• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG BANDUNG"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF EFFICACY TERHADAP PEKERJAAN PADA PEGAWAI STAF BIDANG STATISTIK SOSIAL

DI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti sidang Sarjana Psikologi

Oleh :

Aprilia Putri Rahmadini 10050007134

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG

2011

 

(2)

i ABSTRAK

APRILIA PUTRI RAHMADINI (10050007134). Studi Deskriptif mengenai Self Efficacy Terhadap Pekerjaan Pada Pegawai Staf Bidang Statistik Sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Tujuan didirikannya BPS oleh Pemerintah adalah untuk menyediakan data statistik guna memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan Negara. Permasalahan yang terjadi BPS Provinsi Jawa Barat tidak dapat mencapai tujuan tersebut, karena BPS Provinsi Jawa Barat tidak mampu menyediakan data statistik sesuai kebutuhan. Data yang diberikan kepada unit kerja atau masyarakat yang membutuhkan adalah data yang lalu (tidak up to date) atau data yang tersedia saat itu saja. Ini mengakibatkan pengguna data bekerja dengan menggunakan data yang tidak akurat. Bidang Statistik Sosial memiliki waktu kerja yang relatif lebih lama dibandingkan dengan Bidang Statistik lainnya, namun memberikan data paling terlambat dengan alasan pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya yang semakin meningkat sehingga pengolahan data penduduk secara tidak langsung membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini berkenaan dengan kinerja pegawai yang kurang optimal, ditandai dengan menyelesaikan tugas tidak tepat waktu, waktu kerja kurang efektif sehingga membutuhkan lembur untuk menyelesaikan tugas, kurang mau mengikuti pelatihan yang diselenggarakan BPS, kemudian merasa yakin bahwa mereka kurang memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas karena merasa pekerjaan yang dilakukan selalu salah, keterbatasan kemampuan pada usia mereka saat ini (rata-rata usia masih produktif), sehingga dalam rapat pegawai menjadi kurang aspiratif.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu kejelasan mengenai self efficacy terhadap pekerjaan pada pegawai staf bidang Statistik Sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Subjek penelitian ini adalah pegawai staf bidang Statistik Sosial yang berjumlah 11 orang. Alat ukur self efficacy adalah kuesioner yang dikembangkan dari teori Albert Bandura. Pengolahan data menggunakan metode statistik deskriptif.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh hasil bahwa secara rata-rata pegawai memiliki self efficacy yang tinggi. Dari ketiga dimensi self efficacy, dimensi yang paling menonjol adalah strength, kemudian yang kedua adalah generality, dan yang terakhir adalah level.

Keyword: BPS, Self Efficacy   

(3)

ii

`ÉààÉ

Ÿω ß#Ïk=s3ムª!$#

$²¡øtΡ

ωÎ)

$yγyèó™ãρ

4

$yγs9

$tΒ ôMt6|¡x.

$pκön=tãuρ

$tΒ ôMt6|¡tFø.$#

3

$oΨ−/u‘

Ÿω

!$tΡõ‹Ï{#xσè?

βÎ)

!$uΖŠÅ¡®Σ

÷ρr&

$tΡù'sÜ÷zr&

4

$oΨ−/u‘

Ÿωuρ ö≅Ïϑóss?

!$uΖøŠn=tã

#\ô¹Î)

$yϑx.

…çμtFù=yϑym

’n?tã š⎥⎪Ï%©!$#

⎯ÏΒ

$uΖÎ=ö6s%

4

$uΖ−/u‘

Ÿωuρ

$oΨù=Ïdϑysè?

$tΒ Ÿω sπs%$sÛ

$oΨs9

⎯ÏμÎ/

(

ß#ôã$#uρ

$¨Ψtã öÏøî$#uρ

$oΨs9

!$uΖôϑymö‘$#uρ

4

|MΡr&

$uΖ9s9öθtΒ

$tΡöÝÁΡ$$sù

’n?tã ÏΘöθs)ø9$#

š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$#

∩⊄∇∉∪

Artinya:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.

Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."

(Q.S. Al Baqarah; 286)

(4)

iii  

^âÑxÜáxÅut{~tÇ áxutzt| Ütát {ÉÜÅtà wtÇ átçtÇz~â?

^xÑtwt `tÅt wtÇ ctÑt?

^t~t~@~t~t~~â çtÇz áxÄtÄâ t~â utÇzzt~tÇ?

gxÅtÇ wtÇ ft{tutà?

fxÜàt tÄtÅtÅtàxÜ çtÇz àxÄt{ ÅxÇxÅÑt~â?

fxÅÉzt ~tÜçt ~xv|Ä |Ç| ÅxÇ}tw| tãtÄ wtÜ| ~xáâ~áxátÇ wtÇ ~x}tçttÇ ‹

(5)

k i m E S B F

j s k b

p k u m

p o h m

Denga kehadirat A indah dan menyelesaik EFFICACY STATISTIK BARAT, g Fakultas Psi Dalam jauh dari ke skripsi ini d khilaf, dan d bagi penulis

Tidak pihak yang kerendahan untuk dituju membalas se Kesem penulis sada oleh karena harapkan da memperbaik

an segala k llah SWT y berkesan.

kan skripsi y Y TERHAD K SOSIAL

una meleng kologi Univ m hal ini pen esempurnaan

dapat diman dapat menja

serta pemba lupa penulis telah mem hati tidak m ukan pada p egala kebaik mpurnaan da ar akan segal

itu segala s ari semua p ki kesalahan

KATA

kerendahan yang telah m

Atas segal yang berjudu AP PEKER

DI BADAN gkapi persy versitas Islam nulis menyad n, akan tetap nfaatkan ole adi teman da aca pada um s ucapkan te mbantu dala mampu men pihak-pihak kannya.

an kebaikan la kekuranga saran dan kr pihak agar d

di masa men

iv A PENGAN

hati penulis memberikan

la rahmat ul STUDI DE

RJAAN PAD N PUSAT S

aratan dalam m Bandung.

dari bahwa s pi meskipun eh pembaca, alam menyu mumnya.

erima kasih y am penyeles ngungkapkan yang telah

hanya milik an serta kek ritik yang si dapat dijadi ndatang.

TAR

s memanjat perjalanan dan hidaya ESKRIPTIF

DA PEGAW STATISTIK m menempu

skripsi ini sa n demikian p

, dapat men usun kerangk

yang tiada te saian skrips n kata-kata h membantu

k Dzat yang khilafan yang

fatnya mem ikan landasa

Ap

tkan puji d hidup yang ah-Nya pen

F MENGEN WAI STAF K PROVIN uh ujian sa

angatlah sed penulis men njadi pengin ka penambah

erhingga kep si ini. Deng yang baik d , semoga A

Maha Kuas g menyertai mbangun sang

an bagi pen

Penul

prilia Putri R

dan syukur luar biasa nulis dapat

NAI SELF F BIDANG NSI JAWA arjana dari

erhana dan ngharapkan ngat dalam

h wawasan

pada semua gan segala

dan pantas Allah SWT

sa sehingga skripsi ini, gat penulis nulis untuk

lis,

Rahmadini

(6)

v  

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak dapat berbuat banyak tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan rasa tulus dan ikhlas penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, AKBP (Purn.) H. Amiruddin Mahmud, SMHK. & Hj. Salamah, yang merupakan sumber kehidupan, kasih sayang, teladan, motivator terbesar dalam kehidupan penulis yang selalu sabar dan tak henti-hentinya berdo’a untuk keberhasilan penulis. Terima kasih karena selalu memberikan kesempatan untuk membuktikan rasa cinta dan kasih sayang penulis. Selalu mendo’akan ananda. Engkau adalah damai, engkau adalah cinta, engkau adalah harapan yang selalu menghiasi keindahan langit penulis.

