• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

5. Berat Kering Tanaman

Produksi tanaman bisa diukur dengan menghitung bobot kering tanaman tersebut. Setelah tanaman dicuci (dekontaminasi) selanjutnya dikeringkan pada oven pengering. Pengeringan di oven ini bertujuan untuk mengurangi dan menghentikan proses biokimia tanaman, terutama aktivitas enzim. Aktivitas enzim tanaman dapat dihentikan dengan mengovenkan pada temperatur 60oC hingga 80oC, tetapi pada temperatur yang lebih tinggi dapat mengubah unsur hara yang akan dianalisis. Oleh sebab itu, disarankan untuk mengovenkan tanaman pada temperatur ± 70oC selama 48 jam (Mukhlis, 2007).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air adalah sumber kehidupan bagi seluruh mahkluk hidup. Pada tanaman, air merupakan hal yang sangat menentukan kualitas dari tanaman. Banyak cara mendapatkan air bagi tanaman, baik yang dicari oleh tanaman sendiri di tanah melalui akar maupun yang diberikan secara buatan oleh manusia. Metode pemberian air pada permukaan tanah dalam bentuk percikan, seperti hujan biasa, disebut penyiraman. Metode pemberian air seperti ini dimulai sekitar tahun 1900. Pertanian sistem irigasi siraman yang pertama adalah perkembangan dari penyiraman terbatas pada tanaman sayur-sayuran, kebun bibit dan kebun buah-buahan (Hansen dkk, 1992)

Irigasi siraman dipergunakan di daerah lembah sebagai metode pemberian air tambahan. Kebanyakan sistem ini adalah instalasi pipa stasioner yang di atasnya diberi perforasi, atau sistem di atas pohon (overtree) stasioner dengan penyiram yang berputar. Sistem tersebut biaya pemasangannya mahal tetapi cukup mudah untuk dioperasikan. Jumlah pemasangan irigasi siraman telah meningkat dengan cepat sejak 1950 oleh karena perkembangan irigasi siraman yang lebih efisien, menggunakan pipa aluminium yang ringan dengan pompa yang lebih efisien, dan penyebarannya yang luas karena menggunakan tenaga listrik atau motor bakar yang biayanya lebih murah. Irigasi siraman telah digunakan pada semua jenis tanah dengan topografi dan kemiringan yang berbeda untuk berbagai tanaman (Hansen dkk, 1992).

Diperlukan pengembangan penggunaan irigasi siraman pada pertanian Indonesia. Selain memiliki efisiensi yang tinggi, dapat mengemat penggunaan air, dan bagi tanaman sendiri dapat menghindari serangan penyakit yang dapat dibawa oleh media air. Sistem irigasi siraman yang paling efisien adalah irigasi tetes (drip irrigation). Pada hakikatnya irigasi tetes sangat sesuai diterapkan pada berbagai jenis dan kondisi lahan, air yang sangat terbatas, iklim yang kering, dan untuk

tanaman yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi (Lyon and Buckman, 1982).

Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak di permukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni: bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari ciri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik, kimia, biologi maupun morfologinya. Tanah bersama air dan udara merupakan sumber daya utama yang sangat mempengaruhi kehidupan. Kesetimbangan ketiganya sangat tergantung pada bagaimana pengelolaan tanahnya (Winarso, 2005).

Tanah Latosol merupakan jenis tanah yang banyak digunakan dalam budidaya pertanian. Tanah ini mempunyai sifat fisik (struktur) yang baik tetapi berkemampuan rendah untuk menahan kation (sangat mirip dengan tanah berpasir), bertekstur lempung sampai liat, struktur remah sampai gumpal dan konsistensi gembur. Warna tanah kemerahan tergantung dari susunan mineralogi bahan induknya, drainase, umur dan keadaan iklimnya, dan membutuhkan pemberian pupuk yang agak sering. Berdasarkan sifatnya, budidaya pertanian

pada tanah Latosol cukup sesuai untuk tanaman hortikultura seperti tanaman Caisim (Brassica juncea L.) yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dan dengan sistem irigasinya melalui irigasi tetes (Hakim dkk, 1986).

