• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERANAN DAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KETERSEDIAAN RKE DI RS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERANAN DAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KETERSEDIAAN RKE DI RS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Lily Widjaja 1: Head of HIM Program, Health Sciences Faculty, Esa Unggul

University, As an assessor in College National Accreditation Agency in

Indonesia, Advisor of PORMIKI

Jalan Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk - Jakarta Barat 11510

lily.widjaja@esaunggul.ac.id

Electronic Health Record (E H R) is a patient's health records are created using electronic media. Means that service providers such as doctors, nurses and other health workers are no longer recorded on paper media but have been using computers and recorded in health record systems that are part of the "E Health". RSUD Kota Tangerang is an hospital that was heading for E-Health, which since beginning of the Hospital no longer paper-based, but has implemented electronic data collection, but at the beginning of January 2015 made two versions of either electronically or manually( recorded on paper). The purpose of this research is to know the role and knowledge of physicians with the availability of high quality Electronic Health Record in this

hospital . The type of research is

observational analytic with cross sectional study design, quantitative research that is associative, aims to determine the effect or also the relationship between two or more variables. Target population of this study was a doctor in this hospital. While the sample of this research is all the population that met the inclusion criteria that all doctors who are given the authority did the process of hospital administration using e-health in this Hospital. Results of the test of normality that the data are not normally distributed ordinal and then use Spearman correlation test to examine the relationship between the role and knowledge of physicians with the availability of

Electronic Health Records . The result showed that 23.43% based on the role doctors have influence the availability of a complete EHR and 45.7% Physician knowledge, have a significant effect on the availability of E H R. Physicians who have more capabilities can be used as “Champion” so it can be a role model or assist colleagues when experiencing difficulties in the implementation of the EHR. Knowledge doctors need to be improved both CD literature, demonstration or from the website. Implementation can be done in the form of regular training and self-learning, it is necessary to find appropriate solutions for the implementation of EHR is unable to support all interests

Keywords: Electronic Health Record (E H R) The role of physicians, physician knowledge, availability E H R

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian cepat dan telah meliputi kehidupan masyarakat pada umunya dan dunia kesehatan pada khususnya. Dalam pengolahan data dan informasi kesehatan perlu menggunakan alat bantu atau media lain agar hasil yang diperoleh dapat lebih akurat dan tersedianya tepat waktu. Dengan adanya media elektronik maka fasilitas pelayanan kesehatan perlu memanfaatkannya dengan seksama. Namun demikian tentu banyak factor yang mempengaruhi terlaksananya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi .

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Kesehatan dikatakan bahwa E Health merupakan suatu inisiatif pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pelayanan dan informasi kesehatan, utamanya untuk meningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan meningkatkan proses kerja yang efektif dan efisien. Dalam hal implementasi Sistem

(2)

Informasi Kesehatan secara elektronik, E-Health merupakan superset atau suprasistem dari Sistem Informasi Kesehatan yang diselenggarakan secara elektronik.

Selanjutnya dikatakan bahwa untuk menjamin kualitas, dan akses terhadap Informasi Kesehatan yang bernilai pengetahuan, dan mewujudkan penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan

yang berdaya guna dan berhasil guna, serta dapat menertibkan dan menyinkronkan penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan yang selama ini belum terintegrasi, diperlukan penguatan Sistem Informasi Kesehatan, lintas program, dan urusan secara berjenjang di pusat dan daerah serta yang didukung dengan peraturan perundang-undangan.

Berkembangnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di fasilitas pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit, puskesmas , perusahaan asuransi dan lainnya dengan kita temui adanya yang telah melaksanakannya dengan baik, tetapi ada juga yang telah memulainya tapi masih belum mencapai E Health secara penuh, sebagian masih manual. Dapat kita lihat dari beberapa rumah sakit yang menjadi pilot project pemerintah .