Semoga Mama dan Papa selalu dalam perlindungan Allah SWT.

2. Saudaraku tersayang, Desy Arisandi, S.Psi.Psi, Apriansyah Putra, M.Kom, Novitri Handayani drg., juga kepada kakak ipar dan keponakanku tersayang, terima kasih atas perhatian dan pengertian yang selalu diberikan kepada penulis selama ini, sampai akhirnya penulis sampai pada skripsi ini dan menyelesaikannya.

3. Ibu Hj. Yuli Aslamawati, Dra., M.Pd. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, pengetahuan, pemikiran dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir, yang dengan sabar dan tidak pernah bosan ataupun menyerah untuk

(7)

vi

terus memberi semangat dan bimbingan yang begitu berarti. Terima kasih untuk segala yang telah ibu berikan, tak ternilai harganya bagi penulis.

Semoga Allah senantiasa melindungi dan memudahkan segala urusan Ibu, serta membalas semua kebaikan Ibu kepada penulis.

4. Kang Ali Mubarak, M.Psi. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membantu membukakan jalan pikir penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua yang telah akang berikan. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan segala urusan akang.

5. Bapak DR. H. Umar Yusuf, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung

6. Kang Oki Mardiawan, M.Psi. selaku dosen wali penulis yang telah memberi banyak arahan, nasihat, serta semangat kepada penulis selama menjalankan perkuliahan di Universitas Islam Bandung hingga akhir skripsi.

7. Seluruh Dosen, staf, dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung, yang selama ini telah banyak membantu dan memberikan ilmu serta pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis.

8. Bapak Drs. H. Lukman Ismail, M.A., selaku Kepala BPS Provinsi Jawa Barat yang telah berkenan memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di BPS Provinsi Jawa Barat.

9. Ibu Ir. Hj. Sri Daty, selaku Kepala Bagian Statistik Sosial BPS Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian di bidang yang beliau pimpin.

(8)

vii  

10. Bapak Drs. H. Agus Praptono, M.Si., selaku Kepala Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

11. Bapak Judiharto Trisnadi, S.ST, selaku Kepala Seksi Statistik Ketahanan Sosial yang telah bersedia membantu peneliti selama melaksanakan penelitian.

12. Bapak Adang Sutedja, S.Si, selaku Kepala Seksi Statistik Kependudukan, dan segenap pegawai staf BPS Provinsi Jawa Barat Bidang Statistik Sosial yang telah berkenan meluangkan waktu, memberi informasi yang dibutuhkan penulis selama melaksanakan penelitian, serta berbagi pengalaman dan pengetahuan di dunia kerja kepada penulis

13. Kak Dedy Fahlevi, M.Si., terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangat yang diberikan kepada penulis, terutama dalam perhitungan statistik.

14. Lianda Marta, Duan Andela Prisilla Ardi, dan Marissa Yudiasti, sahabat yang selalu setia memberi semangat, menghibur, bersedia mendengar keluh kesah penulis dari awal duduk di bangku perkuliahan hingga saat ini, hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih banyak sahabat-sahabatku tersayang.

15. Ikram Reza, A.Md., yang setia dan sabar menghadapi perubahan suasana hati penulis, yang banyak berkorban untuk penulis menempuh jarak Jogja- Bandung, maaf dan terima kasih banyak atas segala sesuatunya yang tak

(9)

viii

dapat penulis ungkapkan dan tak ternilai harganya oleh penulis. Semoga Allah memberikan yang terbaik buat kita.

16. Rista Puspita, Titin Kartini, Dian Ratnasari, Nyi R. Asri Wihani, Iznarita, dan semua teman-teman Psikologi ’07 yang telah memberi petuah-petuahnya kepada penulis, memberi semangat, menghibur dan telah banyak membantu selama perkuliahan penulis. Terima kasih banyak. Semoga Allah kelak membalas kebaikan kalian semua.

17. Teman-teman Sanggar Bungong Jeumpa dan Asrama Aceh, yang bersedia menghibur penulis disaat penulis jenuh dan sedih, berbagi pengalaman dan pengetahuan. Terima kasih banyak atas segala sesuatunya, meskipun kita baru berkenalan tapi kalian mampu menghibur penulis.

18. Teh Azizah dan Teh Tami, yang selalu setia menghibur penulis, memberi nasihat, dan berbagi pengalaman kepada penulis. Terima kasih banyak.

Semoga Allah memudahkan segala urusan kalian.

19. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan do’a, dorongan, dan dukungan kepada penulis, yang jauh secara fisik tetapi semangatnya selalu terasa dalam hati, terima kasih banyak.

Bandung, Agustus 2011

Penulis

(10)

ix  

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak……….. i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel………... x

Daftar Lampiran……….... xi

Bab I. Pendahuluan ………... 1

1.1.Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2. Identifikasi Masalah ………... 7

1.3. Tujuan Penelitian ……… 9

1.4. Kegunaan Penelitian……… 9

Bab II. Tinjauan Teoritis………….……….. 10

2.1. Self Efficacy ………. 10

2.1.1 Pengertian Self Efficacy……… 10

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy.. 11

2.1.3 Dimensi Self Efficacy……… 13

2.1.4 Sumber-Sumber Self Efficacy……… 14

2.1.5 Proses-Proses yang Mempengaruhi Self Efficacy 17 2.1.6 Karakteristik Individu yang Memiliki Self Efficacy tinggi dan rendah ……….. 19

2.2 Kerangka Pikir……….. 20

2.3 Skema Pemikiran……….. 27

Bab III. Metodologi Penelitian………... 28

3.1 Rancangan Penelitian….……….. 28

(11)

x

3.2 Variabel-Variabel Penelitian……… 28

3.3 Definisi Konseptual……….. 29

3.4 Definisi Operasional……… 29

3.5 Populasi……… 30

3.6 Alat Ukur……….. 31

3.7 Validitas Alat Ukur………... 35

3.8 Uji Reliabilitas……….. 36

3.9 Teknik Analisis Data……… 38

3.9.1Kategorisasi Skor Total dengan Variabel Self Efficacy... 39

3.9.2 Kategorisasi Dimensi Pertama Self Efficacy (Generality)... 40

3.9.3 Kategorisasi Dimensi Kedua Self Efficacy (Level).. 41

3.9.4 Kategorisasi Dimensi Ketiga Self Efficacy (Strength)... 42

3.10 Prosedur Penelitian……… 43

Bab IV. Hasil dan Pembahasan..………. 45

4.1 Hasil Penelitian………. 45

4.1.1 Deskripsi Statistik Self Efficacy………. 45

4.1.1.1 Hasil Kategorisasi Skor Total dengan Variabel Self Efficacy ………. 45

4.1.1.2 Hasil Kategorisasi Dimensi Generality… 46 4.1.1.3 Hasil Kategorisasi Dimensi Level………. 47

4.1.1.4 Hasil Kategorisasi Dimensi Strength…… 48

4.2 Hasil Pengolahan Data……… 49

(12)

xi  

4.2.1 Uji Normalitas……… 49

4.2.2 Analisis Faktor Dominan Self Efficacy………... 51

4.3 Pembahasan……….. 51

Bab V. Kesimpulan dan Saran ……….. 58

5.1 Kesimpulan……….. 58

5.2 Saran………. 58 Daftar Pustaka

LAMPIRAN

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi alat ukur self efficacy

Tabel 3.2 Blue Print Self Efficacy

Tabel 4.1 Data Self Efficacy secara keseluruhan Tabel 4.2 Dimensi Generality

Tabel 4.3 Dimensi Level Tabel 4.4 Dimensi Strength

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Self Efficacy

Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi skor faktor dengan skor total Self Efficacy

(14)

xiii  

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Uji Validasi Self efficacy 2. Hasil Uji Reliabilitas Self efficacy 3. Kuisioner Self efficacy

   

(15)

B A B I P E N D A H U L U A N | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya akan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal yang harus diperhatikan bersama yaitu bahwa keberhasilan berbagai aktivitas didalam perusahaan untuk mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada keunggulan teknologi, dana operasi yang tersedia, sarana ataupun prasarana yang dimiliki perusahaan, melainkan juga tergantung pada aspek sumber daya manusia.

