• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Pengadaan Obat

I. Kerasionalan Obat

Kerasionalan obat merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan kebutuhan obat. Penggunaan obat yang irasional (tidak rasional) dapat berpengaruh negatif terhadap mutu pelayanan, dampak ekonomi dan efek samping pengguna obat. Dengan kata lain keirasionalan penggunaan obat akan berefek perencanaan kebutuhan obat tidak efektif dan tidak efisien

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pemakaian obat yang tidak rasional antara lain:

1. Pembuat resep, 2. Pasien /masyarakat,

3. Sistim perencanaan dan pengelolaan obat, 4. Kebijaksanaan obat dan pelayanan kesehatan,

5. Informasi dan iklan obat, persaingan praktek dan pengobatan sesuai dengan permintaan pasien.

Dampak negatif pemakaian obat yang irasional secara singkat yaitu dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan, biaya pelayanan pengobatan, efek samping obat dan dampak psikososial. Ciri pemakaian obat yang irasional yaitu:

a. Persepan berlebihan (overprescribing), yaitu pemberian obat yang sebenarnya tidak diperlukan.

b. Peresepan kurang, yaitu pemberian obat yang kurang dari seharusnya dibutuhkan baik dari segi dosis dan lamanya pemberian.

c. Peresepan boros (extravagant), yakni peresepan obat-obat yang lebih mahal padahal ada alternatif yang lebih murah dengan manfaat dan keamanan yang sama

d. Peresepan yang salah (incorrect prescribing), mencakup pemakaian obat untuk indikasi yang keliru, diagnosis tepat tetapi obatnya keliru, pemberian obat ke pasien salah. Juga pemakaian obat tanpa memperhitungkan kondisi lain yang diderita bersamaan.

e. Peresepan majemuk (multiple prescribing), yakni pemakaian dua atau lebih kombinasi obat padahal sebenarnya cukup hanya dengan obat tunggal saja. Termasuk di sini adalah pengobatan terhadap semua gejala yang muncul tanpa mengarah ke penyakit utamanya.

2.7. Puskesmas

2.7.1 Pengertian Puskesmas

Pengertian puskesmas adalah merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan pada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Menkes/SK/II/2004, upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya Kesehatan wajib tersebut adalah.

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana 4. Upaya Perbaikan Gizi

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Pengobatan.

Jenis kegiatan dalam Pelayanan Kesehatan Dasar meliputi :

1. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), yang termasuk dalam kegiatan ini antara lain :

a. Tindakan medis sederhana

b. Pemeriksaan dan pengobatan gigi (cabut dan tambal) c. Pemberian obat-obatan sesuai dengan ketentuan d. Pelayanan dan pengobatan gawat darurat

2. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dengan kegiatan antara lain : a. Tindakan medis

b. Pemberian obat-obatan, bahan habis pakai

3. Pelayanan Kesehatan di luar gedung, dengan kegiatan antara lain :

a.Pelayanan rawat jalan dengan puskesmas keliling baik roda empat maupun roda dua

b.Pelayanan kesehatan di Posyandu

c.Pelayanan kesehatan melalui kunjungan rumah (perawatan kesehatan masyarakat).

2.7.2. Fungsi Puskesmas

Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya pembanguanan diluar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. Sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan puskesmas harus secara pro aktif menjalin kemitraan dengan bidang pembangunan (sektor) lain ditingkat kecamatan melalui pertemuan-pertemuan koordinasi membahas situasi dan upaya peningkatan kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat masyarakat.

Sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan merata. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan dasar yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan sangat startegis dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat umum.

2.7.3. Program Puskesmas

Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi: 1. Program Kesehatan Dasar

Program kesehatan dasar puskesmas adalah program yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia serta mempunyai kemampuan dalam mengatasi permasalahan kesehatan nasional dan internasional yang berkaitan

dengan kesakitan, kecacatan dan kematian. Program kesehatan dasar tersebut adalah : (a) promosi kesehatan, (b) kesehatan lingkungan, (c) kesehatan Ibu dan Anak, termasuk keluarga berencana, (d) perbaikan gizi, (e) pemberantasan penyakit menular, dan (f) pengobatan. Rincian masing-masing kegiatan dari program kesehatan dasar diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersama dengan puskesmas mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan serta sesuai dengan kemampuan dan potensial setempat.

2. Program Kesehatan Pengembangan

Program pengembangan hendaknya merupakan program yang sesuai dengan permasalahan kesehatan masyarakat setempat dan sesuai tuntutan masyarakat sebagai program inovatif dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang tersedia dan dukungan dari masyarakat. Program kesehatan pengembangan tersebut antara lain; (a) usaha kesehatan sekolah, (b) usaha kesehatan olah raga, (c)perawatan kesehtan masyarakat, (d) kesehatan kerja, (e) kesehatan gigi dan mulut, (f) kesehatan jiwa, (g) kesehatan mata, (h) kesehatan usia lanjut, (i) pembinaan pengobatan tradisional (Depkes RI, 2004).

2.8. Landasan Teori

Sebagai landasan teori tentang ketersediaan obat dalam penelitian mengacu pada teori pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan sesuai dengan prosedur pengadaan obat (Kepmenkes RI, 2010) dan secara teoritis tentang JKN mengacu kepada UU No.40 Tahun 2004 dan Kepmenkes RI tahun 2013. Upaya memenuhi

kebutuhan obat agar sesuai dengan yang dibutuhkan diawali dari perencanaan kebutuhan obat dan tersedianya biaya yang bersumber dari anggaran dalam implementasi kebijakan JKN.

2.9. Kerangka Pikir

Pemenuhan kebutuhan obat puskesmas sebagai PPK I dalam implementasi kebijakan JKN sangat tergantung kepada ketersediaan obat yang ada di instalasi farmasi. Sebagai kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian Data Dasar Kebutuhan Obat Proses Perencanaan Penetapan Kebutuhan Obat Pengadaan obat

INPUT PROSES OUTPUT

Kebutuhan Obat Puskesmas Pemenuhan Kebutuhan Obat Puskesmas 1.Pemilihan obat

2.Kompilasi pemakaian obat 3.Perhitungan kebutuhan obat 4.Proyeksi kebutuhan obat Perencanaan

Dokumen terkait