Berdasarkan presentasi dari dirjen BUK pada konferensi Forum Informatika Kesehatan Indonesia pada tanggal 3-4 Desember 2011 di Jakarta, dengan judul”

Kebutuhan dan Strategi dalam membangun e-Hospital di Level Nasional

“Di Jakarta E Hospital diawali dengan 6 RS Pilot Project (2011), kemudian Seluruh RS Vertikal + RSU Kelas A (2012) dan RS Kelas B + C (2013) dan seterusnya.

Pada kenyataannya awal tahun 2015 dari 6 RS Pilot Project itu sendiri belum dapat melaksanakan E Hospital sepenuhnya. Rekam Kesehatan di rumah sakit/ puskesmas merupakan sumber data dari E-Health . dengan adanya pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah sakit/ puskesmas secara

elektronik maka pelaksanaan E-Health dapat berjalan dengan baik.

Rekam Kesehatan Elektronik merupakan rekam kesehatan pasien yang dibuat dengan menggunakan media elektronik. Berarti pemberi pelayanan seperti dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya tidak lagi mencatat di media kertas tetapi telah menggunakan computer dan mengentry dalam system rekam kesehatan yang merupakan bagian dari “E Health “

Menurut Margret K. Amatayakul (2014); Prasyarat untuk RKE yang berkualitas adalah adanya perencanaan, dukungan manajer senior, staf medis (dokter), pengguna yang terlibat dan sumber lainnya.

Boonstra, A., & Broekhuis, M. (2010). Dalam penelitiannya tentang ” Barriers to the acceptance of electronic medical records by physicians from systematic review to taxonomy and interventions”. Studi ini mencakup dua puluh dua artikel yang dianggap hambatan ESDM seperti yang dirasakan oleh dokter. Delapan kategori utama hambatan, termasuk total 31sub-kategori, diidentifikasi. Sebagai factor A) Keuangan, B) Teknis, C) Waktu, D) Psikologis, E) Sosial, F) Hukum, G) Organisasi,dan H) Perubahan Proses

Semua kategori tersebut saling berkaitan satu sama lain. Secara khusus, Kategori G (Organisasi) dan H (Ganti Process) tampaknya menjadi faktor mediasi pada hambatan lainnya.

RSUD Kota Tangerang merupakan rumah sakit yang sedang menuju E-Health , yang pada awalnya tidak lagi berbasis kertas, tetapi telah melaksanakan pengumpulan data adminstratif secara elektronik namun pada awal Januari 2015 dilakukan dua versi baik secara elektronik maupun manua atau mencatat di kertas.

Berdasarkan observasi awal tahun 2015 pada rumah sakit swasta yang telah mempunyai Sistem Informasi rumah Sakit didapat bahwa hanya 10% dari dokter

(3)

melakukan entry data medis melalui computer, sedangkan sisanya masih menggunakan kertas dan tidak ingin berubah ke era elektronik. Oleh karena itu, peneliti bertujuan untuk mengetahui peranan dan pengetahuan dokter dengan ketersediaan Rekam Kesehatan Elektronik yang berkualitas di RSUD Kota Tangerang.

Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara peranan dan pengetahuan dokter dengan ketersediaan Rekam Kesehatan Elektronik yang berkualitas di RSUD Kota Tangerang. Urgencynya adalah bahwa Rekam Kesehatan elektronik (RKE) kini menjadi trend terbaru dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien serta mempermudah kinerja manajemen di rumah sakit. Di Indonesia masih sedikit rumah sakit yang menerapkan RKE. Meskipun RS ini telah menerapkan RKE, namun masih belum sepenuhnya, adanya dokter yang belum mau menggunakan elektronik dan masih mencatat Rekam Kesehatan pasiennya di kertas sehingga Rekam Kesehatan Pasien ada yang dalam bentuk kertas dan sebagian dalam bentuk elektronik. Untuk itu berdasarkan urgensi penelitian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana peran dan pengetahuan dokter dengan ketersediaan