Sumber daya manusia adalah faktor yang penting dalam menggerakkan dan mengelola sumber daya lainnya agar berguna bagi kehidupan manusia. Betapa pun canggihnya peralatan dan teknologi yang ada, bila dibandingkan dengan peralatan yang sederhana dan dikerjakan secara sungguh-sungguh oleh tenaga kerja berkualitas, maka hasil yang dicapai akan dapat lebih baik. Oleh karena itulah tuntutan akan adanya pegawai yang berkinerja tinggi diperlukan dalam suatu organisasi. Untuk mencapai kinerja yang tinggi dipengaruhi oleh banyak faktor, yang secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri pegawai dan faktor dari luar pegawai. Adapun yang termasuk faktor dari dalam diri pegawai antara lain, potensi yang dimiliki oleh pegawai sesuai dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, motivasi kerja pegawai, dan hal-hal lain yang berkenaan langsung dengan pegawai tersebut. Kemudian yang termasuk

(16)

B A B I P E N D A H U L U A N | 2

 

faktor dari luar diri pegawai antara lain, iklim kerja pegawai, interaksi sosial pegawai di lingkungan kerja, gaya kepemimpinan atasan, tuntutan pekerjaan dan upah kerja. Keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung bagaimana proses pencapaian tujuan bersama itu dapat berjalan dengan baik, disertai dengan sumber daya manusia yang berkualitas.

Berkaitan dengan organisasi pemerintahan, tidak jarang kita mendengar opini di tengah masyarakat bahwa kinerja pegawai pemerintah kerap kali dipandang belum profesional dan belum berbasis kinerja. Pegawai Negeri Sipil saat ini belum diarahkan untuk meningkatkan kualitas kerjanya agar lebih memiliki sikap dan perilaku yang berlandaskan kepada pengabdian, kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan keadilan, sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pegawai negeri berhasil dengan baik serta dapat memberikan pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat sesuai dengan tuntunan hati nurani mereka.

Badan Pusat Statistik merupakan Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Tujuan didirikannya BPS oleh Pemerintah adalah untuk menyediakan data statistik guna memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan Negara. Dalam hal ini, BPS Provinsi Jawa Barat tidak dapat mencapai tujuan tersebut, karena BPS Provinsi Jawa Barat belum mampu menyediakan data statistik sesuai kebutuhan.

Data yang diberikan kepada unit kerja atau masyarakat yang membutuhkan adalah data yang lalu atau data yang tersedia saat itu saja. Ini merupakan hal yang fatal,

(17)

B A B I P E N D A H U L U A N | 3

karena mengakibatkan pengguna data bekerja dengan menggunakan data yang tidak akurat.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat terdiri atas sebuah bagian (Bagian Tata Usaha) dan beberapa bidang, yaitu Bidang Statistik Sosial, Bidang Statistik Produksi, Bidang Statistik Produksi, Bidang Statitik Distribusi, Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. Bidang Statistik Sosial memiliki waktu kerja yang relatif lebih lama dibandingkan dengan Bidang Statistik lainnya, namun membutuhkan waktu yang lama untuk memberikan data. Salah satu jenis kegiatan di statistik bidang sosial ini adalah sensus penduduk. Hasil sensus penduduk sering terlambat dipublikasikan ke masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap lima orang pegawai dari BPS Provinsi Jawa Barat Bidang Statistik Sosial, keterlambatan pengumuman hasil pengolahan data Sensus Penduduk dari tahun ke tahun merupakan hal yang sudah biasa terjadi, dikarenakan pada setiap tahunnya jumlah penduduk semakin meningkat sehingga pengolahan data penduduk secara tidak langsung membutuhkan waktu yang lebih lama.

Tugas yang harus dilaksanakan pegawai BPS Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial pada dasarnya adalah melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis sederhana, serta evaluasi dan pelaporan statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, dan statistik ketahanan sosial. Dalam melaksanakan tugas tersebut, para pegawai sampai saat ini belum mampu menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu. Hampir keseluruhan pegawai di bidang Statistik Sosial ini tidak memiliki target kerja yang ingin dicapai perhari, perminggu, perbulan,

(18)

B A B I P E N D A H U L U A N | 4

 

ataupun pertahunnya, sehingga ketika data harus segera disediakan, mereka harus menambah jam kerja (lembur) atau bahkan membawa tugas pulang ke rumah.

Waktu kerja pegawai pun cenderung tidak digunakan secara efektif. Jam masuk kantor setiap hari Senin hingga Jum’at pukul 07.30 WIB dengan jumlah jam kerja 8 jam 30 menit per hari (istirahat pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB) dan pulang pukul 16.00 WIB, khusus hari jum’at jumlah jam kerja menjadi 9 jam (istirahat 11.30 WIB – 13.00 WIB) dan pulang pukul 16.30 WIB. Berdasarkan informasi yang diperoleh diketahui sebanyak 4 (empat) orang pegawai hadir tepat waktu setiap harinya, sedangkan sisanya 7 (tujuh) orang sisanya sering datang terlambat.

Waktu istirahat siang sering diperpanjang karena ketika jam istirahat, tidak seluruh pegawai menggunakannya untuk beristirahat. Namun, ketika jam istirahat sudah berakhir, pegawai yang belum beristirahat tadi baru hendak beristirahat, sehingga tak jarang sampai jam 14.00 ada pegawai yang baru kembali ke kantor.

Ketika jam kerja, pegawai juga sering minta izin keluar kantor karena urusan pribadi. Ketika jam pulang seharusnya pukul 16.00 atau 16.30, mulai dari pukul 15.00 atau 15.30 para pegawai sudah mulai meninggalkan kantor.

Pada dasarnya BPS cukup selektif dalam melakukan penerimaan pegawainya. Jalur masuk pegawai terbagi menjadi dua, yaitu jalur umum dan khusus. Jalur umum diperuntukkan masyarakat umum dengan berbagai latar belakang pendidikan yang diperlukan, sedangkan jalur khusus adalah untuk calon pegawai yang berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (ikatan dinas). Untuk pegawai yang diterima melalui jalur umum akan diberikan pelatihan sebelum mereka mulai bekerja. Hal ini dilakukan demi menjaga kualitas dari pegawainya.

(19)

B A B I P E N D A H U L U A N | 5

Rata-rata masa kerja pegawai pun lebih dari 5 tahun bahkan ada yang telah mencapai 15 tahun. Seharusnya dengan hal tersebut pegawai sudah terampil dan mahir mengerjakan tugasnya.

Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai merasa pekerjaan yang telah dikerjakan selalu salah. Tugas yang mereka kerjakan tidak pernah berhasil dikerjakan dalam satu kali pengerjaan dan harus berulang kali dikerjakan dengan ketidaktahuan dimana letak kesalahannya. Akibatnya membuat mereka sering dimarahi atasan. Hal ini menjadikan pegawai yakin bahwa sesungguhnya mereka tidak mampu untuk melaksanakan tugas yang diberikan, meski sudah bertahun- tahun kerja. Keyakinan akan ketidakmampuan mereka semakin diperkuat dengan seringnya pegawai menolak diikutsertakan dalam pelatihan, karena merasa diri tidak siap dan tidak mampu mengemban tanggung jawab pelatihan. BPS sering mengadakan pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan, namun jumlah peserta yang diikutsertakan dalam pelatihan seringkali terbatas, sesuai dengan anggaran dana yang disediakan oleh BPS Pusat dan jenis pelatihan yang akan diadakan.

Pelatihan yang diadakan oleh BPS Pusat Jakarta biasanya dikoordinasikan kepada setiap BPS Provinsi dalam hal pelaksanaannya. Dalam pemberian utusan perwakilan peserta, terkadang peserta yang terpilih menolak untuk diikutsertakan dalam pelatihan dengan berbagai alasan, diantaranya adalah alasan ketidaksiapan diri baik dari usia dan kemampuan yang dimiliki rendah. Pada kenyataannya, banyak pegawai yang merasa kapasitas memori dan kemampuan mereka sudah berkurang, sehingga untuk mengemban tugas dan tanggung jawab pelatihan dirasa berat, dan lebih memberi kesempatan pada rekan kerja yang lain, yang berminat

(20)

B A B I P E N D A H U L U A N | 6

 

untuk mengikuti pelatihan yang diadakan dan jika memang terpaksa karena berkaitan dengan kurangnya Sumber Daya Manusia yang ada, mereka mengikuti pelatihan tersebut. Berkaitan dengan pekerjaan sehari-harinya pegawai tidak diberi pelatihan untuk menyelesaikan tugasnya, mengingat masa kerja mereka yang lama. Mereka tidak mendapatkan umpan balik atas apa yang mereka kerjakan, pekerjaan selalu dinilai salah atasan, sehingga pegawai kurang memiliki pengalaman bagaimana seharusnya berhasil dalam bekerja dan kesempatan untuk memperbaiki kinerja yang dinilai buruk. Hal ini membuat pegawai merasa tidak memiliki kemampuan bekerja dengan baik. Pegawai pun menjadi tidak aspiratif dalam rapat yang diselenggarakan BPS.

Berdasarkan hasil wawancara, keterlambatan dalam menyelesaikan tugas menurut pegawai dikarenakan pegawai terkadang merasa tugas yang diberikan sulit dan tidak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki sehingga sulit menyelesaikan dengan segera. Ditinjau berdasarkan latar belakang pendidikan pegawai staff di BPS Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial yaitu SMA (tiga orang), DIV STIS (tiga orang), S1 (satu orang) dan S2 (satu orang). Untuk Kepala Seksi, DIV STIS (satu orang), S1 (satu orang),dan S2 (satu orang). Bila ditinjau berdasarkan usia produktif, pegawai BPS Provinsi Jawa Barat di bidang Statistik Sosial memiliki rata-rata usia berkisar 28 tahun sampai dengan 53 tahun, dengan masa kerja secara rata-rata lebih dari lima tahun, bahkan ada yang telah bekerja selama 18 tahun. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan usia para pegawai masih tergolong usia produktif, tentunya dengan kemampuan yang masih tergolong siap kerja.

(21)

B A B I P E N D A H U L U A N | 7

Dengan pertimbangan hal-hal di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti

“Studi deskriptif self efficacy terhadap pekerjaan pada pegawai staf bidang statistik sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat”.

1.2 Identifikasi Masalah

Saat bekerja, pegawai dihadapkan pada serangkaian tugas dan situasi kerja yang menuntut karyawan tersebut mampu mengatasi situasi kerja tertentu dan mampu menyelesaikan tugas. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh bahwa orang-orang yang gigih dalam bekerja akan mampu mengatasi situasi apabila menemukan hambatan, pantang menyerah, dan selalu berusaha hingga tujuan yang ditetapkan tercapai dengan baik. Perilaku tersebut salah satunya ditentukan keyakinan diri terhadap kemampuan yang dimiliki. Aspek keyakinan akan kemampuan diri ini merupakan salah satu karakteristik dari kepribadian yang dinamakan self efficacy. Menurut Bandura, self efficacy merupakan belief atau keyakinan seseorang bahwa ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcomes) yang positif (Santrock, 2001). Self efficacy menjelaskan bagaimana orang merasa, berpikir, memotivasi dirinya, dan bertindak.

Seperti yang terjadi di BPS Provinsi Jawa Barat khususnya bidang Statistik Sosial, pegawai tidak segera menyelesaikan pekerjaannya, sehingga harus menambah jam kerja atau bahkan membawa tugas pulang ke rumah ketika mengejar data harus segera disediakan, merasa tidak mampu mengerjakan tugas dengan optimal karena terkadang tugas yang diberikan atasan tidak sesuai kemampuan atau terlalu berat, merasa tugas yang dikerjakan selalu salah, bila diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan sering menolak karena merasa

(22)

B A B I P E N D A H U L U A N | 8

 

tidak sanggup untuk mengemban tugas, dan ketika rapat pegawai pun kurang aspiratif.

Bandura mengemukakan ciri-ciri dari individu yang memiliki self efficacy yang rendah, antara lain menghindar dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah, memiliki aspirasi rendah, memikirkan kekurangan, kesulitan tugas, fokus pada konsekuensi yang merugikan dari kegagalan. Orang dengan ciri seperti ini akan mengalihkan perhatian dari pemikiran yang efektif, lambat pulih kembali setelah kegagalan, lebih mudah stress dan depresi. Hal ini berkenaan kondisi yang terjadi pada pegawai BPS Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial seperti yang telah diungkap sebelumnya.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bandura yaitu perilaku individu merupakan fungsi dari individu dan lingkungannya (B = f (P.E)). Sehubungan dengan keyakinan diri (self efficacy) yang terbentuk dalam diri pegawai, pegawai memiliki keyakinan diri rendah didukung pula oleh kondisi lingkungan kerja misalnya mengenai sikap atasan terhadap bawahan dimana atasan sebagai contoh bagi bawahan dalam bekerja, bertindak kurang peduli terhadap bawahan, kurang mengkontrol pekerjaan bawahan, kurang memberi support dan reward, tidak memberikan feedback atas hasil kerja bawahan, menyerahkan pekerjaan penuh terhadap bawahan, membuat pekerjaan yang mereka lakukan kurang bermakna penting bagi mereka, sehingga mereka tidak bekerja secara maksimal dan menghambat peran BPS sebagai penyedia data yang andal, efektif, dan efisien.

(23)

B A B I P E N D A H U L U A N | 9

Dengan demikian, berdasarkan penjelasan diatas didapatkan perumusan masalah yaitu ”Studi deskriptif self efficacy terhadap pekerjaan pada pegawai staf bidang statistik sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang self efficacy terhadap pekerjaan pada pegawai staf bidang statistik sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh, diantaranya adalah sebagai berikut:

¾ Secara Teoretis

Memberikan sumbangan kajian teoritis pada ilmu pengetahuan khususnya psikologi industri dan organisasi mengenai self efficacy.

¾ Secara Praktis

a. Bagi Atasan

Agar menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif, agar mampu meningkatkan self efficacy (keyakinan diri) bawahan dalam bekerja.

b. Bagi Pemerintahan

Untuk memberikan masukan pada instansi pemerintah daerah di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat untuk memperhatikan kebutuhan pegawai sehingga kinerja pegawainya dapat dioptimalkan dan tujuan BPS dapat terwujud. Kemudian sebagai bahan evaluasi program kerja pegawai.

