• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasca Revolusi, Menjelang Meninggalnya Lenin dan Melemahnya Partai Boshelvik

ANALISIS PENELITIAN

3. Pasca Revolusi, Menjelang Meninggalnya Lenin dan Melemahnya Partai Boshelvik

Setelah Revolusi 1917, Rusia belum sampai pada tahap masyarakat Komunis. Kediktatoran Proletariat setelah tercapainya revolusi sosialis 1917 masih tetap berlangsung, dikarenakan Rusia berada pada masa transisi dari fase Kapitalis menuju fase Komunisme. Lenin selaku Pimpinan Negara dan Pimpinan massa dari PKUS dalam masa jabatannya banyak terjadi permasalah baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dimana ketika suatu negara menerapkan sosialisme, negara tersebut mendapatkan tekanan dari pihak-pihak yang kontra terhadap sosialis, sehingga melibatkan kondisi-kondisi material yang mengatur roda kehidupan rakyat, pada kahirnya adalah faktor yang paling menentukan. Dimana Rusia mengalami kelangkaan barang akibat blokade negara-negara Barat. Blokade ini membuat Rusia terisolasi. Sehingga Lenin menganjurkan agar kaum buruh mendirikan pertanian-pertanian kolektif, yang dijalankan sebagai sebuah industri pertanian. Hal ini ditambah pula dengan, kaum buruh dan kaum petani Rusia harus menghadapi perang sipil antara Tentara Putih (SR Kanan, SR kiri dan Menshevik) dengan Tentara Merah (kaum tani dan buruh) milik Negara Rusia yang tidak setuju akan pembentukan negara sosialis dibawah pimpinan kelas pekerja (kaum proletar dan kaum petani) dan karena hal itu, berdampak pada masyarakat yang juga menanggung kerusakan yang ditimbulkan akibat perang atas industri.

Lenin berusaha untuk memperkuat negara Rusia dengan terlebih dahulu mempererat pondasi PKUS agar mereka tetap solid dan tidak terpecahkan. Sebagai pimpinan massa Lenin terus-menerus memberikan kesadaran sosial dengan ideologi Marxis sehingga anggota partai yang notabennya adalah lebih banyak kaum pekerja daripada kaum intelektual. Mengapa tidak kaum intelektual yang lebih banyak menduduki posisi penting dalam partai? Hal ini dikarenakan para mahasiswa atau kaum intelektual mempunyai tedensi yang kuat terhadap individualisme borjuis kecil, yang seringkali memunculkan dirinya bahkan ketika mereka mengadopsi posisi revolusioner.Teringat akan kejadian sebelum tercapainya revolusi sosialis 1917, dimana kaum intelektual (norodik yang dipimpin oleh Alexander yang juga kakak dari Lenin) melancarkan serangan bom kepada Tsar Alexander II, dan dampak dari serangan itu, Feodalisme Rusia semakin kuat menyebabkan kesengsaraan kepada masyarakat. Dan dapat juga dipahami bahwa kaum intelektual ini disebut juga borjuis kecil. Kaum yang Marx dan Lenin katakan sebagai kaum konservatif, kaum yang tidak konsisten dan tidak tegas dalam mengambil keputusan sebab mereka hanya memikirkan jalur-jalur parlementer untuk mencapai sosialisme, sedangkan parlementer itu adalah bentukan dari pemerintahan feodal-kapitalis yang dipenuhi dengan kebohongan-kebohongan untuk mengumbar-umbar janji palsu kepada masyarakat agar supaya masyarakat mematuhi pemerintah melalui hukum dan kebijakan-kebijakan yang nantinya akan mereka terapkan dan ini terbukti dari percobaan revolusi 1905 dan revolusi februari 1917 yang telah dipaparkan.

Marx dan Engels melihat sifat borjuis disetiap negara itu sama, dimana sifat borjuis itu telah berkembang dengan begitu malas dan lamban, tetapi ketika dimana dirinya begitu terancam menghadapi sistem feodalisme yang absolutisme dan terancam berhadapan dengan kaum proletar serta segala faksi warga kota yang memiliki berbagai kepentingan dan ide-ide yang bersaudaraan dengan kepentingan borjuis itu maka ia akan bersatu dengan proletar. Tetapi, ketika ide itu berseberangan dengan kepentingannya dan jika ia menentang kerajaan sama jelasnya dengan ia menetang rakyat maka ia mengkhianati rakyat dan

berkompromi dengan wakil-wakil kerajaan yang berasal dari masyarakat lama sebab ia sendiri lahir dari masyarakat lama.

