• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Partai Boshelvik dalam Revolusi 1917 Dibawah Pimpinan Vladimir Lenin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Partai Boshelvik dalam Revolusi 1917 Dibawah Pimpinan Vladimir Lenin"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Partai Boshelvik dalam Revolusi

1917 Dibawah Pimpinan Vladimir Lenin

PUTRI KRISTINAWATI

Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: 061-8220760, Email:

Putrizarjier@yahoo.com

Diterima tanggal 1 Februari 2013/Disetujui tanggal 4 April 2013

Russia as a socialist state is an important part of the history of the world. The history show Vla-dimir Lenin dan Boshelvik Party had successfully apply revolution theory which pioneered by Karl Marx. This study discusses about the steps are applied Lenin's revolution and the Party Boshelvik to reach revolution (1917) in Russia. This study is using historical aproach (political history). Colecting data of this study is using secondary data which is obtained from books, lit-erature and document. The analysis using descriptive analysis. The findings ofthis study, there are two stages of revolution that Lenin and the Party Boshelvik applied. First, Bourgeois Revo-lution, pioneered by bourgeoisie and labourer/peasant to bring down the feudal system (Tsar) Russians; Second, socialist revolution, pioneered by the proletariat with all workers to bring down the bourgeois system.

Keywords: Political Party, Bourgeoisie Revolution, Socialist revolution. .

Pendahuluan

Partai Boshelvik atau Bolchinstvo adalah golongan terbesar Rusia yang menyetujui terbentuknya partai perjuangan untuk menentang kekuasaan Tsar. Golongan ini mewakili kaum tertindas dan terasing dari hidupnya karena adanya penguasaan yang dilakukan oleh negara, tuan tanah (bangsawan) dan kaum borjuis (bangun atas) dari alat produksi yang seharusnya menjadi sumber kehidupan bagi kaum petanidi Rusia. Revolusi menjadi jalan sebuah pertarungan kekuatan secara terbuka antara kekuatan sosial di dalam perjuangan untuk mengambil alih kekuasaan.

Rusia adalah bagian dari sejarah per-kembangan masyarakat dimana terdapat anatgonisme kelas. Marx mengatakan bahwa sejarah perkembangan manusia adalah

...”Sejarah dari semua masyarakat yang ada sampai saat ini merupakan cerita dari perjuangan kelas. Kebebasan dan perbudakan, bangsawan dan kaum jelata, tuan dan pelayan, kepala serikat kerja dan tukang dengan ketalian penekan dan yang ditekan berada pada posisi yang selalu bertentangan satu sama lain dan berlangsung tanpa putus.”1

Dibawah kekuasaan Tsar masyarakat hidup dibawah tekanan Tsar maupun tuan tanah. Besarnya dominasi Tsar membuat Rusia tetap mempertahankan masyarakat agraris-nya yang didasarkan pada perbudakan. Terbukti pada abad ke 19, berjuta-juta petani-budak merasa terikat dengan kampung dan mengerjakan ladang tanah milik bangsawan atau negara secara bergantian, mereka bekerja hanya semata-mata

1

Nur Syaid Santoso Kristeva, Negara Proletar dan Revolusi Proletar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011), hal. 535.

(2)

katkan hasil padi-padian.2 Dari 10 juta keluarga tani di Rusia, 3 ½ juta rumah tangga adalah petani yang tidak mempunyai alat produksi, mereka menanami hanya sebagaian kecil dari tanah mereka sisanya mereka harus menyerahkan sebagian hasil lagi kepada kaum kulak (petani kaya) dan mereka terpaksa mencari pekerjaan tambahan. Para kulak, justru sebaliknya, jumlah mereka sekitar 1 ½ juta tetapi memiliki 50 persen ar-eal tanah.

Mereka yang melakukan pemberontakan, tetapi tetap dapat dibubarkan oleh Tsar. Sebab dalam menjalankan pemerintahannya, Tsar menggunakan cara-cara militer disamping itu juga Tsar tidak hanya memiliki kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif, tetapi Tsar merupakan pemilik negara yang berhak mengeksploitasi sumber daya alam maupun manusia. Hal itu didorong kepercayaan Kristen Ortodoks Rusia yang mengatakan bahwa Tsar adalah utusan Tuhan dimuka bumi, maka rakyat diharuskan patuh terhadap perintah Tsar dan rakyat dituntun untuk setia dan maghambakan diri kepada Tsar. Pemerintahan Tsar sangat reaksioner dan bersifat otokrasi.

Feodalisme Rusia mendorong adanya rasa persatuan, rasa kesadaran dari rakyat untuk merubah dan mengganti kekuasaan yang menyengsarakan itu. Berbagai pemberonta-kan terus dilakupemberonta-kan untuk meruntuhpemberonta-kan sistem feodal, sistem perhambaan ala rusia yang mirip dengan sistem perbudakan tersebut tetapi besarmya kekuasaan Tsar untuk meredam pemberontakan dilakukan dengan berbagai cara. Hingga akhirnya, Tsar Alexander II memaksakan suatu reformasi agraria yang seharusnya menjadi tuntutan kaum borjuis, ternyata diambil ahli oleh kekaisaran.

Reformasi agraria menyebabkan industriali-sasi didorong dari atas oleh kekaisaran. Pada abad ke 20 telah berkembang dimulai pada tahun 1865-1890 mendorong jumlah pekerja di pabrik dan perusahaan kereta api melonjak dari 706.000 orang menjadi 1.433.00 orang kemudian meningkat pada tahun 1900 naik

2

Iran Bruhat, Sedjarah Sovjet Rusia, (Djakarta: Kebangsaan Pustaka Rakyat N. V. Djakarta, 1954), hal. 8-9.

menjadi 2.792.000 dan pada tahun ini terdapat 269 perusahaan asing yang tersebar diseluruh Rusia yang awalnya hanya terdapat 16 perusahaan saja pada tahun 18863 dan kebanyakan perusahaan dimiliki oleh pihak asing. Sejak kelahiran kaum buruh di Rusia telah terjerumus kedalam industri-industri termaju dengan konsentrasi kekuatan kaum pemodal dengan kondisi kerja kaum buruh yang menyedihkan yang mana upah buruh laki-laki adalah satu rubel per hari dan untuk buruh perempuan hanya setengah rubel per hari. Hal demikian juga menyebabkan terjadinya pemogokan dikalangan buruh dan dapat dilihat dari perkembangan gerakan buruh di Rusia.

Mereka yang tertindas semakin reaksioner dan kesadaran sosialnya telah terbangun dan semakin matang untuk terus melakukan pemogokan. Oleh karena itu diperlukan Partai untuk membangun dan membimbing para proletar (buruh, tani, kaum tertindas) untuk terus berjuang menentang sistem pemerintahan yang sangat berpihak pada pemilik modal.

Maka oleh Vladimir Lenin sebagai tokoh sosialis dan bapak komunis ini mengnggap penting untuk mendirikan Partai Kelas Buruh, dimana partai ini nantinya akan berperan aktif dalam memberikan kesadaran sosial pada kelas buruh tentang penindasan dan bagaimana mengatasi serta merubahnya ke dalam masyarakat yang lebih baik, yaitu masyarakat sosialis dan akhirnya masyarakat komunis4, dengan cara revolusi. Studi ini membahas tahap-tahap revolusi yang diterapkan Lenin dan Partai Boshelvik untuk mencapai revolusi 1917 di Rusia.

Pendekatan dan Metode

Studi ini dilakukan dengan pendekatan sejarah. Fokusnya pada tahap revolusi yang dilakukan oleh Lenin dan Partai Boshelvik. Metode pengumpulan data dengan teknik pengumpulan data sekunder yang bersumber dari buku-buku dan internet. Metode analisis data menggunakan metode kualitatif yang

3

Edy Haryadi, Lenin: Pikiran, Tindakan dan Ucapan, (Jakarta: Komunitas Study Untuk Perubahan, 2000), hal. 20.

