PERAN PARTAI BOSHELVIK DALAM REVOLUSI 1917 DIBAWAH
PIMPINAN VLADIMIR LENIN
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Drs. Tonny P. Situmorang, M.Si.
Dosen Pembaca : Drs. Ahmad Taufan Damanik, M.A.
PUTRI KRISTINAWATI
090906038
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis penjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan anugerah-Nya, Skripsi yang berjudul “Peran Partai Boshelvik
Dalam Revolusi 1917 Dibawah Pimpinan Vladimir Lenin” ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat menempuh ujian akhir
Strata-1, Jurusan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis haturkan kepada :
1. Orang tua saya Ibu Ir. Rosetty Sitorus yang selalu memberikan semangat
kepada saya baik secara moril maupun materi. Terima kasih sudah
membesarkan saya.
2. Kepada kakak dan abang saya, Elizabeth Sihombing, S.P, Sri Yanti
Lantika, S. P, Boyke, Jimmy Sihombing, Amd, yang selalu memberikan
arahan kepada saya untuk bisa menjadi orang yang semakin dewasa dalam
berpikir dan berprilaku. Dan keluargaku yang lainnya. Terima kasih
keluargaku. Aku sayang kalian.
3. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Dekan
Fakultas Ilmu Politik (FISIP) USU.
4. Terima kasih kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M. Si selaku Ketua
Departemen Ilmu Politik FISIP USU.
5. Penulis menucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Tonny P.
Situmorang, M. Si selaku dosen pembimbing dan Drs. Ahmad Taufan
Damanik, M. A selaku dosen pembaca untuk segala saran, kritik dan
motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini. Terima kasih atas bimbingannya.
6. Terima kasih teman-teman kepada FMN cabang Medan dan FMN Ranting,
terkhusus kepada Che Rahmad, Kiki, Nico Demus, Halim, Kosner,
Kennedy.
7. Terima kasih kepada Standy yang selalu memotivasi saya, Andreas
saya selama proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa saya ucapkan
satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dalam pengumpulan data, pengolahan data, serta penyajiannya. Penulis berharap
penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca walaupun masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka
untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih bagi semua pihak
yang telah memberi bimbingan, masukan, bantuan dan dukungan selam proses
pengerjaan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Medan, 10 Juni 2013
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
PUTRI KRISTINAWATI (090906038)
PERAN PARTAI BOSHELVIK DALAM REVOLUSI 1917 DIBAWAH PIMPINAN VLADIMIR LENIN
ABSTRAKSI
Partai politik merupakan suatu wadah baru yang muncul di sekitaran abad ke 19, untuk menunjang hak politik dan aspirasi setiap individu politik. Partai politik telah menjadi kekuatan untuk membebaskan diri dari genggaman kaum feodal dan menjadi komponen yang membentuk pemerintahan. Di Rusia, kehadiran partai politik menjadi sangat penting dalam membebaskan masyarakat Rusia dari kaum feodal dan kaum borjuis kapitalis. Sejak awal munculnya partai politik (Partai Boshelvik) telah membawa perubahan baik dalam pola, taktik dan strategi pergerakan politik Rusia. Munculnya kekuatan-kekuatan politik seperti Boshelvik dan Menshevik telah membawa perubahan bentuk kekuasaan yang dahulunya dikuasai sistem feodalisme dan kapitalisme untuk mencapai Negara Sosialis Rusia. Salah satu kekuatan politik yang cukup besar peranannya adalah Partai Boshelvik. Partai Boshelvik sebagai sebuah partai politik yang sangat berperan dan berpengaruh dalam pencapaian revolusi sosialis yang terjadi pada tahun 1917. Hal ini dapat dilihat dalam setiap pemberontakan untuk menentang sistem otokrasi kekaisaran Rusia dan menentang sistem borjuasi dan Pemerintahan Sementara yang menggantikan tsar setelah dilaksanakannya revolusi tahap awal sebagai jalan awal untuk meneruskan revolusi tahap kedua sehingga tercapai revolusi 1917 yaitu revolusi sosialis. Perannya dalam kedua revolusi ini dapat dilihat dalam meruntuhkan sistem feodalisme dan sistem kapitalisme yang tengah membudaya lamaRusia.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang bersumber dari buku-buku dan internet. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu dengan menggambarkan, meringkaskan dari berbagai kondisi yang timbul pada objek penelitian kemudian ditafsirkan secara deskriptif. Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori materialisme dialektika dari Karl Marx, terutama yang berkaitan dengan teori revolusi.
Partai Politik, Revolusi, Vladimir Lenin
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
PUTRI KRISTINAWATI (090906038)
PERAN PARTAI BOSHELVIK DALAM REVOLUSI 1917 DIBAWAH PIMPINAN VLADIMIR LENIN
ABSTRACT
Political parties are an emerging new container Area 19th century, to support the political right and the political aspirations of each individual. Political parties have become a force to free themselves from the grip of the feudal lords and the components that make up a rule. In Russia, the presence of political parties is essential in freeing Russia from the feudal society and capitalist bourgeoisie. Since the beginning of the emergence of political parties (party Boshelvik) has brought good changes in patterns, tactics and strategy of Russia's political movement. The emergence of such political forces and Mensheviks Boshelvik has brought changes in the form of power that was once controlled by the system of feudalism and capitalism to reach the Russian Socialist State. One political force is quite large role Boshelvik party. Boshelvik Party as a political party that was instrumental and influential in achieving a socialist revolution that occurred in 1917. It can be seen in any rebellion against the autocratic system of the Russian empire and oppose bourgeois system and the Provisional Government that replaced the Tsar after the implementation of the early stages of the revolution as the beginning of the second stage of the revolution to continue in order to reach the 1917 revolution the socialist revolution. His role in this revolution can be seen both in undermining the system of feudalism and capitalism system that was entrenched old Russia.
Under the leadership of Vladimir Lenin, the Party Boshelvik role of government in society and not just collect a lot of masses to insurrection. However, in this article I will look at is: The Role of Party Boshelvik during the feudal system, and the bourgeois Boshelvik Party united to fight against the autocratic system that has brought the ancient Russian peasant who monopolize their land and also had affected the workers, while the lifetime of the system boshelvik capitalism is replacing the role of the party that has served the bourgeoisie replaced the tsarist autocracy towards socialist revolution (1917) in order to create a communist society that works according to his ability, and according to his needs. Together with Lenin, the Party Boshelvik able to be a mirror for the other countries to the firm running the ideology of Marxism in order to achieve the 1917 revolution.
descriptive qualitative method is to describe, summarize the various conditions that arise from the research object then interpreted descriptively. Theory is used to explain these problems is the theory of dialectical materialism of Karl Marx, especially with regard to the theory of revolution.