Oleh karena itu, bukan kelas borjuis tetapi dengan mendudukan kelas pekerja dalam PKUS maka ketetapan pondasi partai akan tetap utuh. Sebab, hanya kelas pekerja (kaum proletar) yang dengan konsisten bisa mengusung revolusi sosialis. Ia berbasis pada peran-peran pekerja dalam produksi, dan kenyataanya bahwa dalam partisipasi dalam produksi kolektif (sosial) berarti bahwa kelas pekerja inilah yang dengan sendirinya membangun sebuah kesadara sosialis (kolektifis). Melalui pengalamannya, kelas pekerja yang juga disebut sebagai kaum proletariat ini belajar untuk memahami organisasi kolektif dan disiplin partai yang telah ditetapkan secara bersama pula.

Inilah hasil dari sekolah keras produksi dan eksploitasi yang tengah diterapkan kaum feodal-kapitalis Rusia, dimana kaum feodal-kapitalis ini yang mempersiapkan para pekerja untuk menghadapi perjuangan kelas. Senjata-senjata yang wajar milik kaum proletar adalah metode-metode perjuangan masa, pemogokan umum, demonstrasi massa yang bertindak sebagai sebuah sekolah yang mempersiapkan kelas ini untuk tugas utamanya, yaitu mengambil ahli hasil monopoli yang kaum feodal-kapitalis rampas ke dalam tangan kaum proletar dan akan diserahkan kepada negara. Sebab gerakan kaum pekerja di semua tempat adalah sekolah demokrasi baginya. Sebelum para pekerja memutuskan untuk melakukan pemogokan terdapat diskusi demokratis dimana di dalamnya pendapat yang saling bertentangan dapat terdengar. Tetapi apabila telah diambil pilihan suara, kaum pekerja bertindak sebagai satu kesatuan. Mereka yang telah mencoba mengkhianati maka harus dihukum. Setiap pekerja mengetahui ia belajar lebih banyak selama satu hari pemogokan dibandingkan satu tahun kehidupan “normal”. Akibatnya, setiap pemogokan mengandung elemen-elemen revolusi dan sebuah revolusi adalah apa yang terdapat dalam sebuah pemogokan dalam skala besar dan luas dan elemen terpenting dari hal ini adalah partisipasi aktif dan sadar dari kelas pekerja, yang mulai mengambil ahli nasibnya ke tangan mereka sendiri daripada menyerahkannya kepada kaum feodal-kapitalis seperti kepada

para pemimpin serikat pekerja, anggota parlemen, anggota dewan dan birokrat. Inilah esensi sosialisme atau lebih tepatnya esensi kekuatan pekerja. Hal tersebut diajarkan dan diprogandai oleh Lenin kepada kelas pekerja Rusia melalui anggota PKUS sehingga tercipta kesadaran sosial dari masing-masing anggota.

Lenin bukannya pemimpin negara dan pemimpin massa (PKUS) yang menjabat dari keinginannya sendiri. Tetapi menjadi seorang pemimpin dikarenakan dia dipilih dan lahir dari massa (rakyat pekerja) itu sendiri, bukan dari luar dirinya, dan pimpinan itu mereka tentukan sendiri tanpa paksaan dari dirinya, disamping juga Lenin yang sangat pintar dalam membuat strategi dan tegas dalam mengambil keputusan dengan teori Marxis yang telah dipahaminya dan terkaitkan dengan kondisi masyarakat Rusia yang tengah berkembang. Melalui teori Marxis terutama teori revolusi Marx, ia mengorganisir massa petani dan buruh yang kurang percaya akan perubahan politik yang dimulai dari diri mereka yang buta akan teori dan praktek untuk membawa mereka ke pintu gerbang negara sosialis sehingga tercapai masyarakat komunis.

Sejak awal mula tercapainya revolusi sosialis, haruslah ada rezim yang paling demokratis, maksudnya sebuah rezim dimana untuk pertama kalinya semua tugas-tugas menjalankan industri, masyarakat, dan negara akan berada di tangan mayoritas masyarakat, kelas pekerja yang dikenal dengan Soviet Seluruh Rusia. Melalui komite-komite soviet seluruh Rusia ini mereka yang dipilih secara demokratis (Soviet) langsung ditempatkan untuk menjalankan tugas yang berdasarkan kemampuannya dan bekerja serta tunduk atas panggilan sewaktu-waktu jika dibutuhkan apabila adanya perang dan mengharuskan adanya tentara rakyat. Para pekerja akan menjadi tuan dari masyarakat artinya dari mereka untuk mereka. Ini adalah posisi kaum pekerja di Rusia yang Lenin terapkan dan ajukan setelah Revolusi Oktober.

