single subject research (SSR) pada siswa tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian Kalimat ………...……...………...……….. 17

2. Kemampuan Ekspresif Anak Tunarungu Dalam Membuat Kalimat ………... 19

4. Langkah – langkahPembelajaran Media Kartu Kata Bergambar ….……… 30

D. Penelitian Yang Relevan ……….…………. 33

E. Kerangka Berfikir ……… 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ………... 36

B. Subjek Penelitian ………....………. 39

C. Teknik Pengumpulan Data ……….. 39

D. Instrumen Penelitian ………....……… 40

E. Prosedur Penelitian ……….. 44

F. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ……….. 46

(8)

x

Dwi Purwanti, 2014

Penggunaan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta (penelitian eksperimen dengan desain single subject research (SSR) pada siswa tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……….…………...………. 56

B. Analisis Data Hasil Penelitian ….………. 62

1. Analisis Dalam Kondisi ……….……….. 63

2. Analisis Antar Kondisi ………..………...……… 74

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….……… 79

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……….... 83

B. Rekomendasi ………..………… 84

C. Penutup ………...…….………..……… 85

DAFTAR PUSTAKA ………. 86

(9)

ii

Dwi Purwanti, 2014

Penggunaan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta (penelitian eksperimen dengan desain single subject research (SSR) pada siswa tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu JAKARTA

Oleh : Dwi Purwanti (1106485)

Penelitian ini diangkat dari fenomena di lapangan dan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian “apakah penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu di SLBN

02 Lenteng Agung Jakarta?”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penggunaan

media kartu kata bergambar dalam meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat anak tunarungu sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Subjek dalam penelitian ini yaitu seorang anak tunarungu di SLBN 02 Jakarta yang mengalami kesulitan dalam mengekspresifkan kalimat dengan struktur yang baik dan benar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain Single Subject Research (SSR). Penelitian dilaksanakan sebanyak 16 sesi pertemuan. Hasil yang diperoleh dari penggunaan media kartu kata bergambar ialah pembelajaran yang diberikan lebih dapat menarik anak melalui media visual berupa gambar kegiatan sehari-hari, dan perubahan anak tunarungu yang awalnya mengekspresifkan hanya kata atau kalimat yang belum terstruktur dengan baik, setelah diberikan pembelajaran menggunakan media kartu kata bergambar terlihat adanya peningkatan pada kemampuan ekspresif struktur kalimat anak tunarungu, yaitu dengan indikator : 1. anak mampu menunjukkan kalimat berstruktur S-P-O, 2. anak mampu menyusun kalimat berstruktur S-P-O, 3.anak mampu mengucapkan kalimat yang berstruktur S-P-O dari suatu kegiatan yang terjadi sehari-hari secara lisan.Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis grafik, dimana peneliti mengamati grafik-grafik perkembangan kemampuan ekspresif struktur kalimat berpola S-P-O pada subjek. Hasil analisis data diperoleh gambaran bahwa kemampuan ekspresif subjek meningkat, hal ini dapat dilihat dari skor mean level. Berdasarkan data di atas peningkatan tersebut menunjukkan bahwa media kartu kata bergambar dalam penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat dengan baik. Penelitian ini dapat memberikan alternatif strategi pembelajaran, khususnya guru yang mengajar anak tunarungu untuk dapat meningkatkan pembelajaran bahasa reseptif dan ekspresif dengan menggunakan media kartu kata bergambar.

(10)

1 Dwi Purwanti, 2014

Penggunaan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta (penelitian eksperimen dengan desain single subject research (SSR) pada siswa tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri karena selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai makhluk sosial, manusia dituntut memiliki berbagai keterampilan, salah satunya adalah keterampilan berkomunikasi, baik secara verbal maupun non verbal.Mekanisme interaksi memanfaatkan modalitas bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi.Interaksi sosial menurut Bonner dalam (http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/) merupakan“suatu hubungan antara dua individu atau lebih,dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”.Serta komunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia dalam hidupnya, melalui interaksi dalam konteks interaksi sosial maka individu akan termotivasi untuk melakukan komunikasi.

(11)

Perkembangan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan kecerdasan anak.Melalui lingkungan anak belajar bagaimana mengungkapkan sesuatu melalui bahasa.Lingkungan yang mendukung tahap perkembangan bahasa anak yaitu orangtua dan anggota keluarga lainnya, yang berada dekat dengan dirinya. Apabila lingkungan (keluarga, masyarakat, dan sekolah) tidak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan interaksi dan mengungkapkan keinginan/maksudnya untuk berani berbicara, maka lingkungan (keluarga, masyarakat, dan sekolah) tersebut kurang menguntungkan bagi perkembangan bahasa anak tunarungu, sehingga anak tunarungu tidak terbiasa dan tidak terlatih untuk bicara dengan lingkungannya. Untuk mengadakan interaksi dengan sesama/lingkungannya yang diperlukan anak tunarungu ialah bahasa terutama bahasa verbal.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan sesamanya.Bahasa mempunyai fungsi dan peranan pokok sebagai media untuk berkomunikasi.Penguasaan struktur dan pola kalimat akan menjadi hal yang sangat penting bila kita sedang berkomunikasi, karena setiap pesan yang disampaikan dalam bentuk kalimat baik secara lisan maupun tulisan akan mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

(12)

tunarungu perlu secepatnya diberi pendidikan bahasa/bicara seperti yang diungkapkan Ni Made Sri Utami (1977) yang di kutip oleh Sadja’ah,E

(2003:48) bahwa : “anak tunarungu perlu diajarkan berbicara, karena anak tunarungu belum tentu bisu”.

Rencana penelitian ini dilatarbelakangi oleh pengamatan peneliti terhadap anak tunarungu dengan keterbatasannya dan mempunyai kesulitan dalam mengembangkan pengungkapan kata maupun frase yang telah anak tunarungu ketahui menjadi sebuah kalimat yang bermakna serta dalam pengucapan kalimat anak tunarungu sulit dipahami karena kalimatnya sering tidak berstruktur atau bahkan struktur kalimatnya sering terbalik.