Political Parties, Revolution, VladimirLenin
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...………..… i
ABSTRAKSI ………...… iii
DAFTAR ISI ………...………...… vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1. Latar Belakang ………...… 1
I.2. Perumusan Masalah ...……… 8
I.3. Pembatasan Masalah …....………...……… 10
I.4. Tujuan Penelitian ...……… 10
I.5. Signifikansi Penelitian ………...……… 10
I.6. KerangkaTeori ………....……… 11
I.6.1. Teori Partai Politik ………...… 11
I.6.1.1. Teori Partai Politik …………...……… 12
I.6.1.2. Fungsi Partai Politik …………...……… 13
I.6.1.3. Tipologi Partai Politik ……… 14
I.6.1.4. Tipologi Sistem Kepartaian ……… 15
I.6.1.5. Klasifikasi Partai …………...…………...…… 16
I.6.2. Teori Revolusi ...………...…… 16
I.6.2.1. Filsafat Materialisme ………...…… 18
I.6.2.2. Materialisme Dialektika Histori ………...…… 19
I.6.2.2.3. Hukum Umum Perkembangan
Masyarakat …………... 23
I.6.2.2.4. Basis dan Bangun Atas ………...… 24
I.6.2.2.5. Kelas dan Perjuangan Kelas ……....… 24
I.6.2.2.6. Negara dan Revolusi ………...… 25
I.6.2.2.7. Peran Massa dan Pimpinan dalam Sejarah ...…………... 26
I.7. Metodologi Penelitian ………...………... 27
I.7.1. Jenis Penelitian ... 27
I.7.2. Teknik Pengumpulan Data ... 27
I.7.3. Teknik Analisa Data ... 28
I.7.4.Kerangka Konsep Kerja ... 30
I.8. Sistematika Penulisan ………...… 31
BAB II KETERKAITAN IDE DAN PRAKTEK LENIN ... 32
II.1. Biografi Vladimir Lenin ……... 32
II.2. Latar Belakang Pemikiran Vladimir Lenin ... 35
II. 2. 1. Tokoh yang Berpengaruh Terhadap Pemikiran Lenin ...………... 35
a. Karl Marx ………...… 35
b. Georgii Plekhanov………...… 36
II. 2. 2. Pokok-Pokok Pemikiran Vladimir Lenin ... 38
II.2.2.1. Kepercayaanatas Hukum Evolusi Sejarah Umat Manusia ...…………... 38
II.2.2.2. Kaum Proletar-Petani kecil sebagai pilar Revolusi Sosialis ……...…… 39
II.2.2.3. Tugas Partai dan Sifat Kepemimpinannya 42
II.3. Kondisi Masyarakat Rusia, Lahirnya Partai di Rusia, Partai Boshelvik dan Ide-ide Lenin ……… 48
BAB III ANALISIS PENELITIAN ... 64
III.1. Revolusi Februari 1917 ...……… 84
III.2. Revolusi Oktober 1917 ... 90
III.3. Pasca Revolusi, Menjelang Meninggalnya Lenin dan Melemahnya Partai ...………… 99
BAB IV PENUTUP ... 110
IV.1. Kesimpulan ...……… 110
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
PUTRI KRISTINAWATI (090906038)
PERAN PARTAI BOSHELVIK DALAM REVOLUSI 1917 DIBAWAH PIMPINAN VLADIMIR LENIN
ABSTRAKSI
Partai politik merupakan suatu wadah baru yang muncul di sekitaran abad ke 19, untuk menunjang hak politik dan aspirasi setiap individu politik. Partai politik telah menjadi kekuatan untuk membebaskan diri dari genggaman kaum feodal dan menjadi komponen yang membentuk pemerintahan. Di Rusia, kehadiran partai politik menjadi sangat penting dalam membebaskan masyarakat Rusia dari kaum feodal dan kaum borjuis kapitalis. Sejak awal munculnya partai politik (Partai Boshelvik) telah membawa perubahan baik dalam pola, taktik dan strategi pergerakan politik Rusia. Munculnya kekuatan-kekuatan politik seperti Boshelvik dan Menshevik telah membawa perubahan bentuk kekuasaan yang dahulunya dikuasai sistem feodalisme dan kapitalisme untuk mencapai Negara Sosialis Rusia. Salah satu kekuatan politik yang cukup besar peranannya adalah Partai Boshelvik. Partai Boshelvik sebagai sebuah partai politik yang sangat berperan dan berpengaruh dalam pencapaian revolusi sosialis yang terjadi pada tahun 1917. Hal ini dapat dilihat dalam setiap pemberontakan untuk menentang sistem otokrasi kekaisaran Rusia dan menentang sistem borjuasi dan Pemerintahan Sementara yang menggantikan tsar setelah dilaksanakannya revolusi tahap awal sebagai jalan awal untuk meneruskan revolusi tahap kedua sehingga tercapai revolusi 1917 yaitu revolusi sosialis. Perannya dalam kedua revolusi ini dapat dilihat dalam meruntuhkan sistem feodalisme dan sistem kapitalisme yang tengah membudaya lamaRusia.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang bersumber dari buku-buku dan internet. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu dengan menggambarkan, meringkaskan dari berbagai kondisi yang timbul pada objek penelitian kemudian ditafsirkan secara deskriptif. Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori materialisme dialektika dari Karl Marx, terutama yang berkaitan dengan teori revolusi.
Partai Politik, Revolusi, Vladimir Lenin
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
PUTRI KRISTINAWATI (090906038)
PERAN PARTAI BOSHELVIK DALAM REVOLUSI 1917 DIBAWAH PIMPINAN VLADIMIR LENIN
ABSTRACT
Political parties are an emerging new container Area 19th century, to support the political right and the political aspirations of each individual. Political parties have become a force to free themselves from the grip of the feudal lords and the components that make up a rule. In Russia, the presence of political parties is essential in freeing Russia from the feudal society and capitalist bourgeoisie. Since the beginning of the emergence of political parties (party Boshelvik) has brought good changes in patterns, tactics and strategy of Russia's political movement. The emergence of such political forces and Mensheviks Boshelvik has brought changes in the form of power that was once controlled by the system of feudalism and capitalism to reach the Russian Socialist State. One political force is quite large role Boshelvik party. Boshelvik Party as a political party that was instrumental and influential in achieving a socialist revolution that occurred in 1917. It can be seen in any rebellion against the autocratic system of the Russian empire and oppose bourgeois system and the Provisional Government that replaced the Tsar after the implementation of the early stages of the revolution as the beginning of the second stage of the revolution to continue in order to reach the 1917 revolution the socialist revolution. His role in this revolution can be seen both in undermining the system of feudalism and capitalism system that was entrenched old Russia.
Under the leadership of Vladimir Lenin, the Party Boshelvik role of government in society and not just collect a lot of masses to insurrection. However, in this article I will look at is: The Role of Party Boshelvik during the feudal system, and the bourgeois Boshelvik Party united to fight against the autocratic system that has brought the ancient Russian peasant who monopolize their land and also had affected the workers, while the lifetime of the system boshelvik capitalism is replacing the role of the party that has served the bourgeoisie replaced the tsarist autocracy towards socialist revolution (1917) in order to create a communist society that works according to his ability, and according to his needs. Together with Lenin, the Party Boshelvik able to be a mirror for the other countries to the firm running the ideology of Marxism in order to achieve the 1917 revolution.
descriptive qualitative method is to describe, summarize the various conditions that arise from the research object then interpreted descriptively. Theory is used to explain these problems is the theory of dialectical materialism of Karl Marx, especially with regard to the theory of revolution.
Political Parties, Revolution, VladimirLenin
BAB I PENDAHULUAN
I. 1. PENDAHULUAN
Partai Boshelvik atau bolchinstvo adalah golongan terbesar Rusiayang
menyetujui terbentuknya partai perjuangan untuk menentang kekuasaan Tsar
dibawah pimpinan Vladimir Lenin. Golongan mayoritas Rusia yang mengatas
namakan kaum tertindas dinegara tersebutmemiliki tujuan untuk mengambil tanah
rakyat yang dirampas kaum bangsawan dan membagikannya kepada rakyat, juga
menginginkan suatu perubahan secara menyeluruh dari sistem pemerintahan
monarki absolut (Tsar) dengan jalan revolusi sosialis yang dicita-citakan oleh
Vladimir Lenin menuju masyarakat komunis. Golongan ini mewakili kaum
tertindas dan terasing dari hidupnya karena adanya penguasaan yang dilakukan
oleh negara, tuan tanah (bangsawan) dan kaum borjuis (bangun atas) dari alat
produksi yang seharusnya menjadi sumber kehidupan bagi kaum petani di Rusia.
Dengan sistem feodalisme kuno yang masih berkembang di Rusia ini yang
menyengsarakan rakyat, menimbulkan simpatik dari kaum terpelajar Rusia, kaum
terpelajar ini nantinya bersama proletar untuk menumbangkan dominasi tsar. Oleh
sebab itu,Partai boshelvik hadir menjadi mediator bagi kaum tertindas untuk
melaksanakan revolusi, karena partai menjadi sarana untuk meruntuhkan
feodalisme di Rusia.
Meruntuhkan sistem pemerintahan Tsar di Rusia ini, harus dilakukan dengan
Revolusi. Sebab revolusi menjadi jalan sebuah pertarungan kekuatan secara
terbuka antara kekuatan sosial di dalam perjuangan untuk mengambil alih
kekuasaan. Rusia sama halnya dengan Paris pada ketika terjadi pertentangan kelas
yang berujung pada sebuah revolusi. Revolusi Bonaparte III untuk menjatuhkan
dominasi kekuasaan Raja Louis Philip. Yang mana revolusi itu terjadi antara
kaum aristokrasi pemilik modal, borjuis industri, kelas menengah, angkatan
penduduk pedesaan berhadapan dengan para petani, para pekerja kota Paris dan
sejumlah pemimpin sosial. Penguasaan atas SDA dan industialisasi yang
dilakukan kaum bangsawan/borjuis terhadap petani maupun budakdemi
membawa Rusia kearah yang lebih maju lagi dengan mereformasi sistem ekonomi
melalui masuknya kapitalisme dilakukan oleh Kaisar tanpa memperdulikan nasib
rakyat.
Marx mengatakan bahwa sejarah perkembangan manusia adalah sejarah
petentangan dan perjuangan kelas. Pertentangan kelas penindas dan kelas tertindas
dimana ada penguasaan terhadap alat produksi dan adanya hak milik pribadi yang
dilakukan oleh kelas penindas (kaum feodal, kaum bangsawan, kaum borjuis, dll)
terhadap kaum tertindas (petani, buruh, mahasiswa, kaum miskin kota, dll). Oleh
karenanya kaum tertindas berjuang untuk mengambilalih alat produksi yang telah
dimonopoli oleh tuan-tuan tanah, tsar maupun kaum borjuis kapital.