4

(3)

bersifat deskriptif yaitu dengan meng-gambarkan, meringkaskan dari berbagai kondisi yang timbul pada objek penelitan kemudian ditafsirkan secara deskriptif. Partai di Rusia

Rusia adalah salah satu negara di Eropa timur yang ibu kotanya terletak di Saint Peterburg. Kota tersebut merupakan kota yang menyerupai Amsterdam yang merupa-kan kota metropolis Barat. Kemunculan sastra, musik, seni dan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kebudayaan Eropa kontemporer di Rusia yang dalam beberapa hal bahkan menjadi yang terdepan, selama abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh. Dimana kondisi Rusia menjelang abad 20 memiliki kekayaan yang begitu indah, namun kebudayaan tinggi tersebut hanya mewakili satu lapisan minoritas dalam masyarakat Rusia yang terdiri dari para bangsawan kaum intelektual dan birokrat terkemuka. Tiga perempat dari seluruh penduduk kekaisaran ini terdiri dari para petani penggarap kecil yang sebagai mayoritas di Rusia hidup dalam dunia mereka sendiri serta tidak tersentuh oleh peradaban barat. Mereka tidak menggunakan bahasa yang sama dengan kaum terpelajar yang mereka pandang sebagai orang asing. Sebagian besar petani penggarap Rusia bukanlah petani yang mengerjakan tanah mereka sendiri, mereka adalah bagian dari komunitas-komunitas dusun yang memiliki tanah secara kolektif yang secara periodik dibagi-bagikan kepada keluarga-keluarga tersebut. Tanah, dalam pandangan para petani penggarap tersebut bukanlah suatu komoditas atau barang dagangan melainkan sumber kehidupan dimana hanya orang yang menggarapnya yang berhak menikmati hasilnya.5

Kebanyakan dari para petani tersebut bersifat konservatif, taat kepada monarki kekaisaran Tsar dan terhadap Gereja Ortodoks. Kekaisaran yang bersifat feodalisme ini lambat laun merongrong banyak rakyat Rusia karena para petani tidak menggarap tanah mereka sendiri sehingga kehidupan mereka akan sangat bergantung kepada tanah yang mereka garap. Sedangkan kaum bangsawan

5

Richard Piper, Op. cit, hal. 33.

yang berada di puncak kekuasaan hanya tinggal merasakan hasil jerih payah dari mereka yang menggarap tanahnya. Latar belakang inilah yang menjadi faktor terjadi sebuah revolusi. Karena masalah tanah tersebut, para petani Rusia menjadi amat sensitif, tanpa mereka sadari dalam kurun waktu yang singkat jumlah para petani yang ada semakin meningkat dibandingkan dengan jumlah luas tanah yang akan mereka garap. Banyak hal yang mengakibatkan jumlah petani meningkat tajam, salah satunya perkembangan ilmu pengetahuan di Rusia. Ilmu pengetahuan itu dengan sengaja dikembangkan oleh tsar tujuannya hanya untuk mendukung sistem pemerintahan yang berorientasi pada tsar, disamping itu juga tsar dengan sengaja membuat pertanian mereka masih menerapkan sistem pertanian yang tradisional yang ekstensif konservatif sehingga hasil panen dari para petani hanya menghasilkan jumlah yang sedikit. Hal itu belum termasuk faktor eksternal yang mengakibatkan gagal panen, misalnya cuaca dan iklim yang cenderung ekstrim. Meskipun para petani seringkali mengalami gagal panen, namun mereka sangat loyal terhadap Tsar. Hal tersebut dikarenakan, mereka percaya bahwa Tsar adalah pemilik semua tanah yang sah, dan suatu hari nanti akan mengambil alih tanah-tanah tersebut dari para pemiliknya (tuan tanah) serta mem-berikannya kepada komunitas (yang menaungi para petani kecil), tetapi apabila Tsar tidak melakukan seperti yang mereka harapkan, para petani siap untuk mengambil alih secara paksa, keadaan ini menyebabkan hampir sepanjang seluruh sejarahnya, Rusia diperintah oleh suatu bentuk otoktasi yang ekstrim, dimana Tsar tidak hanya menikmati kekuasaan legislatif, yudikatif dan eksekutif yang tanpa batas tetapi juga secara Harfiah adalah pemilik negara sehingga bila mau, ia dapat mengeksploitasi baik manusia maupun sumber-sumber materialnya.

Administrasi kekaisaran dipercayakan kepada suatu birokrasi yang bersama dengan tentara dan polisi menjalankan kekuasaan tanpa ada pertanggungjawaban kepada rakyat. Hingga tahun 1905, ketika kerusuhan sipil memaksa tsar untuk menyerahkan kekuasaannya pada konstitusi dan hak-hak sipil rakyat Rusia dapat ditahan dan

(4)

diasingkan tanpa diadili semata-mata karena membayangkan perubahan dalam status quo.6 Upaya Revolusi 1905 walaupun gagal dikarenakan kaum proletar belum mengerti esesnsi dari perjuangan kelas dan tidak adanya pemimpin dari perjuangan petani. Hal itu tidak membuat tsar gentar, namun tsar berusaha mempertahankan kekuasaannya menyebabkan gelombang pemogokan kian meluas keberbagai daerah.

Setiap Tsar yang menjabat di Rusia juga bertindak dan berkeinginan mengikuti perkembangan zaman, dimana Tsar Rusia mendambakan suatu saat nanti dapat sejajar dengan negara-negara Eropa Barat. Apa yang dilakukan Tsar tersebut adalah hasrat untuk mempunyai status sebagai penguasa dunia yang besar sehingga secara tidak hati-hati mereka (para Tsar) malah mengambil langkah yang pada akhirnya akan merong-rong kekuasaan dan legitimasi mereka di Rusia. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh Tsar tersebut adalah dengan memajukan ilmu pengetahuan dan pemikiran kritis dari para mahasiswa, mulai terbuka terhadap teknologi-teknologi baru, banyak didirikan-nya universitas-universitas di Rusia yang menghasilkan warga negara berintelektual tinggi dan ternyata mereka inilah nantinya bergabung dengan masyarakat yang tertindas sebab mereka merasakan bahwa pengekang-an ypengekang-ang terjadi di Rusia harus segera diruntuhkan.

Kebijakan-kebijakan Tsar itu untuk melahir-kan para cendekiawan yang berintelektual tinggi awalnya untuk mendukung dan mempertahankan kekuasaan tsar ini, tenyata cendekiawan tersebut turut sadar adanya ketertindasan kaum buruh, petani, dsb yang dilakukan oleh tsar. Maka cendiriawan yang inti dari pemikiran mereka adalah oposisi terhadap semua aturan politis dan sosial yang ada serta berkeyakinan bahwa dengan ikut merasakan penderitaan petani dan buruh sa-lah satunya melakukan pemogokan, mereka bicara demi rakyat yang selama ini bungkam. Selanjutnya, langkah lain yang dilakukan Tsar yang justru nantinya akan membawa pada kehancuran otokrasinya adalah dengan mendorong revolusi tahap pertama dengan

6

Richard Pipes, Ibid, hal. 35.

