• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Keanekaragaman Hayati Tumbuhan .1 Kondisi Zona Taman Nasional

5.1.6 Kerapatan tumbuhan

Pada habitus epifit, jenis tumbuhan hanya ditemukan pada zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah dan zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah. Jenis tumbuhan Ipik (Ficus superba Miq.) mendominasi pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, pada zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah didominasi oleh jenis jalumampang (Epipremnun pinnatum Engl.). Sedangkan di lokasi lainnya tidak ditemukan jenis tumbuhan yang termasuk habitus epifit.

Pada habitus liana, Jenis rembet/brembet/rembetan (Rubus moluccanus L.) mendominasi di setiap zona dan tipe ekosistem TNGM, sedangkan pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas tidak ditemukannya jenis tumbuhan yang termasuk habitus epifit dan liana.

5.1.6 Kerapatan tumbuhan

Kerapatan jenis tumbuhan adalah salah satu indikator untuk menduga kepadatan jenis sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan pada suatu komunitas. Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas (Indriyanto, 2006). Makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Kerapatan pada suatu areal dapat memberikan gambaran ketersediaan dan potensi sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan.

a. Habitus pohon

Di bawah ini pada Tabel 20 disajikan rekapitulasi nilai kerapatan jenis tumbuhan pada berbagai tingkat pertumbuhan pohon di kawasan TNGM. Nilai kerapatan masing-masing jenis tumbuhan di kawasan TNGM secara lengkap disajikan pada Lampiran 3-44.

Tabel 20 Kerapatan jenis tumbuhan pada berbagai tingkat pertumbuhan pohon di kawasan TNGM

Zona Tipe

Ekosistem

Tingkat Pertumb.

Nama Lokal Nama Ilmiah Kerapatan

(Ind/ha) Zona Pemanfaatan Hutan Dat. rendah Semai Pancang Tiang Pohon Kina Puspa Kina Puspa Rasamala

Cinchona pubescens Vahl Schima wallichii (DC)Korth. Cinchona pubescens Vahl Schima wallichii (DC)Korth Altingia excelsa Noronha.

1.000 560

70 70 95 Zona Rimba Hutan Peg.

Bawah Semai Pancang Tiang Pohon Kemaduh Kemaduh Wilodo B. Dadap pri

Laportes stimulans Miq. Laportes stimulans Miq. Ficus lepicarpa Blume Erythrina luthosperma Miq.

1.500 960 15 115 Hutan Peg. Tengah Semai Pancang Tiang Pohon Pasang Pasang Pasang Pasang Kletak

Quercus sundaica Blume Quercus sundaica Blume Quercus sundaica Blume Lithocarpus elegans (Bl) Hatus ex Soepadmo 916 146 66 80 Hutan Peg. Atas Semai Pancang Tiang Pohon Akasia Deg. Gesik Gesik Akasia Deg.

Acacia decurrens Willd. Elaeocarpus pierrei K.& V. Elaeocarpus pierrei K.& V. Acacia decurrens Willd.

166 666 133 58 Zona Inti 2 Hutan Peg.

Bawah Semai Pancang Tiang Pohon Kina Duwet Kina Kina

Cinchona pubescens Vahl Eugenia cumini Merr. Cinchona pubescens Vahl Cinchona pubescens Vahl

750 200 680 60 Zona Inti 1 Hutan Peg.

Atas

Semai Pancang

Akasia Deg. Sonto

Acacia decurrens Willd. Sarcosperma sp.

500 320 Pada Tabel 20 terlihat bahwa kerapatan terbesar pada tingkat pohon terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yaitu dadap pri (Erythrina luthosperma Miq.) sebesar 115 ind/ha. Pada tingkat tiang kerapatan terbesar terdapat pada zona inti 2 di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yaitu kina (Cinchona pubescens Vahl.) sebesar 680 ind/ha. Pada tingkat pancang tertinggi terdapat pada zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah yaitu puspa (Schima wallichii) sebesar 560. Pada tingkat semai tertinggi terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yaitu Kemaduh (Laportes stimulans Miq.) sebesar 1.500 ind/ha.