Penempatan dan pemilihan kata yang digunakan anak tunarungu dalam membuat kalimat kurang tepat, sehingga kalimat menjadi kurang dipahami. Berikut ini contoh kalimat yang diucapkan anak tunarungu pada saat diajak berbicara “Jalan Setu Babakan capek”,“Mie Abel mau beli”,“Abel makan

sudah”, dari kalimat tersebut mungkin guru paham akan tujuannya, tetapi dari struktur kalimatnya tidak tepat.

Hambatan komunikasi yang terjadi pada anak tunarungu disebabkan oleh ketidak berfungsinya pendengaran yang akhirnya menuntut anak tunarungu menggunakan indera – indera yang masih berfungsi dengan baik, salah satunya indera penglihatan dalam perolehan bahasa reseptifnya.Setiap bahasa mempunyai aturan atau kaidah-kaidah tertentu, baik mengenai tata bunyi, tata bentuk, maupun tata kalimat.Kaidah-kaidah bahasa itu penting dikuasai agar terdapat kesepakatan antara sesama yang menggunakan bahasa. Kaidah-kaidah dalam bahasa dinamakan tata bahasa dan salah satu sub bahasa tata bahasa, dalam hal ini Bahasa Indonesia adalah bidang sintaksis atau tata kalimat. Menurut Ramlan (1981:1) mengatakan: “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat,

(13)

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap serta pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Pada penguasaan kalimat anak tunarungu yang masih terbatas maka proses pembelajaran perlu diupayakan suatu media yang sesuai dengan kondisi dan tingkat kemampuan anak tunarungu.

Diketahui kemampuan anak saat ini mampu mengekspresifkan beberapa bunyi kata, frase, dan kalimat yang masih belum terstruktur dengan baik dalam pengucapannya.Seringnya penggunaan kalimat yang tidak berstruktur, mengakibatkan pesan yang disampaikan anak tunarungu ketika berkomunikasi sulit dipahami oleh orang-orang yang mendengar dan ada di lingkungan sekitar anak tunarungu.Hal ini sangat berpengaruh pada hubungan anak tunarungu dengan lingkungan (keluarga, masyarakat, dan sekolah) dalam berkomunikasi.Oleh karena itu perlu adanya upaya dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anak tunarungu, yaitu tentang kemampuan membuat kalimat berstruktur, anak tunarungu perlu mendapatkan pembelajaran bahasa seoptimal mungkin.

(14)

penggunaan media kartu kata bergambar perlu dilakukan. Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran keefektifan media tersebut untuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan fungsi pendengaran yang dimiliki anak tunarungu, berdampak pada hambatan komunikasi, yaitu selalu tidak sempurna (baik verbal maupun tulisan) sehingga dapat mempengaruhi kemampuan anak tunarungu dalam membuat kalimat.

2. Kemampuan anak tunarungu dalam segi bahasa dan bicara yang tidak berkembang seperti anak mendengar lainnya mempengaruhi kemampuan anak tunarungu dalam mengucapkan bunyi bahasa, sehingga mengakibatkan anak tunarungu pada bahasa ekspresifnya terkadang menggunakan bahasa yang singkat dan tidak tersusun dengan baik dalam berkomunikasi.

3. Penggunaan media kartu kata bergambar dapat digunakan saat proses belajar mengajar untuk anak tunarungu, melalui gambar dan tulisan yang merangsang indera penglihatan anak tunarungu guna meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat dengan baik.

4. Proses pembelajaran dan kreasi guru dalam menyampaikan materi membantu anak mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, salah satunya berpengaruh pada kemampuan bersosialisasi anak dengan lingkungan untuk melakukan komunikasi dengan baik.

(15)

6. Media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif dapat memudahkan anak tunarungu mengekspresifkan struktur kalimat dengan cara lisan maupun tulisan.

7. Sarana dan prasarana yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan ekspresif anak cukup mendukung.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian tidak keluar dari tujuan atau meluas pada hal-hal yang tidak diperlukan, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut :

“Penggunaan Media kartu kata bergambar untuk meningkatkan

kemampuan ekspresif struktur kalimat Subjek-Predikat-Objek pada anak

tunarungu”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini akan dibuat rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak

tunarungu?”.

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuipenggunaan media kartu kata bergambar dalam meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta.

b. Tujuan Khusus

(16)

2) Untuk mengetahui kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu sesudah diberikan media kartu kata bergambar.

2. Kegunaan penelitian

Penulis berharap hasil dari penelitian ini ada kegunaannya, diantaranya yaitu :

a. Kegunaan Teoritis

Secara keilmuan dapat berguna sebagai media pembelajaran bagi anak tunarungu khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia serta diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan media kartu kata bergambar untuk anak tunarungu.

b. Kegunaan Praktis

1) Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam penggunaan mediakartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat anak tunarungu.

2) Menambah wawasan mengenai penggunaan mediakartu kata bergambar diharapkan dapat meningkatkan kemampuan ekpresif dalam belajar membuat kalimat pada anak tunarungu.

3) Penggunaan media kartu kata bergambar inidapat diterapkan kepada anak tunarungu untuk belajar mengekspresifkan dalam bentuk lisan maupun tertulis dalam membuat sebuah kalimat yang terstruktur sertalebih memudahkan mengingat susunan kata yang memiliki makna melalui bantuan visual berupa kartu kata bergambar.

F. Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep Variabel

Media bisa disebut juga sebagai alat bantu untuk mempermudah dalam menyampaikan pesan. Menurut Santyasa (2007:3) dalam (http://digilib. unimed.ac.id/public) “Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk

(17)

Media terbagi menjadi tiga unsur pokok yaitu media suara, visual, dan gerak. Salah satu yang termasuk media visual yaitu kartu kata bergambar dimana pada proses penyampaian pesannya menyangkut indera penglihatan.

Menurut Arsyad (2011:120) kartu kata bergambar adalah “kartu yang berisi

gambar-gambar (benda-benda, binatang, dan sebagainya) yang digunakan

untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosa kata”.