masuknya industrialisasi. Rusia menjelang abad ke-20 adalah gerbang terbukanya kapitalisme dengan mulai bermunculannya industrialisasi.Berkembangnya industrialisasi di Rusia yang mana pada tahun 1865-1890 jumlah pekerja di pabrik dan perusahaan kereta api melonjak dari 706.000 orang menjadi 1.433.00 orang kemudian meningkat pada tahun 1900 naik menjadi 2.792.000 dan pada tahun ini terdapat 269 perusahaan asing yang tersebar diseluruh Rusia yang awalnya hanya terdapat 16 perusahaan saja pada tahun 1886. Demikian sama halnya seperti yang dikatakan oleh Plekhanov bahwa Rusia ten-gah memasuki masa pra kapitalis dengan munculnya industri dan menambah perpecahan kelas ditengah masyarakat yaitu munculnya buruh, sehingga tidak hanya petani yang tertindas, buruh pun demikian halnya. Dalam dunia modern tidak ada nega-ra yang mengklaim diri sebagai kekuasaan yang agung tanpa adanya industri yang maju, didukung dengan transportasi yang baik pula dan Rusia telah sampai pada tahap tersebut. Inilah yang mendorong para Tsar untuk dengan giat meningkatkan bantuan modal baik dari dalam maupun luar negeri dan sebagai efeknya muncullah kebijakan yang terpisah dari pemerintahan dan birokrasinya. Dua langkah yang disebutkan diatas pada kenyataannya telah memperlemah posisi dan kekuasaan Tsarisme di Rusia. Namun ternyata, tidak hanya hal itu yang akan menimbulkan sebuah revolusi. Tetapi, akibat dari kapitalisme tersebut, ternyata juga menimbulkan efek yang lain yang nantinya akan menjadi salah satu kekuatan dari revolusi yangmereka miliki, yaitu munculnya kaum buruh.

Faktor-faktor seperti itulah yang nantinya akan memunculkan tokoh-tokoh intelektual yang orientasinya adalah pada gerakan-gerakan revolusioner. Sebagai dampak dari tertindasnya rakyat oleh otoritas Tsar dan pa-ra kaum borjuis lainnya. Salah satu tokoh yang konsen terhadap permasalahan yang muncul di negaranya adalah Vladimir Ilyich Ulyanov atau Lenin yang bergabung bersama dengan Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia (PBSDR) dan nantinya akan mengubah secara total masa depan dari negara Rusia. PBSDR didirikan di kongres yang diadakan di Minsk pada Maret 1989.

(5)

Faktor-faktor yang disebutkan diatas adalah jawaban yang akan menjelaskan mengapa revolusi sosialis yang menurut Marx akan terjadi di Eropa Barat ternyata dapat menjadi faktor untuk terjadi di Eropa Timur yang agraris. Dimana Rusia sebagai salah satu negara agraris, Rusia memiliki faktor untuk terlaksananya revolusi sosialis dengan terlebih dahulu menjalankan Revolusi tahap pertama sebagaimana dari pemikiran Karl Marx. Dikatakan kalau di Barat adanya penghargaan terhadap hukum dan hak milik pribadi serta rasa kesetiaan kepada negara yang melindungi kebebasan juga menyedia-kan pelayanan-pelayanan sosial. Namun itu, adalah salah satu upaya yang dilakukan rezim borjuasi/kapitalisme untuk mengelabui kelas proletar agar tidak melakukan perlawan-perlawanan dalam bentuk revolusi yang tujuannya untuk menggulingkan negara borjuis. Sehingga kedasaran kelasnya untuk melakukan pemberontakan atau revolusi itu mengalami degradasi.

Dengan demikian dapat diuraikan bahwa, faktor-faktor pendorong yang membuat Rusia cenderung bergejolak dalam revolusi juga ditentukan oleh beberapa aspek yaitu: (1).Adanya keinginan untuk mengambil alih tanah dari pada pemilik tanah dikarenakan sistem feodalisme yang merugikan rakyatdan adanya desakan ekonomi yang semakin menuntut; (2).Keadaan Rusia yang telah didukung oleh masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mulai muncullah golongan cendekiawan yang merasakan penderitaan rakyat Rusia yang menginginkan perubahan dalam segi pemerintahan dan ketatanegaraan di Rusia; (3).Mulai muncul-nya kapitalisme yang terbuka, sehingga mengakibatkan lahirnya kaum buruh sebagai akibat semakin meningkatnya industrialisasi; (4).Munculnya ide-ide dan konsep-konsep sosialis Marxis yang mulai disebarluaskan oleh sebuah partai yang menjungjung tinggi kesejahteraan kaum buruh yaitu Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia (PBSDR); (5).Terjadinya ketegangan yang ber-kepanjangan antara kaum borjuis dan kaum proletar sehingga kesenjangan diantara mereka semakin melebar.

Dalam hal ini, Vladimir Lenin adalah seorang pemuda yang memiliki keyakinan tentang ide-ide Karl Marx. Lenin juga tidak

hanya sebagai penganut, tetapi juga sebagai pendobrak ide-ide Marx, memateriali-sasikannya dan mampu memberikan corak ide lain yang seimbang sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi pada saat itu di Rusia. Marx dan Lenin adalah dua orang yang berbeda, akan tetapi Lenin mampu mempraktekkan ide-ide Marx kedalam kondisi yang riil di Rusia. Lenin bergabung dengan PBSDR yang didirikan pada tahun 1898 dan secara resmi didirikan pada tahun 1903 dalam suatu kongres yang diadakan di London. Partai ini, menggambarkan mengenai konsep sosialisme, bahwa Rusia akan memperoleh kebebasannya bukan oleh usaha para borjuis yang setengah-tengah melainkan oleh buruh industri. Pembebasan dari otokrasi yang pada gilirannya akan menjadi landasan bagi sosialisme. Premis yang dibayangkan ini akan menjadi postulat (titik tolak) inti sosial demokrasi Rusia, gagasan mengenai revolusi dua-tahap, pertama adalah menghancurkan otokrasi tsar dan mendirikan sebuah rezim ”Borjuis” demokratis Rusia, dan yang berikutnya adalah meninggalkan rezim ini dan melangkah menuju sosialisme. Strategi ini mengulangi apa yang pernah dikemukakan oleh Marx dan Engels yang menyebutkan perlunya suatu persekutuan taktis dengan golongan liberal untuk melawan rezim feodal.7

Namun, sebagai orang yang mempunyai pemikiran sendiri tentang Revolusi Sosialis, bahwa masalah besar yang dihadapi oleh Lenin ketika terjun ke gelanggang perjuang-an politik adalah apakah di Rusia, sosialisme itu harus dicapai dengan jalan yang sama dengan di negara-negara industri maju sebagaimana hal yang dipikirkan oleh Marx. Ataukah ada jalan lain yang khusus dan langsung menuju sosialisme dari fase feodalisme.

Lenin berpikir bahwa apabila Rusia diharus-kan menunggu hingga fase kapitalis melewati kematangannya sehingga negara benar-benar dapat dihuni oleh hanya satu kelas saja yaitu kelas proletar. Maka jika Rusia melakukan hal tersebut, Rusia harus menunggu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya karena saat itu fase kapitalisme di

7

(6)

Rusia baru mencapai fase awal kapitalis. Lenin dengan tegas menolak kesimpulan tersebut dan kemudian merumuskan teorinya tentang ”Imperialis sebagai tahap akhir dari kapitalisme”.8

Materialisme historis Karl Marx menyatakan bahwa menurut Hukum Evolusi Sejarah Umat Manusia, masyarakat mesti berkem-bang dari feodalisme menuju kapitalisme ke sosialisme dan akhirnya sampai tahap komunisme. Dan menurut analisis Marx terhadap cara produksi kapitalis, kapitalisme niscaya runtuh dengan sendirinya karena kontradiksi-kontradiksi internalnya. Namun bukan berarti kapitalisme serta merta mau memberikan kekuasaan pada proleta dengan begitu saja, oleh karena hal tersebut jalan satu-satunya agar kekuasaan diberikan kepada proletar adalah dengan revolusi. Sementara itu fase bersaingnya kapitalisme yang meruntuhkan beberapa kapitalisme atau dengan ikut dalam persekutuan (marger), hal tersebut kemudian disebut oleh Lenin ialah kapitalisme internasional atau imperialisme. Imperialisme merupakan tingkat tertinggi kapitalisme. Secara sederhana isi teori imperialisme menyatakan bahwa melalui imperialisme kapitalisme seakan-akan mengekspor kontradiksi-kontradiksi internal-nya ke bagian dunia lain sehingga keruntuhannya dapat ditunda. Dalam pandangan Marxisme, teori imperialisme merupakan aktualisasi analisis Marx terhadap kapitalisme dalam kondisi-kondisi masyarakat kapitalis pada permulaan abad ke-20.