Kerajaan Rusia luasnya mencapai lebih dari 22.000.000 km persegi dengan
penduduknya hampir berjumlah 170 juta orang ini mayoritas penduduknya adalah
kaum tani. Republik Soviet atau Rusia adalah negara terbesar diantara 15
Republik Uni Soviet lainnya, yaitu Ukrania, Belarusia, Uzbekistan, Kazakstan,
Georgia, Azarbeijan, Lithuania, Moldafia, Latvia, Kirgiztan, Tajikistan, Armenia,
Turkmenia dan Estonia. Republik Rusia terbentang antara sebelah utara dekat
kutub utara dan sampai pada samudera Arktika yang es-nya selalu membeku
walaupun pada musim panas. Di sebelah barat Rusia berbatasan dengan Lautan
Baltik, dan di sebelah timur terbentang sampai ke Laut Bering yang memisahkan
antara Asia dan Amerika.1
Bersinarnya Kekaisaran (Tsar) di Rusia dimulai 1598 setelah kejatuhan
Dinasti Rurik dan digantikan oleh Tsar Alexei Michael Romanov pada tahun
1613, Peter Yang Agung, Katerina, Paul I (anak Katerina yang pertama, dalam 5
tahun menjabat ia meninggal) dan digantikan oleh Alexander I (1801), Nicholas I
(1825), Alexander II (1861), Tsar Alexander III (1881) dan terakhir sampai
1
Nicholas II. Dibawah kekuasaan Tsar masyarakat hidup dibawah tekanan Tsar
maupun tuan tanah. Besarnya dominasi Tsar membuat Rusia tetap
mempertahankan masyarakat agrarisnya yang didasarkan pada perbudakan.
Menjelang pertengahan abad ke-19, hanya sekitar 8 sampai dengan 10 % dari 60
juta penduduk kekaisaran Rusia yang tinggal di kota. Didaerah pinggiran kota
yang sangat luas, berjuta-juta petani-budak merasa terikat dengan kampung dan
mengerjakan ladang tanah milik bangsawan atau negara secara bergantian, mereka
bekerja hanya semata-mata meningkatkan hasil padi-padian.2
Menyebabkan terjadinya gelombang pemberontakan oleh kaum tani
dikarenakan hal tersebut diatas, dimana,
Dari 10 juta
keluarga tani di Rusia, 3 ½ juta rumah tangga adalah petani yang tidak
mempunyai alat produksi, mereka menanami hanya sebagaian kecil dari tanah
mereka sisanya mereka harus menyerahkan sebagian hasil lagi kepada kaum kulak
(petani kaya) dan mereka terpaksa mencari pekerjaan tambahan. Para kulak, justru
sebaliknya, jumlah mereka sekitar 1 ½ juta dan memiliki 50 persen areal tanah.
3
Tahun Peserta Pemberontakan Kaum Tani
1835-1854 230
1855-1854 400
1861 54
Pemberotakan tidak merubah kenyataan bahwa kaum tani tertindas, sebab
Tsar tidak mengindahkan nasib petani yang dirampas alat produksinya dan kaum
tani kembali tunduk pada kekuasaan Tsar yang feodal itu. Didalam menjalankan
roda pemerintahan Tsar tidak hanya memiliki kekuasaan legislatif, eksekutif dan
yudikatif, tetapi Tsar merupakan pemilik negara yang berhak mengeksploitasi
sumber daya alam maupun manusia. Hal ini disebabkan kepercayaan Kristen
2
Iran Bruhat, Sedjarah Sovjet Rusia, (Djakarta: Kebangsaan Pustaka Rakyat N. V. Djakarta, 1954), hal. 8-9
3
Ortodoks Rusia yang mengatakan bahwa Tsar adalah utusan Tuhan dimuka bumi,
maka diharuskan memiliki kepatuhan terhadap ajaran agama Kristen Ortodoks
dan rakyat dituntut untuk setia dan menghamba kepada Tsar. PemerintahanTsar
sangat reaksioner dan bersifat otokratis. Tsar menggunakan cara-cara militer
untuk mengepung massa yang melakukan pemberontakan sehingga mereka dapat
dengan mudah dibubarkan.
Tak heran, banyak yang menyebutkan bahwa petani di Rusia adalah budak
bagi tuan tanahnya dibawah kepemerintahan Tsar. Tidak satu pun yang berani
melakukan perlawanan, sebab dibawah dominasi Feodalisme yang menanamkan
pemikiran bahwa Raja adalah utusan tuhan di dunia, sehingga kaum feodal dapat
melegitimasikan pengaruhnya kepada rakyat, dengan demikian mereka tidak
mempunyai kemampuan untuk melakukan revolusi dikarenakan besarnya
kekuatan kekaisaran dan besarnya pengaruh tuan tanah terhadap kaisar. Melihat
keadaan itu menimbulkan pemikiran-pemikiran kritis dari golongan terpelajar
untuk melakukan revolusi. Feodalisme itu mendorong adanya rasa persatuan, rasa
kesadaran dari rakyat untuk merubah dan mengganti kekuasaan yang
menyengsarakan itu.
Maka, berbagai organisasi bermunculan untuk menghancurkan dominasi
feodalisme di Rusia. Organisasi itu membentuk Serikat Buruh dan kemudian
seiring berjalannya waktu membentuk Partai. Serikat Buruh pertama pada tahun
1857 bernama Serikat Buruh Rusia Bagian Selatan (hanya 8 bulan), pada 1878
bernama Serikat Buruh Rusia Barat Laut. Tuntutan serikat buruh ini adalah
pengurangan jam kerja, dan kebebasan politik. Sama halnya dengan PBSDR
sebelum akhirnya terpecah menjadi Partai Boshelvik dan Partai Menshevik.
Berbagai pemberontakan dilakukan untuk meruntuhkan sistem feodal, sistem
perhambaan ala rusia yang mirip dengan sistem perbudakan tersebut tetapi
besarmya kekuasaan Tsar untuk meredam pemberontakan dilakukan dengan
berbagai cara. Hingga akhirnya, Tsar Alexander II memaksakan suatu reformasi
agraria yang seharusnya menjadi tuntutan kaum borjuis, ternyata diambil ahli oleh
Pemberontakan yang terjadi antara kaum penindas dan kaum tertindas,
menimbulkan kekuatan baru yaitu golongan borjuasi. Inilah yang disebut Marx
sebagai dialektika. Dikarenakan pemberontakan untuk meruntuhkan sistem
feodalisme, menyebabkan Tsar melakukan reformasi. Reformasi agraria
menyebabkan industrialisasi pun didorong dari atas oleh kekaisaran.
Rusia menjelang abad ke-20 adalah gerbang terbukanya kapitalisme dengan
mulai bermunculannya industrialisasi. Berkembangnya industrialisasi di Rusia
yang mana pada tahun 1865-1890 jumlah pekerja di pabrik dan perusahaan kereta
api melonjak dari 706.000 orang menjadi 1.433.00 orang kemudian meningkat
pada tahun 1900 naik menjadi 2.792.000 dan pada tahun ini terdapat 269
perusahaan asing yang tersebar diseluruh Rusia yang awalnya hanya terdapat 16
perusahaan saja pada tahun 18864
Peserta pemogokan dengan Isu Politik di Rusia:
dan kebanyakan perusahaan dimiliki oleh pihak
asing.Sejak kelahiran kaum buruh di Rusia telah terjerumus kedalam
industri-industri termaju dengan konsentrasi kekuatan kaum pemodal dengan kondisi kerja
kaum buruh yang menyedihkan yang mana upah buruh laki-laki adalah satu rubel
per hari dan untuk buruh perempuan hanya setengah rubel. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya pemogokan dikalangan buruh dan dapat dilihat dari
perkembangan gerakan buruh di Rusia.
5
Tahun Peserta Pemogokan (dalam ribuan)
1903 87*
1904 25*
1905 1.843
1906 651
1907 540
1908 93
1909 8
4 Edy Haryadi,
Lenin: Pikiran, Tindakan dan Ucapan
5
1910 4
1911 8
1912 550
1913 502
1914 (semester pertama) 1059
1915 156
1916 310
1917 (Januari-Februari) 575
* termasuk pemogokan ekonomi
Terlihat bahwa mereka yang tertindas semakin reaksioner dan kesadaran
sosialnya telah terbangun dan semakin matang untuk terus melakukan
pemogokan. Oleh karena itu diperlukan Partai untuk membangun dan
membimbing para proletar (buruh, tani, kaum tertindas) untuk terus berjuang
menentang sistem pemerintahan yang sangatberpihak pada pemilik modal.
Dari perkembangan atau peran organisasi pada periode ini sebagai wadah
untuk menggalang dan melakukan propaganda untuk melawan kekuatan feodal.