Rekam Kesehatan Elektronik yang

berkualitas di RS RSUD Kota Tangerang

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Populasi sasaran penelitian ini adalah dokter di RSUD Kota Tangerang. Sedangkan sampel penelitian ini adalah semua sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu seluruh dokter yang

diberikan wewenang mengerjakan proses

administrasi perumahsakitan menggunakan e- health di RSUD Kota

Tangerang. Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah responden yang tidak bersedia untuk diwawancarai dan tidak memiliki tanggung jawab sebagai dokter yang mengerjakan proses administrasi perumahsakitan menggunakan e- health. Peneliti mengambil seluruh populasi untuk dijadikan responden mengingat jumlah dokter yang masih dapat dijangkau untuk dilakukan observasi.

Diperoleh 77 responden dari 100 dokter yang ada di RSUD Kota Tangerang.

Analisis data yang dilakukan adalah Analisis univariat untuk melihat distribusi dan frekuensi pada tiap variabel penelitian dan melihat data missing, serta outlier Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen), melalui uji statistik akan dapat disimpulkan ada tidaknya pengaruh dari variabel x terhadap variabel y. Uji statistik yang akan digunakan yaitu uji koefisien korelasi / korelasi Spearman digunakan untuk mencari hubungan berdasarkan data yang dikumpulkan dari dua variabel berskala ordinal (skala likert).Data dari kedua variabel tidak harus berdistibusi normal (Sugiyono (2012:250)

(4)

HASIL PENELITIAN

A. DARI HASIL ANALISA UNIVARIAT tentang peranan dokter diperoleh hasil sbb.:

Dokter yang berperan baik dalam ketersediaanRKE ada 7,8% dan cukup berperan 88,3% dan sisanya yang kurang berperan dalam ketersediaan RKE = 3,9%

Dokter yang berpengetahuan baik terkait RKE ada 22,1% dan berpengetahuan cukup terkait RKE 75,3% dan sisanya yang berpengetahuan kurang terkait RKE 2,6%

.

Dari Grafik di atas dapat dilihat bahwa ketersediaan RKE yang lengkap ada = 16,9% dan cukup lengkap = 80,5% dan sisanya yang kurang lengkap ada 2,6%

B. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Kelompok Umur

Tabel 4.1

Distribusi Prosentase Frekwensi Responden

berdasarkan Kelompok Umur Kelompok

Umur Frekwensi Prosentase

<31th 12 12%

31-40th 31 31%

41-50th 18 18%

51-60th 16 16%

Total 77 100%

Sumber: Hasil pengolahan data responden Excel, 2007

7,80%

88,30% 3,90%

PERANAN DOKTER TERHADAP KETERSEDIAAN REKAM KESEHATAN ELEKTRONIK DI RSUD

KOTA TANGERANG

Peranan yang baik

Peranan yang cukup baik

Peranan yang kurang

22,10%

75,30%

2,60%

PENGETAHUAN DOKTER TERHADAP KETERSEDIAAN RKE

DI RSUD KOTA TANGERANG

Pengetahuann yang baik

Pengetahuan yang cukup baik

Pengetahuan yang kurang

16,90%

80,50% 2,60%

KETERSEDIAAN RKE DI RSUD KOTA TANGERANG

Ketersediaan RKE yang Lengkap

(5)

Berdasarkan tabel di atas , Jumlah responden dengan kelompok umur < 30 th sebanyak 12 orang (12%), 31-40 th sebanyak 31orang (31%), 41-50 th sebanyak 18 orang (18%), 51-60 th sebanyak 16 orang (16%), Kelompok umur tertinggi adalah kelompok umur 31-40 tahun (31%), dan paling sedikit kelompok umur <31 th (12%)

2. Jenis Kelamin Tabel 4.2

Distribusi Prosentase Frekwensi Responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis

Kelamin Frekwensi %

Laki-laki 32 42%

Perempuan 45 58%

Total 77 100%

Sumber: Hasil pengolahan data responden Excel, 2007

Berdasarkan tabel di atas , Jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 32 orang dan perempuan 45 orang. Responden perempuan (58%) lebih banyak dari laki-laki (42%).