Kemampuan bahasa menurut Sears (2004) dalam (http://repository. usu.ac.id/bitstream.pdf) “kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengutarakan maksud atau berkomunikasi tertentu secara tepat dan runtut sehingga pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh

orang lain”.Pengertian ekspresif dalam (http://kbbi.web.id/) ekspresif ialah

“Bahasa ekspresif merupakan bahasa yang berisi curahan perasaan.

Kemampuan ekspresif struktur kalimat adalah kemampuan membuat kalimat yang mengkuti struktur kalimat dalam tata bahasa Indonesia. Karena kemampuan mengungkapkan suatu pikiran yang utuh dengan cara lisan harus menyatakan makna yang lengkap, sehingga maksud dan pesan yang akan disampaikan akan dimengerti lawan bicara.

2. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, antara lain variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:

a. Variabel Bebas,adalah “Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono, 2008 : 39). Variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi (perlakuan).Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Media kartu kata bergambar. Media kartu kata bergambar adalah jenis media visual dalam memberikan rangsangan berupa gambar beserta tulisan untuk membantu melatih anak mengekspresifkan kata – kata yang disusun menjadi suatu struktur kalimat yang bermakna.

(18)

terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan nama perilaku sasaran atau target behavior.

(19)

36 Dwi Purwanti, 2014

Penggunaan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta (penelitian eksperimen dengan desain single subject research (SSR) pada siswa tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” (Sugiyono, 2006:3). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan (intervensi).

Sedangkan menurut Arikunto (2006:14) berpendapat bahwa “… jika penelitian

ingin mengetahui gambaran tentang data yang secara sengaja ditimbulkan, maka

penelitiannya berbentuk eksperimen”.

Rancangan eksperimen yang digunakan adalah subjek tunggal atau Single Subject Research (SSR) yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari

suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan kepada individu secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Sunanto, et al. (2006: 41) menyatakan bahwa :

“Pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau perilaku sasaran (target behavior) dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya perminggu, perhari, atau perjam. Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok tetapi perbandingan dibandingkan pada subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda.”

(20)

memberikan keyakinan akan hasil yang didapat lebih teliti dan terlihat adanya perubahan yang lebih baik pada subjek.

Sunanto, et al. (2006: 44) menyatakan bahwa :

“Pada desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari disain dasar A-B.Desain A-B-A ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas yang lebih kuat dibandingkan dengan disain A-B.Mula-mula perilaku sasaran (target behavior) diukur secara kontinu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B).Setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan.Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehigga keyakinan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel

terikat lebih kuat.”

Pola desain eksperimen subjek tunggal yang dipakai dalam penelitian ini adalah desain A-B-A yang memiliki tiga tahap yaitu A-1 (baseline-1), B (intervensi), dan A-2 (baseline-2), menurut Sunanto, et al (2006:41)yaitu : a. A-1 (baseline-1) yaitu kondisi kemampuan dasar, dalam hal ini

kemampuan dalam mengekspresifkan struktur kalimat yang dimiliki subjek penelitian sebelum mendapat perlakuan. Subjek diperlakukan secara alami tanpa pemberian intervensi (perlakuan). “Baseline adalah kondisi dimana pengukuran perilaku sasaran dilakukan pada keadaan

natural sebelum diberikan intervensi apapun”.

b. B (intervensi) yaitu kondisi subjek penelitian selama diberi perlakuan atau intervensi,kondisi subjek dalam mengekspresifkan struktur kalimat khususnya penyusunan kalimat berpola Subjek-Predikat-Objek (SPO) dengan menggunakan media kartu kata bergambar secara berulang-ulang

selama perlakuan diberikan.“Kondisi intervensi adalah kondisi ketika suatu intervensi telah diberikan dan perilaku sasaran diukur dibawah

(21)

c. A-2 (baseline-2) yaitu pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi sampai sejauhmana intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek, dengan harapan pencapaian target behavior benar-benar tertanam dan dapat dipelihara oleh anak.

Pada desain A-B-A dalam penelitian ini kondisi baseline (A1) peneliti mengumpulkan data sebanyak empat sesi, dengan durasi yang disesuaikan dengan kebutuhan,pada kondisi intervensi (B) peneliti melakukan perlakuan dalam meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat dengan menggunakan media kartu kata bergambar secara berulang-ulang, sehingga anak tunarungu dilatih dalam penyusunan struktur kalimat secara lisan.Intervensi diberikan sebanyak delapan sesi, proses intervensi setiap sesinya disesuaikan dengan kebutuhan ( kurang lebih 60 menit).Kemudian pada kondisi baseline (A2) peneliti mengulang perlakuan pada pada kondisi baseline (A1).Secara visual desain A-B-A dapat digambarkan sebagai berikut

:

Grafik 3.1

Prosedur Dasar Desain A-B-A

(Sunanto, et al., 2006: 45)

Keterangan :

(22)

B : Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil.

A2: Setelah kecenderungan arah dan level data pada kondisi intervensi (B) stabil mengulang kondisi baseline-1 (A1).

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu subjek yaitu seorang anak tunarungu kelas V Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 02 Jakarta, adapun identitas subjek sebagai berikut:

Siswa berinisial NCA dan berjenis kelamin perempuan. Dari hasil pemeriksaan pendengaran, diketahui tingkat kehilangan pendengarannya yaitu : telinga kanan 80,5 dB dan telinga kiri 70 dB, berarti siswa tersebut termasuk dalam taraf tuli berat pada telinga kanan, dan taraf agak berat pada telinga kiri.