Pasca kejatuhan Tsar nantinya akan memberikan harapan kepada kaum buruh,
tani, masyarakat, mahasiswa, kaum miskin kota untuk menata sistem yang telah
usang menjadi yang baru. Begitu juga terhadap perkembangan partai memberikan
harapan baru bagi mereka yang tertindas oleh kaum bangsawan dan tuan tanah.
Mereka para penguasa modal maupun tuan tanah ini juga menguasai negara.
Kelas-kelas penghisap memerlukan kekuatan politik untuk kepentingan
mempertahankan penghisapan, yaitu untuk kepentingan rakus segelintir minoritas
terhadap mayoritas terbesar rakyat. Kelas-kelas terhisap juga memerlukan
kekuasaan politik untuk kepentingan menghapus sepenuhnya segala penghisapan,
yaitu untuk kepentingan mayoritas rakyat melawan segelintir minoritas pemilik
budak modern (para tuan tanah dan para kapitalis).6
6
V.I. Lenin, State and Revolution, copyright 1932 and 1943,International Publisher Co. Inc. PDF (diunduh pada 18 September 2012, pukul 12.38)
kaum pemberontak (proletar) tidak mengerti dan memahami tujuan atau esensi
dari keinginan mereka melakukan sebuah revolusi.
Maka oleh Vladimir Lenin sebagai tokoh sosialis dan bapak komunis ini
menganggap penting untuk mendirikan Partai Kelas Buruh, dimana partai ini
nantinya akan berperan aktif dalam memberikan kesadaran sosial pada kelas
buruh tentang penindasan dan bagaimana mengatasi serta merubahnya ke dalam
masyarakat yang lebih baik, yaitu masyarakat sosialis dan akhirnya masyarakat
komunis serta tugas yang tak terbantahkan dari semua pekerja dalam sebuah
negara yang ada, terlepas dari kebangsaannya, untuk bersatu dalam satu
organisasi, ia juga menekankan pada pentingnya pengharapan atas “hak untuk
menentukan nasib sendiri.7
Penulis ingin mengungkapkan apa yang menjadi landasan berpikir V.I
Lenin mengenai peran partai Boshelvik dalam revolusi. Apa dan bagaimana
pemikiran V.I Lenin tentang tindakan sebuah partai didalam mencapai revolusi.
Apakah benar pemikiran V.I Lenin berdampak besar terhadap negara Rusia.
Sebagaimana yang dikatakannya, bahwa negara adalah Proletariat yang
terorganisir sebagai kelas yang berkuasa. Sedangkan revolusi menurut Lenin,
diperlukan adanya strategi dan taktik revolusi berupa penyusupan-penyusupan
kedalam birokrasi yang sedang memerintah, proses propaganda dan doktrinasi
untuk melakukan perlawanan. Bagi penulis, terdapat ketertarikan untuk
membahas permasalahan ini, yaitu ketika kondisi negara Rusia sedang mengalami
pergolakan politik (dorongan menuju revolusi) dapat muncul suatu paham baru
yang nantinya akan mengalahkan sistem pemerintahan yang sebelumnya
dijalankan oleh Tsar juga pemerintahan sementara yang menggantikan Tsar.
Apakah benar hal itu menjadi sebuah dorongan tersendiri sehingga menimbulkan
revolusi. Fakta tersebut terlihat bertentangan dengan gejala umum kondisi
negara-negara di Eropa Barat yang pada awal abad ke-20 masih menerapkan sistem
7
pemerintahan monarki. Dimana terdapat beberapa pokok pemikiran Vladimir
Lenin adalah : 8
“Inti dari pemikiran Lenin terhadap teori Marxisme adalah pertama
taktik dan strategi revolusi, kedua kediktatoran proletar, Ketiga administrasi negara, Keempat peranan partai, Kelima taktik dan strategi partai komunis, keenam doktrin kapitalis-imperialis”.
Hal yang diungkapkan diatas menjadi menarik bagi penulis ketika Rusia
berubah menjadi negara sosialis komunis setelah peristiwa Revolusi 1917 tersebut
dan Lenin menjadi presiden dari URSS sehingga apa yang selama ini ia
perjuangkan bisa menjadi kenyataan dan apa yang ia pikirkan dapat diaplikasikan
dalam bentuk yang nyata. Sebuah prestasi yang mengagumkan karena dengan
sebuah revolusi yang dijalankan Lenin dan para pengikutnya dapat mengubah
sistem kenegaraan Rusia yang feodal dan konservatif dengan pusat pimpinan
terletak pada Tsar menjadi Negara Sosialis yang memperjuangkan hak rakyat
dengan lebih terbuka dan demokrat. Ditambah pula dengan berubahnya Rusia
menjadi sebuah negara poros komunis sosialis yang pada prakteknya dipadu
menjadi 100% komunis yang segalanya harus diatur oleh negara agar rakyat kecil
(proletar) dapat merasakan semua hasil dari bumi dan negara yang dipijaknya.
Hal-hal yang disebutkan diatas itulah yang membuat penulis tertarik dan
berusahan untuk mengkajinya dalam sebuah penulisan Sejarah yang layak untuk
dibaca dengan judul “Peran Partai Boshelvik dalam Revolusi 1917 dibawah
Pimpinan Vladimir Lenin”. Skripsi ini adalah sebuah kajian mengenai pemikiran
Vladimir Lenin tentang Peran Partai dalam Revolusi.
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Revolusi 1917di Rusia adalah buah dari terlaksananya teori revolusi Karl
Marx yang berhasil diterapkan oleh Vladimir Lenin di negaranya. Hasil dari
terlaksananya revolusi itu ternyata mempunyai pengaruh-pengaruha yang
signifikan terhadap penerapan teori sosialis Karl Marx. Salah satunya adalah
8
negara itu mencapai sebuah negara sosial dengan masyarakat komunis dimana
tidak ada lagi pertentangan kelas sehingga masyarakat itu hidup berdasarkan
kebutuhannya dan bekerja sesuai dengan kemampuannya. Namun di aspek lain
telaksananya revolusi tersebut adalah bagaimana negara sosialisme harus
menerima berbagai bentuk blokade dari negara-negara imperialis dunia, sehingga
ruang gerak dengan negara luar yang berbeda ideologi menjadi sangat terbatas.
Contohnya Cina dan saat ini adalah negara Korea Utara. Banyak pihak
mengganggap bahwa revolusi yang terjadi di Rusia itu gagal, karena Rusia
bukanlah sebuah negara yang tengah mencapai masa kapitalisme dan dimana
negara Rusia masih didominasi oleh kaum petani dan mereka belum mampu
mengorganisirkan diri kedalam partai, sehingga jika negara itu telah banyak kaum
buruh seperti pada tahap kapitalisme baru dapat menjalankan sebuah revolusi
sosial, seperti di negara Jerman, Paris yang dahulu dikatakan oleh Karl Marx.
Hal ini bertolak belakang dengan fakta yang tengah terjadi di Rusia ketika
Lenin menjadi tokoh revolusioner. Lenin tidak menentang teori revolusi Karl
Marx, bahkan menurut Lenin teori Marx itu adalah ilmiah dan sangat tepat
dijalankan di negara Rusia. Hanya saja teori Lenin lebih bersifat situasional
dengan melihat keadaan kelas masyarakat Rusia adalah petani dan yang
menguasai corak produksi di negara Rusia adalah kaum feodal-kapitalis. Dan
Lenin melaksanakan teori revolusi Marx dengan mengolaborasikan petani-buruh
untuk ambil bagian dalam perjuangan kelas sehingga terlaksana revolusi dan
mendidik mereka untuk menjadi proletariat yang terorganisir dalam partai
sehingga terjadi revolusi 1917.
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Peran Partai Boshelvik dalam Revolusi 1917 dibawah pimpinan
Vladimir Lenin sudah berjalan atau menerapkan sesuai dengan Teori
2. Bagaimana Vladimir Lenin selaku pemimpin Partai Boshelvik
menjalankan konsep Revolusi melalui diktator proletariat dengan
perantaraan partai?
3. Mengapa Lenin membiaskan tradisi teorinya Marxis?
4. Apa yang baru dari ajaran Vladimir Lenin?
I.3. PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan masalah dalam
batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk
mengidentifikasi faktor-faktor mana saja yang termasuk ke dalam ruang lingkup
penelitian ini. Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Penelitian ini hanya membahas mengenai bagaimana proses revolusi 1917
pada masa pemerintahan Vladimir Lenin dan keterkaitan teori Marx.
b. Penelitian ini hanya berkisar pada Peran Partai Boshelvik dalam revolusi
1917.
c. Penelitian ini hanya membahas tentang dinamika dan konstelasi politik di
Rusia pada pra revolusi sampai revolusi 1917.
d. Penelitian ini hanya melihat revolusi dalam perspektif Lenin dan Marx.