3. Pendidikan terakhir Tabel 4.3

Distribusi Prosentase Frekwensi Responden

berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan

Terakhir Frekwensi %

Dokter

Umum 16 21%

Dokter

Spesialis 61 79%

Total 77 100%

Sumber: Hasil pengolahan data responden Excel, 2007

Berdasarkan tabel di atas , Jumlah responden yang Dokter Umum sebanyak 16 orang dan Dokter Spesialis 61 orang. Responden yang Dokter Spesialis jauh lebih tinggi (79%) dari yang Dokter Umum (21%).

4. Unit Kerja Tabel 4.4

Distribusi Prosentase Frekwensi Responden Berdasarkan Unit Kerja

Unit Kerja Frekwensi %

UGD 15 19.5%

Rawat Jalan 60 77.9%

Rawat Inap 1 1.3%

Lainnya 1 1.3%

Total 77 100%

Sumber: Hasil pengolahan data responden Excel, 2007

Berdasarkan tabel di atas , Jumlah responden unit kerja di UGD sebanyak 15 orang (19.8%), Responden yang di unit kerja Rawat Jalan sebanyak 60 orang (77.9%), Rawat Inap sebanyak 1orang (1.3%), Lainnya sebanyak 1 orang (1.3%), Responden yang di unit kerja Rawat Jalan lebih tinggi (77.9%) lebih tinggi dari di unit UGD (19.5%)

5. Lama Bekerja Tabel 4.5

Distribusi Prosentase Frekwensi Responden berdasarkan Lama

Bekerja Lama

Bekerja

Frekwens

i %

≤1 tahun 4 5.2%

>1-5 tahun 29 37.7%

>5-10 tahun 13 16.9%

> 10 tahun 31 40.3%

77

100.00 %

(6)

Sumber: Hasil pengolahan data responden Excel, 2007

Berdasarkan tabel di atas , Jumlah responden yang lama kerja < 1 tahun sebanyak 4 orang (5.2%), >1-5 tahun sebanyak 29 orang (37.7%), >5-10 tahun sebanyak 13 orang (16.9%), sedangkan >10 tahun sebanyak 31 orang (40.3%).

Kelompok lama bekerja terbanyak adalah kelompok yang bekerja >10tahun sebanyak 31 orang (40.3%).

C. ANALISIS BIVARIAT

Hasil dari Uji normalitas bahwa data ordinal dan terdistribusi tidak normal maka digunakan Uji korelasi Spearman untuk menguji hubungan antara peranan dan pengetahuan dokter dengan ketersediaan RKE

1) Hubungan antara Peranan dan Ketersediaan RKE

Tabel 4.6 Correlations

Pera nan

Keterse diaan

Spea rman ’s rho

Peranan Correlation

Coefficient 1,000 ,484** Sig. (2-tailed)

. ,000

N

77 77

Keterse diaan

Correlation

Coefficient ,484** 1,000

Sig. (2-tailed)

,000 .

N

77 77

Dari tabel di atas didapat nilai sig 0,000< 0,05 maka Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara peranan dokter dan ketersediaan RKE. Besar hubungannya

(r=0,484) berarti hubungan antara peranan dokter dan ketersediaan RKE cukup kuat. Koefisien determinasi yang di dapat adalah Kd = r2 x 100% = (0,484) 2 x 100% = 23,43 %. Dari hasil tersebut berarti 23,43% peranan dokter mempengaruhi ketersediaan RKE yang lengkap dan sisanya 76,57% dipengaruhi oleh faktor lain .

2) Hubungan antara Pengetahuan dan Ketersediaan RKE

Tabel 4.7 Correlations

Penget ahuan

Keters ediaan

Spearman's rho

Pengeta huan

Correlation

Coefficient 1,000 ,676** Sig.