Pada kategori ini, siswa mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, tapi siswa banyak terbantu melalui penglihatan daripada pendengaran untuk menerima informasi. Siswa tersebut dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini karena kurangnya kemampuan subjek dalam mengekspresifkan kalimat dengan struktur kalimat yang baik dan benar.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan pemberian tes. Tes sebagai alat bantu mengukur berisikan serangkaian pertanyaan atau tugas yang harus dijawab, dikerjakan atau dilaksanakan oleh responden yang dites. Menurut Kerlinger, (1993:41) yang dikutip Susetyo (2011:2) “tes ialah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban

yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan sekor atau angka”. Sedangkan menurut Tinambunan, (1996:3) mengatakan tes adalah “seperangkat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara lisan atau tulisan dengan

tepat pada waktu ujian” (Susetyo,2011 : 2).

(23)

hasil belajar (achievement test). Menurut Azwar (Susetyo,2011:7)

menyatakan bahwa “tes hasil belajar adalah tes yang disusun untuk

mengungkap kinerja maksimal (performansi maksimum) peserta didik dalam

menguasai bahan yang telah diajarkan”. Selain itu Sudijono (Susetyo,2011:7)

mengatakan “tes hasil belajar disebut juga tes pencapaian, yaitu tes yang

biasanya digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi

belajar”.

Dari beberapa pendapat diatas terdapat kesamaan tentang pengertian tes akhir belajar yaitu suatu bentuk tes yang digunakan guru untuk membantu dalam memberikan penilaian kepada peserta didik dengan hasil yang lebih cepat dan lebih dapat dipercaya berdasarkan hasil pengukuran prestasi belajar yang merupakan cerminan apa yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Dari segi pelaksanaan tes kemampuan ada beberapa cara yang dapat

digunakan, diantaranya tes lisan. Bentuk tes lisan (oral test) adalah “bentuk

tes yang menuntut respon dari anak dalam bentuk bahasa lisan. Jadi, anak akan mengucapkan jawabannya sesuai dengan pertanyaan ataupun perintah

yang diberikan” (Creswell,2010 : 200). Tes lisan juga dapat diartikan sebagai

“Tes yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara lisan. Semua butir

pertanyaan diganti atau dibacakan oleh seorang tester” (Susetyo,2011 : 5). Tes yang diberikan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekspresif struktur kalimat pada subjek penelitian yang akan diberikan pada tiga fase, masing-masing fase tersebut adalah 1) baseline-1 (A-1), untuk mengetahui kemampuan awal subjek; 2) intervensi (B), untuk mengetahui ketercapaian keterampilan selama mendapatkan perlakuan atau intervensi; dan 3) baseline-2 (A-2), untuk mengetahui kemampuan subjek setelah diberikan perlakuan atau intervensi.

D. Instrumen Penelitian

(24)

alat bantu yangdipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebutmenjadi sistematis dan dipermudah

olehnya”.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah dalam bentuk tes. Instrumen penelitian merupakan bagian penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai sarana untuk mengumpulkan atau memperoleh data pencapaian hasil belajar yang banyak menentukan keberhasilan suatu penelitian, maka dalam penyusunannya berpedoman pada pendekatan yang digunakan agar data terkumpul dapat dijadikan dasar untuk menguji hipotesis.

Pada penelitian ini, tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian dan kemampuan siswa dalam mengekspresifkan kalimat berstruktur Subjek-Predikat-Objek (SPO). Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberi tes lisan pada kondisi baseline-1, intervensi, dan baseline-2.

Tes lisan diberikan kepada anak pada kondisi baseline-1 (A-1) untuk mengetahui kondisi awal kemampuan anak sebelum diberikan pada kondisi intervensi atau perlakuan. Tes lisan diberikan pada kondisi intervensi (B) sebagai evaluasi, dan tes diberikan juga pada kondisi baseline-2 (A-2) yang bertujuan untuk melihat apakah intervensi yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap kemampuan mengekspresifkan struktur kalimat Subjek-Predikat-Objek (SPO) pada anak tunarungu.

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti membuat beberapa langkah untuk mempermudah peneliti dalam mencapai tujuan yaitu :

1. Membuat kisi-kisi

(25)

Tabel 3.1

(26)
(27)

gitar

30. Nadia meniup pianika

2. Pembuatan butir soal

Pembuatan butir disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan pada kisi-kisi soal.Dari tujuan tersebut dibuatlah 30 (tiga puluh) butir soal (terlampir).

3. Sistem penilaian butir soal

Setelah pembuatan butir soal ditentukan, selanjutnya menentukan sistem penilaian butir soal.Penilaian digunakan untuk mendapatkan skor pada tahap baseline-1, intervensi, dan baseline-2. Adapun penilaian dalam penelitian ini

sebagai berikut:

● Skor 2 = jika siswa dapat mengucapkan dengan benar struktur kalimat Subjek – Predikat – Objek (S-P-O), tanpa mempertimbangkan kesalahan artikulasi.

● Skor 1 = jika siswa megucapkan hanya kata, frase, atau kalimat yang tidak berstuktur Subjek – Predikat – Objek (S-P-O), tanpa mempertimbangkan kesalahan artikulasi.

● Skor 0 = jika siswa tidak menjawab soal yang ditanyakan.

Setelah dibuatkan penilaian butir soal maka tahap selanjutnya yaitu uji coba instrumen.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada desain A-B-A adalah sebagai berikut:

(28)

2. Melaksanakan tahap baseline-1 (A-1) untuk mengetahui kemampuan dasar subjek penelitian tentangkemampuan ekspresif struktur kalimat, khususnya kalimat berstruktur Subjek-Predikat-Objek (SPO) yang diukur dengan menggunakan tes secara lisanselama empat sesi. Tiap sesi dilaksanakan sesuai kebutuhan (kurang lebih 20 menit). Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat jumlah kata yang disusun menjadi pola kalimat SPO yang dapat dan tidak dapat diujarkan oleh subjek.Hasilnya kemudian dimasukan ke dalam format data hasil baseline-1 (A-1).

2.Melaksanakan tahap intervensi (B) selama delapan sesi, yaitu penggunaan media kartu katauntuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat subjek penelitian. Tiap sesi dilaksanakan selama kurang lebih 60 menit. Langkah-langkahoperasionalnya, Subjek melakukan kegiatan mengekspresifkan stuktur kalimat dengan :

(1) Peneliti duduk berhadapan atau bersebelahan dengan anak, setelah itu peneliti menunjukkan satu kartu bergambar kegiatan sehari-hari di depan anak.