I.4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar teori karl marx dijalankan oleh
Partai Boshelvik pada revolusi 1917.
2. Untuk mengetahui konsep pemikiran Vladimir Lenin tentang revolusi
melalui diktator proletariat dengan perantaraan partai.
3. Untuk mengetahui sebab Lenin membiaskan teori Marxis.
4. Untuk melihat pembiasan penerapan konsep revolusi Lenin dengan
Marx dan perbedaan Lenin dengan orang kiri lainnya.
I.5. SIGNIFIKANSI PENELITIAN
• Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanak kepustaan ilmu politik dan mengembangkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah
khususnya di bidang politik.
• Secara teoritis penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang
diharapkan dapat memberikan sumbangsi konsep dalam teori politik,
terutama menyangkut pemikiran lenin dalam mencapai sebuah revolusi
dengan mengikuti sertakan peran partai.
• Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi bagi para peminat ilmu poltik terutama dalam melihat peran sebuah partai
dalam revolusi dibawah seorang pemimpin.
I.6. KERANGKA TEORI
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang penulis perlu menyusun
kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari segi mana
peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.9
Menurut Masri Singarimbun teori adalah serangkaian asumsi, konsep,
konstruksi dan proposi untuk menerapkan suatu fenomena social secara sistematis
dengan merumuskan hubungan antar konsep.
Karena salah satu unsur yang
paling penting peranannya dalam penelitian adalah menyusun kerangka teori.
10
Sedangkan menurut FN Karlinger,
teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan dengan satu sama
lain, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis
dan fenomena.11
6. 1. Teori Partai Politik
Partai sebagai kekuatan politik adalah suatu gejala baru bagi semua negara
di dunia ini. Usianya tidak lebih dari 1000 tahun. Istilah partai politik sendiri
muncul pada abad ke Sembilan belas dengan semakin berkembangnya
lembaga-lembaga perwakilan dan meningkatnya frekuensi pemilu dan meluasnya hak
9
Hadiri Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1955), Hal. 40
10Masri Singarimbun, & Sofian Effendi,
Metode Penelitian Surve, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal. 37. 11
mereka yang bias mengambil bagian dari pemilihan umum. Pada tahun 1850 tidak
satu negara pun di dunia sudah memiliki partai politik dan bagi kebanyakan
negara-negara jajahan, partai politik menarik perhatiannya karena partai politik
bias menjadi kekuatan baru munculn mencita-citakan partai dan kepadanya para
warga bergantung. Partai politik pertama kali lahir di negara-negara Eropa Barat.
Hal ini di mulai dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan factor yang
perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik. Artinya, rakyat
harus berpartisipasi dalam negara. Negara yang pertama kali membentuk partai
politik adalah Inggris dan Prancis.12
Bagi Rusia sendiri kehidupan partai politik untuk pertama sekali dapat
muncul pada tahun 1898 dengan nama partai Demokrasi-Sosial Rusia. Adanya
partai politik dianggap sebagai suatu yang wajar-wajar saja, terutama dalam
konteks nilai-nilai esensial demokrasi. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa
pengertian partai politik itu adalah akumulatif yang tersendiri dari pelaku-pelaku
politik yang aktif dalam masyarakat yakni yang memutuskan peerhatiaanya
kepada penguasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan
rakyat.
Menurut Sigmond Neuman
Partai politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha
untuk menguasai pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan dengan suatu golongan-golongan lain yang mempunyai
pandangan yang berbeda-beda.13
Menurut Khirudin
Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri atas pelaku-pelaku
politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan
perhatiannya pada persoalan kekuasaan pemerintahan dan bersaing guna
12
Zakaria Taher, Dasar-dasar Ilmu Politik-Materi Pokok Pembekalan Politik, (Medan, 2006), hal. 29.
13
memperoleh dukungan rakyat untuk menempati kantung-kantung kekuasaan
politik.14
Menurut Carl J. Friedrich15
Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini,
memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta
materiil.
Menurut Karl Marx
Partai adalah instansi yang hanya sebagai koordinator gerakan-gerakan
kaum buruh di seluruh dunia.
Menurut Vladimir Lenin
Partai, menurut lenin adalah “garda depan kaum proletar” (vanguard of the
proletar). Sebagai garda depan, partai haruslah berdisplin tinggi dan
tersentralisasi, serta secara terus menerus menyuntikan kesadaran sosialis ke
dalam kaum buruh.16
Dengan defenisi tersebut, tujuan didirikannya partai politik adalah untuk
menciptakan kehidupan politik.
6. 2. Fungsi Partai Politik17 6.2.1.
Partai politik menjadi wadah dalam menyampaikan segala aspirasi
masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga aspirasi itu dapat
menjadi suatu kebijakan umum yang dapat menjadi solusi atas berbagai
permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Partai Sebagai Sarana Komunikasi Politik
6.2.2.
14
Khoirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi di Indonesia, Yogyakarta, 2004, hal. 6
Partai Sebagai Sarana Rekruitmen Politik
15
Mariam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT GRAMEDIA, Edisi Revisi, 2008), hal. 404 16 Saiful Arif dan Eko Prasetyo,
Lenin Revolusi Oktober 1917 (Sanggahan Atas Pemikiran Franz Magnis-Suseno), Yogyakarta : Resist Book, Agustus 2004, hal. 9
17
Partai politik mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turun
aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai yang nantinya akan
menjadi penerus tongkat estafet kepemimpinan partai.
6.2.3.
Partai politik merupakan suatu wadah dalam proses transformasi
nilai-nilai politik kepada masyarakat. Dengan fungsi ini setiap orang atau
individu memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang
umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada.
Partai Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
6.2.4.
Partai politik berfungsi untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapat
atau kepentingan yang nantinya dikhawatirkan akan menimbulkan
perpecahan ditengah-tengah masyarakat. Partai politik akan berusaha
menyelesaikan segala perbedaan untuk kepentingan nasional.
Partai Sebagai Sarana Pengatur Konflik
6. 3. Tipologi Partai Politik
Menurut Ichlasul Amal terdapat lima tipologi partai politik, yakni:18
1. Partai Massa
Muncul saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga dianggap
sebagai respon politis dan organisasional bagi perluasan hak-hak pilih
serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut. Partai
massa berorientasi pada basis penduduknya yang lebih luas misalnya,
buruh, petani, dan kelompok agama, dan memiliki ideologi yang cukup
jelas untuk memobilisasi massa serta mengembangkan organisasi yang
cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan ideologisnya.
Bedasarkan Teknik menggorganisasikan partai, Partai massa memliki
tiga tipe, yaitu:19
a. Tipe Sosialis, yaitu teknik partai massa dikembangkan untuk
membiayai pemilihan calon-calon dari kaum buruh, yang pada
18
Amal Ichlasul (Eds), Teori-teori Mutakhit Partai Politik Edisi Revisi, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 1996, hal. 15
19
massa itu sebagai kaum revolusioner dan karena itu tidak mungkin
akan mendapatkan dukungan dari para bankir, kaum industriawan,
kaum bisnis, ataupun pemilik tanah yang kaya. Idenya ialah untuk
mendapatkan anggota sebanyak mungkin. Contohnya Partai Sosial
Demokrasi Jerman.
b. Tipe Komunis, yaitu lahir karena adanya perpecahan dalam
partai-partai sosisalis, dipolakan menurut partai-partai sosialis itu juga. Partai
komunis adalah partai yang paling terorganisir dari partai-partai
manapun juga. Ciri partai komunis ini ada dua, yakni, Pertama,
kontak antara para anggota masyarakat yang paling dasar lebih
erat dan lebih sering, Kedua, masalah pekerjaan mereka ataupun
bisnis dapat menjadi bahan diskusi. Contoh Tipe partai ini adalah:
Partai Komunis Soviet (Kaum Boshelvik).
2. Partai Kader
Partai ini mengandalkan kader-kadernya yang loyal.
Keangggotaannya dari golongan menengah keatas, partai ini lebih
mementingkan displin anggotanya dan ketaatan dalam berorganisasi.
Doktrin dan ideologi partai harus tetap terjamin kemurniannya. Bagi
anggota yang menyeleweng akan dipecat keanggotaannya. Akibatnya,
ideologi yang dianut partai ini adalah koservatisme ektrim atau maksimal
reformis moderat.
6. 4. Tipologi Sistem Kepartaian20 6.4.1.
Pola sistem kepartaian dimana hanya terdapat satu partai yang sangat
dominan dibandingkan partai-partai lainnya. Pola ini diambil karena
banyak negara-negara baru dihadapkan pada masalah bagaimana
mengintegrasi berbagai golongan, suku bangsa dan lain-lain.
Sistem Partai Tunggal
20
6.4.2.