Selain hal diatas, yang membuat PKUS tetap konsisten dalam pondasi idelogi Marxis yang diterapkan oleh Lenin, dikarenakan Lenin tidak haus akan kekuasaan, Lenin berusaha agar kelas pekerja mendapatkan bagian mereka masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya dengan meletakkan

4 syarat utama bagi sebuah negara kaum pekerja dalam periode transisi antara kapitalisme dan sosialisme, yaitu :

1) Pemilihan umum yang bebas dan demokratis dengan hak recall terhadap semua pejabat.

2) Tidak ada pejabat yang pantas menerima gaji yang lebih tinggi daripada seorang pekerja yang ahli.

3) Tidak ada tentara yang berjaga kecuali rakyat yang dipersenjatai.

4) Secara bertahap, semua tugas-tugas menjalankan negara harus dilakukan oleh massa diatas basis yang bergiliri.

Lenin berusaha memperbaiki negara Rusia yang diakibatkan dari sisa-sisa pemerintahan feodalisme dan pemerintahan sementara. Perekonomian yang carut-marut dan para revolusioner profesional yang gugur melawan kekuatan kontra revolusioner di medan perang. Dengan kondisi yang demikian Lenin membuat dan memperkenalkan NEP (Politik Ekonomi Baru) lebih tepatnya ekonomi pasar bebas dihadapan kongres partai. NEP adalah pemulihan sistem ekonomi pasar. Tujuannya adalah untuk memulihkan perekonomian Rusia. Pengajuan NEP yang Lenin perkenalkan ini diharapkan partisipasi penuh dari para buruh dan tani untuk tetap konsisten pada tujuan dan ideologi marxis agar pengaruh dari sistem sosial borjuasi dan kapitalis yang nantinya akan berkembang dapat terkontrol dengan baik. Maka Lenin, memerintahkan untuk melakukan pembersihan partai PKUS dari unsur-unsur borjuis kecil dan intelektual (liberal). Hal ini, supaya kapitalisme yang pasti masuk ke Rusia dapat dikendalikan oleh soviet. Lenin juga membuat suatu larangan untuk berfaksi, dengan alasan sebagai langkah untuk meredam ketegangan di dalam tubuh partai, dan menjaga agar partai tetap memberikan dukungan yang utuh pada soviet dan kaum buruh yang telah letih memanggul beban revolusi dipundak mereka. Oleh sebab itu, Lenin menyerahkan sepenuhnya kepada hasil rapat dan sidang didalam PKUS. Hal ini telah dikatakan diatas bahwa Partai menjadi basis kaum buruh, petani, masyarakat, mahasiswa untuk bergumul dan menghasilkan kebijakan yang mengatas namakan kepentingan seluruh masyarakat Rusia tanpa terkecuali.

Hanya PKUS yang mampu bertahan dan berada dipihak soviet. Maka untuk menjalankan negara sosialis diperlukan koordinasi seluruh kelas pekerja dibawah pundak PKUS. Partai kemudian menjadi penentu kebijakan soviet untuk mempertahankan negara sosialis. Sekuat apapun Lenin mempertahankan PKUS dari gelombang perkembangan arus Kapitalisme, ternyata PKUS tidak siap bertempur melawan hal tersebut setelah meninggalnya Lenin akibat serangan stroke yang telah dideritanya sejak lama. Masa penerapan NEP dimana ketika itu Lenin tengah sakit, Lenin terpaksa mengikutkan kaum intelektual dalam keanggotaan, hal ini dikarenakan kaum revolusioner profesional gugur dalam perang untuk mempertahankan ukraina yang menjadi lumbung pangan negara Rusia itu. Lenin tidak dengan saja membiarkan kaum intelektual ini masuk dengan gampangnya menjadi anggota partai, karena Lenin telah melihat dan mempelajari sifat dari kaum intelektual masih tertanamnya pemikiran birokratisme. Maka dengan masuknya kaum intelektual kedalam tubuh partai, nantinya mereka akan menggunakan partai untuk menanamkan birokratisme di dalam soviet. Maka, jika terjadi penyimpangan yang dilakukan kaum intelektual, Lenin akan melancarkan pembersihan di dalam partai supaya partai tetap memegang teguh ajaran Marxis dan menerapkannya. Sebab Lenin menginginkan PKUS menjadi partai kelas pekerja yang berkesadaran maju dan berkesadaran sosialis, bukan partai yang mewakili kelas pekerja yang hanya bisa sebagai penyambung lidah rakyat pekerja dan hal demikian itu, Lenin anjurkan kepada Komite PKUS agar supaya Komite menambah anggota partai dari orang-orang yang bekerja di pabrik dan melakukan pembersihan partai dari kaum intelektual yang mulai menampakkan sifat-sifat yang demikian disebutkan untuk menghindari kehancuran dari PKUS dan akan berdampak pada kehancuran negara sosialis.