(2) Peneliti bertanya kepada anak “Buatlah kalimat berstuktur Subjek-Predikat-Objek pada gambar yang ditunjukkan!”, anak mengucapkan kata, frase, atau kalimat yang anak ketahui terlebih dahulu baik itu sudah berpola Subjek-Predikat-Ojek atau tidak berstruktur.

(3) Peneliti menyediakan sebuah tempat/wadah yang terdiri dari 4 kotak yang diberi pembatas untuk memudahkan anak menyusun kartu kata bergambar yang akan dirangkai menjadi sebuah kalimat berstruktur. (4) Tempat/wadah yang terdiri dari 4 kotak yaitu kotak pertama untuk kartu bergambar kegiatan sehari-hari secara utuh, kotak kedua untuk

kartu bergambar “Subjek”, kotak ketiga untuk kartu bergambar “Predikat”, kotak keempat untuk kartu bergambar “Objek”, serta

meletakkan kartu kata dari masing-masing kartu bergambar tersebut di bawah gambar yang dipilih anak.

(5) Anak memilih kartu kata bergambar “Subjek”, memilih kartu kata

(29)

sesuai dengan kartu bergambar kegiatan sehari-hari yang ada di kotak pertama, serta meletakkan kartu kata yang sesuai di bawah gambar yang dipilih anak.

(6) Setelah itu anak dapat mengekspresifkan secara lisan dari kartu kata bergambar yang sudah dirangkai menjadi struktur kalimat Subjek-Predikat-Objek dengan baik dan bermakna.

3. Kegiatan di atas dilakukan berulang-ulang pada saat intervensi (perlakuan) berlangsung sampai subjek dapat mengekspresifkan kalimat berpola SPO yang diajarkan. Apabila satu kalimat berpola Subjek-Predikat-Objek (SPO) sudah dapat diujarkan, maka subjek dilatih untuk mengekspresifkan kalimat berpola Subjek-Predikat-Objek (SPO) selanjutnya. Hasilnya kemudian dimasukan ke dalam format data hasil intervensi (B). Peneliti juga memberikan pembelajaran secara langsung dikelas kepada subjek selama proses intervensi.

4. Melaksanakan tahap baseline-2 (A-2), yaitu pengukuran kembali tentang kemampuan megekspresifkan struktur kalimat untuk mengetahui sampai sejauhmana intervensi yang dilakukan berpengaruh terhadap subjek. Prinsip pengukuran pada tahap ini sama dengan tahap baseline-1 (A-1). Pencatatan data pada kondisi baseline-1 (A-1), intervensi (B), dan baseline-2 (B-2) dapat dilihat pada lampiran.

F. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Langkah-langkah persiapan yang dilakukan untuk memperlancar penelitian adalah sebagai berikut :

a. Studi Pendahuluan

Kurang lebih tiga minggu peneliti melakukan studi pendahuluan untuk memperoleh permasalahan yang akan diteliti. Peneliti juga mencari penyebab terjadinya masalah dan mencari solusi yang diperkirakan dapat menyelesaikan masalah yang ada.

(30)

Peneliti mengurus surat perijinan mulai dari tingkat jurusan PLB FIP UPI, tingkat Fakultas, tingkat Universitas, ijin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah propinsi Jawa Barat, sampai pada tingkat Dinas Pendidikan propinsi DKI Jakarta, sehingga pada akhirnya dikeluarkan surat ijin untuk melakukan penelitian di SLBN 02 Jakarta.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian tentang penggunaan media kartu kata untuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu, khususnya ekspresif struktur kalimat berpola Subjek-Predikat-Objek (SPO), terangkum dalam jadwal rencana pelaksanaan penelitian, sebagai berikut :

Tabel 3.2

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tanggal Kegiatan

12 Februari 2014 Uji validitas dan Uji coba Instrumen

13 Februari 2014 Pengukuran sesi pertama baseline-1 (A-1) pada subjek 18 Februari 2014 Pengukuran sesi kedua baseline-1 (A-1) pada subjek 20 Februari 2014 Pengukuran sesi ketiga baseline-1 (A-1) pada subjek 25 Februari 2014 Pengukuran sesi keempat baseline-1 (A-1) ada subjek

27 Februari 2014 Pemberian intervensi (B) sesi pertama pada subjek, dalam hal ini penggunaan media kartu kata bergambar

4 Maret 2014 Pemberian intervensi (B) sesi kedua pada subjek, dalam hal ini penggunaan media kartu kata bergambar

5 Maret 2014 Pemberian intervensi (B) sesi ketiga pada subjek, dalam hal ini penggunaan media kartu kata bergambar

6 Maret 2014 Pemberian intervensi (B) sesi keempat pada subjek, dalam hal ini penggunaan media kartu kata bergambar

11 Maret 2014 Pemberian intervensi (B) sesi kelima pada subjek, dalam hal ini penggunaan media kartu kata bergambar

(31)

penggunaan media kartu kata bergambar

13 Maret 2014 Pemberian intervensi (B) sesi ketujuh pada subjek, dalam hal ini penggunaan media kartu kata bergambar

17 Maret 2014 Pemberian intervensi (B) sesi kedelapan pada subjek, dalam hal ini penggunaan media kartu kata bergambar

18 Maret 2014 Pengukuran sesi pertama baseline-2 (A-2) pada subjek 19 Maret 2014 Pengukuran sesi kedua baseline-2 (A-2) pada subjek 25 Maret 2014 Pengukuran sesi ketiga baseline-2 (A-2) pada subjek 27 Maret 2014 Pengukuran sesi empat baseline-2 (A-2) pada subjek

G. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data instrumen diujicobakan terlebih dahulu sampai memenuhi persyaratan sebagai instrumen yang baik salah satunya yaitu valid. Suatu tes

dinyatakan valid “jika perangkat tes yang butir-butirnya benar-benar

mengukur sasaran tes yang berupa kemampuan dalam bidang tertentu” (Susetyo,2011:88). “Alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya

relatif sama jika dilakukan pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur

yang demikian dinamakan dengan reliabel”. (Susetyo,2011:105).