Pola kepartaian dimana hanya terdapat dua partai dalam suatu negara
atau hanya dua partai yang sangat dominan dibandingkan oleh
partai-partai politik yang ada. Pola ini akan melahirkan partai-partai oposisi dan partai-partai
pemerintah. Sistem ini akan lebih baik bila diikuti dengan sistem distrik.
Sistem Dwi-Partai
6.4.3.
Pola kepartaian dimana terdapat lebih dari dua partai dalam suatu
negara. Umumnya sistem partai ini sering terdapat di negara-negara yang
majemuk (beraneka ragam). Dalam sistem kepartaian ini kecenderungan
yang terjadi adalah koalisi untuk membentuk pemerintahan, sebab tidak
ada partai yang dominan.
Sistem Multy-Partai
6. 5. Klasifikasi Partai21 6.5.1.
1. Partai Komprehensif
Berdasarkan Sumber Dukungan Partai
Suatu partai politik yang berorientasi pada pengikat yang berusaha
mendapatkan suara sebanyak mungkin dari setiap warga Negara.
2. Partai Sekretarian
Partai-partai yang memakai kelas, daerah atau ideology sebagai daya
tarik.
6. 6. Teori Revolusi
Revolusi adalah wujud perubahan sosial paling spektakuler, sebagai tanda
perpecahan mendasar dalam proses historis dimana pembentukan ulang
masyarakat dari dalam dan pembentukan ulang manusia. Revolusi menutup
budaya lama dan membuka budaya baru yang bersifat humanis proletar. Revolusi
dianggap menjadi jalan yang ditempuh proletar sebagai sebuah takdir sejarah
pembebasan manusia. Pemikiran Karl Marx tentang revolusi merupakan kajian
sebuah ideologi politik yang dicita-citakan Karl Marx untuk mencapai sosialisme
menuju komunisme yang pada hakikatnya merupakan senjata moril kelas buruh,
21
kelas tertindas dan bangsa-bangsa terjajah di muka bumi melawan keserakahan
kaum kapitalis.
Perjuangan kelas buruh dan kelas tertindas melawan kapitalis adalah suatu
keniscayaan sejarah sebagai hukum perkembangan masyarakat yang digambarkan
Marx. Untuk mengakhiri antaganonisme kelas ini harus ditempuh jalan melalui
revolusi. Oleh sebab itu revolusi merupakan gerakan politik yang dimulai dari
perebutan kekuasaan politik. Sistem masyarakat lama yang usang telah diganti
dengan sistem baru, yang melepaskan penghisapan atas manusia dengan manusia
lainnya, melahirkan manusia yang bermasyarakat, tidak membelenggu alam
berpikir manusia dengan pemahanan yang berlebihan dimana alat produksi yang
dikuasai Negara.Jalan yang mendorong revolusi adalah tenaga produktif dalam
masyarakat kapitalisme yaitu kelas buruh sebagai tulang punggungnya, bertujuan
untuk mencapai masyarakat baru yaitu sosialisme menuju komunisme. Kritik
Marx terhadap kapitalisme didasarkan pada analisisnya terhadap teori nilai lebih
dan upah, di mana terdapat nilai surplus pekerja yang dirampas dan dicuri oleh
kelas pemilik modal. Kondisi tersebut menyebabkan lahirnya pertentangan antar
kelas yang ditindas atau kelas proletar (kelas pekerja) dengan kelas yang
menindas (borjuis).
Masyarakat borjuis modern yang muncul dari keruntuhan masyarakat
feodal tidak mendamaikan antagonisme kelas itu. Malah ia memunculkan
kelas-kelas baru, kondisi baru untuk melakukan tekanan, bentuk-bentuk baru persaingan
dengan menggantikan yang lama. Borjuis menempatkan negeri ditangan penguasa
kota. Ia telah menciptakan kota-kota besar, yang telah banyak menambah
penduduk kota dibanding penduduk pedesaan dan dengan demikian
menyelamatkan keterbelakangan penduduk di pedesaan dari hubungan produksi
feodal. Persis yang berlaku pada setiap negeri dengan ketergantungan pada kota,
borjuis itu telah membuat pula negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan, bangsa
petani bergantung pada bangsa borjuis, timur pada barat. Senjata yang
dipergunakan borjuis untuk menghancurkan feodalisme, ini dipergunakan untuk
membunuh dirinya sendiri, ia juga membunuh orang-orang yang membuat senjata
tersebut yakni kelas pekerja modern (proletar). Dengan perkembangan industri,
proletar bukan saja bertambah jumlahnya, ia berkumpul dalam kumpulan yang
tambah besar, kekuatannya berkembang dan ia merasakan kekuatannya yang
bertambah itu pun memulai membentuk sebuah kombinasi disebut organisasi
buruh melawan borjuis. Dimana-mana pertentangan kelas berkobar dan
berkembang menjadi gerakan yang radikal.
Tiga sumber dan tiga komponen Marxisme yang ditulis oleh V.I. Lenin
(1913)22
6.6.1. Filsafat Materialisme
.
Pemikiran Karl Marx banyak mengadopsi pemikiran filsuf sebelumnya
salah satunya materialisme Feuerbach, tetapi tidak mengadopsi metodenya secara
keseluruhan. Menurut feurbach, gerak dan perkembangan materi ditentukan oleh
faktor luar (ekternal), sedangkan menurut Karl Marx, gerak dan perkembangan
materi ditentukan oleh faktor dalam (intern) materi itu sendiri. Feuerbach juga
berbeda dengan Hegel. Hegel menyatakan bahwa yang berkembang itu roh, tetapi
Feuerbach yang berkembang yaitu materi yaitu kondisi alam dan sosial. Demikian
juga Karl Marx mengadopsi Pemikiran Hegel tentang metode dialektika, tetapi
tidak mengadopsi unsur dari pemikirannya yang idealisme. Dengan demikian Karl
Marx bisa dikatakan sebagai seseorang yang jenius yang melahirkan buah
pemikiran yang relevan dengan sebuah materi dan tindakan yang revolusioner.
Ketiga pemikir itu merupakan pemikir terbesar pada zamannya, Hegel terkenal
karena motode berpikir dialektikanya, Feuerbach terkenal dengan filsafat
materialismenya, dan Karl Marx terkenal dengan Pemikiran Materialisme
dialektikanya.
22
6.6.2. Materialisme Dialektika Historis (Sejarah)
Dalam hukum sejarah materialisme, marx menunujukan kemenanan
sosialis atas revolusinya terhadap usaha-usaha kapitalis. Marx dengan
menggunakan pendekatan filsafat, bersandar pada pemikiran bahwa tidak ada
kekuatan lain yang dapat mengkondisikan kehidupan manusia kecuali manusia itu
sendiri. Marx mengatakan bahwa cara produksi kapitalis dengan sendirinya
menunjukan pada kehancurannya sendiri. Karena itu, dasar ekonomi Marx
merupakan keniscayaan revolusi sosialis dan perwujudan masyarakat komunis
tanpa kelas.23 Bagi kapitaisme itu sendiri, faktor produksi adalah upaya aktualisasi kehidupan manusia yang serta merta membutuhkan kekuatan, karena itu manusia
bisa survive kalau mendapatkan modal hidup yang diolahnya.24
Hukum ini menurut Marx berkaitan dengan hukum perkembangan
masyarakat yang ditentukan oleh bidang produksi. Bidang ekonomi adalah basis,
sedangkan dua dimensi kehidupan masyarakat lainnya yaitu institusi-institusi
sosial (terutama negara) dan bentuk-bentuk kesadaran sosial yang merupakan
bangunan atas.
Oleh karena itu, faktor penentu adalah basis, maka harus memerhatikan
dahulu bidang ekonomi. Ciri yang menurut Karl Marx paling menentukan bagi
semua bentuk ekonomi sampai sekarang adalah pemisahan antara para pemilik
dan pekerja. Masyarakat terdiri dari kelas-kelas sosial yang membedakan diri satu
sama lain berdasarkan kedudukan dan fungsi masing-masing dalam proses
produksi. Pada garis besarnya (produksi masyarakat mendekati pola kapitalisme)
kelas-kelas sosial termasuk kelas-kelas pemilik dan kelas-kelas tidak
bermilik.Oleh karenanya, kelas bermilik (atas) begitu berkuasa dan dapat
mengisap tenaga kerja para pekerja (bawah).Menurut Marx ciri khas semua pola
masyarakat sampai sekarang ialah, bahwa masyarakat dibagi dalam kelas-kelas
23
Abd. Malik Haramain, dkk, Pemikiran-pemikiran revolusioner (Karl Marx, Antonio Gramsci, Anthony Giddens, Paulo Freire, Asghar Ali Enginer, Erich Fromm), Averroes Press: Pustaka Belajar, Malang, 2001, hal. 8
24
atas dan bawah. Struktur ekonomitersusun sedemikian rupa dimana bangun atas
hidup dari pengisapan tenaga kelas bawah.