Melalui teori Marxis yang Lenin pahami akan arus perkembangan Kapitalis akan hilang dengan sendirinya akibat dari adanya kompetisi antara kapitalis itu sendiri. Tetapi disini Marx tidak melihat bahwa Kapitalis ini akan berkembang sampai pada tahap tertingginya yaitu imperialisme. Lenin kemudian

memperlengkap teori kapitalisme. Kapitalisme ini masuk dan menyelinap dari kaum-kaum borjuis kecil yang telah menghadapi dan mempelajari sendiri politik yang mereka dapatkan semasa pendidikan juga di implementasi dilapangan. Melalui kaum borjuis kecil yang salah satunya kaum intelektual yang dipakai oleh kaum kapitalis untuk menyebarkan propaganda mereka dengan kata-kata demokrasi. Demokrasi ala kapitalis dengan memakai kaum borjuis senantiasa diselimuti dengan kehangatan akan janji-janji palsu yang mereka berikan kepada masyarakat padahal dibalik itu semua mereka menyimpan beribu cara untuk melakukan penghisapan yang akan menguntungkan sebagian pihak. Oleh karena itu pada hakikatnya selalu merupakan demokratisme untuk minoritas, hanya untuk kelas-kelas bermilik dan kaum kaya.

Bahkan tidak hanya Marx dan Lenin yang tidak percaya akan pemerintahan borjuasi kecil yang ingin mewujudkan negara sosialis melalui jalur parlemen, tokoh besar di negara-negara lain yang telah memahimi arti dari ketertindasan dan telah merasakan juga menyatukan kepada kaum tertindas seperti Soekarno mengerti bahwa kaum borjuis itu tidak dapat dipercaya. Soekarno mengatakan bahwa kaum borjuis itu telah menipu rakyat, memperbudak mereka, mengelabui mata mereka. Demokrasi yang mereka rebut dengan harga nyawa begitu mahal itu, bukanlah demokrasi kerakyatan yang sejati, melainkan suatu demokrasi borjuis belaka. Hal tersebut yang dengan tekat yang kuat dari Lenin untuk menghindari kaum intelektual dari peran partai agar supaya tidak berlebihan dan jikalau sewaktu-waktu ada pergantian pemimpin negara dan pemimpin partai, ia harus benar-benar lahir dan dipilih dari massa yang memang benar-benar memahami teori sosialis dan mempraktekkan teori tersbut.

Sebelum akhirnya Lenin meninggal pada tanggal 18 Januari 1925, ia ingin menyampaikan Surat kepada Dewan Kongres Partai Uni Soviet (PKUS), agar posisi Sekjen untuk menggantikan Lenin sebagai Pimpinan Partai dan Pimpinan Negara diberikan kepada Leon Trosky dan bukan Kepada Stalin, sebab Lenin telah memperkirakan dan melihat sepakterjang politik dan pemikiran Stalin semasa prarevolusi sampai pada pasca revolusi yang nantinya akan membawa

PKUS dan negara sosialis Uni Soviet ke arah yang lebih matang untuk benar-benar menjadi Negara Sosialis satu-satunya dengan masyarakat komunis. Tetapi, tidak demikian harapan Lenin terwujud. PKUS telah diselimuti oleh kaum-kaum intelektual yang pro dan mengabdikan diri untuk Stalin. Inilah awal yang mejadi cikal bakal dari kegagalan PKUS dan Unisoviet dalam mempertahankan Revolusi Sosialis yang telah tercapai pada revolusi 1917.