(24)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Self Efficacy

2.1.1 Pengertian Self Efficacy

Myers (1996) juga mengatakan bahwa self-efficacy adalah bagaimana seseorang merasa mampu untuk melakukan suatu hal.

Selain itu Schunk (dalam Komandyahrini & Hawadi, 2008) juga mengatakan bahwa self-efficacy sangat penting perannya dalam mempengaruhi usaha yang dilakukan, seberapa kuat usahanya dan memprediksi keberhasilan yang akan di capai.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Woolfolk (1993) bahwa self- efficacy merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri atau tingkat keyakinan mengenai seberapa besar kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas tertentu untuk mencapai hasil tertentu.

Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa self efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu.

Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di seluruh kegiatan dan konteks.

(25)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 11

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy adalah keyakinan seorang individu terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan untuk mencapai suatu tujuan dimana individu yakin mampu untuk menghadapi segala tantangan dan mampu memprediksi seberapa besar usaha yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy

  Menurut Bandura (1997) tinggi rendahnya self-efficacy seseorang dalam tiap tugas sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang berpengaruh dalam mempersepsikan kemampuan diri individu. Menurut Bandura (1997) ada beberapa yang mempengaruhi self-efficacy, antara lain:

1. Jenis kelamin

Orang tua sering kali memiliki pandangan yang berbeda terhadap kemampuan laki-laki dan perempuan. Zimmerman (Bandura, 1997) mengatakan bahwa terdapat perbedaan pada perkembangan kemampuan dan kompetensi laki- laki dan perempuan. Ketika laki-laki berusaha untuk sangat membanggakan dirinya, perempuan sering kali meremehkan kemampuan mereka. Hal ini berasal dari pandangan orang tua terhadap anaknya. Orang tua menganggap bahwa wanita lebih sulit untuk mengikuti pelajaran dibanding laki-laki, walaupun prestasi akademik mereka tidak terlalu berbeda. Semakin seorang wanita menerima perlakuan streotipe gender ini, maka semakin rendah penilaian mereka terhadap kemampuan dirinya. Pada beberapa bidang pekerjaan tertentu para pria memiliki

(26)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 12

self-efficacy yang lebih tinggi dibanding dengan wanita, begitu juga sebaliknya wanita unggul dalam beberapa pekerjaan dibandingkan dengan pria.

2. Usia

Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat berlangsung selama masa kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal yang terjadi jika dibandingkan dengan individu yang lebih muda, yang mungkin masih memiliki sedikit pengalaman dan peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Individu yang lebih tua akan lebih mampu dalam mengatasi rintangan dalam hidupnya dibandingkan dengan individu yang lebih muda, hal ini juga berkaitan dengan pengalaman yang individu miliki sepanjang rentang kehidupannya.

3. Tingkat pendidikan

Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar yang dapat diterima individu pada tingkat pendidikan formal. Individu yang memiliki jenjang yang lebih tinggi biasanya memiliki self-efficacy yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar dan lebih banyak menerima pendidikan formal, selain itu individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar dalam mengatasi persoalan-persoalan dalam hidupnya.

4. Pengalaman

Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar yang dapat terjadi pada suatu organisasi ataupun perusahaan dimana individu bekerja. Self-efficacy terbentuk

(27)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 13

sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya tersebut. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu tersebut dalam pekerjaan tertentu, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa self efficacy yang dimiliki oleh individu tersebut justru cenderung menurun atau tetap. Hal ini juga sangat tergantung kepada bagaimana individu menghadapi keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya selama melakukan pekerjaan.

2.1.3 Dimensi self-efficacy

Bandura (1997) mengungkapkan ada tiga dimensi self-efficacy, yakni:

a. Generality

Generality sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa dilakukan atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit dan bervariasi. Generality merupakan perasaan kemampuan yang ditunjukkan individu pada konteks tugas yang berbeda-beda, baik itu melalui tingkah laku, kognitif dan afektifnya.

b. Level

Level berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi. Penerimaan dan keyakinan seeorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin orang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas. Ada yang menganggap suatu tugas itu sulit sedangkan orang lain mungkin merasa tidak

(28)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 14

demikian. Apabila sedikit rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas, maka tugas tersebut akan mudah dilakukan.

Dalam Zimerman (2003) Level terbagi atas 3 bagian yaitu:

1. Analisis pilihan perilaku yang akan dicoba, yaitu seberapa besar individu merasa mampu atau yakin untuk berhasil menyelesaikan tugas dengan pilihan perilaku yang akan diambil.

2. Menghindari situasi dan perilaku yang dirasa melampaui batas kemampuannya.

3. Menyesuaikan dan menghadapi langsung tugas-tugas yang sulit.

c. Strength

Strength merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan.

Pengalaman memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang diyakini sesesorang.

Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu itu pula. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan mereka akan teguh dalam usaha untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi.

2.1.4 Sumber-sumber self-efficacy

Menurut Bandura (1994) ada sumber yang dapat mempengaruhi self efficacy, yaitu:

(29)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 15

1. Enactive mastery experience

Merupakan sumber informasi self-efficacy yang paling berpengaruh. Dari pengalaman masa lalu terlihat bukti apakah seseorang mengarahkan seluruh kemampuannya untuk meraih keberhasilan (Bandura, 1997). Umpan balik terhadap hasil kerja seseorang yang positif akan meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Kegagalan di berbagai pengalaman hidup dapat diatasi dengan upaya tertentu dan dapat memicu persepsi self-efficacy menjadi lebih baik karena membuat individu tersebut mampu utuk mengatasi rintangan-rintangan yang lebih sulit nantinya.

2. Vicarious experience

Merupakan cara meningkatkan self-efficacy dari pengalaman keberhasilan yang telah ditunjukkan oleh orang lain. Ketika melihat orang lain dengan kemampuan yang sama berhasil dalam suatu bidang atau tugas melalui usaha yang tekun, individu juga akan merasa yakin bahwa dirinya juga dapat berhasil dalam bidang tersebut dengan usaha yang sama. Sebaliknya self-efficacy dapat turun ketika orang yang diamati gagal walaupun telah berusaha dengan keras. Individu juga akan ragu untuk berhasil dalam bidang tersebut (Bandura, 1997). Peran vicarious experience terhadap self-efficacy seseorang sangat dipengaruhi oleh persepsi diri individu tersebut tentang dirinya memiliki kesamaan dengan model.

Semakin seseorang merasa dirinya mirip dengan model, maka kesuksesan dan kegagalan model akan semakin mempengaruhi self-efficacy. Sebaliknya apabila individu merasa dirinya semakin berbeda dengan model, maka self-efficacy menjadi semakin tidak dipengaruhi oleh perilaku model (Bandura, 1997).

(30)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 16

Seseorang akan berusaha mencari model yang memiliki kompetensi atau kemampuan yang sesuai dengan keinginannya. Dengan mengamati perilaku dan cara berfikir model tersebut akan dapat memberi pengetahuan dan pelajaran tentang strategi dalam menghadapi berbagai tuntutan lingkungan (Bandura, 1997).

3. Verbal persuasion

Verbal digunakan secara luas untuk membujuk seseorang bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan yang mereka cari. Orang yang mendapat persuasi secara verbal maka mereka memiliki kemauan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan akan mengerahkan usaha yang lebih besar daripada orang yang tidak dipersuasi bahwa dirinya mampu pada bidang tersebut (Bandura, 1997).