Reliabilitas menunjukkan sejauhmana pengukuran data dapat diukur secara ajeg. (Sunanto,et al., 2006: 24). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan akan diperoleh data yang dapat dipercaya kebenarannya.Uji coba dilaksanakan dan diujikan kepada enam orang siswa SLBN 02 Jakarta.

(32)

Tabel 3.3

Daftar Tim Ahli Expert Judgement

No. Nama Lokasi Instansi

1. Drs. Endang Rusyani,M.Pd Universitas Pendidikan Indonesia 2. Ratmartini, S.Pd SLBN 02 Jakarta

3. Lien Ruslina SLBN 02 Jakarta

4. Minerva SLBN 02 Jakarta

5. Prih Harti Sri Mulati,S.Pd SLBN 02 Jakarta

Setelah tahap judgement dilaksanakan, maka instrumen tes dapat diberikan kepada subjek.

1. Uji Validitas

Pada penelitian ini menggunakan perhitungan validitas dengan validitas

isi.“Validitas isi adalah validitas yang akan mengecek kecocokan diantara butir-butir tes yang dibuat dengan indikator, materi atau tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan.” (Susetyo,2011 : 89).

“Ada dua cara jika dilihat dari pelaksanaan yang dapat dipergunakan untuk

mengetahui validitas yaitu, sebelum alat ukur dicobakan dan setelah alat ukur

diujicobakan.”(Susetyo,2011:89). Pengujian validitas sebelum alat ukur diujicobakan dilakukan dengan “analisis rasional atau professional judgement”.Menurut Azwar (Susetyo,2011:7) yaitu “mengadakan diskusi

panel atau penilaian para ahli dalam bidang tertentu”. Para ahli diminta penilaiannya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli akan memberi keputusan : instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total.

Berdasarkan penilaian guru/dosen atau ahli menurut Noer (1987:112) yang

(33)

dilakukan dengan menghitung besarnya persentase pada pernyataan cocok,

yaitu “persentase kococokan butir dengan tujuan/indikator”.”Butir tes

dikatakan valid jika kecocokannya dengan indikator mencapai lebih dari 50%.

Validitas dengan teknik penilaian dari para ahli ini dilakukan untuk menentukan apakah instrumen yang dibuat sesuai dengan tujuan pengajaran dan sasaran yang akan dinilai. Validitas dari teknik analisis butir,

Pada penelitian ini menggunakan perhitungan Realibilitas konsistensi

Internal.“Reliabilitas Konsistensi Internal didasarkan pada sekor yang diperoleh dari satu perangkat ukur dengan satu kali pengukuran pada peserta

tes.”(Susetyo,2011:109).

Reliabilitas data penelitian sangat menentukan kualitas hasil penelitian. Salah satu syarat agar hasil penelitian dapat dipercaya yaitu data penelitian tersebut harus reliabel. Untuk mengetahui pencatatan data sudah reliabel atau belum, instrumen diujicobakan pada subjek yang memiliki karakteristik sama atau mendekati karakteristik subjek yang sebenarnya dalam mengekspresifkan struktur kalimat Subjek-Predikat-Objek (SPO).

Teknik pengujian reliabilitas dengan Spearman-Brown menggunakan satu perangkat tes dan sekali pengukuran terhadap responden. Prosedur perhitungan menggunakan korelasi, oleh karena itu perangkat tes dibagi

(34)

menjadi dua bagian cara semacam ini dinamakan belah dua (spilt half method) ganjil-genap dengan cara mengitung korelasi product moment,

karena hasil dari rumus ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes, maka untuk menghitung hasil tes secara keseluruhan menggunakan rumus Spearmen Brown.

Adapun rumus korelasi product moment seperti di bawah ini:

xy = N.

XY (

 

X)( Y)

(

) (

)(

) }

.

{N X2 X 2 N Y2 Y 2

Keterangan :

xy = koefisien korelasi

X = jumlah skor butir soal ganjil untuk setiap siswa uji coba Y = jumlah skor butir soal genap untuk setiap siswa uji coba N = jumlah siswa

XY

= jumlah hasil perkalian XY

Nilai rxy ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes, maka untuk menghitung hasil tes secara keseluruhan menggunakan rumus Spearmen Brown :

Keterangan :

� = koefisien internal seluruh ite

r xy = korelasi product moment antarbelahan

Kriteria analisis reliabilitas tes menurut Arikunto dalam sunarsih (2008:57) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria analisis reliabilitas

Kriteria Interpretasi

0,00 – 0,20 Sangat rendah

=

2 �

(35)

0,21 – 0,40 Rendah

0,41 – 0,60 Cukup

0,61 – 0,80 Tinggi

0,81 – 1,00 Sangat tinggi ( Hasil dari perhitungan reabilitas tersebut di lampirkan )

H. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul sebelum penarikan kesimpulan. Setelah semua data diperoleh, masing-masing data baseline-1, intervensi, dan baseline-2 dibuat statistik deskriptifnya. Pada penelitian dengan subjek tunggal, data disajikan dengan menggunakan statistik deskriptif yang ditampilkan dalam bentuk grafik.

Statistik deskriptif adalah “statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi.” (Sugiyono, 2006: 207).

Hal ini bertujuan untuk mempermudah memahami data, adakah peningkatan kemampuan ekspresif struktur kalimat secara lisan pada anak tunarungu setelah diberikan perlakuan tertentu dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan media kartu kata bergambar.

1. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pengukuran presentase.Perhitungan dalam mengolah data yaitu menggunakan persentase (%).Sunanto, et al. (2006: 16) menyatakan bahwa “persentase menunjukkan jumlah terjadinya suatu perilaku atau peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut dikalikan dengan

(36)

dijawab salah), kemudian skor kalimat S-P-O yang dapat diucapkan dibagi jumlah skor maksimal dan dikalikan 100%.

