• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.5 Cara Kerja Informan

Umumnya informan bekerja dibagian potong buah, tunas dan penyemprot. Untuk pekerjaan potong buah dan tunas memiliki cara kerja yang sama, sesuai dengan pernyataan informan:

“Saya kerja dibagian tunas. Alat kerja saya egrek, kapak, geledekan (kereta sorong), galah. Pertama kita asah dulu egrek atau dodos atau kapak. Kemudian kalau egrek diikat di bambu yang panjang yang telah diluruskan. Kemudian baru untuk kerja atau untuk menarik buah, kemudian kalau geledekan untuk mengangkat buah. Jangan dipikul atau disunggih, kalau kapak itu untuk mengepras cabang buah”

yang berbeda cara kerja penyemprot,

“Kalau pupuk dicampur aja. Kalau racun dicampur sama meta prima sama air. Saya kerja kadang pake knapset, kadang pake tangki, itu untuk racun, kalau pupuk pake mangkok. Kalau mendung ga nyemprot. Sekitar 3 bulan sekali diadakan penyemprotan ma pemupukan untuk 1 blok. Kalau lagi ga kerja nyemprot atau mupuk, ikut orang motong buah. Racun bisa KCl, pupuk bisa urea. Kalau nyemprot ya..nyemprot aja, yang campur racunnya beda”

Cara kerja para informan untuk bagian tunas dan potong buah sudah cukup baik dan aman. Namun, terdapat beberapa cara kerja yang dapat membahayakan pekerja. Contohnya, menyandarkan egrek secara sembarangan sehingga beresiko jatuh dan menimpa sipekerja. Hal lain yang menyebabkan terjadinya kecelakaan ketika mereka bekerja, disebabkan karena ketidaksengajaan mereka sendiri. Untuk Informan di bagian pupuk, mereka sering bekerja dengan terburu-buru, tanpa memeriksa apakah alat kerja sudah bisa digunakan apa belum. Sehingga dapat

mengakibatkan kecelakaan akibat kelalaian mereka sendiri. Hal ini dikarenakan kurangnya pelatihan cara kerja yang baik dan aman. Serta kurangnya kesadaran dari pekerja agar bekerja dengan baik dan aman. Bila pekerja mengerti cara kerja yang baik dan sadar akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja ketika bekerja, kecelakaan dapat dicegah.

5.6 Penyebab Kecelakaan

Pada umumnya informan berpendapat bahwa penyebab kecelakaan adalah karena alat kerja,

“Kecelakaan kerja di masa kerja yaitu dipotong buah karena apa..karena ketimpa cabang, karena kesilapan sendiri. Itu bagian kadang-kadang yang banyak sekali kejadian karena menangkis cabang atau mengelak karena kaki apa..terlilit oleh rumput maka tidak bisa mengelak kemudian ditangkis. Ada juga yang terkena pisau karena apa ya..karena ketidaksengajaan, terkena angin alatnya kemudian menjatuhi diri sendiri. Ada juga yang kapak, terpeleset kemudian mengenai tubuh. Kalau binatang ga pernah saya diserang. Gara-gara kereta sorong juga pernah terjadi, karena terpeleset di parit karena licin sehingga terjatuh menyebabkan kecelakaan atau patah kaki, biasanya patah kaki. Gara-gara di pagi hari karena masih berembun atau hujan. Karena walaupun hujan masih tetap kerja. Kadang-kadang berhenti sebentar, tapi karena mengingat waktu sudah siang kita kerja. Karena harus mencapai target. Hubungan ga baik, kadang-kadang ada. Apa e…kesalahpahaman. Kadang-kadang si pekerja itu kondisi panas, kadang- kadang atasan membuat jengkel, menyuruh dengan tangan kiri. Membuat sang pekerja akan jengkel dan marah. Kadang-kadang sampe bertumbuk atau berkelahi. Kadang-kadang mengalah juga atasannya dan meminta maaf sama-sama biasanya. Gara-gara itu kadang kerja ga konsen lagi”

Di bagian lapangan Socfindo. penyebab kecelakaan sering disebabkan oleh penggunaan alat kerja misalnya kena kapak, dan kereta sorong. Penyebab kecelakaan yang lain seperti ketimba cabang dan tertusuk duri. Selain itu, sikap kasar atasan kepada pekerja, bisa membuat pekerja jengkel atau marah dan tidak konsentrasi

dalam bekerja sehingga dapat menyebabkan kecelakaan. Kecelakaan juga terjadi karena ketidaksengajaan atau kelalaian pekerja seperti sembarangan menyandarkan alat kerja sehingga alat kerja dapat menimpa pekerja.