4. Physiological state

Seseorang percaya bahwa sebagian tanda-tanda psikologis menghasilkan informasi dalam menilai kemampuannya. Kondisi stress dan kecemasan dilihat individu sebagai tanda yang mengancam ketidakmampuan diri. Level of arousal dapat memberikan informasi mengenai tingkat self-efficacy tergantung bagaimana arousal itu diinterpretasikan. Bagaimana seseorang menghadapi suatu tugas, apakah cemas atau khawatir (self-efficacy rendah) atau tertarik (self-efficacy tinggi) dapat memberikan informasi mengenai self-efficacy orang tersebut. Dalam menilai kemampuannya seseorang dipengaruhi oleh informasi tentang keadaan fisiknya untuk menghadapi situsasi tertentu dengan memperhatikan keadaan fisiologisnya.

(31)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 17

2.1.5 Proses-proses yang mempengaruhi self-efficacy

Menurut Bandura (1997), proses psikologis dalam self-efficacy yang turut berperan dalam diri manusia ada 4 yakni proses kognitif, motivasional, afeksi dan proses pemilihan/seleksi.

1. Proses kognitif

Proses kognitif merupaka proses berfikir, didalamya termasuk pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Kebanyakan tindakan manusia bermula dari sesuau yang difikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki self- efficacy yang tinggi lebih senang membayangkan tentang kesuksesan. Sebaliknya individu yang self efficacy-nya rendah lebih banyak membayangkan kegagalan dan hal-hal yang dapat menghambat tercapainya kesuksesan (Bandura, 1997).

Bentuk tujuan personal juga dipengaruhi oleh penilaian akan kemampuandiri.

Semakin seseorang mempersepsikan dirinya mampu maka individu akan semakin membentuk usaha-usaha dalam mencapai tujuannnya dan semakin kuat komitmen individu terhadap tujuannya (Bandura, 1997).

2. Proses motivasi

Kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif. Individu memberi motivasi/dorongan bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-pemikiran sebelumnya. Kepercayaan akan kemampuan diri dapat mempengaruhi motivasi dalam beberapa hal, yakni menentukan tujuan yang telah ditentukan individu, seberapa besar usaha yang dilakukan, seberapa tahan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan ketahanan mereka dalam menghadapi kegagalan (Bandura, 1997). Menurut Bandura (1997), ada tiga teori

(32)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 18

motivator, teori pertama yaitu causal attributions (atribusi penyebab), teori ini mempengaruhi motivasi, usaha dan reaksi-reaksi individu. Individu yang memiliki self efficacy tinggi bila mengahadapi kegagalan cenderung menganggap kegagalan tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak cukup memadai. Sebaliknya individu yang self-efficacy-nya rendah, cenderung menganggap kegagalanya diakibatkan kemampuan mereka yang terbatas. Teori kedua outcomes experience (harapan akan hasil), motivasi dibentuk melalui harapan-harapan. Biasanya individu akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka tentang apa yang dapat mereka lakukan. Teori ketiga goal theory (teori tujuan), dimana dengan membentuk tujuan terlebih dahulu dapat meningkatkan motivasi.

3. Proses afektif

Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional. Menurut Bandura (1997) keyakinan individu akan coping mereka turut mempengaruhi level stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi situasi yang sulit. Persepsi self-efficacy tentang kemampuannya mengontrol sumber stres memiliki peranan penting dalam timbulnya kecemasan. Individu yang percaya akan kemampuannya untuk mengontrol situasi cenderung tidak memikirkan hal- hal yang negatif. Individu yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka, memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesar-besarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang sebenarnya jarang terjadi (Bandura, 1997).

(33)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 19

4. Proses seleksi

Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu turut mempengaruhi efek dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang diluar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak menghindari situasi tersebut. Dengan adanya pilihan yang dibuat, individu kemudian dapat meningkatkan kemampuan, minat, dan hubungan sosial mereka (Bandura, 1997)

2.1.6 Karakteristik individu yang memiliki self-efficacy tinggi dan self efficacy rendah

Karakteristik individu yang memiliki Self-efficacy yang tinggi adalah ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani secara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugas- tugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru, menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan komitmen yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang kuat dalam apa yang dilakukannya dan meningkatkan usaha saat menghadapi kegagalan, berfokus pada tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat memulihkan rasa mampu setelah mengalami kegagalan, dan menghadapi stressor atau ancaman dengan keyakinan bahwa mereka mampu mengontrolnya (Bandura, 1997).

Karakteristik individu yang memiliki Self-efficacy yang rendah adalah individu yang merasa tidak berdaya, cepat sedih, apatis, cemas, menjauhkan diri

(34)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 20

dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi rintangan, aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin di capai, dalam situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi dari kegagalannya, serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan (Bandura, 1997).

2.2 Kerangka Pikir

Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam menahan beban kerja pekerjaannya. Terdapat batasan kemampuan yang mereka miliki untuk bertanggung jawab pada beban kerja tersebut, bergantung pada tingkat kematangan atau kedewasaan. Didalam bekerja, pegawai akan dihadapkan pada serangkaian tugas dan situasi kerja yang menuntut pegawai tersebut mampu mengatasi situasi kerja tertentu dan mampu menyelesaikan tugas. Pada dasarnya bawahan di BPS Provinsi Jawa Barat ini dipilih dengan cara yang cukup selektif.

Melalui seleksi nasional dan ikatan dinas dari Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang salah satu tujuannya juga adalah untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap kerja. Untuk pegawai yang lolos seleksi Nasional, akan diberika pelatihan terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. Pegawai staff di BPS Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial ini telah memiliki masa kerja secara rata-rata lebih dari 5 tahun. Seharusnya pegawai tersebut sudah mahir dalam melaksanakan tugas mereka.

Berdasarkan pengamatan yang diperoleh bahwa orang-orang yang gigih dalam bekerja mampu mengatasi situasi apabila menemukan hambatan, pantang menyerah, dan selalu berusaha hingga tujuan yang ditetapkan tercapai dengan

(35)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 21

baik. Perilaku tersebut salah satunya ditentukan oleh keyakinan diri terhadap kemampuan yang dimiliki. Aspek keyakinan akan kemampuan diri ini merupakan salah satu karakteristik dari kepribadian yang dinamakan self efficacy. Dari sudut pandang teori kognitif sosial (Bandura, 1986), self efficacy dianggap utama dalam membangun menghubungkan kemampuan dengan kinerja. Self efficacy adalah kepercayaan diri seseorang untuk merancang dan melaksanakan kegiatan dan mencapai hasil yang diharapkan.

Ada empat faktor yang mempengaruhi self efficacy individu menurut Bandura (1997), pertama adalah jenis kelamin. Mayoritas pegawai staff di BPS bidang Statistik Sosial adalah perempuan. Berdasarkan beberapa penelitian, semakin seorang perempuan menerima perbedaan perlakuan stereotype gender, maka semakin rendah penilaian mereka terhadap kemampuan dirinya. Stereotype mengenai keunggulan laki-laki dibanding perempuan dalam berbagai hal. Kedua adalah usia, self efficacy terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat berlangsung selama masa kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal jika dibandingkan yang lebih muda. Pada kenyataannya, yang terjadi di BPS Provinsi Jabar ini tidak seperti demikian. Pertambahan usia yang mereka alami dihayati sebagai hal yang membuat berkurangnya kemampuan yang mereka miliki.

Pegawai merasa menjadi cepat lupa, letih, dan tidak sanggup mengemban tanggung jawab pekerjaan yang sulit (dalam usia yang tergolong masih produktif).