Tinggi dan rendahnya kerapatan populasi tumbuhan pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon di kawasan TNGM dipengaruhi oleh banyak faktor

lingkungan. Selain akibat pengaruh faktor lingkungan, perubahan kerapatan dipengaruhi juga oleh adanya kelahiran dan kematian (Gopal dan Bhardwaj, 1979; Resosoedarmo et al., 1986).

b. Tumbuhan bawah

Kerapatan tumbuhan bawah (herba, semak dan perdu) di kawasan TNGM berkisar antara 250-62.500 individu/ha, dimana kerapatan tumbuhan pada habitus herba berkisar dari 250-62.500 individu/ha, pada habitus semak hanya terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan atas dengan nilai kerapatan 333 individu/ha, dan perdu berkisar antara 360-5.833 individu/ha. Yang menarik adalah pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas yang didominasi oleh Manisrejo (Vaccinium varingfolium Miq.). Terdapat hamparan perdu manisrejo yang besarnya mencapai sebesar tingkat tiang dengan nilai kerapatan sebesar 4.720 individu/ha.

Rekapitulasi nilai kerapatan total jenis tumbuhan bawah di kawasan TNGM disajikan pada Tabel 21, sedangkan nilai kerapatan tiap jenis tumbuhan disajikan secara lengkap pada Lampiran 3-44.

Tabel 21 Kerapatan total jenis tumbuhan bawah di kawasan TNGM

Zona Tipe

Ekosistem

Habitus Nama Lokal Nama Ilmiah Kerapatan

(Ind/ha) Zona Pemanfaatan Hutan Dat. rendah Herba Perdu Cakarayam Kaliandra Boerhaavia erecta L. Calliandra calothyrsus Meis.

12.250 5.750 Zona Rimba Hutan Peg.

Bawah

Herba Perdu

Srunen Jokotuo

Eupatorium riparium Regel Scoparia dulcis L. 23.000 1.375 Hutan Peg. Tengah Herba Perdu Lombokan Klepon

Eupatorium riparium Regel Thespesia lampas D.&G.

27.000 8.166 Hutan Peg. Atas Herba Semak Perdu Telasian Cepokogeni Miren

Eupatorium riparium Regel Rhododendron javanicum B. Thespesia lampas D.&G.

24.666 333 5.833 Zona Inti 2 Hutan Peg.

Bawah

Herba Perdu

Lombokan Kemiren

Eupatorium riparium Regel Thespesia lampas D.&G.

22.250 360 Zona Inti 1 Hutan Peg.

Atas

Herba Perdu

R. Blaba'ang Manisrejo

Arundinella nepalensis Trin.

Vaccinium Varingfolium Miq.

62.500 4.720 Kerapatan tumbuhan bawah selalu bernilai tinggi karena disebabkan oleh sifat tumbuhan bawah bersifat ruderal. Ruderal ialah selalu dijumpai pada lingkungan yang mengalami gangguan yang tinggi tetapi berpotensi produktif. Pada umumnya terdiri dari jenis herba yang mempunyai umur yang pendek dengan produksi biji yang sangat tinggi. Jenis-jenis ini umumnya menempati fase awal dari suksesi (Sastroutomo, 1990).

c. Habitus epifit dan liana

Nilai kerapatan tumbuhan total habitus epifit dan liana disajikan pada Tabel 22 sedangkan nilai kerapatan setiap jenisnya disajikan pada lampiran 3-44. Tabel 22 Kerapatan total jenis epifit dan liana di kawasan TNGM

Zona Tipe

Ekosistem

Habitus Nama Lokal Nama Ilmiah Kerapatan

(Ind/ha) Zona Pemanfaatan Hutan Dat. rendah Epifit Liana Jalumampang Rembetan Epipremnun pinnatum E. Rubus moluccanus L. 2 15 Zona Rimba Hutan Peg.

Bawah

Epifit Liana

Ipik Brembet

Ficus superba Miq.

Rubus moluccanus L.

Dokumen terkait