(2-tailed) . ,000

N 77 77

Keterse diaan

Correlation

Coefficient ,676** 1,000 Sig.

(2-tailed) ,000 .

N 77 77

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel di atas didapat nilai sig 0,000< 0,05 maka Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dokter dan ketersediaan RKE. Besar hubungannya (r=0,676) berart hubungan antara peranan dokter dan ketersediaan RKE kuat.

Koefisien determinasi yang di dapat adalah Kd = r2 x 100% = (0,676) 2 x 100% = 45,7 %.

Dari hasil tersebut berarti 45,7% pengetahuan dokter mempengaruhi ketersediaan RKE yang lengkap dan sisanya 54,3% dipengaruhi oleh faktor lain .

(7)

D. HASIL PENGAMATAN PELAKSANAAN RKE DI LAPANGAN

Pelaksanaan RKE di RSUD Kota Tangerang telah dilaksanakan sejak rumah sait berdiri 10 Maret 2014, kemudian menerima BPJS sejak 1 September 2014. Karena memerlukan lembaran yang wajib ditandatangani oleh dokter maka sejak sejak Januari 2015 dilaksanakan juga RK yang manual atau ditulis oleh dokter, sehingga terjadi dualisme pelaksanaan.

PEMBAHASAN

A. ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF DAN DISTRIBUSI FREKWENSI

Dari tabel 4.10 dokter yang berperan cukup baik dan baik 96,1% (7,8% dan 88,3%) sedangkan yang kurang berperan dalam ketersediaan RKE hanya ada 3 orang= 3,9% . Dari tabel 4.11 dokter yang berpengetahuan baik dan cukup terkait RKE ada 97,4% (22,1% dan 75,3%) dan sisanya yang berpengetahuan kurang 2 orang = 2,6% terkait RKE. Sedangkan dari tabel 4.12 ketersediaan RKE yang lengkap dan cukup lengkap ada 97,4% (16,9% dan 80,5%) dan sisanya yang kurang lengkap ada 2 RKE= 2,6%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa peranan dan pengetahuan dokter cukup tinggi dan juga ketersediaan RKE juga cukup tinggi.

B. ANALISIS BIVARIAT

1. ANALISIS PENGARUH

PERANAN DOKTER TERHDAP KETERSEDIAAN

RKE

Berdasarkan uji korelasi Spearman (table 4,13) diperoleh bahwa dokter berperan dalam ketersediaan RKE di RSUD Kota Tangerang  Dari hasil tersebut berarti 23,43% peranan dokter mempengaruhi ketersediaan RKE yang lengkap dan sisanya 76,57% dipengaruhi oleh faktor lain .

a. Menurut Margret K.

Amatayakul (2014); Keterlibatan pengguna dari awal merupakan suatu prasyarat untuk proyek RKE. Pengguna termasuk seluruh dokter seperti juga bagian administrasi keuangan, orang lain yang percaya dengan RKE untuk memikul tanggungjawab mereka. Hasil yang diperoleh bahwa keikutsertaan dokter dalam perencanaan tersedianya RKE cukup tinggi sebesar 91,4% berarti dokter diikutsertakan dalam penyediaan dan pengambil keputusan pengadaan system informasi RSUD Kota Tangerang.

b. Adanya “Physician Champion” akan menjadi contoh dan membantu teman sejawatnya dalam pelatihan dan penggunaaan RKE terutama di tempat kerja , hal ini sangat membantu tim IT RSUD Kota Tangerang

c. Sesuai dengan UU Praktek

Kedokteran bahwa dokter wajib mencatat rekam medis dengan baik dan benar serta mencatat informasi yang diberikan kepada pasien dan keluarganya. Dalam implementasi hal ini dilaksanakan dengan baik oleh para dokter di RSUD Kota Tangerang dapat dilihat dari tingginya ketersediaan RKE

(8)

Kesimpulan : Dimensi Peranan Dokter , memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketersediaan RKE. Dokter yang mempunyai kemampuan yang lebih dapat dijadikan Champion sehingga dapat menjadi panutan atau membantu teman sejawatnya bila mengalami kesulitan dalam pelaksanaan RKE.