Teori imperialisme yang dikemukakan oleh Lenin dicirikan sebagai berikut: Pertama, konsentrasi kapital, baik dalam bentuk konglomerat maupun monopoli, kedua, meleburnya kekuasaan kapital finans, indistri dan birokrasi, Ketiga, ekspor kapital dalam bentuk investasi-investasi industrial,

Keempat, pembegian ekonomi dunia oleh

pe-rusahaan-perusahaan multinasional dan korporasi transnasional melalui kartel

8

Franz Magnis Suseno, Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan

Revisionisme, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999, hal 234-235.

internasional, Kelima, pembagian politik dunia oleh negara-negara maju.9

Lenin juga mengunggkapkan bahwa Imperialisme sebagai tahap akhir kapitalisme dan dimana bentuk kedua dari Teori Imperialisme yaitu tentang Imperialisme Modal. Dalam menjelaskan teori imperialisme ini Lenin mendasarkan diri pada Hobson, Bucharin, Luxemburg, dan terutama pada Hilferding. Teori ini dipakai oleh Lenin untuk mendukung teorinya tentang revolusi. Teori Imperialisme Lenin ini kemudian menjadi interpretasi standar Marxisme terhadap kolonialisme dan imperialisme di Rusia. Lenin menyatakan bahwa pembentukan monopoli-monopoli dan modal moneter merupakan perkembangan kapitalisme yang niscaya akan terjadi. Keterjalinan modal yang memperkuat ketergantungan moneter dan ekonomis nega-ra-negara prakapitalis pada neganega-ra-negara industri maju yang kaya modal.10

Maka, imperialis menjadi sarana negara-negara kapitalis maju untuk dapat meng-ekspor ketegangan-ketegangan internal mereka ke Negara-negara pra-kapitalis. Len-in melihat hal itu akan terjadi di Rusia dengan demikian kesimpulan Lenin bahwasannya revolusi sosialis justru lebih mungkin akan pecah di Negara-negara pra-kapitalis. Negara-negara itu adalah mata rantai yang paling lemah dalam sistem kapitalisme internasional. Jadi revolusi sosialis akan pecah bukan di pusat kapitalisme, melainkan di pinggirannya. Dengan demikian sebuah revolusi sosialis di Rusia justru sangat memungkinkan terjadi, dan revolusi itu diharapkan akan menjadi pemicu revolusi sosialis internasional.11 Oleh karena itu, tak heran apabila Lenin berjuang mati-matian menentang pendapat di kalangan Menshevik bahwa untuk menjatuhkan feodalisme dan mendirikan pemerintahan demokratis, kelas buruh harus

9

Nur Sayid Santoso Kristeva, Negara Marxis dan Revolusi Proletariat, hal. 474-475.

10

Franz Magnis Suseno, Ibid, hal.236-237.

11

Franz Magnis Suseno, Dalam Bayang-bayang Lenin: Enam pemikir Marxisme dari Lenin sampai Tan Malaka, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal 10.

(7)

terlebih dahulu bekerja sama dengan kaum borjuis. Tetapi Menurut Lenin, proletariat harus bersekutu dengan kelas borjuasi tetapi sebagai yang memimpin gerakan revolusioner. Apabila kekuatan Tsar sudah dihancurkan, proletariat lalu sudah berada dalam posisi untuk dalam waktu tidak terlalu lama meneruskan revolusi dan mengakhiri kekuatan borjuasi. Oleh karena itu, Lenin selalu menegaskan bahwa proletariat harus dibentuk sebagai kekuatan politik mandiri yang tidak hanya melawan kekuasaan feodal Tsar melainkan senantiasa sadar bahwa musuhnya yang sebenarnya adalah para pemilik modal.12

Namun, pergerakan kaum buruh tersebut terhalang oleh adanya teori yang menyebutkan tentang kaum buruh hendaknya membatasi diri pada perjuangan di bidang ekonomi, sedangkan perjuangan politik diserahkan terlebih dahulu kepada borjuis. Maka untuk melawan bahaya tersebut, menurut Lenin kaum buruh juga harus diberi kesadaran politik dan melakukan perjuangan di medan politik misalnya saja ikut ambilandil dalam Partai Buruh. Karena menurut Ekonomisme semangat revolusioner sosialis kaum buruh akan berkembang dengan sendirinya melalui pengalaman perjuangan di bidang ekonomi. Namun bagi Lenin, mempercayai harapan tersebut sama halnya dengan mempercayai bahwa kaum buruh akan memperoleh kesadaran sosialis secara spontan.

Terdapat dua alasan yang menyebabkan Len-in tidak percaya bahwa sosialis revolusioner dapat berkembang secara spontan, yaitu Pertama, karena kepentingan yang langsung diarasakan oleh para buruh terarahkan pada kepentingan-kepentingan langsung mereka (segelintir orang yang ingin memanfaatkan keuntungan) dan bukan pada revolusi sosialis. Maka buruh yang masuk kedalam partai dan menunjukkan kemampuan berpolitik sebaiknya segera dicopot dari proses produksi dan dididik menjadi orang revolusioner purna waktu. Kedua, semangat revolusi sosialis mengandaikan sebuah teori revolusioner. Teori itu adalah sosialisme ilmiah. Tapi tidak mungkin kaum buruh yang hanya berpendidikan rendah secara spontan

12

Franz Magnis Suseno, Ibid, hal. 11.

dapat sampai kesosialisme ilmiah itu. Dari kenyataan itu Lenin menarik kesimpulan logis bahwa kesadaran revolusioner harus dimasukkan ke dalam kelas buruh dari luar dan dengan demikian jelaslah peranan kaum intelegensia dalam pembentukan kesadaran sosialis. Hanya dengan dipimpin oleh mereka, kelas buruh dapat menjadi kelas revolusioner. Bentuk organisatoris ke-pemimpinan kelas buruh adalah partai revolusioner.13

Maka, harus dibentuklah partai jenis baru yang berbeda dari organisasi buruh pada umumnya. Melawan Martov dan para pengikutnya yang tergabung dalam Menshe-vik yang tergabung dalam PBSDR yang akhirnya pecah dengan Boshelvik pada tahun 1903 dikarenakan perbedaan pendapat dimana kaum Boshelvik menyarankan pemberontakan bersenjata dan teror massal serta meremehkan segala bentuk demokratisasi Liberal14, Lenin juga menegaskan bagaimana sebaiknya Partai Buruh itu dibentuk. Menurut pandangan Len-in bahwa Partai itu memerlukan struktur organisatoris sedemikian rupa hingga betul-betul dapat memimpin perjuangan buruh. Partai itu tidak boleh terbuka luas, melainkan terdiri atas orang-orang yang ‘pekerjaan pokoknya adalah kegiatan revolusioner’ yang terlatih secara professional dalam seni perjuangan melawan polisi politik. Partai itu harus merupakan sebuah organisasi tertutup dan konspiratif yang terdiri atas orang-orang revolusioner utuh dan konsisten, dengan tidak membedakan antara kaum buruh dan kaum intelektual. Satu-satunya prinsip organisasi sungguhan bagi para peserta gerakan harusnya: konspirasi seketat mungkin, seleksi para anggota seketat mungkin, pembentukan orang revolusioner professional. Apabila ciri-ciri itu tersebut untuk menjamin sesuatu yang lebih daripada sekedar ‘demokratisme’: kepercayaan se-penuhnya antara kaum revolusioner sebagai kawan.15

13

Franz Magnis Suseno, Ibid, hal. 12-14.