Kecelakaan juga dapat terjadi ketika pekerja pulang dari kerja, seperti pernyataan informan berikut:

“Jatuh dalam perjalanan pulang dari kerja. Ya..terjatuh lah. Kalau diserang binatang saya belum pernah, teman-teman saya pernah. Kena alat-alat kerja juga saya ga pernah. Saya di bagian potong buah, jadi ga pernah pake bahan kimia. Kalau hubungan ga baik sama yang lain, saya dengar-dengar ada, kalau saya belum pernah”

Informan juga berpendapat bahwa penyebab kecelakaan adalah karena binatang,

“…..diserang binatang pernah, ulat gatal….” “…..Diserang tawon juga pernah ma lipan…..”

“…..Diserang binatang juga pernah, diserang kelabang…..”

Penyebab kecelakaan juga disebabkan oleh faktor biologi yaitu binatang seperti tawon, ulat gatal. lipan dan kelabang.

Informan untuk bagian penyemprot mengatakan bahwa penyebab kecelakaan adalah,

“Tulah, aku karena ketumpahan bahan kimia waktu kerja. Kesalahan sendiri juga, ga hati-hati waktu kerja. Tertumpah racun, aku kan kerja dibagian pestisida. Kadang tangkinya bocor, tutupnya pipa selangnya, ga pas ngangkatnya kan bisa bocor. Kadang-kadang cepat-cepat diangkat mau dikerjakan jadinya ketumpahan. Kalau diserang binatang ga pernah. Hubungan ga baik dengan yang lain juga ga ada. Kalau lagi ikut orang motong buah, saya ga pernah juga kecelakaan”

Untuk faktor kimia, terutama untuk pekerja dibagian penyemprotan dapat terkena tetesan dan terhirup gromoxone dan roun-dup.

Kecelakaan yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan paling banyak terjadi dibagian potong buah dibandingkan dengan tunas dan penyemprot.

Menurut Organisasi perburuhan International (ILO) tahun 1962, penyebab kecelakaan di PT Socfindo berdasarkan klasifikasi adalah alat angkut dan alat angkat (kereta sorong), peralatan lain (alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik yaitu egrek, dodos, kapak), bahan kimia (glisofat dalam roundup dan paraquat dalam gramoxon) dan penyebab-penyebab lain (hewan dan penyebab lain seperti hubungan yang tidak baik dengan atasan akibat sikap kasar dari mandor kepada para pekerja).

Hal ini disebabkan karena banyak pekerja kebun belum mengerti keselamatan dan kesehatan kerja termasuk hak dan kewajiban perusahaan perkebunan, pemerintah baik dalam bentuk pengetahuan dan kaitannya dengan operasi kerja mereka. Padahal keselamatan dan kesehatan kerja berfungsi untuk melindungi dan menjaga diri buruh tersebut agar terhindar dari kecelakaan kerja yang merugikan mereka. Pemberiaan alat kerja dan pelindung kerja yang tidak cukup dan tidak memenuhi standar keselamatan kerja juga dapat menyebabkan kecelakaan.

Jenis Kecelakaan

Umumnya informan mengatakan bahwa jenis kecelakaan yang terjadi,

“…..Gara-gara kereta sorong juga pernah terjadi, karena terpeleset di parit karena licin sehingga terjatuh menyebabkan kecelakaan atau patah kaki, biasanya patah kaki. Gara-gara di pagi hari karena masih berembun atau hujan. Karena walaupun hujan masih tetap kerja….”

“…..Karena kereta sorong juga pernah, lagi di titi kena kaki kereta sorong, bisa dibilang terjepit kereta sorong…..”

“Tulah, aku karena ketumpahan bahan kimia waktu kerja. Kesalahan sendiri juga, ga hati-hati waktu kerja. Tertumpah racun”

“…..Kena kapak dua kali, cabang 1 kali. Kadang-kadang bacok kebablasan, terpeleset dari tangan, tertusuk gitu. Kena cabang juga pernah……”

“Tertimpa cabang, kena buah, kena duri. Kalau racun, saya ga pernah…..” Berdasarkan jenis kecelakaan kerja, di Kebun Seunagan dalam bentuk terjatuh ketika mendorong kereta sorong, terlindas kereta sorong, kontak dengan pestisida seperti gramoxon, tertusuk duri atau kapak, disengat tawon dan tertimpa cabang atau buah.

Jenis kecelakaan yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan paling banyak adalah tertimpa baik tertimpa buah atau cabangdan jenis-jenis lain seperti tertusuk kapak atau duri untuk bagian pekerjaan potong buah dan tunas.