2. ANALISIS PENGARUH

PENGETAHUAN DOKTER TERHADAP KETERSEDIAAN RKE

Berdasarkan uji korelasi Spearman (table

4,13) diperoleh bahwa 45,7%

pengetahuan dokter mempengaruhi ketersediaan RKE yang lengkap dan sisanya 54,3% dipengaruhi oleh faktor lain

Amatayakul mengatakan bahwa pentingnya pengetahuan dokter terkait dengan computer selaku sebagai pengguna media elektronik dalam bekerja. Untuk membantu mengajar bagi pengguna dalam hal ini para dokter dapat dilakukan dengan membagikan CD literatur dan CD demonstrasi , Website demonstrasi atau demonstrsi produk RKE secara berkala sehingga pengguna bisa mulai belajar sistem ini.Jika hal ini dilakukan sebagai aktifitas edukasi, perlu adanya komunikasi antara pengguna dan vendor .

Pada kenyataannya dokter yang bekerja di RSUD Kota Tangerang mempunyai pengetahuan yang cukup dalam mengoperasikan komputer.

Kesimpulan : Dimensi Pengetahuan Dokter , memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketersediaan RKE. Pengetahuan dokter perlu ditingkatkan baik dari CD literatur, CD demonstrasi maupun dari website. Pelaksanaannya dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan rutin maupun mandiri.

C. PELAKSANAAN RKE

Berdasarkan pengamatan saat ini bahwa pelaksanaan RKE juga disertakan pelaksanaan RK yang manual atau dokter juga menulis di kertas

Pelaksanaan RKE yang dualisme dengan manual sejak Januari 2015 di RSUD Kota Tangerang dapat mempengaruhi para dokter karena mengerjakannya dua kali. Hal ini mungkin akan mempengaruhi ketersediaan RKE pada tahun 2015. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan pada masa yang akan datang untuk ketersediaan RKE

KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan

1 Karakteristik Responden

Dari keseluruhan indikator yang ditanyakan kepada responden mengenai data pribadi maka dapat disimpulkan bahwa:

Kelompok Umur tertinggi adalah kelompok umur 31-40 tahun (31%), dan paling sedikit kelompok umur <31 th (12%), Responden perempuan (58%) lebih banyak dari laki-laki (42%). Dokter Spesialis jauh lebih tinggi (79%) dari yang Dokter Umum (21%). Responden yang bekerja di unit kerja Rawat Jalan lebih tinggi (77.9%) dari di unit UGD (19.5%),

Kelompok yang lama bekerja

terbanyak adalah kelompok yang bekerja >10 tahun sebesar 40.3%). Dan kelompok responden dengan lama kerja 1-5 tahun terkecil (5.2%)

2 Berdasarkan uji korelasi Spearman diperoleh bahwa :

a) Dokter berperan dalam

ketersediaan RKE di RSUD Kota Tangerang , 23,43% peranan

(9)

dokter mempengaruhi ketersediaan RKE yang lengkap dan sisanya 76,57% dipengaruhi oleh faktor lain .

b) Bahwa 45,7% pengetahuan

dokter mempengaruhi

ketersediaan RKE yang lengkap dan sisanya 54,3% dipengaruhi oleh faktor lain

B SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas dengan adanya pengaruh dimensi-dimensi peranan dan pengetahuan dokter terhadap ketersediaan RKE maka saran yang diberikan sebagai bahan masukan dan pemikiran:

Bagi pimpinan RSUD Kota Tangerang:

1 Dokter yang mempunyai

kemampuan yang lebih dapat dijadikan Champion sehingga dapat menjadi panutan atau membantu teman sejawatnya bila mengalami kesulitan dalam pelaksanaan RKE.