Melalui celah pembersihan Partai yang disampaikan oleh Lenin didepan sidang rapat PKUS, Stalin malah, membersihkan kaum pekerja, revolusi profesional salah satunya memecat Leon Trosky, dll yang menjadi saingannya menjadi Sekjen PKUS sekaligus pemimpin negara. Stalin adalah pemimpin negara yang tidak terlahir dari hasil kongres partai untuk memilih pimpinan massa, ia lahir dikarenakan keinginannya sendiri. Maka sepeninggalnya Lenin, PKUS kian merosot dan sampai pada Rusia dipimpin oleh Michael Gorbache menjadi negara dengan sistem multipartai.

Stalin mengambil ahli posisi Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet. Ia juga mengkhianati prinsip paling dasar dari sosialisme yang diungkapkan Marx dan diterapkan oleh Lenin yaitu Demokrasi Mayoritas. Stalin membangun satu angkatan perang yang terpisah dari rakyat dan profesional, dimana tentara merah dibawah Stalin menjadi salah satu pilihan pada masa jabatannya dan tetap ada walaupun tidak pada kondisi perang ketetapan Stalin hanya pada ia masih menerapkan sistem satu partai. Maka berdirilah satu organ yang beranggotakan orang-orang yang di upah secara tetap untuk menjalankan alat-alat kekuasaan negara. Penentangan dari teori Marx yang mengatakan bahwa angkatan perang harus dibubarkan dan diganti dengan rakyat bersenjata dan bukan menjadi badan yang diisi dengan orang-orang borjuis, dimana seluruh rakyat ditugaskan memanggul senjata secara bergiliran dan dalam waktu sangat terbatas.

Stalin juga mengubah Komite Sentral menjadi tidak punya peran besar, dimana yang lebih berperan aktif adalah buruh itu sendiri. Stalin telah mengkhianati prinsip terbesar dari Sosialisme yang seharusnya demokrasi mayoritas menjadi minoritas yang mana stalin mengaktifkan kembali

penjara-penjara yang dibangun tsar dahulu, memanipulasi pemilihan Dewan Soviet hal ini supaya Stalin tetap memimpin sebagai Sekretaris Jenderal dan Presiden. Yang terpenting adalah Stalin mengubah kekuatan kelas pekerja menjadi kecenderungan pro pada disiplin militeralisme atau dengan kata lain menerapkan sistem totaliter. Stalin memaksakan rezim sosialisme bentukan Lenin harus terus-menerus berkompromi dan memberi ruang bagi sistem borjuis. Hal ini menjadi pembelajaran dan inilah yang menjadi awal kegagalan yang diterapkan Stalin untuk membentuk negara sosialisme sehingga tercapai sampai terbentuknya masyarakat komunisme, bahwa seharusnya sebuah organisasi baik politik, ekonomi, sosial (seperti PKUS) dalam tingkatan apapun, entah itu basis massa atau tingkat nasional, dimana terdapat orang-orang yang dikhususkan (anggota militer) untuk memegang alat kekerasan atau administrasi, organisasi ini pasti tidak demokratik karena partai telah menanamkan benih-benih totalitarianisme di dalam dirinya sendiri. Dan kalau ada partai yang mengaku sosialis melakukan hal diatas, maka partai itu pasti gagal mewujudkan demokrasi bagi mayoritas. Maka dari itu, diperlukan kekuatan kelas pekerja untuk mempertahankan kekuatan antar kelas, supaya revolusi sosial yang sudah tercapai dipastikan tidak akan hancur. Dan setelah Stalin memimpin Rusia dan diganti dengan pemimpin berikutnya, Rusia tidak lagi mencapai dan menjalankan ajaran sosialisme tersebut. Sebab, kelas pekerja sudah tidak lagi kuat sehingga dapat dimasuki oleh rezim-rezim baru yang ingin meruntuhkan dan mengahncurkan paham sosialisme. Sebab menurut Lenin menegaskan bahwa partai itu harus disusun secara sentralistik dan birokratis dalam arti bahwa unsur bawah mutlak harus taat terhadap unsur-unsur atas. Dan PKUS goyah terhadap ideologi yang telah diobrak-abrik oleh Stalin.