Negara menjadi alat kelas-kelas atas untuk menjamin keadaan mereka, jadi
untuk seperlunya menindas usaha kelas-kelas bawah untuk membebaskan diri dari
penghisapan kelas-kelas atas sedangkan “bangun atas idealis” istilah Marx bagi
agama, filsafat, pandangan-pandangan moral, hukum dan lain sebagainya
berfungsi untuk memberikan legitimasi pada hubungan kekuasaan itu. Jadi, Marx
menolak paham bahwa negara mewakili kepentingan seluruh masyarakat. Negara
dikuasai oleh dan berpihak kepada kelas-kelas atas, meskipun kadang-kadang juga
menguntungkan kelas-kelas bawah. Walaupun dari pihak negara mengatakan ia
adalah milik semua golongan dan bahwa kebijakannya demi kepentingan seluruh
masyarakat, namun sebenarnya negara melindungi kepentingan kelas atas
ekonomis. Maka negara menurut Marx termasuk lawan dari kelas atas. Dari
negara mereka tidak dapat mengharapkan sesuatu yang baik. Seperti halnya
negara, begitu pula agama, filsafat, pandangan tentang norma moral dan hukum
dan sebagainya menurut Marx tidak mempunyai kebenaran pada dirinya sendiri,
melainkan hanya berfungsi untuk melegitimasikan kepentingan kedudukan kelas
atas untuk menguasai masyarakat. Maka bentuk-bentuk kesadaran sosial itu
menurut kekhasannya masing-masing, mengemukakan sebagai baik baik seluruh
masyarakat apa yang sebenarnya hanya baik bagi kelas-kelas atas. “Bangun atas
ideologi” itu menciptakan kesan bahwa kesediaan masing-masing kelas untuk
menerima kedudukannya dalam masyarakat adalah sesuatu yang baik dan
rasional. Jadi, fungsinya ialah membuat kelas-kelas bawah bersedia untuk
menerima kedudukan mereka sebagai kelas-kelas bawah.
Dialektika yang dimaksud oleh Marx untuk mengungkapkan kelas ini
adalah Bila tingkat produksi tadi yang diambil sebagai tesis, dan dimulai dengan
tingkat feodalisme (ini merupakan tesis) maka anti-tesisnya adalah tingkat
produksi borjuis atau kapitalisme dan sistesinya nati adalah tingkat produksi
sosialisme. Demikian tesis golongan bangsawan (Abad Tengah) menimbulkan
golongan borjuis dan begitu seterusnya sampai pada masyarakat komunisme.
Dengan demikian maka Marx melihat negara sebagai alat belaka dari kelas
penguasa (berpunya) untuk menindas kelas yang dikuasai (tidak berpunya).
Negara dan pemerintah identik dengan kelas penguasa, artinya dengan kelas
berpunya, berturut-turut dalam sejarah umat manusia dikenal kelas pemilik buda,
kelas bangsawan (tuan tanah), kelas borjuis. Soal hak dan kewajiban, kaum
bermilik ini sekedar ucapan penghias bibir. Diaektika Marx mengungkapkan
bahwa perkembangan masyarakat feodalisme ke masyarakat kapitalisme (borjuis)
dan seterusnya ke masyarakat sosialisme merupakan suatu kelanjutan yang tidak
dapat dielakkan. Tetapi ini tidak berarti bahwa manusia berdiam diri saja dengan
menanti perkembangan itu berjalan dengan begaimana maunya. Kelas-kelas itu
sendiri adalah kelas-kelas yang berjuang untk kelas-kelasnya, jadi manusia yang
dilihat oleh Marx adalah manusia yang berbuat.
Oleh sebab itu, maka revolusi digambarkan oleh Marx terdiri dari dua
tahap. Tahap pertama adalah revolusi yang dipelopori oleh golongan borjuis yang
hendak menghancurkan feodal. Tahap Kedua adalah revolusi yang dilakukan oleh
kelas pekerja dalam menghancurkan borjuis. Dengan lenyapnya kelas borjuis,
fungsi pemerintah tidak lagi mempunyai sifat politi. Kelas pekerja yang
memegang kekuasaan itu pun tidak lagi merupakam kelas, sehingga tidak ada
kelas yang tertindas dan negara akan lenyap. Masing-masing orang melakukan
kewajibannya sesuai dengan kesanggupannya. Oleh karena itu orang memberikan
sumbangan sesuai dengan kesanggupannya.
Dan Marx merumuskan Teori Materialisme historis menjadi sejarah
perkembangan masyarakat untuk melakukan sebuah perubahan sosial yang
fundamental melalui perjuangan kelas yang berujung pada revolusi sosial. Dalam
pandangan Karl Marx dalam melihat Materialisme Historis yakni mengandung hal
yang paling pokok yakni ;25
25
1) Kerja Produksi
Untuk memenuhi kebutuhan materil, manusia diharuskan bekerja
sehingga dapat memproduksi barang-barang. Barang-barang yang diproduksi
merupakan sasaran kerja, dan untuk mencapai sasaran kerja itu dibutuhkan alat
kerja, metode kerja, dan tenaga kerja. Dalam masyarakat kapitalisme, alat
produksi dimiliki oleh kaum kapitalis (pemilik modal), sedangkan buruh bekerja
berdasarkan sistem kerja upahan, di mana hasilnya seluruhnya menjadi milik
kaum kapitalis. Dalam proses produksi manusia memerlukan dan mengadakan
hubungan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan itu disebut sebagai
hubungan produksi yang ditentukan oleh pemilik alat produksi, kemudian
keseluruhan hubungan produksi menentukan suatu sistem ekonomi masyrakat.
Sistem ekonomi pada hakikatnya sebagai basis kehidupan masyarakat yang di
atasnya berdiri bangunan atas.
Basis adalah dasar kehidupan materil masyarakat, sedang bangunan atas
adalah kehidupan spiritual masyarakat seperti sistem politik, hukum negara dan
pemerintahan, kebudayaan, parpol, dan lain-lain. Bangunan atas inilah merupakan
kesadaran masyarakat, sebagai pedoman berpikir dan berperilaku. Menurut Karl
Marx bahwa sejarah perkembangan masyarakat hakikatnya adalah sejarah dari
perubahan dan perkembangan proses produksi, yakni suatu perubahan
terus-menerus tanpa henti manusia bekerja menciptakan barang-barang material untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Mengenai sejarah, Marx menjelaskan bahwa
sejarah adalah hasil perkembangan dan perubahan atas kerja manusia dalam
memproduksi barang-barang material. Didalam mengurai sejarah perubahan dan
perkembangan masyarakat, Marx terlebih dahulu mengurai mengenai hukum
umum perkembangan masyarakat, selanjutnya dibahas basis dan bangunan atas,
keadaan sosial menentukan kesadaran sosial, kelas dan perjuangan kelas serta
negara dan revolusi. Materialisme historis adalah paham materialisme dialektika
yang diterapkan dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat terjadi sebuah
perbudakan, sistem feodal, sistem sosial kapitalisme dan sistem sosial sosialisme
dan berakhir berkembang dan berubah menjadi sistem sosial komunisme.
2). Keadaan Sosial Menentukan Kesadaraan Sosial
Karl Marx tegas menyatakan bahwa kesadaraan sosial itu dilahirkan oleh
keadaan sosial. Kesadaran sosial yaitu ide, gagasan dan pikiran, yang ada pada
manusia. Itu adalah merupakan realisasi dari interaksi antar manusia dalam
kegiatannya memproduksi barang-barang material, atau dalam keadaan sosialnya
atau dalam kehidupan riilnya.yang dimaksud dengan keadaan sosial ada tiga unsur
yakni, keadaan alam, keadaan masyarakat dan corak produksi. Sedangkan yang
paling mempengaruhi perubahan dan perkembangan masyarakat adalah factor
corak produksi. Karena corak produksi ini sangat cepat berubah dan berkembang
sesuai dengan tenaga tenaga produktif untuk melakukan sebuah perubahan yang
fundamental terhadap sebuah sistem sosial masyarakat.
3). Hukum Umum Perkembangan Masyarakat
Manusia dan masyarakat hidup, berubah dan berkembang dari caranya
mereka membuat barang-barang material untuk memnuhi kebutuhannya. Karena
hal ini berlaku bagi seluruh umat manusia, maka dapat disimpulkan sebagai suatu
hukum umum perkembangan masyarakat, atau mekanisme perubahan masyarakat.