Ketiga adalah tingkat pendidikan. Individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi biasanya memiliki self efficacy yang lebih tinggi, karena pada

(36)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 22

dasarnya mereka lebih banyak belajar dan menerima pendidikan formal. Seperti yang diketahui bahwa latar belakang mayoritas pegawai staff adalah lulusan SMA dengan masa kerja di BPS mayoritas lebih dari 5 tahun. Pegawai staff ini diperoleh melalui seleksi yang cukup ketat, dilakukan training terlebih dahulu terhadap pegawai baru, dan rata-rata usia pegawai masih tergolong produktif.

Dengan demikian, idealnya pegawai telah memiliki pengalaman yang cukup dalam bekerja. Mampu menguasai segala bentuk pekerjaan yang diberikan.

Namun, yang terjadi dengan latar belakang pendidikan dan masa kerja yang lama, pengalaman kerja yang diperoleh pegawai adalah kosong karena tidak ditunjang dengan keberhasilan dalam bekerja. Hal ini berkaitan juga dengan faktor keempat yaitu pengalaman. Self efficacy terbentuk sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya tersebut. Semakin lama seseorang bekerja, maka semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu tersebut dalam pekerjaan tertentu, namun tidak menutup kemungkinan bahwa self efficacy yang dimiliki individu tersebut justru cenderung menurun atau tetap, tergantung pengalaman keberhasilan dan kegagalan yang dialami. Pengalaman gagal lebih didapat pegawai staff dibanding pengalaman keberhasilannya dalam mengerjakan pekerjaan membuat self efficacy pegawai cenderung rendah, yang sekaligus menunjukkan kondisi dimana pegawai merasa tidak mampu terhadap apa yang mereka kerjakan atau apa yang menjadi tugas mereka, pegawai kurang memiliki keyakinan diri (self efficacy) sehingga usaha dalam mewujudkan harapan mereka pun kurang.

(37)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 23

Self efficacy juga memiliki dimensi-dimensi yaitu Level, berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi. Penerimaan dan keyakinan seseorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin seseorang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas. Generality, sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa dilakukan atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit dan bervariasi.

Strength, merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan.  

Selain itu Bandura juga mengemukakan terdapat empat sumber yang mempengaruhi self efficacy individu, yaitu Enactive mastery experience, Vicarious experience, Verbal persuasion, dan Physiological state. Enactive mastery experience, merupakan sumber informasi self-efficacy yang paling berpengaruh. Dari pengalaman masa lalu terlihat bukti apakah seseorang mengarahkan seluruh kemampuannya untuk meraih keberhasilan (Bandura, 1997).

Umpan balik terhadap hasil kerja seseorang yang positif akan meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Kegagalan di berbagai pengalaman hidup dapat diatasi dengan upaya tertentu dan dapat memicu persepsi self-efficacy menjadi lebih baik karena membuat individu tersebut mampu utuk mengatasi rintangan-

(38)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 24

rintangan yang lebih sulit nantinya. Kenyataan yang terjadi di BPS Provinsi bidang Statistik Sosial ini, pegawai kurang mendapatkan feedback dari atasan.

Sehingga kurang mendapatkan gambaran akan keberhasilan pekerjaan yang mereka lakukan. Berikutnya adalah Vicarious experience, merupakan cara meningkatkan self-efficacy dari pengalaman keberhasilan yang telah ditunjukkan oleh orang lain. Ketika melihat orang lain dengan kemampuan yang sama berhasil dalam suatu bidang/tugas melalui usaha yang tekun, individu juga akan merasa yakin bahwa dirinya juga dapat berhasil dalam bidang tersebut dengan usaha yang sama. Sebaliknya self-efficacy dapat turun ketika orang yang diamati gagal walaupun telah berusaha dengan keras. Individu juga akan ragu untuk berhasil dalam bidang tersebut (Bandura, 1997). Peran vicarious experience terhadap self- efficacy seseorang sangat dipengaruhi oleh persepsi diri individu tersebut tentang dirinya memiliki kesamaan dengan model. Semakin seseorang merasa dirinya mirip dengan model, maka kesuksesan dan kegagalan model akan semakin mempengaruhi self-efficacy. Sebaliknya apabila individu merasa dirinya semakin berbeda dengan model, maka self-efficacy menjadi semakin tidak dipengaruhi oleh perilaku model (Bandura, 1997). Seseorang akan berusaha mencari model yang memiliki kompetensi atau kemampuan yang sesuai dengan keinginannya.

Dengan mengamati perilaku dan cara berfikir model tersebut akan dapat memberi pengetahuan dan pelajaran tentang strategi dalam menghadapi berbagai tuntutan lingkungan (Bandura, 1997). Rekan sekerja merupakan model bagi pegawai. Bila rekan kerja lain yang dinilai cukup ulet dalam bekerja mengalami hal yang sama dalam bekerja, selalu ditegur atasan dan mengerjakan pekerjaan berulang kali. Hal

(39)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 25

ini membuat sebagian besar pegawai lainnya merasa senasib dan menjadi kurang terdorong untuk kembali menyelesaikan tugas mereka, karena menganggap akan mengalami hal yang sama, pekerjaan mereka kembali disalahkan dan harus dikerjakan ulang. Verbal persuasion, verbal digunakan secara luas untuk membujuk seseorang bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan yang mereka cari. Orang yang mendapat persuasi secara verbal maka mereka memiliki kemamuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan akan mengerahkan usaha yang lebih besar daripada orang yang tidak dipersuasi bahwa dirinya mampu pada bidang tersebut (Bandura, 1997). Pada situasi di BPS Provinsi Jawa Barat Bidang Statistik Sosial ini, Verbal persuasion dapat diperoleh pegawai dari sesama rekan kerja dan melalui atasan. Terakhir adalah Physiological state, kepercayaan seseorang bahwa sebagian tanda-tanda psikologis menghasilkan informasi dalam menilai kemampuannya. Kondisi stress dan kecemasan dilihat individu sebagai tanda yang mengancam ketidakmampuan diri. Level of arousal dapat memberikan informasi mengenai tingkat self-efficacy tergantung bagaimana arousal itu diinterpretasikan. Bagaimana seseorang menghadapi suatu tugas, apakah cemas atau khawatir (self-efficacy rendah) atau tertarik (self-efficacy tinggi) dapat memberikan informasi mengenai self-efficacy orang tersebut. Dalam menilai kemampuannya seseorang dipengaruhi oleh informasi tentang keadaan fisiknya untuk menghadapi situasi tertentu dengan memperhatikan keadaan fisiologisnya. Pada pegawai bawahan bidang Statistik sosial ini, terbentuk pemikiran bahwa dengan usia mereka saat ini, mudah letih

(40)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 26

dan cenderung pelupa, sehingga tidak mampu untuk menyelesaikan tugas yang sulit. Sehingga pegawai pun kurang tertarik untuk segera menyelesaikan tugas.

Kondisi yang terjadi pada pegawai adalah pegawai merasa tugas yang diberi atasan terkadang tidak sesuai, tugas yang diberikan sulit (Level). Pegawai merasa tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan (Strength). Pegawai menganggap pekerjaan yang mereka lakukan selalu salah (Generality). Pegawai bertahan pada situasi kerja seperti demikian dalam kurun waktu tahunan, proses kerja mereka tidak maksimal. Pegawai merasa tidak berdaya, cepat sedih, cemas, menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi rintangan, aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin di capai, dalam situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi dari kegagalannya, serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan.

Sehingga akibat yang muncul terlambat mempublikasi data yang menjadi kegiatan utama bagi BPS merupakan hal yang fatal. Ini disebabkan karena pegawai kurang memiliki pengalaman berhasil dalam bekerja. Pengalaman ini memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang diyakini sesesorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu.