Caisim (Brassica juncea L.) adalah tanaman sejenis sawi namun berukuran lebih kecil, dengan kadar air, vitamin, dan mineral yang tinggi dengan rasa yang khas dan cocok untuk tambahan pada makanan berkuah seperti mie ayam. Tanaman ini sedang digemari sehingga cocok untuk dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena digunakan hampir di seluruh sektor penjualan pangan baik dari menengah bawah seperti pedagang mie ayam keliling dan kaki lima hingga restoran-restoran mewah. Dari segi pembudidayaan, tanaman ini dapat dibudidayakan pada dataran rendah dan tinggi, sesuai pada hampir setiap jenis tanah, dan mudah dalam perawatan. Tanaman Caisim dapat tumbuh baik pada tanah Latosol. Tanaman Caisim, selain dapat dibudidayakan pada tanah Latosol juga sangat sesuai dalam pemberian airnya dengan irigasi tetes yang mempunyai efisiensi tinggi (≥ 75%) dan tanaman Caisim mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Kinerja irigasi tetes pada budidaya tanaman Caisim yang ditanam pada tanah Latosol dapat dinilai melalui keefektifan irigasi tetes tersebut.

Kinerja jaringan irigasi tercermin dari kemampuannya untuk mendukung ketersediaan air irigasi pada areal layanan irigasi (command area) yang kondusif untuk penerapan pola tanam yang direncanakan. Secara umum, kinerja jaringan irigasi yang buruk mengakibatkan meningkatnya water stress yang dialami tanaman (baik akibat kekurangan ataupun kelebihan air) sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman tidak optimal. Kerugian yang timbul akibat water stress tidak hanya penurunan produktivitas tanaman, tetapi juga mencakup

mubazirnya sebagian masukan usaha tani yang telah diaplikasikan (pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain) (Sumaryanto, 2006).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kinerja irigasi tetes pada tanah Latosol dengan vegetasi tanaman Caisim (Brassica juncea L.) dan tanpa vegetasi.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai rancangan saluran irigasi.

3. Bagi masyarakat, untuk membantu petani dalam pengembangan dan pengelolaan kinerja irigasi tetes pada tanaman Caisim (Brassica juncea L.).

ABSTRAK

HOTLIN DERMAWATI APRIANI : Analisis Kinerja Irigasi Tetes Pada Tanah Latosol Dengan Budidaya Tanaman Caisim (Brassica Juncea L.), dibimbing oleh SUMONO dan SULASTRI PANGGABEAN.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja irigasi tetes pada tanah Latosol dengan vegetasi tanaman Caisim (Brassica juncea L.) dan tanpa vegetasi. Parameter yang diamati adalah sifat-sifat fisik tanah, evapotranspirasi, kapasitas lapang, debit air rata-rata keluaran, keseragaman pemakaian air, efisiensi irigasi tetes, kecukupan air irigasi, dan berat kering tanaman Caisim (Brassica juncea L.)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa keseragaman paling besar terjadi pada Lateral 1 sebesar 66,27% dan yang terkecil pada Lateral 2 sebesar 12,64% dengan rata-rata sebesar 29,46%, nilai efisiensi pemakaian irigasi pada fase akhir pertumbuhan tanaman tergolong tinggi yaitu 100% pada tanah dengan tanaman maupun tanpa tanaman. Nilai efisiensi penyimpanan irigasi pada fase akhir pertumbuhan tanaman tergolong rendah pada tanah dengan tanaman yaitu 49,28% dan pada tanah tanpa tanaman yaitu 15,42%.

Kata kunci : Efisiensi, Irigasi Tetes, Analisis Kinerja Irigasi, Tanaman Caisim, Tanah Latosol

ABSTRACT

HOTLIN DERMAWATI APRIANI : Drip Irrigation Performance Analysis In Soil Cultivation Latosol With Caisim (Brassica juncea L.), supervised by SUMONO and SULASTRI PANGGABEAN.

This study was conducted to determine the performance of drip irrigation on soil with vegetation Latosol Caisim plants (Brassica juncea L.) and without vegetation. Parameters measured were soil physical properties, evapotranspiration, field capacity, the average water flow output, uniformity of water use, drip irrigation efficiency, adequacy of irrigation water, and the dry weight of plants Caisim (Brassica juncea L.)

The result showed that the largest water discharge emmiter 1 to 11 laterally at 8,87 l / h and the lowest at 9 lateral emmiter to 2 of 0,96 l / h and average discharge output of 5,57 l / h, the greatest uniformity occurs in the Lateral 1 by 66,27% and the smallest at the Lateral 2 was 12,64% with an average of 29,46%, the value of irrigation use efficiency at the end of the growth phase plants is high ie 100% in soil with plants or without plants. Irrigation storage efficiency value at the end of the growth phase of the plant is low in the soil with the plant 49,28% and without plants is 15,42%.

Keywords: Efficiency, Drip Irrigation, Irrigation Performance Analysis, Caisim, Latosol Soil

KAJIAN KINERJA IRIGASI TETES PADA TANAH

Dokumen terkait