Dimana, selama masa jabatan Lenin mulai dari Lenin belum menjadi Pemimpin Boshelvik sampai menjadi pemimpin negara dan Sekretaris Jendral PKUS, ia berusaha untuk benar-benar menerapkan teori Marxis seilmiah mungkin tanpa benar-benar melenyapkan negara. Maksudnya walaupun Lenin pendukung utama didirikannya negara satu partai, kamp konsentrasi dan teror massal jelas

hanya pada saat waktu yang benar-benar dibutuhkan dan teror massal bukan berarti penghancuran secara radikal seperti yang Stalin terapkan. Teror massal disini hanya ditujukan kepada kaum feodal-kapitalis untuk menyerahkan tanah hasil monopoli yang mereka lakukan hal ini terbukti dalam revolusi 1917 dimana dalam pengambilahlian kekuasan Lenin tidak melakukan gencatan senjata sehingga tidak terjadi pertumpahan darah, dan jikalau ada, itu diakibatkan dari para militer dan junker bentukan pemerintah feodal yang melakukan serangan dan kamp konsentrasi itu berguna untuk mendidik para tawanan sisa-sisa dari pemerintahan feodal-kapitalis supaya mereka diberikan pendidikan akan kesadaran sosial dari teori-teorinya Marxis, jadi bukan untuk disiksa dan dihukum seperti yang dilakukan kebanyakan pemerintahan totaliter, salah satunya Stalin, Hitler ataupun Mussolini walaupun Hitler dan Mussolini adalah pendiri negara fasis. Inilah yang membedakan Lenin dengan mereka, dan juga negara sosialis berbeda dengan negara fasis yang menanamkan prinsisp totaliter dan nasionalisme yang mengedepankan kepentingan negara dengan mengahalalakan segala cara. Lenin membentuk satu Partai karena untuk mengordinasi gerakan buruh menjadi satu tujuan dan didalam partai mereka mendapatkan teori dan mengetahui esensi dari revolusi yang mereka jalankan dan partai memainkan peran organisator dan agisator kolektif.

Dan kesalahan terakhir yang dilakukan oleh Stalin adalah tentang hal melenyapkan negara, ia memperbaharui teori Marxis-Leninisme dengan mengatakan bahwa ajaran resmi bagi seluruh komunis adalah Negara yang dijalankan oleh Uni Soviet, negara yang pada formasinya masih Negara Borjuis. Inilah yang menjadikan cikal bakal bahwa PKUS mulai tidak konsisten terhadap ajaran-ajaran Marxis.

Maka jelas, mengapa Lenin memperkenalkan teori Marxis-Leninisme, Lenin tahu apa yang menjadi kekuatan sosial yang terlibat dalam revolusi.Hanya kelas revolusioner yang mampu memimpin revolusi, demokrasi borjuis yang dikatakan oleh Lenin adalah kaum proletar dalam aliansi dengan kaum miskin pedesaan.Berbeda hal dengan Stalin yang telah mendaur ulang ajaran-ajaran

Marxis-Leninisme yang telah diterapkan di negara Rusia. Dimana mesin-mesin kenegaraan borjuasi dihidupkan kembali dan bahkan semakin diperkuat. Dengan tidak dihancurkannya tatanan negara borjuasi secara tuntas dan dihidupkan kembali berarti tidak menghapus tentara dan organ administrasi yang terpisah dari masyarakat, menyebabkan negara menjadi tidak demokratis. Akibat dari negara tidak demokratis menyababkan kontradiksi internal berlangsung dalam keadaan yang semakin menajam sehingga berdampak pada perlawanan meledak. Inilah kesalahan yang dilakukan Stalin sehingga berdampak pada perubahan sistem politik Rusia sampai pada saat ini.

BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN

Ada 5 (lima) hal yang akan penulis simpulkan pada bab ini berkaitan dengan skripsi yang berjudul “Peran Partai Boshelvik Dalam Revolusi 1917 di Bawah Pimpinan Vladimir Lenin”, yaitu:

Pertama, dengan melihat kondisi masyarakat Rusia Revolusi Bolshevik yang terjadi pada tahun 1917 adalah sebuah hasil dari apa yang dipikirkan oleh Lenin. Alasan Lenin berpikir kritis mengenai negaranya adalah tak lain karena melihat kondisi dari negaranya yang masih sangat tergantung kepada sistem feodalis yang dianut selama berpuluh-puluh tahun lamanya di Rusia. Namun, selama berpuluh-puluh tahun lamanya itu, tidak banyak perbaikan yang terjadi Rusia,tapi kesengsaraan rakyat yang mayoritas adalah kaum petani bukannya semakin berkurang malah bertambah dengan bersamaan berkembangnya fase kapitalisme awal di Rusia. Kelaparan dan kerugian perang banyak dirasakan