14

Robert Gellately, Lenin, Stain, dan Hitler, Ja-karta : PT. Gramedia Putaka Utama, 2011, hal. 35.

15

(8)

Dengan demikian, partai yang dimaksudkan tersebut akan menjadikan buruh sebagai penyokong yang kuat dalam revolusi sosialis. Partai Boshelvik adalah partai yang dibangun untuk mempersiapkan revolusi sosialis berarti juga mempersiapkan tangan kaum buruh untuk dapat menghancurkan ke-kuasaan Tsar dan merebut serta mengembali-kan ketangan negara dengan menghancurmengembali-kan borjuasi. Apapun dilakukan dan dilegalkan selama hal tersebut mendukung perebutan kekuasaan di tangan kelas proletariat. Namun nampaknya Lenin memiliki permasalahan yang cukup perlu dipertimbangkan dalam untuk menyiapkan revolusi sosialis tersebut yaitu ketika ia menyadari bahwa kekuatan yang dimilikinya hanya terbatas pada orang-orang yang tergabung dalam Partai Bolshe-vik dan kaum buruh saja yang jumlahnya masih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah kaum petani yang terbesar mencapai 10 juta jiwa dan tersebar ke seluruh pelosok Rusia.

Oleh karena itu, ia bicara tentang koalisi pro-letariat dengan kelas tertindas lainnya di Rusia yaitu kaum tani dan borjuasi kecil. Lenin merumuskan program politik partai Bolshevik yang bermaksud mencari dukungan dari dua kelas penting itu. Program itu disingkat dalam semboyan “Roti tanah

dan Perdamaian” dan terdiri dari tiga

tuntutan: Akhirilah perang (Perang Dunia I) sekarang juga, negarakan perusahaan-perusahaan Industri milik swasta, dan bagikan tanah para tuan tanah kepada para petani. Lenin mengemukakan pentingnya kaum tani dalam menyelenggarakan revolusi.16 Sebagaimana juga, dalam mani-festo komunis, Marx menyebut bagaimana peran kaum petani, tapi oleh Marx petani (pemilik tanah) yang dimaksud digolongkan-nya kedalam kaum borjuis yang bisa digalang untuk persekutuan taktis untuk menghancurkan feodalisme.

Petani (pemilik tanah) seperti yang diungkapkan oleh Marx memilik peran yang berlainan bahwa bagi kaum Marxis, golongan petani penggarap merupakan sebuah kelas ”borjuis kecil” dan karenanya juga adalah musuh bagi para buruh industri. Hal itu berawal dari kegagalan revolusi

16

Saiful Arif, Op. Cit. Hal. 67 .

Prancis, bagaimana Napoleon Bonaparte melakukan revolusi tahap pertama, namun tetap mempertahankan revolusi tersebut dan tidak melanjutkan revolusi tahap kedua seperti yang diterapkan oleh Lenin di negara Rusia namun mempetahankan pemerintahan borjuis. Inilah yang menjadi kritik Marx bahwa petani (borjuis kecil) akan mengulangi kesalahannya yang sama. Namun begitu, Lenin menyadari keinginan para petani penggarap tersebut untuk mendapatkan tanah mereka sendiri dan ia bersedia membantu mengadakan suatu revolusi kaum petani karena ia yakin bahwa setelah memperoleh kekuasaan, ia dapat menyingkirkan mereka dengan cara menasionalisasi tanah pertanian.17

Hal ini berarti, sebenarnya apa yang dilakukan oleh Lenin merupakan sebuah taktik dan strategi politik dari apa yang ingin dicapai Lenin agar revolusi sosialis dapat berjalan dengan lancar dan menjadi bagian terpenting dalan ajaran Marxisme-Leninisme tentang “strategi dan taktik perjuangan revolusioner”. Nampaknya apapun akan dilakukan supaya tercapainya tujuan untuk menjadikan Rusia masyarakat sosialis dengan segera dapat terwujud. Lenin seolah-olah memperoleh simbiosis mutualisme dari hubungan kerjasamanya dengan kaum petani. Yaitu kaum petani mendapatkan dukungan dan fasilitas untuk mengembalikan tanah mereka dan Lenin juga mendapatkan sumbangan tenaga dan pikiran dari kaum petani dalam menghimpun kekuatan revolusioner, tetapi pada dasarnya untuk mencapai sebuah tatanan masyarakat tanpa kelas.

Marx dalam menganalisis kelas dalam masyarakat kapitalis ada dua pertentangan diantar dua kelas yang sama-sama dilahirkan dari sejarah dimana hancurnya feodalisme masuk kapitalisme, yaitu masyarakat borjuis dan masyarakat proletar. Inilah awal mula dimana Marx menancapkan teorinya bahwa konflik internal didalam tubuh kapitalisme akan mengakibatkan apa yang oleh dirinya disebut sebagai revolusi. Bagi Marx, sesuai dengan kondisi masyarakat Eropa Barat pada saat itu, revolusi yang dimaksud adalah perubahan sistem kemasyarakatan secara

17

(9)

struktural. Jadi, kaum proletar yang tertindaslah yang lebih banyak mem-pengaruhi ajaran-ajaran Marx dan dikarena-kan kelas yang ditindas adalah kaum buruh. Lenin lantas melengkapinya dengan meng-hadirkan objek tertindas lainnya yaitu kaum petani dalam masyarakat Rusia. Mereka sama-sama mengalami nasib yang tak jauh berbeda dengan kaum buruh, sama-sama diakibatkan oleh modal kaum kapitalis. Jika buruh di Eropa barat adalah bagian penting dari konsep Marx, maka petani di Rusia disamping juga buruh adalah bagian penting dari konsep yang dikembangkan oleh Len-in.18

Dari apa yang dikemukakan diatas dapat kita lihat bahwa ternyata Marx lebih fokus oleh apa yang ada saat itu yaitu penindasan yang dialami oleh kaum buruh. Maka, bukan tidak mungkin Marx hanya memikirkan kaum buruh saja seperti anggapan Marx, kaum petani ini bersifat konservatif dan bahkan cenderung radikal, mereka akan bertindak apabila kepentingan mereka sebagai pemilik atau penggarap tanah terganggu sedangkan apa yang dipikirkan oleh Lenin adalah tak hanya kaum buruh saja yang tertindas oleh adanya kapitalis dan borjuis, akan tetapi keadaan dan situasi di Rusia saat itu mengikutsertakan kaum petani sebagai salah satu korbannya. Maka, tak heran Lenin menjadi orang pertama dalam sejarah yang memasukkan peran serta kaum petani dalam gerakan revolusionernya. Hal itu dimaksud-kan agar kesamaan nasib yang dialami oleh keduanya dapat disalurkan untuk merebut kekuasaan dari kaum borjuis-kapitalis. Dan akhirnya Lenin mengambil sebuah inisiatif bahwa: Mereka (kaum proletariat) harus dikoordinasikan dengan kaum petani untuk melawan penindasan borjuis-kapitalis, dengan berbekal radikalisme kaum Populis (kaum Rusia Pra-Marxis) maka revolusi sosialis itu harus segera dilaksanakan. Maka, berawal dari sinilah dengan berbekal ide-ide dari marx dan kolaborasi dengan apa yang disampaikan dengan cerdas oleh Plek-hanov dan modal radikalisme kaum Populis, Lenin berhasil menemukan suatu cara yang efektif untuk mengubah wajah Rusia yaitu melalui Partai politik yang berisi orang-orang