%

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan.

Menurut Sunanto (2006:65) “pada penelitian dengan kasus tunggal biasanya digunakan statistik deskriptif yang sederhana”.

Setelah terkumpul, selanjutnya data dianalisis dengan perhitungan tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.Perhitungan ini dilakukan dengan menganalisis data pada analisis dalam kondisi dan antar kondisi. 1) Analisis dalam Kondisi

Analisis dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi. Komponen-komponen yang dianalisis meliputi :

a. Panjang Kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi. Banyaknya data dalam kondisi menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada tiap kondisi. Panjang kondisi atau banyaknya data dalam kondisi tidak ada ketentuan pasti. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukkan arah yang jelas.

b. Kecenderunga Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi dimana banyaknya data yang dilakukan dengan metode tangan bebas (freehand) yaitu membuat garis secara langsung pada suatu kondisi sehingga membelah data sama banyak yang terletak di atas dan di bawah garis tersebut.

c. Tingkat Stabilitas (Level Stability)

(37)

atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean, maka data tersebut dapat dikatakan stabil.

d. Jejak Data (Data Path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisidengan tiga kemungkinan, yaitu : menaik, menurun, dan mendatar. e. Rentang

Rentang adalah jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang memberikan informasi yang sama seperti pada analisis tentang perubahan level (level change).

f. Tingkat perubahan (Level Change)

Perubahan level yaitu menunjukkan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dan data terakhir. Sementara tingkat perubahan data antarkondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama dengan data pertama pada kondisi berikutnya. Sunanto (2006:30)

Sedangkan analisis antar kondisi meliputi komponen sebagai berikut :

2) Analisis antar Kondisi

Analisis antar kondisi adalah perubahan data antar suatu kondisi, misalnya kondisi baseline (A) ke kondisi intervensi (B). Komponen-komponen analisis antar kondisi meliputi :

a. Variabel yang diubah

Merupakan variabel terikat atau sasaran yang diubah. b. Perubahan Kecenderungan Arah dan efeknya

(38)

menaik, 8) menurun ke mendatar, 9) menurun ke menurun. Sedangkan makna efek tergantung pada tujuan intervensi.

c. Perubahan Stabilitas dan efeknya

Perubahan kecenderungan stabilitas yaitu menunjukkan tingkat stabilitas perubahan dari serentetan data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukkan arah (mendatar, menaik dan menurun) secara konsisten.

d. Perubahan Level Data

Perubahan level data yaitu menunjukkan seberapa besar data berubah. Tingkat perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama (baseline) dengan data pertama pada kondisi berikutnya (intervensi). Nilai selisih menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat pengaruh intervensi.

e. Data yang tumpang tindih (Overlap)

(39)

83

Dwi Purwanti, 2014

Penggunaan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta (penelitian eksperimen dengan desain single subject research (SSR) pada siswa tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasansecarakeseluruhan,

diketahuibahwapenggunaan media kartu kata bergambar yang bertujuanuntukmeningkatkankemampuanekspresifstrukturkalimat yang berpolaSubjek-Predikat-Objek (S-P-O) padaanaktunarungukelas V SDLByang berinisial NCA terjadipeningkatandarisegiekspresifstrukturkalimatsubjekyang awalnyamasihbelumtepatpenyusunankalimatnya,seperti: S-O-P, O-P-S,dst. Setelahdiberikanpembelajarandengan media kartu kata bergambarsudahterlihatbaikdankonsistendalampenyusunannyaberupakalimatb erstruktur S-P-O sehinggamemberikandampak yang positifterhadappeningkatankemampuantarget behavior yang diinginkan.

Kemampuanawalekspresifstrukturkalimatpadasubjek NCAsebelumdiberikanintervensimasihbelum

optimal.Terjadinyapeningkatantersebutdapatditunjukkanmelaluipersentasemea n level. Indikatormeningkatantara lain: 1.anak mampumenunjukkankalimatberstruktur S-P-O, 2.anak mampumenyusunkalimatberstruktur S-P-O, dan 3.anak mampumengucapkankalimat yang berstruktur S-P-O dari suatu kegiatan yang terjadi sehari-hari secara lisan. Dapat mengindikasikanbahwapenggunaan

media kartu kata

bergambarberpengaruhterhadappeningkatankemampuanekspresifstrukturkalim atpadasubjek NCA.

Perubahan yang terjadisetelahsubjek

(40)

berstrukturSubjek-Predikat-Objekdenganstrukturkalimat yang baikdanbenar.Kegiatanbelajarmenggunakan media kartu kata bergambarinimemberikanefekbaikdalampembelajaranakademikterutamadalam memproduksibunyi kata yang tersusundenganbaikdalambentukkalimat yang benar.

Dengandemikiandapatdisimpulkanbahwapenggunaan media kartu kata bergambardapatmeningkatkankemampuanekspresifstrukturkalimatpadasubjek NCAkelas V di SLBN 02 LentengAgung Jakarta.

B. Rekomendasi

Berdasarkanhasilkesimpulanpenelitian,

makapenelitimengajukanrekomendasiyaitukepada : 1. Pihak guru

Penggunaan media kartu kata

bergambardapatdijadikanbahanpertimbangan guru sebagaisalahsatu media pembelajaran di kelasuntukmembantumeningkatkanketerampilanberbahasa,

terutamadalamhalmenyusunkalimat yang

berstruktur.Kartudibuatdengangambar yang menarikperhatiansubjek NCA, sepertigambardarikegiatansehari-hari yang ada di

sekitar.Denganmenggunakan media kartu kata

bergambartentunyaakanberimplikasipadapendidikansubjekpadapenelitianini, guru dapatmengembangkankurikulum yang adadisekolahdenganmenyertakan

media kartu kata

bergambardalammeningkatkankemampuanekspresifdanjugaakanmembantum emperlancar proses komunikasisubjek NCAdenganlingkungannya (keluarga,masyarakatdansekolah).Dalampenerapannyajugadibuatuntuklebihdi kembangkanmisalnyamelaluipermainansehinggadapatmenarikperhatiansubjek NCA untukbelajar.