(41)

B A B I I T I N J U A N T E O R I T I S | 27

2.3 Skema Pemikiran

Sumber Faktor

Dimensi

 

1. Enactive mastery experience 2. Vicarious Experience 3. Verbal persuasion 4. Physiological State

1. Jenis kelamin 2. Usia

3. Tingkat Pendidikan 4. Pengalaman

• Level

• Generality

• Strength Self Efficacy Pegawai Rendah

Tampilan perilaku pegawai yang tampak

ƒ Pegawai merasa pekerjaan yang dilakukan selalu salah 

ƒ Pegawai merasa tugas yang diberikan atasan terlalu sulit 

ƒ Pegawai kesulitan dalam bekerja dan cepat menyerah 

ƒ Pegawai merasa tidak berkompeten dalam mengerjakan tugas yang diberi

ƒ Tidak menyelesaikan tugas dengan segera 

ƒ Ketika rapat pegawai tidak mengeluarkan aspirasinya 

ƒ Ketika diberi pelatihan, menolak diikutsertakan 

(42)

B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai fenomena yang diselidiki.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah berupa survei dan penggunaan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual. Penyelidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus atau dengan menggunakan sampel (M Nazir, metode penelitian 1999).

3.2 Variabel – Variabel Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini maka diperlukan pengukuran terhadap variable. Adapun variabel yang diukur pada penelitian adalah Self Efficacy

(43)

B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 29

3.3 Definisi Konseptual

Self Efficacy

Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di seluruh kegiatan dan konteks. (Bandura).

3.4 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional variabelnya sebagai berikut :

Self Efficacy

Keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan untuk mencapai suatu tujuan dimana individu yakin mampu menghadapi tingkat kesulitan tugas dimana situasinya tidak menentu mengandung unsur kekaburan, tidak dapat diprediksi dan penuh tekanan (level), yakin mampu dalam berbagai situasi permasalahan (generality) dan memiliki keyakinan yang kuat (strength) akan kemampuan yang dimiliki. Dimensi dari variable self efficacy yaitu:

1. Level, berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi. Penerimaan dan keyakinan seeorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin orang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas.  

(44)

B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 30

2. Generality, sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa dilakukan atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit dan bervariasi. 

3. Strength, merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan.  

3.5 Populasi

Secara teoritis, penelitian ini merupakan penelitian populasi, sehingga semua anggota populasi menjadi subjek penelitian. Penelitian populasi adalah penelitian yang dilakukan terhadap lingkup yang luas dengan semua subjek penelitian dan kesimpulan berlaku bagi semua subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1995: 205) Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai staff di BPS Bidang Statistik Sosial sebanyak 11 orang. Untuk melaksanakan uji coba alat ukur, diambil seluruh anggota populasi. Hal ini disesuaikan dengan kepentingan penelitian yang dilakukan maka perlu dilakukan pengamatan terhadap seluruh subjek penelitian.

(45)

B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 31

3.6 Alat Ukur

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini peneliti, Alat ukur yang digunakan berupa skala psikologis guna mengungkap variabel yang hendak diteliti, yaitu self efficacy.

Pengukuran mengenai self efficacy dilakukan dengan menggunakan skala yang dikembangkan berdasarkan aspek-aspek self efficacy dari Albert Bandura (1995).

Skala dalam penelitian ini menggunakan jenis skala model Semantic

Differential yang telah dimodifikasi berdasarkan aspek-aspek dari variabel self efficacy. Responden dihadapkan pada sejumlah skala semantik. Responden diminta untuk melakukan penilaian terhadap suatu konsep tertentu dalam suatu skala bipolar dengan 10 buah titik. Skala bipolar adalah suatu skala dari dua kutub yang berlawanan. Penilaian diberikan pada suatu ruangan semantik yang dianggap paling tepat oleh responden tersebut. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini harus memberikan pendapatnya terhadap pernyataan yang diajukan.

Alat ukur pada skala ini berjumlah 35 item yang jawabannya didapat sesuai dengan skor yang diberikan oleh sampel penelitian. Jawaban bergerak dari 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100. Semakin mendekati 100, maka menunjukkan responden memiliki tingkat keyakinan yang tinggi. Semakin mendekati 0, maka menunjukkan responden memiliki tingkat keyakinan yang rendah.

(46)

B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N | 32

Tabel 3.1

Kisi- kisi Alat Ukur Self Efficacy

Aspek Indikator Item No. Item

Generality (keluasan tugas)

individu yakin mengenai kemampuannya

menghadapi berbagai situasi

permasalahan)

1. Individu yakin dapat melakukan pengumpulan data pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, &

statistik ketahanan sosial) 2. Individu yakin dapat

melakukan pengolahan data pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)

3. Individu yakin dapat melakukan analisis pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)

4. Individu yakin dapat melakukan evaluasi pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)

5. Individu yakin dapat melakukan pelaporan pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial)

6. Individu yakin dapat melakukan pengembangan statistik pada masing- masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, &

statistik ketahanan sosial)

1. Mengumpulkan data penduduk secara lengkap

1,4,7,10,13,16,1 9,22, 25,28,31,33, 35 2. Menyediakan data yang

diperlukan sebelum waktunya tanpa dimarah atasan terlebih dahulu

3. Memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pengolahan data

4. Menyelesaikan pengolahan data tanpa harus dikontrol terus oleh atasan

5. Mengumpulkan data dan langsung mengolahnya pada saat itu

6. Keakuratan pekerjaan yang saya selesaikan ketika saya menganalisis data

7. Merasa tertantang mengerjakan analisis data yang sulit

8. Mengevaluasi data secara objektif

9. Memperbaiki laporan pertanggungjawaban hingga benar.

10. Menyelesaikan laporan tanpa harus lembur

11. Meskipun dihadapkan pada beberapa tugas oleh atasan, saya tetap mampu mengerjakannya sekaligus.

12. Menyampaikan materi pelatihan pada rekan lain, meskipun hal tersebut bukan merupakan tugas pokok saya,

13. Menciptakan program-program baru yang berhubungan dengan pengembangan statistik di Bidang Sosial ini.

Gambar

Tabel 3.2  Blue Print Self Efficacy

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah di Pasar Banjarsari Kota Pekalongan adalah kesadaran atau partisipasi pedagang dalam penanganan sampah

[r]

dengan surat biasa. - Kemudian diteruskan kepada pencatat surat. - Diberi tindasan dan lembar pengantar 1 dikembalikan kepada pencatat. - Lembar pengantar 1,disimpan

Sejak tahun 1969 usaha-usaha untuk melaksanakan penelitian penda- patan regional telah dilakukan oish berbagai universmtas sehingga akhir- nya menghasilkan pembentukan

Citra selanjutnya akan dilakukan proses dekripsi menggunakan algoritma Vigenere Cipher terlebih dahulu, kemudian hasil dari perhitungan tersebut dihitung lagi menggunakan

daya antioksidannya sedang yang dipengaruhi oleh banyaknya senyawa antioksidan yang terdapat dalam ekstrak daun salam seperti flavonoid, saponin, steroid dan

Untuk mendapatkan gambaran yang rinci dan lengkap terkait daftar program, kegiatan, keluaran, lokasi, waktu pelaksanaan dan anggaran dapat dilihat dalam lampiran, yang

Kuesioner atau daftar pertanyaan ini berisi variabel bebas (stres kerja) dan (kontrol diri), variabel terikat (perilaku kerja kontraproduktif) yang menggunakan