18

Saiful Arif, Ibid, hal. 69.

professional dan bekerja hanya untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi revolusi, melakukan doktrinasi secara terus menerus agar para petani dan buruh terbangun sebuah kesadaran akan ke-tertindasannya. Maka orang itu, layak disebut sebagai Revolusioner Profesional. Hal tersebut yang melahirkan ide kepada Lenin untuk melancarkan dan menerapkan revolusi dua tahap, yaitu: Bahwa Revolusi sosialis akan dicapai melalui dua tahapan: Pertama, revolusi-revolusi yang dikomandani oleh golongan borjuis yang hendak menghancurkan golongan feodal (revolusi borjuis) dan kedua adalah revolusi yang dilakukan oleh kaum proletar untuk menggantikan kepemimpinan kaum borjuis. Sewaktu revolusi pertama berlangsung, kaum buruh modern sebenarnya sudah eksis membantu borjuis meruntuhkan golongan feodal. Bantuan yang diberikan oleh kaum buruh dalam revolusi pertama semata-mata dimaksudkan sebagai ajang latihan dan pemantapan tekad mengantisipasi kekuasaan, melatih diri berorganisasi serta memahami cara mengatur Negara yang pada saatnya nanti juga harus digulingkan untuk mencapai masyarakat sosialis tanpa kelas (classless so-ciety), negara melenyap diganti dengan pemerintahan proletariat. Selanjutnya dalam pemerintahan proletariat setelah runtuhnya kaum kapitalis, kelas-kelas dalam masyara-kat dengan sendirinya akan turut hilang. Alienasi juga akan melenyap sebab alat produksi tidak lagi diletakkan sebagai kepemilikan individual tetapi berubah menjadi milik kolektif yang akan dikelola secara kolektif pula.19

Berkaitan dengan jalannya revolusi, Lenin tidak jauh berbeda dengan pemikiran Marx tentang teori revolusi dua tahap yang juga dipercayai oleh Plekhanov. Bagi Lenin revolusi borjuis sebagai syarat untuk menuju revolusi tahap kedua yaitu revolusi sosialis. Marx memateraikan bahwa revolusi akan tiba dengan sendirinya, manakala konflik in-ternal tercipta dan pada saat puncak perkembangan kapital sudah tak lagi bisa ditoleransi oleh kelas tertindas. Bagi Marx, partai politik hanyalah merupakan instansi yang akan mengkoordinasikan dari kesadaran masa itu. Cara berevolusi tersebut sedikit

19

(10)

berbeda dengan sebagaimana apa yang dikatakan oleh Lenin. Bagi Lenin, kaum buruh dan petani harus dikoordinasikan dibawah satu komando yakni sebuah partai politik yang didalamnya terdapat visi yang tegas untuk sebuah perubahan.

Senada dengan apa yang diungkapkan oleh pimpinan revolusinya, Lenin. Trotsky sebagai Panglima Tentara Merah milik rakyat juga mengatakan bahwa: Revolusi adalah sebuah pertarungan kekuatan secara terbuka antara kekuatan-kekuatan sosial didalam sebuah perjuangan untuk mengambil kekuasaan. Negara bukanlah sebuah tujuan akhir didalam dirinya sendiri. Ia hanyalah sebuah alat di tangan kekuatan sosial yang mendominasi. Negara adalah kepentingan kelas; mekanisme motornya adalah agitasi, media, gereja, sekolah, partai-partai, pertemuan-pertemuan jalanan, petisi dan pemberontakan. Negara bukanlah suatu tujuan akhir didalam dirinya sendiri, tetapi ia merupakan alat untuk mengorganisir, disorganisir dan reorganisir hubungan-hubungan sosial. Ia dapat menjadi kekuatan yang besar bagi revolusi atau menjadi sebuah alat penghenti revolusi yang terorganisir, ini pada tangan yang mengontrolnya.20

Setelah revolusi bisa dijalankan dengan baik, maka tindakan selanjutnya menurut Lenin adalah persiapan kaum proletariat untuk menumbangkan Negara demokrasi parlemen-ter dan menggantinya dengan demokrasi Rusia (demokrasi langsung) yang sama sekali berbeda dan akan menjadi alat kekuasaan bagi kaum proletariat Rusia dalam melawan kapitalisme yang disebut Lenin sebagai Diktator Proletariat dengan pe-rantaraan partai.

Tahap Revolusi yang di Terapkan Lenin dan Partai Boshelvik

Rusia adalah negara yang sangat bergantung kepada sistem feodalis yang dianut selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Sistem yang telah sangat menyengsarakan rakyat Rusia. Dimana Tsar, kaum bangsawan, ahli agama, tuan-tuan tanah bersekutu dengan

20

Leon Trotsky, Revolusi Permanen, Yogyakarta: Resist Book dan Sintesa Universitas Gajah Mada, 2009, hal. 49.

kan sistem kepercayaan kristen ortodoks yang mengatakan bahwa Tsar adalah utusan Tuhan di dunia sehingga mengharuskan rakyat menghambakan diri kepada Tsar dan wajib menuruti perintah Tsar. Tujuannya adalah agar Tsar dapat dengan terus mengekploitasi baik SDA dan SDM untuk kepentingan minoritas Tsar dan kaki tangan yang berpihak pada Tsar.

Apa yang dilakukan oleh tsar, menimbulkan keinginan dari kaum intelektual salah satunya Vladimir Lenin, untuk merubah negara dengan sistem feodalisme yang lebih mirip sistem perbudakan ala Rusia menjadi negara sosialis atau negara kelas pekerja. Untuk merubah hal tersebut diperlukan revolusi. Marx mengajukan dua tahapan revolusi untuk meniadakan kaum tuan tanah atas petani dan kaum kapitalis atas proletar sehingga mencapai tahap akhir dari fase perkembangan masyarakat, yakni

...”Revolusi sosialis akan dicapai melalui tua tahapan: Pertama, revolusi-revolusi yang dikomandani oleh golongan borjuis yang hendak menghancurkan golongan feodal (revolusi borjuis) dan kedua adalah revolusi yang dilakukan oleh kaum proletar untuk menggantikan kepemimpinan kaum borjuis.”

21

Oleh karena itu Lenin dan Partai Boshelvik melancarkan revolusi sesuai teori revolusi Marx, yaitu:

Pertama, Revolusi Borjuis (Februari 1917) dipelopori kaum borjuis bersama dengan kaum buruh-tani untuk meruntuh sistem feodalisme Rusia. Revolusi Borjuis (Februari 1917) dapat dilihat sebagai cermin dari perilaku kehidupan masyarakat Rusia yang diperlakukan tidak adil oleh Tsar. Sistem feodalisme yang lebih mirip sistem perbudakan dimana Tsar sangat berpihak pada tuan-tuan tanah, kaum bangsawan, pemilik modal ini telah sangat menyengsarakan masyarakat. Revolusi borjuis adalah tahapan pertama untuk menuju revolusi sosialis dan mencapai negara sosialis. Dengan mempelajari kondisi masyarakat yang tengah berkembang, Lenin

21

Saiful Arif dan Eko Prasetyo, “Lenin Revolusi Oktober 1917”, (Jakarta: Resist Book, 2004), hal. 70.