Jenis kecelakaan yang sering terjadi di perkebunan diantaranya dikategorikan kecelakaan ringan seperti tertusuk duri sawit, ketimpa pelepah, gigitan serangga berbisa dan keseleo akibat jalan licin. Untuk kategori berat cacat kebanyakan cacat mata (mengecil, mengalami rabun bahkan buta) kena tatal (getah karet) yang sudah terkontaminasi dengan zat kimiawi, kotoran berondolan sawit dan tertimpa tandan buah segar, tubuh terkena bahan (TBS) kimiawi beracun akibat tingginya interaksi pada saat penyemprotan dan tertimpa tandan buah segar waktu memanen.

Untuk jenis kecelakaan menurut Organisasi perburuhan International (ILO) tahun 1962, berdasarkan klasifikasi adalah terjatuh, tertimpa buah sawit, dan jenis- jenis lain seperti terlindas kereta sorong, tertusuk duri dan kapak, disengat tawon, dan tertumpah dan terciprat pestisida seperti gramoxon.

5.8 Sifat Luka

Umumnya para informan mengatakan bahwa sifat luka yang mereka dapatkan berdasarkan penyebab kecelakaan adalah luka permukaan, sesuai dengan pernyataan informan:

Kalau ketimpa cabang kena di tangan, tertusuk ada juga yang tergores,

kebanyakan tertusuk. Kalau kena alat kerja kayak tertusuk kapak, terkena kadang-kadang di kaki

Informan ada yang mengatakan sifat luka mereka seperti memar, sesuai dengan pernyataan informan:

“…..ga ada luka cuma memar aja”

Selain itu, ada juga sifat lukanya luka-luka lain seperti terkilir, sesuai dengan pernyataan informan:

“….terkilir gitu”

Sifat luka karena kecelakaan biasanya sifat luka permukaan, misalnya tergores atau tertusuk dimana luka tersebut terdapat di permukaan tubuh.

Sifat luka yang terjadi PT. Socfindo Kebun Seunagan paling banyak adalah luka di permukaan untuk bagian potong buah, tunas dan penyemprot.

Menurut ILO 1962, klasifikasi kecelakaan kerja berdasarkan sifat luka atau kelainan untuk PT. Socfindo adalah memar dan luka dalam yang lain, luka-luka lain seperti terkilir dan luka permukaan.

5.9 Bagian Tubuh yang Terkena

Umumnya para informan mengatakan bahwa bagian tubuh yang terkena adalah,

“Kalau kena kapak di kaki. Kalau kena duri di pundak, mesti dicabut dengan tang. Kalau disengat tawon di kepala”

“Lengan kanan waktu kena cabang, tergores macam kita kena cakaran kucing. Kalau diserang tawon di bagian kepala. Langsung bengkak, kita rasa kayak sakit kepala”

“Kalau kejatuhan sampah di mata, matanya dah kabur sekarang kena serbuknya. Kalau kena cabang juga ada, dekat mata kiri, dibawah matanya. Kalau kena duri, di tangan kanan”

“Kalau yang kena racun itu di bagian paha dalam, tangan. Jadi, gatal-gatal, bintik-bintik merah….”

Bagian tubuh yang terkena atau letak kelainan karena kecelakaan seringnya di tangan ketika menangkis cabang yang jatuh, di kaki karena kena kapak atau dodos, di kepala karena ketimpa cabang atau disengat tawon, di badan karena kena bahan kimia atau ulat gatal dan di mata karena kejatuhan sampah kelapa sawit.

Bagian tubuh yang terkena akibat kecelakaan yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan paling banyak adalah kaki akibat tertusuk duri atau kapak untuk bagian potong buah dan penyemprot.

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut ILO 1962, berdasarkan letak kelainan atau luka di tubuh untuk PT. Socfindo adalah kepala, mata, badan, anggota atas (tangan) dan anggota bawah (paha dan kaki).

Menurut Bennet N.B Silalahi dan Rumondang Silalahi (1995), dampak kecelakaan kerja di PT. Socfindo, berupa cedera (major injury) yaitu cedera lainnya yang mengakibatkan orang tersebut dirawat dirumah sakit lebih dari 24 jam.

Beberapa informan PT. Socfindo dirawat inap selama bebarapa hari di rumah sakit perusahaan akibat kecelakaan yang menimpa mereka.

5.10 Perawatan yang Diberikan Perusahaan

Umumnya informan berpendapat bahwa perawatan yang mereka berikan sesuai dengan luka yang mereka derita dan itu semua ditanggung oleh perusahaan, mereka berobat di poliklinik milik perusahaan,

Waktu dirawat dikasih makan siang, obat-obatan dan suntikan. Waktu kena

dodos dijahit 3 jahitan. Kalau kena duri, kan Cuma dibelah terus dikeluarin, dijahit. Kalau ulat gatal kita melapor ke klinik, terus dilihat apa mesti diopname apa ga, kita juga dikasih obat ma dokter…”

Perusahaan mendaftarkan semua pekerjanya ke Jamsostek. Oleh karena itu, bila pekerja mengalami kecelakaan kerja mereka mendapat perawatan dari perusahaan. Bila poliklinik milik perusahaan tidak sanggup merawat pekerja yang mengalami kecelakaan, maka perusahaan akan merujuk ke rumah sakit yang dapat mengatasi. Dan itu semua tanggungan perusahaan.