Ini merupakan suatu hukum obejektif dalam masyarakat, di luar kemampuan
masyarakat dan terjadi tidak bisa dihindari dan tidak bisa ditolak oleh manusia
dan oleh kekuatan apapun. Hukum umum perkembangan masyarakat itu dimulai
dari proses pemenuhan kebutuhan pokok, yaitu proses mempertahankan dan
melangsungkan hidup. Proses itu berlangsung secara objektif dan berlaku secara
umum dalam sejarah perkembangan masyarakat. Sama halnya dengan masyarakat
kapitalisme. jika kita melihat corak produksinya, maka akan tampak jelas
penghisapan dan penindasan dalam sistem sosial tersebut. kelas buruh yang tidak
memiliki alat produksi, harus menjual keringat dan tenaganya untuk dapat
memenuhi kebutuhan materilnya. Sementara kapitalis yang menguasai alat
produksi merampas nilai lebih kelas buruh secara besar-besar, yang membuat
4). Basis dan Bangunan Atas
Basis adalah suatu sistem ekonomi. Factor-faktor dari sistem ekonomi
yaitu pemilikan alat produksi, distribusi hasil produksi dan pertukaran hasil
produksi. Dari ketiga factor tersebut maka yang paling mempengaruhi adalah
pemilikan alat produksi. Adapun bangunan atas adalah suatu pencerminan dari
basis.26
Marx menjelaskan secara keseluruhan hubungan produksi menentukan
sistem ekonomi masyarakat. Basis menentukan bangunan atas kemudian
melahirkan kesadaraan sosial. Cara produksi barang-barang materil untuk
memenuhi kebutuhan hidup menentukan karakter kehidupan sosial, politik,
spiritual. Bukan kesadaraan sosial yang menentukan keadaan sosial, tetapi
keadaan sosial yang menentukan kesadaraan sosial. Sementara itu pengubahan
bangunan atas itu menurut Karl Marx harus dengan jalan Perjuangan atau
tepatnya melalui revolusi politik. sebab bangunan atas yaitu negara, kekuasaan
politik, hukum, moral, dan ideologi, itu dicipta untuk melindungi basis, terutama
sistem pemilikan alat-alat produksi. Dengan demikian basis harus dihancurkan
untuk melahirkan sebuah sistem sosial yang baru. Paham pemikiran Karl Marx
mengenai basis dan bangunan atas kemudian dikembangkan menjadi teori kelas
dan perjuangan kelas.
Bangunan atas dipengaruhi oleh kekuatan basis. Bangunan atas terdiri dari
faktor ide dan faktor pelaksana ide (realisasikan ide). Namun yang paling penting
dari kedua tersebut adalah faktor alat pelaksana idea tau alat realisasi ide, atau
negara, karena negara mempunyai birokrasi, tentara, dan penjara.
5). Kelas dan Perjuangan Kelas
Menurut Karl Marx sejarah perjuangan dan perkembangan masyarakat
adalah sejarah perjuangan kelas. Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan
Friedirch Engles terhadap kapitalisme dan pada mulanya memfokuskan pada
corak produksi. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi
dari hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme di mana ia melihat
26
hubungan tersebut bersifat eksploitatif, Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh
pemikir sosial lainnya. Masyarakat di mana-mana terbagi menjadi klas penghisap
dan terhisap. Sementara itu, kelas penghisap karena kepemilikan monopolinya
atas alat produksi, mereka mendapat bagian terbesar dari barang yang diproduksi
dalam masyarakat untuk keuntungannya sendiri sekalipun tidak bekerja.
Sementara, ada kelas yang terhisap yang hanya memiliki tidak memiliki sama
sekali, sekalipun mereka yang bekerja untuk memproduksi barang akan tetapi
mereka hanya mendapat bagian yang sangat kecil bahkan tidak cukup untuk
bertahan hidup. Perjuangan klas lahir dari pertentangan kepentingan klas-klas
dalam masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah pertarungan antara klas yang
mengeruk keuntungan dan karenanya mempertahankan hubungan produksi yang
lama dengan klas yang berusaha menghancurkan hubungan produksi yang lama
dan menggantikannya dengan yang baru. Perjuangan antara klas penghisap dan
klas terhisap terpusat pada penghilangan tipe penghisapan tertentu dalam sebuah
sistem kemasyarakatan. Dan karena penghisapan itu berasal dari sebuah tipe
tertentu dari monopoli atas alat produksi, maka perjuangan klas berlangsung di
seputar pihak-pihak yang mempertahankan dan menentang monopoli tersebut.
6). Negara dan Revolusi
Negara dan revolusi adalah pengembangan Karl Marx oleh Lenin. Marx
memiliki konsep pemikirannya, Lenin yang mempraktekkannya. Negara dan
revolusi bagaiakan dua sisi pada satu keeping mata uang. Negara lahir karena
adanya revolusi, dan revolusi lahir karena adanya negara yang menghisap dan
menindas rakyatnya. Revolusi borjuis lahir karena negara feudal menindas
rakyatnya, sementara revolusi sosialis lahir karena negara borjuis menindas
rakyatnya. Revolusi kemerdekaan lahir karena negara colonial menindas rakyat
yang dijajah.
a). Negara
Negara adalah bangunan atas masyarakat. Negara merupakan suatu
organisasi yang menguasai masyarakat. Menurut Marx, negara adalah organ
adalah ciptaan "tata tertib" yang melegalkan dan mengekalkan penindasan ini
dengan memoderasikan bentrokan antar kelas.27
b). Revolusi
Dimana manusia secara orang per
orang tidak mampu melawan negara. Oleh karena itu negara merupakan suatu
lembaga yang tidak berada di atas masyarakat, tetapi merupakan lembaga yang
digunakan oleh kelas ekonomi yang berkuasa untuk melawan kelas-kelas lain.
Negara lahir sebagai akibat dari suatu perjuangan kelas antara terhisap dan
penghisap yang tidak bisa didamaikan. Untuk bisa mengatasi penghisapan
tersebut, maka negara sebagai alat legitimasi penghisap untuk mengatasi
perlawanan dari kelas terhisap yang terus-menerus semakin besar. Kekuasaan
negara yang tersentralisasi yang khas bagimasyarakat borjuis terjelma dalam
periode jatuhnya absolutisme. Dua lembaga paling karakteristik dari negara:
birokrasi dan tentara tetap.
Revolusi adalah keharusan karena kelas yang berkuasa tidak mampu
digulingkan secara diplomasi, tetapi penguasa hanya bisa digulingkan dengan
revolusi. Kelas yang melakukan revolusi mengulingkan penguasa lama dan
membangun kembali masyarakat baru. Revolusi hakikatnya pergantian kekuasaan
politik dengan kekerasaan. Mengubah sistem sosial lama menjadi sistem sosial
yang baru. Oleh sebab itu harus melalui revolusi politik.
7). Peranan massa dan Pimpinan dalam Sejarah
Pemimpin dan massa merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak
dapat dipisahkan. Massa adalah segolongan besar manusia dalam masyarakat
yang mempunyai ikatan dan kepentingan yang sama. Sementara dalam kajian
masyarakat kapitalisme, massa yang dimaksud adalah massa pekerja (proletar).
massa pekerja adalah golongan masyarakat yang berkeja memproduksi
barang-barang keperluan hidup, maka kita sebut tenga produktif/produsen. Mereka adalah
yang menciptkan sejarah manusia, karena manusia di dalam masyarakat berubah
dan berkembang akibat kerja dari massa pekerja. Maka demikian bahwa hakikat
27
dari sejarah perkembangan masyarakat adalah hasil dari berjuta-juta massa yang
dihisap dan ditindas oleh golongan penghisap. Sementara itu, pimpinan lahir dari
massa (rakyat pekerja) itu sendiri, bukan dari luar dirinya, dan pimpinan itu
mereka tentukan sendiri tanpa paksaan dari luar.
Dengan demikian, bahwa hakikatnya adalah massa melahirkan dan
menentukan pimpinan yang membela kepentingannya. Pimpinan yang lahir dan
diangkat oleh massa harus menjalankan poros hidup dan menjadi tauladan massa.
Seorang pemipin revolusioner dalam kerangka marxis mampu bertindak sebagai
barisan terdepan untuk menghancurkan musuh-musuh revolusi. Pemimpin juga
harus berada ditengah-tengah massa dan tidak sedetik pun meninggalkan massa.
Itulah bukti pengorbanan pimpinan yang di didik, dibesarkan dan dipilih oleh
massa pekerja.
I.7. METODOLOGI PENELITIAN I.7.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan metode yang dipakai maka penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif-historis. Penelitian ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail
mengenai suatu gejala atau fenomena. Dimana menurut peneliti bahwasannya
penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian Grounded theory28
I.7.2 Teknik Pengumpulan Data
yaitu suatu
studi pendekatan yang menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah
individu salah satunya Vladimir Lenin, dimana tujuan pendekatan grounded
theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan
dengan situasi tertentu. Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak,
atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari
pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan
erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakann teknik pengumpulan data
sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk mengumpulkan
28