• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II. Tinjauan Teoritis

2.2 Kerangka Pikir

Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam menahan beban kerja pekerjaannya. Terdapat batasan kemampuan yang mereka miliki untuk bertanggung jawab pada beban kerja tersebut, bergantung pada tingkat kematangan atau kedewasaan. Didalam bekerja, pegawai akan dihadapkan pada serangkaian tugas dan situasi kerja yang menuntut pegawai tersebut mampu mengatasi situasi kerja tertentu dan mampu menyelesaikan tugas. Pada dasarnya bawahan di BPS Provinsi Jawa Barat ini dipilih dengan cara yang cukup selektif.

Melalui seleksi nasional dan ikatan dinas dari Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang salah satu tujuannya juga adalah untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap kerja. Untuk pegawai yang lolos seleksi Nasional, akan diberika pelatihan terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. Pegawai staff di BPS Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial ini telah memiliki masa kerja secara rata-rata lebih dari 5 tahun. Seharusnya pegawai tersebut sudah mahir dalam melaksanakan tugas mereka.

Berdasarkan pengamatan yang diperoleh bahwa orang-orang yang gigih dalam bekerja mampu mengatasi situasi apabila menemukan hambatan, pantang menyerah, dan selalu berusaha hingga tujuan yang ditetapkan tercapai dengan

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 21

baik. Perilaku tersebut salah satunya ditentukan oleh keyakinan diri terhadap kemampuan yang dimiliki. Aspek keyakinan akan kemampuan diri ini merupakan salah satu karakteristik dari kepribadian yang dinamakan self efficacy. Dari sudut pandang teori kognitif sosial (Bandura, 1986), self efficacy dianggap utama dalam membangun menghubungkan kemampuan dengan kinerja. Self efficacy adalah kepercayaan diri seseorang untuk merancang dan melaksanakan kegiatan dan mencapai hasil yang diharapkan.

Ada empat faktor yang mempengaruhi self efficacy individu menurut Bandura (1997), pertama adalah jenis kelamin. Mayoritas pegawai staff di BPS bidang Statistik Sosial adalah perempuan. Berdasarkan beberapa penelitian, semakin seorang perempuan menerima perbedaan perlakuan stereotype gender, maka semakin rendah penilaian mereka terhadap kemampuan dirinya. Stereotype mengenai keunggulan laki-laki dibanding perempuan dalam berbagai hal. Kedua adalah usia, self efficacy terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat berlangsung selama masa kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal jika dibandingkan yang lebih muda. Pada kenyataannya, yang terjadi di BPS Provinsi Jabar ini tidak seperti demikian. Pertambahan usia yang mereka alami dihayati sebagai hal yang membuat berkurangnya kemampuan yang mereka miliki.

Pegawai merasa menjadi cepat lupa, letih, dan tidak sanggup mengemban tanggung jawab pekerjaan yang sulit (dalam usia yang tergolong masih produktif).

Ketiga adalah tingkat pendidikan. Individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi biasanya memiliki self efficacy yang lebih tinggi, karena pada

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 22

dasarnya mereka lebih banyak belajar dan menerima pendidikan formal. Seperti yang diketahui bahwa latar belakang mayoritas pegawai staff adalah lulusan SMA dengan masa kerja di BPS mayoritas lebih dari 5 tahun. Pegawai staff ini diperoleh melalui seleksi yang cukup ketat, dilakukan training terlebih dahulu terhadap pegawai baru, dan rata-rata usia pegawai masih tergolong produktif.

Dengan demikian, idealnya pegawai telah memiliki pengalaman yang cukup dalam bekerja. Mampu menguasai segala bentuk pekerjaan yang diberikan.

Namun, yang terjadi dengan latar belakang pendidikan dan masa kerja yang lama, pengalaman kerja yang diperoleh pegawai adalah kosong karena tidak ditunjang dengan keberhasilan dalam bekerja. Hal ini berkaitan juga dengan faktor keempat yaitu pengalaman. Self efficacy terbentuk sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya tersebut. Semakin lama seseorang bekerja, maka semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu tersebut dalam pekerjaan tertentu, namun tidak menutup kemungkinan bahwa self efficacy yang dimiliki individu tersebut justru cenderung menurun atau tetap, tergantung pengalaman keberhasilan dan kegagalan yang dialami. Pengalaman gagal lebih didapat pegawai staff dibanding pengalaman keberhasilannya dalam mengerjakan pekerjaan membuat self efficacy pegawai cenderung rendah, yang sekaligus menunjukkan kondisi dimana pegawai merasa tidak mampu terhadap apa yang mereka kerjakan atau apa yang menjadi tugas mereka, pegawai kurang memiliki keyakinan diri (self efficacy) sehingga usaha dalam mewujudkan harapan mereka pun kurang.

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 23

Self efficacy juga memiliki dimensi-dimensi yaitu Level, berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi. Penerimaan dan keyakinan seseorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin seseorang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas. Generality, sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa dilakukan atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit dan bervariasi.

Strength, merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan.  

Selain itu Bandura juga mengemukakan terdapat empat sumber yang mempengaruhi self efficacy individu, yaitu Enactive mastery experience, Vicarious experience, Verbal persuasion, dan Physiological state. Enactive mastery experience, merupakan sumber informasi self-efficacy yang paling berpengaruh. Dari pengalaman masa lalu terlihat bukti apakah seseorang mengarahkan seluruh kemampuannya untuk meraih keberhasilan (Bandura, 1997).