2 Meningkatkan pengetahuan

dokter dengan menyediakan CD literatur, CD demonstrasi atau dari website. Pelaksanaannya dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan rutin maupun mandiri. 3 Mencari solusi yang tepat agar

pelaksanaan Rekam Kesehatan secara Elektronik dapat mendukung seluruh kepentingan sehingga tidak perlu lagi dilakukan secara manual, untuk itu perlu di lakukan penelitan lanjutan tetang ketersediaan RKE pada masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Amatayakul, Margret K., Electronic Health Records, (AHIMA, Chicago, Illionis, 2012)

Boonstra, A., & Broekhuis, M. (2010). Barriers to the acceptance of electronic medical records by physicians from systematic review to taxonomy and interventions. BMC Health Services

Research, 10, 231.

doi:http://dx.doi.org/10.1186/1472-6963-10-23

Darice Grzybowski, Strategic for Electronic Document and Health Record Management, (AHIMA, Chicago, Illionis, 2014)

Davis, MM., Heineke, Janelle, Managing Services, (Mc.Graw-Hill International, New York, 2003)

Dirjen Bina Yanmed, Standar Pelayanan minimal RS, 2008

Hatta, Gemala, Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan, (UI Press, Jakarta: 2008)

Helton, Jeffrey R Assessing The Impact Of Electronic Health Record Technology Adoption On Hospital Labor Efficiency , The University Of Texas School Of Public Health Houston, Texas May, 2011

Hosizah, Kumpulan Peraturan Perundangan Rekam Medsi dan Informasi Kesehatan (aptiRMIK Press, Yogyakarta, Januari 2014)

Huffman, Edna K., “Health Information Management :10th edition, ( Berwyn, Illinois : Physician Record Co, 1994).

(10)

Notoadmodjo, Soekidjo. “Kesehatan Masyarakat”, (Jakarta :Rineka Cipta, 2007)

Patel , Vaishali et al,Variation in Electronic Health Record Adoption and Readiness for Meaningful Use: 2008–2011, Journal General Internal Medicine, 28(7):957–64 ,Januari 2013

Takian, Amirhossein et al ,We are bitter, but we are better off: case study of the implementation of an electronic health record system into a mental health

hospital in England, BMC Health Services Research 2012, 12:484

http://www.biomedcentral.com/1472-6963/12/484

Weng Chi Chao, et al, Benefits And Challenges Of Electronic Health Record System on Stakeholders, J Med Syst (2013)

Blog: Fuad, Anis, Peran Teknologi Informasi untuk Mendukung Manajemen Informasi Kesehatan di Rumah sakit: September, 2005

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimanakah metode mengekstraksi pati dari batang sawit, memisahkan selulosa dari komponen lain yang terdapat di dalam

Peraturan tersebut belum secara tegas memberikan arahan kepada berbagai pihak terkait kebijakan pengelolaan konservasi sumberdaya danau secara umum dan secara

taman kanak- kanak islamiyah pontianak di harapkan bahasa anak dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya, berdasarkan hasil observasi di lokasi

Tutorial, Panduan, Flash, Rooting, Custom ROM dan juga cara serta bantuan bagaimana Menggunakan Android dengan Cara menghilangkan jejak pencarian di youtube Rumor – Samsung Galaxy

h. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2) Seksi Pengelolaan Pupuk Pestisida dan Pembiayaan Pertanian Seksi

Metastasis pada tulang tengkorak yang terkait dengan kanker tiroid hanya sebanyak 2,5-5,8% kasus, namun jarang memberikan gambaran awal berupa metastasis jauh.. Hanya sedikit

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa setiap kenaikan suhu 10 o C konstanta kecepatan reaksi rata-rata naik dua kali lipat kecuali pada suhu 343 K, sehingga dapat disimpulkan bahwa

Pada saat analisa produk biodiesel, kandungan air yang seharusnya tidak boleh ada pada produk biodiesel menyebabkan hasil analisa untuk parameter parameter yang