(41)

Penelitianinimengungkapkanpenggunaan media kartu kata bergambaruntukmeningkatkankemampuanekspresifstrukturkalimatpadaanakt

unarunguberinisial NCAkelas V

SDLB.Untukpenelitiselanjutnyadapatmelakukanpenelitianpadasubjek lain

yang jumlahnyalebihbanyak, permasalahan

yangberagamsertadengantingkatkehilanganpendengaran yang berbeda-beda. KarenapenelitianinihanyaberlakuuntuksubjekNCA dalampenelitianini yang didasarkandengankondisisubjek NCAdanberdasarkanstrukturkalimatsubjek

NCA yang

seringditemukankesalahandalampenyusunannya.Sehinggadapatmemberikang ambaran yang lebihbaikdandapatmelengkapikekuranganpenelitian yang

penelitilakukan.Dan untukobjektivitastes,

penelitiselanjutnyajugadapatmenggunakantestulisselainteslisan.

C. Penutup

Kesimpulandanrekomendasipadababinimerupakanakhirdaripenyusunanskr ipsiini. Penelitiucapkanpujisyukurkehadirat Allah SWT yang telahmemberikanrahmatdankarunia-Nya,

sehinggapenelitidapatmenyelesaikanskripsiini.Penelitiberharap,

(42)

86 Dwi Purwanti, 2014

Penggunaan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta (penelitian eksperimen dengan desain single subject research (SSR) pada siswa tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bandung: SkripsiSarjana FIP UPI :Tidakditerbitkan.

Agustini,M.(2013).Pengaruh media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis kata pada anak tunagrahita ringan.Bandung: SkripsiSarjana FIP UPI :Tidakditerbitkan.

Alwi,H. et al. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta :Depdikbud.

Arifin, ZdanH.M,Junaiyah. (2008). Sintaksis. Jakarta : Grasindo.

Arikunto,S. (2002). ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek. Jakarta: RinekaCipta

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran.Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada.

Bunawan, L.etal. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.

Bonner.[Online].Tersedia:http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/,Diakses : 12 Februari 2014.

Creswell,WJ. (2010). Research DesignPendekatanKualitatif,Kuantitatif, dan mixed.Jakarta :PustakaPelajar.

Daryanto.(2011). Media Pembelajaran.Bandung :Satunusa.

Dwidjosumarto, A. (1995) .Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Directorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

(43)

Hoerudin, WC. et al .(2009). KaidahdanpelatihanBahasa Indonesia.Bandung :Pusatbahasa UIN SunanGunungDjati.

HS,Sumadi danTalkah,M. (1983). Ortodidaktik Tunarungu wicara Jurusan B. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

http://cancer55.wordpress.com/2013/09/07/, [14 April 2014].

http://Firmaneducationsforallplb.blogspot.com/2012/08, [12 Februari 2014].

http://kbbi.web.id, [12 Februari 2014].

Marsudiharjo,A.et al. (2013).

DidaktikMetodikUmumPerolehanKemampuanBerbahasaAnakTunarungu.Jaka rta :cv.Putra Perkasa Pratama.

N,Mustakim.(2001).Perkembanganbahasa.[Online].Tersedia :http://paudstaial gazalibone.blogspot. com/2013/09, [12 Februari 2014].

Parke.(1999).Komponen ekspresi bahasa. [Online]. Tersedia : http://digilib.Unimus .ac.id, [12 Februari 2014].

Pamadi,TY. et al. (2013).

DidaktikMetodikPemerolehanKemampuanBerbahasaAnakTunarungu.Jakarta :cv.Putra Perkasa Pratama.

Ramlan.(1981). DefinisiSintaksis. [Online].Tersedia :http: // www.diaryapipah.com /2012/05/, [12 Februari 2014].

Sadja’ah,E.(2003). BinaBicara,PersepsiBunyi Dan Irama. Bandung : San Grafika.

Santyasa.(2007).Pengertian Media. [Online].Tersedia :http://digilib.unimed.ac.id/ public, [30 Mei 2014].

Sistiana,N.(2011).Penggunaan permainan kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis kosakata pada anak tunarungu.Bandung: SkripsiSarjana FIP UPI : Tidakditerbitkan.

(44)

Sugiyono.(2008).Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif,danR& D.Bandung :Alfabeta.

Sunanto,J. et al. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI Press.

Susetyo,Budi. (2011). MenyusunTesHasilBelajar.Bandung : Cv. Cakra.

Sears.(2004).PengertianKemampuanBahasa.[Online].Tersedia: http://repository. usu.ac.id/bitstream.pdf, Diakses : 30 Mei 2014.

Somad,P. dan Hernawati ,T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Proyek PendidikanTenaga Guru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Tinggi.

Gambar

Grafik 3.1                          Prosedur Dasar Desain A-B-A
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Untuk Mengukur Kemampuan Ekspresif
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu menurut Mahkamah, ketentuan mengenai suatu rumah sakit yang bersifat nirlaba harus berbentuk badan hukum yang khusus didirikan untuk usaha

(2) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau kepala daerah yang membawahi Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus mempertimbangkan

ANALISIS STRUKTUR SINGLE PHASE SISTEM La0.8Ba0.2Znx(FeMn)(1-x)/2O3 UNTUK APLIKASI PENYERAPAN GELOMBANG

Berdasarkan uji korelasi Spearman (table 4,13) diperoleh bahwa dokter berperan dalam ketersediaan RKE di RSUD Kota Tangerang  Dari hasil tersebut berarti 23,43% peranan

[r]

Digital imaging merupakan sebuah gambar yang dibentuk dari penggunaan sensor elektronik yang dihubungkan dalam beberapa cara ke sebuah komputer.. Pada awal perkembangan dari

Metode adalah suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat

DAFTAR REGISTRASI PERUSAHAAN ASOSIASI SATELIT INDONESIA s.d. Nama