(11)

dan Partai Boshelvik memahami dialektika yang Marx katakan, yaitu:

...”Demikian tesis golongan bangsawan menimbulkan antitesis golongan peminjam tanah, tetapi keduanya ini menumbuhkan sintesis golongan borjuis. Bila tingkat produksi yang diambil sebagai tesis dimulai dengan golongan feodalisme, antitesisnya adalah tingkat produksi borjuis-kapitalisme, sintesisnya nantinya adalah tingkat sosialisme. Revolusi borjuis tidak dapat dipertahankan jika revolusi itu telah berhasil dilaksanakan.”22

Melalui Dewan Soviet, Lenin dan Partai Boshelvik melancarkan program partai “Roti,

Tanah dan Perdamaian” yang isi tuntunan

nya adalah, Pembagian Tanah untuk para Petani, Menasionalisasikan Perusahaan Industri, Akhiri Perang Dunia I.23 Hal tersebut tujuannya untuk mendapatkan dukungan baik dari Dewan Soviet maupun masyarakat sehingga nantinya Sistem Pemerintahan Sementara yaitu Pemerintahan Borjuis yang menggantikan Sistem Feodalisme (Tsar) dapat segera digantikan menjadi sistem pemerintahan dikatator proletariat.

Adapun pada Sistem Pemerintahan Sementa-ra setelah menggantikan Sistem Feodalisme yang dipimpin oleh Tsar, ternyata tidak berbeda cara menjalankan negara Rusia. dimana Pemerintahan Sementara yang dipim-pin oleh Pangeran Liberal bernama Lvov lalu digantikan oleh Karensky (Menshevik) berkhianat kepada rakyat dengan tetap meneruskan perang dan pemerintahan ini masih mewarisi satu kekuatan bersenjata yang dasyat dari tsar dahulu yang menjabat dan Junker yang terdiri dari anak-anak kaum borjuiasi dan bangsawan rusia.

Oleh karena itu, Lenin melalui Partai Boshelvik menilai pemerintahan sementara tersebut sunguh-sungguh imperialis dan tidak layak mendapatkan dukungan dari kaum sosialis. Pemerintahan tersebut tak akan dapat memuaskan harapan-harapan para buruh, tentara Negara Rusia yang telah jenuh berperang, dan petani kecil akan perdamaian yang segera dan pembagian tanah diantara

22

Nur Syaid Santoso Kristeva, Negara Proletar dan Revolusi Proletar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011), hal. 86.

23

Saiful Arif dan Eko Prasetyo, Op. cit, hal.67.

para petani kecil. Akibat dari kesengsaraan yang diterima oleh masyarakat menyebabkan para petani melakukan pemberontakan kemudian menyerang tanah-tanah pribadi berdampak pada reformasi agraria. Reformasi agraria yang dijalankan oleh Karensky maupun pengeran Lvov, ini melahirkan industrialisasi dan melahirkan kelas baru dalam masyarakat yaitu, proletar. Dengan lahirnya buruh, menjadi dasar bagi Lenin untuk segera melancarkan revolusi tahap kedua, yaitu Revolusi Sosialis. Alasan Lenin dan Partai Boshelvik ingin dengan segera melaksanakan revolusi sosialis adalah Lenin setuju apa yang dikatakan oleh Marx adan Enggels bahwa Borjuis memiliki sifat konservatif dimana sifat borjuis itu telah berkembang dengan begitu malas dan lamban, tetapi ketika dimana dirinya begitu terancam menghadapi sistem feodalisme yang absolutisme dan terancam berhadapan dengan kaum proletar serta segala faksi warga kota yang memiliki berbagai kepentingan dan ide-ide yang bersaudaraan dengan kepentingan borjuis itu maka ia akan bersatu dengan proletar. Tetapi, ketika ide itu bersebrangan dengan kepentingannya dan jika ia menentang kerajaan sama jelasnya dengan ia menentang rakyat maka ia mengkhianati rakyat dan berkompromi dengan wakil-wakil kerajaan yang berasal dari masyarakat lama dan juga borjuis sendiri lahir dari masyarakat lama.

Oleh karenanya, Lenin tidak ingin terus mempertahankan Revolusi Borjuis yang dipimpin oleh Borjuis pada masa Pemerintahan Sementara. Lenin Belajar dari Revolusi Bonarparte III untuk menjatuhkan Raja Louis Philip. Bonaparte mempertahan-kan revolusi borjuis dan tidak melanjutmempertahan-kan ke revolusi sosialis, maka revolusi itu mengakibatkan set back yang mana kaum borjuis kembali berkuasa dan desporisme kembali merajalela. Dalam revolusi berdarah itu kaum proletar dikalahkan dan kekuasaan rezim despotik kembali berkuasa.

Dari pengalaman revolusi Bonaparte tersebut, maka Lenin dan Partai Boshelvik tidak menginginkan hal diatas terjadi di Rusia. Dengan waktu yang singkat, Revolusi sosialis terwujud sekitar tanggal 20 Oktober 1917. Lenin dan Partai Boshelvik yang telah

(12)

berhasil merebut suara dari Dewan Soviet dan kaum buruh-tani berhasil mengambil ahli pusat pemerintahan, telekomunikasi dan juga berhasil Partai Boshelvik berhasil mencapai kedudukan mayoritas di Sentral Komite Dewan Soviet yang tidanya di duduki oleh Karensky dari Partai Menshevik.

Kedua, Revolusi Sosialis (Oktober 1917) dipelopori oleh kaum proletariat yang tergabung dalam Partai Boshelvik bersama seluruh masyarakat. Lenin dan Partai Boshelvik menjalankan programnya, yaitu “Semua Kekuasaan bagi Pemerintah Soviet” untuk membentuk negara diktator proletariat. Diktator proletariat dilaksanakan dengan tujuan untuk menghancurkan mesin negara dan para pengeksploitasi kapitalis demi memperjuangkan demokrasi untuk minoritas serta berjuang untuk pembentukan masyara-kat komunis.

Lenin mengutip juga pengertian negara menurut Marx

...”Negara adalah organ kekuasaan kelas, or-gan penindasan dari satu kelas terhadap kelas yang lain, ia adalah ciptaan “tata tertib” yang melegalkan dan mengekalkan penindasan ini dengan memoderasikan bentrokan antar kelas.”24

Oleh karena itu Lenin berpikir harus dihancurkannya negara dan sisa-sisa birokrat pada sistem pemerintahan sementara dengan membentuk diktator proletariat dengan perantaraan partai. Belajar dari Komune Par-is, Lenin berfikir bahwa semua suprastruktur borjuasi harus dilenyapkan karena kalau tidak dilakukan akan memberikan kesempa-tan bagi kaum borjuasi mengorganisir diri dan bangkit kembali melawan kekuasaan proletariat.