Menurut AOMA ( American Occupational Medical Association) tahun 1979 membagi 2 komponen yang penting dari program K3, dimana terdapat komponen pilihan yang didalamnya terdapat penyediaan tempat pengobatan (klinik) untuk hal- hala yang sifatnya minor (resiko kecil) dan non occupational ( bukan karena kecelakaan kerja).

5.11 Jumlah Hari Tidak Bekerja

Umumnya informan mengatakan bahwa mereka tidak bekerja sampai mereka sembuh dari luka akibat kecelakaan yang mereka derita, sehinnga mereka dapat bekerja lagi,

“Waktu kena dodos, 2 minggu ga kerja. Kalau kena duri cuma 2 hari ga kerja. Tapi ga langsung kerja yang berat, dikasih kerja agak ringan. Masih susah kerja berat, jadi yang ringan dulu, kayak saya ga usah bawa buah keluar, saya cuma ambil buah yang mudah-mudah dulu.”.

Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja mendapat perawatan dari rumah sakit perusahaan sampai mereka sembuh. Pekerja yang mengalami kecelakaan diizinkan untuk tidak bekerja dan gaji mereka setiap hari kerja yang hilanh tetap dihitung bekerja. Ketika mereka sudah bisa bekerja, mereka diberikan pekerjaan yang ringan sebelum bekerja yang berat.

Berdasarkan pada standar OSHA tahun 1970, untuk PT. Socfindo semua luka yang diakibatkan oleh kecelakaan mengakibatkan hari kerja yang hilang (Lost Work Days) ialah setiap hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan seluruh tugas rutinnya karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yan dideritanya. Hari kerja hilang ini dapat dibagi menjadi dua macam yaitu jumlah hari tidak bekerja (days away from work) yaitu semua hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan setiap fungsi pekerjaannya karena kecelakaan kerja.

5.12 Penggunaan Alat Pelindung Diri

Umumnya informan mengatakan bahwa mereka menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja sesuai dengan pekerjaan meraka. Untuk pekerjaan potong buah dan tunas, mereka menggunakan sepatu kerja,

“Kalau perusahaan tidak pernah berikan pelindung seperti sarung tangan/sepatu tidak pernah. Itu sediain dari sendiri. Tapi, masa dulu disediakan semua seperti sepatu, sarung tangan dan alat-alat perusahaan yang dikasih. Tapi sekarang, ga ada. Harus beli sendiri, kalau ga beli sendiri itu ga bisa kerja. Kalau dari perusahaan diutangkan. Tapi, kami mencicil biasanya”

Untuk pekerja di bagian penyemprotan, mereka menggunakan baju, celana, sepatu dan masker ketika bekerja,

“Kalau di sini maskernya bikin sendiri, kalau dari Socfin dikasih baju, celana, sepatu gitu aja. Untuk sementara masker bikin sendiri tahun 2010 baru ada”

Pekerja Socfindo menyadari bahwa menggunakan alat pelindung diri penting ketika bekerja. Untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan. Menurut informan, mereka sudah menggunakan sepatu tapi masih juga terkena duri atau kapak. Walaupun alat pelindung diri untuk bagian potong buah dan tunas dari sendiri, mereka mau menyiapkannya. Hanya untuk penyemprot, alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan. Alat pelindung diri yang disediakan untuk penyemprot adalah celana, sepatu, dan baju. Masker disediain sendiri oleh pekerja dengan cara membuatnya sendiri.

Perusahaan sebaiknya menyediakan alat pelindung diri kepada pekerja. Perusahaan juga harus melengkapi alat pelindung diri kepada pekerja seperti kacamata kepada penyemprot agar percikan pestisida tidak masuk ke mata pekerja.

Selain itu, perusahaan juga harus menyediakan masker kepada pekerja karena belum tentu masker yang dibuat pekerja baik dan aman digunakan.

Menurut Julian B. Olishifski (1985) bahwa akitivitas pencegahan kecelakaan dalam keselamatan kerja professional dapat dilakukan dengan beberapa hal yaitu salah satunya memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut dimana manusia atau pekerja salah satunya.

Dalam program Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut AOMA yang disusun dalam proteksi kesehatan dalam tindakan pengendalian, terdapat pemakaian alat pelindung diri untuk mencegah kecelakaan.

Dokumen terkait