Umpan balik terhadap hasil kerja seseorang yang positif akan meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Kegagalan di berbagai pengalaman hidup dapat diatasi dengan upaya tertentu dan dapat memicu persepsi self-efficacy menjadi lebih baik karena membuat individu tersebut mampu utuk mengatasi

rintangan-B A rintangan-B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 24

rintangan yang lebih sulit nantinya. Kenyataan yang terjadi di BPS Provinsi bidang Statistik Sosial ini, pegawai kurang mendapatkan feedback dari atasan.

Sehingga kurang mendapatkan gambaran akan keberhasilan pekerjaan yang mereka lakukan. Berikutnya adalah Vicarious experience, merupakan cara meningkatkan self-efficacy dari pengalaman keberhasilan yang telah ditunjukkan oleh orang lain. Ketika melihat orang lain dengan kemampuan yang sama berhasil dalam suatu bidang/tugas melalui usaha yang tekun, individu juga akan merasa yakin bahwa dirinya juga dapat berhasil dalam bidang tersebut dengan usaha yang sama. Sebaliknya self-efficacy dapat turun ketika orang yang diamati gagal walaupun telah berusaha dengan keras. Individu juga akan ragu untuk berhasil dalam bidang tersebut (Bandura, 1997). Peran vicarious experience terhadap self-efficacy seseorang sangat dipengaruhi oleh persepsi diri individu tersebut tentang dirinya memiliki kesamaan dengan model. Semakin seseorang merasa dirinya mirip dengan model, maka kesuksesan dan kegagalan model akan semakin mempengaruhi self-efficacy. Sebaliknya apabila individu merasa dirinya semakin berbeda dengan model, maka self-efficacy menjadi semakin tidak dipengaruhi oleh perilaku model (Bandura, 1997). Seseorang akan berusaha mencari model yang memiliki kompetensi atau kemampuan yang sesuai dengan keinginannya.

Dengan mengamati perilaku dan cara berfikir model tersebut akan dapat memberi pengetahuan dan pelajaran tentang strategi dalam menghadapi berbagai tuntutan lingkungan (Bandura, 1997). Rekan sekerja merupakan model bagi pegawai. Bila rekan kerja lain yang dinilai cukup ulet dalam bekerja mengalami hal yang sama dalam bekerja, selalu ditegur atasan dan mengerjakan pekerjaan berulang kali. Hal

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 25

ini membuat sebagian besar pegawai lainnya merasa senasib dan menjadi kurang terdorong untuk kembali menyelesaikan tugas mereka, karena menganggap akan mengalami hal yang sama, pekerjaan mereka kembali disalahkan dan harus dikerjakan ulang. Verbal persuasion, verbal digunakan secara luas untuk membujuk seseorang bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan yang mereka cari. Orang yang mendapat persuasi secara verbal maka mereka memiliki kemamuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan akan mengerahkan usaha yang lebih besar daripada orang yang tidak dipersuasi bahwa dirinya mampu pada bidang tersebut (Bandura, 1997). Pada situasi di BPS Provinsi Jawa Barat Bidang Statistik Sosial ini, Verbal persuasion dapat diperoleh pegawai dari sesama rekan kerja dan melalui atasan. Terakhir adalah Physiological state, kepercayaan seseorang bahwa sebagian tanda-tanda psikologis menghasilkan informasi dalam menilai kemampuannya. Kondisi stress dan kecemasan dilihat individu sebagai tanda yang mengancam ketidakmampuan diri. Level of arousal dapat memberikan informasi mengenai tingkat self-efficacy tergantung bagaimana arousal itu diinterpretasikan. Bagaimana seseorang menghadapi suatu tugas, apakah cemas atau khawatir (self-efficacy rendah) atau tertarik (self-efficacy tinggi) dapat memberikan informasi mengenai self-efficacy orang tersebut. Dalam menilai kemampuannya seseorang dipengaruhi oleh informasi tentang keadaan fisiknya untuk menghadapi situasi tertentu dengan memperhatikan keadaan fisiologisnya. Pada pegawai bawahan bidang Statistik sosial ini, terbentuk pemikiran bahwa dengan usia mereka saat ini, mudah letih

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 26

dan cenderung pelupa, sehingga tidak mampu untuk menyelesaikan tugas yang sulit. Sehingga pegawai pun kurang tertarik untuk segera menyelesaikan tugas.

Kondisi yang terjadi pada pegawai adalah pegawai merasa tugas yang diberi atasan terkadang tidak sesuai, tugas yang diberikan sulit (Level). Pegawai merasa tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan (Strength). Pegawai menganggap pekerjaan yang mereka lakukan selalu salah (Generality). Pegawai bertahan pada situasi kerja seperti demikian dalam kurun waktu tahunan, proses kerja mereka tidak maksimal. Pegawai merasa tidak berdaya, cepat sedih, cemas, menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi rintangan, aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin di capai, dalam situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi dari kegagalannya, serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan.

Sehingga akibat yang muncul terlambat mempublikasi data yang menjadi kegiatan utama bagi BPS merupakan hal yang fatal. Ini disebabkan karena pegawai kurang memiliki pengalaman berhasil dalam bekerja. Pengalaman ini memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang diyakini sesesorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu.

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 27

Dokumen terkait