Maka, jika masih adanya kekuatan Borjuis/Borjuasi yang ingin mengahancurkan negara sosialis-komunis, negara masih perlukan untuk menghancurkan sisa imperialis yang telah menjangkit kaum Borjuasi. Tugas para petani dan kaum buruh disini menurut Lenin adalah untuk menumbangkan negara sebagai alat kapitalis,

24

V.I. Lenin, State and Revolution, copyright 1932 and 1943,International Publisher Co. Inc. PDF (diunduh pada 18 September 2012, pukul 12.38).

demi terwujudnya masyarakat sosialis. Sebab, negara menurut Lenin sama seperti yang dikatakan oleh Marx, bahwasannya negara bukanlah lembaga diatas masyarakat yang mengatur masyarakat tanpa pamrih, melainkan alat dalam tangan kelas-kelas atas (kaum kapitalis), untuk mengamankan kepuasan mereka. Maka, jika setelah tercapai revolusi tersebut tetap perlu untuk dikendalikan oleh seluruh masyarakat yang tergabung menjadi Soviet Seluruh Rusia, inilah yang disebut Kediktatoran Proletariat. Kediktatoran Proletariat, artinya massa rakyat yang tertindas dan kaum proletar ini menjadi diktator dalam wujud untuk menghapuskan segala kemungkinan bangkit-nya kembali kekuatan-kekuatan reaksiner dari kaum kapitalis. Jadi, bukan serta merta melenyapkan dengan tidak ada peran sama sekali langsung pada pencapaian masyarakat komunis tetapi, negara masih dibutuhkan bagi proletar untuk menghapuskan kaum kapitalis untuk mencegah mereka memakai kekayaan dan fasilitas luas yang masih mereka kuasaai untuk menggagalkan revolusi proletariat dan mengembalikan keadaan la-ma.25

Diktator proletar terjadi pada masa transisi masyarakat kapitalis menuju masyarakat komunis. Dalam hal ini, masyarakat negara akan hilang sama sekali manakala masyara-kat menerima prinsip bahwa setiap orang bekerja menurut kemampuannya, setiap orang menerima kebutuhannya (from each

according to his ability, to each according to his needs). Sementara, negara adalah alat

untuk mencapai komunisme. Jadi cita-citanya bukan bagaimana menegakkan nega-ra yang demoknega-ratis, melainkan masyanega-rakat yang sosialis, masyarakat tanpa kelas.

Revolusi sosialis melalui Kediktatoran

Pro-letariat dengan perantara partai yaitu

prole-tariat (kaum buruh dan petani kecil) yang menggunakan kekuasaan negara untuk menindas kaum kapitalis untuk mencegah mereka memakai kekayaan dan fasilitas luas yang masih mereka kuasai untuk

25

Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx, Dari Sosialisme Upotis ke Perselisihan Revisionis, (Jakarta: PT. Pustaka Gramedia. 1999), hal. 169.

(13)

mengagalkan revolusi proletariat dan mengembalikan keadaan lama. Jadi, dalam kediktatoran proletariat menjadi garda terdepan untuk mencegah segala kemungki-nan sebuah revolusi balasan dari sisa-sisa kaum kapitalis. Setelah hak milik atas tanah dan atas pabrik-pabrik serta alat-alat produksi lain dicabut dan dialihkan ke nega-ra. Revolusi menurut Lenin adalah Revolusi Sosialis yaitu perubahan secara cepat dalam struktur pemerintahan Rusia dengan berpusat pada Kediktatoran Proletariat dimana kaum buruh dan petani menjadi dua kekuatan revolusioner yang dapat meruntuh-kan kekuasaan borjuis-kapitalis dan mendirikan masyarakat sosialis. Dan Negara, menurut Lenin adalah

...”(The Rulling Class) organ kekuasaan kelas, organ penindasan atau mesin penindas dari satu kelas terhadap kelas yang lain, ia adalah ciptaan “tata tertib” yang melegalkan dan mengekalkan penindasan ini dengan memoderasikan bentrokan antar kelas. Negara adalah kekuatan yang berdiri di atas masyarakat dan yang ‘semakin mengasingkan dirinya dari masyarakat itu’, maka jelaslah bahwa pembebasan kelas tertindas bukan hanya tidak mungkin tanpa revolusi dengan kekerasan, tetapi juga tidak mungkin tanpa penghancuran aparat kekuasaan negara yang diciptakan oleh kelas yang berkuasa dan yang merupakan penjelmaan dari “pengasingan itu.”26

Negara yang dimaksud disini bukanlah Negara dengan karakter khasnya: memiliki tentara tetap, polisi, birokrasi dan penjara yang kesemuanya digunakan untuk menindas proletariat tetapi Negara dengan proletariat yang diorganisir kedalam satu partai sebagai kelas yang berkuasa dikenal dengan Dewan Soviet Seluruh Rusia.

Inilah yang dimaksud oleh Karl Marx bahwasannya, negara akan lenyap, namun serta merta jangan melihat proletar tidak membutuhkan negara, malah negara diperlukan untuk melakukan penindasan terhadap kaum penindas sehingga segala kemungkinan ancaman dari sisa kapitalis dapat ditanggulangi. Setelah negara lenyap lau dapat berbicara tentang kebebasan dalam artian yang sebenarnya. Dan sampai akhirnya Lenin berhasil menerapkan teori revolusi Marx dan membentuk negara sosialis sampai ia meninggal dunia, Lenin tetap berusaha

26

Saiful Arif, Op. cit, hal. 75.

menerapkan teori sosialisme Marx dalam Partai Boshelvik (PKUS) untuk menyatukan segala keberagaman di tengah-tengah masyarakat Rusia, sehingga PKUS dan negara Rusia dapat dengan konsisten menjalankan revolusi sosialis dan tugas-tugas revolusi.

Penutup

Rusia merupakan negara sosialis yang menjadi sejarah dunia dimana Lenin dan Partai Boshelvik berhasil menerapkan teori revolusi yang Karl Marx untuk pencapaian revolusi 1917. Lenin sebagai pemimpin Partai Boshelvik berusaha menyesuaikan teori revolusi Marx dengan kondisi masyarakat Rusia yang tengah berkembang pada saat itu. Oleh karena itu Lenin dan Partai Boshelvik menerapkan teori revolusi karl marx. Terdapat dua tahap revolusi yang diterapkan Lenin dan Partai Boshelvik. Tahap revolusi tersebut antara lain: Pertama, Revolusi Borjuis, dipelopori kaum borjuis bersama buruh-tani untuk meruntuhkan sistem feodalisme Rusia; Kedua, Revolusi Sosialis, dipelopori kaum Proletar bersama semua pekerja untuk meruntuhkan sistem borjuis.

Daftar Pustaka

Bruhat, Iran, 1954, Sedjarah Sovjet Rusia, Djakarta: Kebangsaan Pustaka Rakyat N. V. Djakarta.

Haryadi, Edy, 2000, Lenin: Pikiran,

Tindakan dan Ucapan, Jakarta:

Komunitas Study Untuk Perubahan. Kristeva, Nur Syaid Santoso, 2011, Negara

Proletar dan Revolusi Proletar,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lenin, Ilyich, State and Revolution, copy-right 1932 and 1943,International Pub-lisher Co. Inc. PDF (diunduh pada 18 September 2012, pukul 12.38)

Prasetyo, Eko dan Saiful Arif, 2004, Lenin:

Revolusi Oktober 1917, Jakarta: Resist

Book.

Suseno, Franz Magnis, 1999, Pemikiran Karl

Marx, Dari Sosialisme Upotis ke Perselisihan Revisionis, Jakarta: PT.

Referensi

Dokumen terkait

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya pengefektifan PAI di Sekolah , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.. mampu mengarahkan siswa untuk berperilaku terpuji, bukan

pada kinerja usaha kecil Kecamatan Tukak Sadai Kabupaten Bangka Selatan yang.. disebabkan oleh kompetensi wirausaha dan Motivasi yang kurang

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: Mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap keunggulan bersaing pada Startup

1) Peserta didik dengan dipimpin oleh ketua kelas mengucapkan salam kepada guru. 2) Guru mengadakan presensi kehadiran peserta didik. 3) Guru menjelaskan kepada peserta

Menurut Subowo (1995: 91), bersama dengan miosin, aktin dapat menyebabkan kontraksi otot melalui mekanisme peluncuran antara kedua jenis protein fibriler tersebut (aktin dan

Berdasarkan hasil studi dari pengumpulan data sekunder oleh beberapa sumber, diketahui bahwa dalam wilayah pengelolaan hutan rakyat KWLM tidak terdapat kawasan

a) Kemiringan, garis lurus normal (natural alignment) dan perubahan saluran. b) Jenis dan sejumlah material dasar yang diangkut. d) Semakin tinggi debit yang mengalir

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan